Pengkhianatan itu terjadi ketika merasakan ketidaknyamanannya dalam hati. Ada cinta baru hadir dari teman lama. Hingga merusak rumah tangganya.
Bagaimana kisah lengkapnya? Ikuti novelnya dengan judul AKU INGIN SETIA.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Rini, aku benar-benar mencintaimu Rin!" ucap Endro di seberang sana.
Komunikasi di antara mereka saat ini jarak jauh. Endro adalah teman lama Rini saat sekolah dulu. Entah kenapa hubungan mereka semakin akrab setelah seringnya komunikasi melalui chat, telepon maupun video call. Mereka satu grup dalam alumni sekolah menciptakan benih-benih cinta diantara mereka.
"Tapi, Dro! Aku sudah bersuami!" sahut Rini. Saat ini Rini menelpon Endro setelah suaminya Angga pergi ke kantor. Rini jadi leluasa berbicara panjang lebar dengan pria idaman lain tanpa gangguan. Walaupun hanya mendengar suaranya saja. Namun terkadang keduanya juga melakukan video call selain panggilan suara saja.
"Aku tidak perduli kamu sudah bersuami atau belum. Yang jelas aku menyukai kamu. Aku ingin kita ketemu. Kamu juga menyukai aku bukan?" ucap Endro.
"Aku aku suka dengan kamu. Tapi aku aku tidak bisa jika harus selingkuh dengan kamu. Aku selama ini istri setia yang tidak pernah mengkhianati suamiku," kata Rini. Di seberang sana senyum sinis Endro tercipta. Dia seperti mentertawakan apa yang Rini rasakan.
"Aku ingin kamu, Rini! Sekarang kamu harus menentukan. Kamu yang mendatangi aku atau aku ke kota kamu," tantang Endro.
Rini diam mematung di tempat nya. Akhirnya Rini memilih memutuskan sambungan telepon diantara mereka. Rini belum mau jika harus memulai berselingkuh. Walaupun sekarang Rini sudah masuk dalam daftar berselingkuh tanpa menyentuh.
Benar! Hubungan mereka sudah menggunakan rasa dan hati. Walaupun mereka tidak saling bersentuhan karena jarak diantara mereka yang jauh berbeda pulau. Di mana Rini ada di pulau Sumatera sedangkan Endro di pulau Jawa.
Apa yang di khawatir kan Rini telah terjadi. Rini mulai merasakan jatuh cinta lagi dengan sosok laki-laki yang atletis. Laki-laki itu bernama Endro. Rini seperti remaja yang sedang berbunga-bunga dan dibuai oleh angan - angan kosong nya.
Mungkin saja berawal dari rasa simpati dan kekagumannya terhadap sosok laki-laki yang selalu menjaga penampilan nya itu. Dari postur tubuhnya, Endro memang selalu menjaga keseimbangan nya. Kegiatan gym nya untuk membentuk badannya agar lebih Maco tidak ketinggalan.
Rini kini terjerat oleh perasaan nya terhadap Endro. Setiap malam, Rini selalu berbagi cerita walaupun melalui chat - chat pribadinya bersama Endro. Bak gayung bersambut Endro pun selalu melayani Rini dengan kata - kata romantis dan rayuannya yang bikin jantung Rini berdebar hebat.
Mungkin saja ini pernah dirasakan oleh Rini sewaktu awal pacaran dengan Angga yang sekarang sudah menjadi suaminya itu.
Rini jadi membohongi suaminya. Di sampingnya ada Angga tetapi di hati dan pikirannya selalu di penuhi oleh bayangan Endro.
Rini terkadang senyum - senyum sendiri tatkala duduk melamun dengan ponselnya di genggaman tangannya. Seperti anak baru Gedhe, ponsel itu sekarang tidak jauh dari jangkauan nya. Setiap hari, Rini menjadi lupa diri. Rini jadi berharap mendapatkan chat dari Endro walaupun sekadar memberikan bentuk perhatian kecilnya.
Seperti pagi tadi, setelah membuatkan secangkir teh untuk Angga. Rini kembali berkutat dengan ponselnya. Angga yang masih duduk di ruang tengah, masih menikmati secangkir teh buatan Rini dengan sebatang rokoknya yang sudah menyala. Di liriknya Rini yang duduk di sampingnya.
"Ada kesibukan lain sekarang?" tanya Angga kepada Rini.
Rini terlihat terkejut dengan pertanyaan Angga karena sedari tadi Rini fokus dengan ponselnya.
"Em? Iya nih Mas! Aku sekarang mulai belajar menulis cerita novel di aplikasi ini loh!" sahut Rini lalu dengan cepat menunjukkan aplikasi yang ia pakai untuk mengekspresikan perasaan dan karya - karya nya.
"Bagus dong! Tapi jangan lupa kan suami kamu ini loh!" ujar Angga.
"Tentu saja tidak dong sayang!" sahut Rini sambil duduk merapat di dekat Angga dan me nyerobot pipi kanan dan kiri Angga.
"Em! Hari ini mau masak apa?" tanya Angga sambil membelai dengan lembut rambut Rini.
"Mas Angga mau di masakin apa?" tanya Rini dengan manja.
"Apa saja, terserah kamu saja. Yang penting ada sambel terasi nya ya sayang!" jawab Angga sambil mengecup lembut dahi Rini.
"Baiklah! Mau gulai ayam kentang gak sayang? Aku buatin itu saja dengan lalapan rebusan daun ubi nya." ucap Rini.
"Wow itu menu yang paling enak." sahut Angga yang berusaha membuat Rini senang.
"Hehehe! Mas Angga suka kan?" tanya Rini.
"Tentu saja! Semua masakan hasil olahan tangan istri ku pasti enak dan aku suka." ujar Angga.
"Masa? Hehe. Mas Angga sudah mulai pandai merayu nih!" sahut Rini dengan suara manja.
"Kamu suka di rayu gak?" kata Angga sambil mengecup lembut dahi istrinya kembali.
"Hehehe! Ngomong - omong belajar dari mana soal rayu merayu mas?" tanya Rini yang membenamkan kepalanya di dada Erlangga yang bidang.
"Alami saja! Bukankah dulu kamu makin tergila-gila aku karena rayuan ku?" ujar Angga.
"Enggaklah! Semua karena Mas ganteng dan sudah mapan...haha." sahut Rini sambil mencubit pinggang suaminya itu.
"Suami mu ini dari dulu gantengnya kelewatan. Jadi jaga dia baik- baik jangan sampai tergoda dengan wanita manapun." kata Angga menggoda.
"Awas saja kalau itu terjadi!" sahut Rini sambil mencubit pinggang Erlangga dengan gemas.
"Itu tidak akan pernah terjadi, sayang! Karena aku tidak akan mengkhianati kamu," kata Angga seraya sedikit mendorong tubuh Rini hingga berbaring di atas peraduan. Setelahnya Angga tidak akan memberi kesempatan bagi Rini untuk menolak apa yang dia inginkan.
"Cukup mas! Nanti kesiangan! Mas Harus berangkat bekerja," ucap Rini seraya mendorong tubuh Angga supaya menyudahi kegiatan mesum nya. Angga terlihat kecewa lalu mulai turun dari tempat tidur mereka. Dirapikan nya pakaian suaminya supaya tidak kusut.
"Hari ini rasanya malas banget harus berangkat bekerja. Maunya bobok dan berduaan dengan kamu saja," kata Angga seraya kembali memeluk pinggang Rini ketika Rini merapikan dasi nya. Rini tersenyum lebar saat bibir Angga hendak nyosor ke keningnya.
"Ya sudah, sana cepetan berangkat! Aku janji nanti malam dua ronde deh," ucap Rini yang sukses membuat bola mata Angga berbinar.
"Tiga ronde yah? Pulang aku bawakan iga bakar super jumbo dan salad buah kesukaan kamu. Bagaimana? Hem?" tawar Angga. Rini akhirnya menyerah daripada suaminya itu tidak bersemangat untuk pergi ke kantor.
"Iya, sana cepat berangkat!" sahut Rini seraya mengecup bibir suaminya itu. Selanjutnya Angga benar-benar pergi ke kantor dengan semangat empat lima. Setelah Angga pergi, Rini mencari handphone nya dan seperti biasanya dia akan menghubungi Endro, selingkuhan nya.
⭐⭐⭐⭐⭐
Ketika malam hari.
Setelah melakukan ritual suami istri itu, Angga terlihat tertidur pulas. Berbeda dengan Rini yang tidak bisa tidur dan gelisah. Di saat dirinya tidak bisa tidur seperti ini, Rini menghubungi seseorang yang mengganggu pikiran nya. Dia adalah Endro.
"Rini! Kamu yang datang ke Semarang atau aku yang ke Medan." ucap Endro yang mulai gusar karena rindunya.
"Endro! Jangan secepat itu! Aku masih belum siap meninggalkan Angga," sahut Rini melalui sambungan telepon itu.
"Kamu terlalu egois Rini! Kau selalu pasang status Wa mu dengan suami kamu mesra-mesraan. Maksudnya apa?" ucap Endro dengan suara keras di seberang sana.
"Maaf! Aku menyakitimu lagi. Tapi bukankah Angga memang nyata - nyata adalah suami aku," ujar Rini yang mulai tidak menjaga perasaan Endro.
"Lalu bagaimana dengan aku? Apakah kau kira aku tidak memiliki hati? Kau kira aku tidak terbakar api cemburu itu?" sahut Endro.
"Maaf! Aku tidak akan mengulangi nya lagi sayang!" ucap Rini akhirnya.
"Ya sudah! Aku ingin kita ketemu dalam waktu dekat ini," ajak Endro.
"Aku..aku belum sanggup Endro! Angga masih selalu memantau aku. Dia masih selalu menjaga aku," terang Rini.
"Ya Tuhan! Lalu tidak bisa kah aku meminta lebih padamu? Bagaimana dengan perasaan ku, Rin?" ucap Endro seperti menahan amarahnya di seberang sana.
"Aku kangen kamu Endro! Aku sangat merindukanmu. Tetapi aku tidak cukup berani untuk menemui kamu. Aku masih istri nya Angga. Dan aku masih harus setia dengan nya." kata Rini.
"Apa? Hari ini kamu bilang kedelai besok kamu bilang tempe. Pendirian kamu tidak kuat Andini. Jadi apa mau kamu?" ujar Endro melalui sambungan telepon itu.
"Maaf Endro. Aku sangat menyukai kamu. Tetapi rasa ini sangat menyiksaku. Status aku masih istri Angga. Tetapi hati dan pikiran ku hanya tertuju nama kamu. Aku tidak cukup kekuatan untuk menentang ini semua. Aku hanya bisa menikmati rasa ini sampai suatu saat kita bisa bersama dan bersatu. Aku dan kamu dalam hubungan yang suci." ucap Rini dengan suara bergetar.
"Kamu sangat egois, Rini!" sahut Endro.
"Maaf kan aku Endro!" ujar Rini.
"Baiklah! Aku selalu paham dan memahami kamu, sayang! Maaf aku sudah marah padamu. Karena rindu ini pun sangat menyiksa aku." ucap Endro akhirnya.
Sambungan telepon itu pun terputus. Rini dan Endro sama - sama merasakan getaran dan jantung yang berdebar hebat. Puncak kerinduan yang tidak bisa di luapkan . Hubungan mereka masih terlarang. Rini masih istri Angga. Berbeda dengan Endro memang masih single dan belum pernah menikah.
Sebenarnya lebih banyak luka dari cinta itu sendiri dari hasrat yang sesat. Itulah hubungan yang terlarang dan salah satu atau keduanya sama-sama memiliki pasangan.
"Rini! Kasih waktu sebentar saja padaku untuk menemui kamu sayang!" ucap Endro melalui sambungan telpon.
"Endro! Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Rini mulai ragu - ragu.
"Aku rindu. Aku ingin kamu menemui aku. Aku di Medan sekarang ini,"kata Endro dengan suara lantang.
"Apa? Kamu di Medan? Dimana?" tanya Rini dengan gemetaran tidak percaya bahwasanya Endro senekat itu.
"Aku menyukai kamu, Rini. Aku rela melakukan apa saja karena rasa rindu ini sudah tidak bisa terbendung lagi," kata Endro bersemangat.
"Kamu di mana, Endro?" tanya Rini dengan kekhawatiran nya.
"Aku di penginapan X. Siang ini temui lah aku. Aku tunggu!" ujar Endro dengan memaksa.
"Tapi! Tapi, aku takut!" ucap Rini pelan.
"Rini! Bukankah kamu juga menyukai aku? Bukankah kamu juga merindukan aku? Bukankah kamu juga ingin berjumpa dengan aku? Kenapa ketika aku sudah datang menghampiri kamu di kota mu, kamu jadi ragu - ragu?" ucap Endro penuh penekanan.
"Aku..aku takut! Karena ...karena aku tidak pernah berselingkuh dengan laki-laki mana pun," jawab Rini. Dia benar-benar takut.
"Terserah kamu! Kamu mau menjumpai aku apa tidak. Aku di penginapan sampai besok pagi. Kalau kamu tidak datang, aku akan kembali pulang ke kota ku, Semarang." kata Endro lalu menutup dan mematikan panggilan keluar nya.
Kini Rini dalam kebingungan. Dilain sisi, Rini memiliki' rasa dan perasaan yang begitu dalam dengan Endro. Di hati nya selalu di penuhi bayangan Endro. Hati nya ada Endro bukan suaminya Angga. Tetapi posisi dan statusnya, membuat Rini tidak berani memutuskan untuk berselingkuh secara kontak fisik. Ia hanya berani melalui chat dan bermain hati dan pikiran nya.
Kini apa yang akan Rini lakukan. Endro sudah berani datang ke kota nya. Ingin menemuinya. Ingin mengungkapkan segala rasa dan perasaan yang menggangu di hatinya. Rasa rindu dan kangen yang begitu menyiksanya.
Rini mondar-mandir di ruangan kamarnya. Angga masih di kantor nya. Rini punya banyak kesempatan untuk menemui Endro tanpa sepengetahuan Angga. Pagi, atau siang ini Angga sudah tidak ada di rumah. Kesempatan terbuka lebar-lebar oleh Rini. Tetapi Rini tidak cukup punya keberanian dan kekuatan untuk menjumpai Endro. Hatinya ingin dan rindu dengan sosok Endro.
"Endro! Aku kangen dengan kamu! Tapi aku takut! Sangat takut untuk bertemu dengan kamu." gumam Rini.
Akhirnya Rini berganti pakaian. Diambilnya celana jeans dan kemeja warna birunya. Dengan sedikit polesan di wajahnya, kini Rini memutuskan untuk menjumpai Endro di penginapan yang sudah ditentukan.
"Baiklah! Aku akan menjumpai kamu. Tapi aku tidak ingin, melakukan sesuatu yang lebih dengan kamu. Karena aku masih istri Angga." gumam Rini.
⭐⭐⭐⭐⭐
Seperti yang sering kau sampaikan padaku. Doamu adalah caramu memelukku dari jauh. Dan ketika puncak kerinduan itu terasa indah adalah kita sama - sama menahan diri tidak chat, email, mengirim pesan, telepon atau video call tetapi saling mendoakan dari jauh.
Air hujan jatuh tak henti. Basah dan membasuh muka bumi. Hati di dera kekeringan bak luntur keyakinan.
Siapa yang hendak menyembuhkan? Jika hati terbakar sudah api kekecewaan.
Kau pergi begitu saja ketika aku sayang - sayangnya dan tak ingin berjauhan. Kau menghapus jejak langkah ketika aku terpaut rasa yang kian dalam.
Kini kau datang membawa cerita indah ingin berjumpa. Aku dalam ketakutan yang nyata. Karena ini tidak adil bagi pasangan ku yang sesungguhnya. Dan kamu adalah orang yang masuk dalam kehidupan kami berdua. Ketika kami masih berusaha memupuk rasa yang ada dalam kemesraan rumah tangga.
⭐⭐⭐⭐⭐
Rini telah tiba di penginapan. Dia segera ke tempat resepsionis menanyakan letak kamar yang diberitahukan oleh Endro. Lalu Rini tidak mau menunggu lama menghubungi Endro.
"Endro, aku sudah di depan!" ucap Rindu melalui sambungan telepon genggamnya.
"Oke! Aku segera ke sana!" sahut Endro dan sambungan telepon itu di matikan nya.
Waktu mulai bergulir. Cuaca panas di siang hari sangat menyengat kulit. Di ruangan yang ber AC itu memang tidak berpengaruh terhadap cuaca siang hari di luar ruangan. Tetapi bagi Rini, ini sangat berpengaruh dalam pendirian nya sebagai wanita yang beristri. Rini sudah selangkah mendekati perselingkuhan. Rini berani mendatangi laki - laki yang bukan suami atau saudara nya di suatu hotel.
"Hai!" panggil Endro lalu meraih tangan Rini dan menariknya melangkah menuju kamarnya.
"Endro! Pelan - pelan jalannya dong!" ucap Rini yang menurut saja di tarik tangannya oleh Endro.
Endro dengan semangat melangkah dan masuk ke kamarnya. Rini mulai khawatir di dalam hatinya. Jantung nya berdebar hebat dengan pertemuan dengan sosok yang setiap hari selalu mengganggu pikiran nya. Khayalan nya kini mulai terwujud dengan pertemuan itu. Impiannya tiap malam menjadi kenyataan. Di depannya ada Endro yang menggenggam erat tangan nya.
"Ini kamarnya, sayang!" ucap Endro sambil membuka pintu kamarnya.
Rini mengikuti langkah Endro yang masuk dalam kamar itu. Rini mulai tegang. Di tatapnya Endro yang sedang melihatnya dengan penuh kerinduan. Rasa kangennya sudah meluap. Endro dengan cepat memeluk dan mendekap Rini dengan kuat. Tangan nya yang kokoh tidak juga melepaskan Rini. Rasa rindu itu begitu ingin dicurahkannya.
"Endro! Aku tidak bisa bernafas!" ucap Rini pelan.
Endro sedikit memberikan ruang kepada Rini. Kini tangannya dengan lembut membelai rambut panjang Rini
"Syukurlah! Aku bisa memeluk mu hari ini sayang. Tidak sekadar dalam rangkaian doa ku yang ku kirimkan untukmu sebagai cara untuk memeluk mu dari jauh," ucap Endro dengan lembut.
"Endro! Aku juga merindukan kamu." sahut Rini dengan suara bergetar.
"Benarkah? Kamu juga merindukan aku?" tanya Endro. Dia ingin menegaskan.
Anggukan pelan dari kepala Rini sebagai jawaban nya.
"Kamu sudah makan, Rin?" tanya Endro.
"Tadi sudah makan di rumah." jawab Rini sambil mendudukkan pinggul nya di sofa dekat Spring Bed big size kamar hotel.
"Rini, Aku sangat bahagia bisa berjumpa dengan kamu hari ini. Aku kira kita tidak akan pernah berjumpa." ucap Endro sambil mendekati Rini dan meraih pergerakan tangannya dan menggenggamnya erat.
"Endro, aku pulang yah!" kata Rini sambil menatap lembut Endro.
"Temani aku makan dahulu, baru kamu boleh kembali pulang," ucap Endro dengan bijak.
"Benarkah? Kamu tidak apa-apa?" ujar Rini.
"Sebenarnya aku ingin berlama-lama dengan kamu. Tetapi aku juga paham. Aku tidak ingin memaksa kamu untuk selalu bersama ku. Karena kamu masih milik Angga. Aku sangat tahu diri,Rin," ucap Endro sambil menatap lembut Rini.
"Terimakasih banyak, Endro. Aku masih menyukai kamu. Dan kamu selalu menjaga aku. Aku salut, kamu tidak menuntut banyak dengan aku," sahut Rini.
"Kalau waktunya tiba dan memang kita berjodoh. Kita akan bersatu dan bersama," kata Endro dengan bijak.
"Itu yang aku suka dari kamu, Endro," sahut Rini.
"Rini! Bolehkah aku mencium kamu sebentar saja." pinta Endro sambil mendekati Rini. Rini terdiam dan memejamkan matanya. Endro dengan pelan mengecup kening Rini lalu turun ke bawah bibirnya.
"Terimakasih banyak,Rin. Aku mencintaimu lebih dari apapun," ungkap Endro sambil berkaca - kaca.
"Iya! Terimakasih untuk cinta mu, Endro," sahut Rini.
Endro mendekap erat Rini menumpahkan kerinduan nya. Tidak ada rasa indah itu ketika mereka bertemu. Karena mereka sama-sama sedang di mabok asmara. Jatuh cinta di saat sudah memiliki pasangan. Dengan alasan mencari kenyamanan dan ketenangan dari pasangan barunya.
"Endro, maaf aku harus pergi! Aku takut suamiku Angga akan mencari ku," ucap Rini seraya melepaskan pelukan erat dari pria yang menjadi selingkuhan nya sekarang.
Keheningan malam. Aroma sehabis hujan. Sendiri di teras rumah. Secangkir kopi hangat dan lamunan kecil. Memikirkan tentang apa dan mengapa hal itu ada.
Aku tahu kamu sudah melakukan banyak perjuangan berat.
Aku tahu kamu sudah berusaha kuat.
Aku tahu kamu sudah sudah begitu hebat. Aku tahu itu.
Ku mohon! Bertahanlah sedikit lagi. Jangan berhenti.
Bahagia yang harus di perjuangkan lebih keras lagi.
Rini duduk melamun di teras rumahnya. Ia duduk memikirkan perjumpaan nya dengan Endro. Begitu singkat tapi sangat membekas di hatinya. Dalam hatinya yang paling terdalam. Dia ingin berlama-lama dengan laki - laki atletis dan ganteng itu. Tetapi Rini tidak ingin menodai kesetiaan nya pada suaminya, Angga. Rini tidak ingin menodai rasa sayang nya dengan Endro dengan pengkhianatan terhadap pernikahan nya.
Biarlah waktu berjalan dan mengalir sesuai iramanya. Kalaupun Rini berjodoh dengan Endro. Suatu hari nanti pasti akan diberi kesempatan untuk bercengkrama dan hidup bersama. Tapi siapa yang tahu cerita akhirnya. Bukan berarti Rini ingin mengakhiri pernikahan nya dengan Angga. Ini adalah suatu dilema. Perasaan itu begitu memonopoli hatinya. Rini terlalu serakah menginginkan ke duanya. Angga dan Endro sama - sama masih sangat spesial di hatinya. Mungkin saja ini sangat munafik. Di lain sisi Rini sudah bermain hati dan berselingkuh walaupun secara fisik dirinya tidak pernah berhubungan badan. Namun hati dan pikiran nya sudah berselingkuh dengan Endro, pria muda yang mampu menghipnotis dirinya. Sehingga lupa bahwa Rini telah menjadi seorang istri dari Angga.
Rini tanpa sadar meneteskan air mata. Hatinya sangat rapuh karena di dera rasa cinta nya. Rasa yang seharusnya untuk Angga satu - satunya. Tetapi kini ada sosok laki-laki lain yang selalu membayangi dirinya. Dia adalah Endro. Endro yang menjadi harapan nya untuk bisa merenggut hati dan perasaannya.
Rini tahu dan sangat sadar. Ini tidak mudah. Ini sangat sulit jika harus menghapus bayangan Endro. Mereka berdua sudah menyatukan hati. Mereka berdua sama - sama menyukai. Tetapi mereka masih tahu batasan nya. Endro sangat menghargai status Rini. Walaupun Rini masih single dan bebas untuk melakukan apa saja. Tetapi tidak untuk Rini. Endro tidak ingin merusak semua nya karena keinginan hatinya. Itulah yang menjadi dan menambah simpati nya Rini terhadap Endro.
"Suatu hari nanti, esok atau lusa, mungkin kita tidak lagi menyapa. Aku berharap, rasa ini akan terkikis dengan sendirinya. Seperti batu karang yang selalu terkena air garam di laut. Lama kelamaan akan rapuh dan hancur. Aku berharap seperti itu dengan mu. Atau kamu akan menemukan wanita lain yang lebih baik dari aku. Namun, apakah aku sanggup dan ikhlas melepas mu? Sedangkan aku sangat menginginkan kamu. Endro! Aku menginginkan hati mu tidak pernah berubah dengan aku. Mungkin ini terlalu egois buat aku. Sedangkan kamu perlu bahagia walaupun tanpa aku." gumam Rini lirih dalam kesendirian nya di depan rumahnya dengan wangi melati di samping rumahnya.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Rini!" panggil Angga membuyarkan lamunan Andini yang duduk sendirian di taman rumah belakang.
Rini terkejut dan mencari arah suara yang memanggil namanya. Angga pulang dengan membawa buah tangan.
"Mas! Kamu sudah pulang Mas?" sahut Rini sambil bangkit dari tempat duduknya dan meraih tangan Angga dan mencium tangan nya.
Angga meraih tubuh Rini dan memeluknya erat. Mencium pipi kanan dan kiri nya dengan penuh kehangatan.
"Aku kangen kamu Rini!" kata Angga menggoda.
"Memangnya sudah berapa hari, kita tidak berjumpa Mas? Kita baru beberapa jam tidak bersama karena mas masuk kantor," ujar Rini sambil tersenyum dan mencubit pipi Angga dengan gemas.
"Tapi aku benar - benar kangen banget loh! Masak gak boleh sih?" sahut Angga cemberut.
"Hehehe! Apakah kamu bener - benar merindukan aku Mas?" tanya Rini sambil mendekatkan hidungnya hingga menempel ke hidung Angga.
Angga dengan pelan menyentuh bibir Rini dengan hati - hati.
"I Miss you Rini!" ucap Angga pelan.
"I Miss you to, Mas!" jawab Rini dengan menahan napas nya karena kecupan lembut Angga yang membuat Rini bergairah.
Rini serasa di kecup oleh Endro. Bayangan Endro begitu kuat. Hingga hasratnya sangat meronta ingin tertumpah kan. Perjumpaan kemarin masih tertahankan dan tidak terlampiaskan. Kerinduan yang menggelora dua insan itu belum punya nyali dan kekuatan untuk menerobos benteng pertahanan suci Rini dalam ikatannya.
Rini mulai mengusap lembut pipi Angga. Seolah di hadapannya adalah sosok Endro yang menguasai hati dan pikirannya. Di mainkan bibir tebal Angga. Tangan lentiknya bermain dan menari - nari di bibir Angga. Angga menatap wajah Rini dengan gemas dan kerinduan yang terbalas.
"Kamu juga kangen aku, sayang?" tanya Angga dengan mata yang mulai meredup karena gejolak rangsangan jari tangan Rini yang menari di bibir tebalnya.
Rini tersenyum dan mengangguk pelan. Tangan Rini mulai ditarik masuk ke dalam rumah sampai di kamar utama mereka. Rini mengikuti ajakan Angga yang bersemangat untuk melakukan apa saja yang akan di inginkan nya. Kewajiban nya sebagai seorang istri akan di lakukan nya. Haknya sebagai suami untuk menuntut pelayanan terbaik dari wanita terkasihnya.
"Rini!" panggil pelan Angga setelah mereka masuk ke dalam kamar utama nya.
"Iya! Aku akan melayani kamu!" sahut Rini sambil membuka kancing kemeja kerja Angga satu demi satu sampai celana panjang nya.
"Apakah aku harus mandi terlebih dahulu, sayang?" kata Angga.
"Kamu masih wangi kok! Ciri khas wangi tubuh dan keringat kamu sangat menggoda ku, Mas!" ujar Rini.
Angga tersenyum pasrah dengan pelayanan Rini terhadapnya. Angga perlahan merapatkan badannya mendekati Rini. Satu persatu yang melekat di badan Rini di lepaskan oleh Angga.
"Mas!" ucap lirih Rini ketika Angga mengecup leher belakang telinga Rni pelan.
Rini mulai merasakan aliran hangat yang mengalir serasa di ujung ubun - ubun nya. Rini memejamkan matanya. Bayangan Endro masih menguasai pikiran dan hatinya.
"Aku bisa gila! Kenapa dengan melakukan hubungan dengan suami ku pun, harus ada bayanganmu, Endro! Apakah yang kau lakukan terhadap aku? Apakah kau sudah menghipnotis pikiranku? Apakah kamu sudah mengguna - guna aku? Ya Tuhan ampunilah aku!" batin Rini dalam kegiatan panas nya bersama sang suami.
Rini masih terpejam matanya. Merasakan dan menikmati segala sentuhan Angga.
"Aku ingin punya anak, Rini!" ucap pelan Angga.
"Aku juga sayang!" sahut Rini pasrah dengan perlakuan hangat Angga.
Di ruangan kamar utama rumah mereka, Angga mengajak Rini mengarungi indahnya dunia. Mereka sama-sama mengikis jarak dan saling melakukan penyatuan dan saling memberikan rasa nikmat. Walaupun dalam pikiran Rini ada Endro. Namun dia benar-benar melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.
Inilah yang dinamakan berselingkuh tanpa menyentuh. Namun pikiran dan hati Rini dikuasai oleh bayangan Endro. Sehingga saat melakukan hubungan suami istri itu, Rini seolah-olah melakukan nya dengan Endro. Raganya untuk suaminya. Namun hati dan pikiran Rini sudah berkhianat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!