NovelToon NovelToon

Musuhku Adalah Suamiku

BAB 1

JANGAN MENYAMAKAN NOVEL INI DENGAN NOVEL LAIN SEBELUM MEMBACA PENUH! DAMPAKNYA SANGAT BESAR PADA AUTHORNYA! INI MURNI PEMIKIRAN SENDIRI! KESAMAAN TOKOH, LATAR BELAKANG, ITU HAL WAJAR DALAM SEBUAH KARYA ATAU DUNIA PERFILMAN! JANGAN ASAL KETIK DAN MENIMBULKAN MASALAH! TANGGUNG AKHIRATMU DENGAN FITNAHMU!

Jam menunjukkan pukul 06.00 di sebuah kamar dengan nuansa hitam putih dan abu-abu, terlihat seorang cewek berkulit putih mulus dengan postur tubuh proposional berambut panjang dan bibir pink merona, tengah mencari-cari ponsel di sebelah meja kecil tempat tidurnya.

"Hah! sial! aku kesiangan lagi!" jeritnya dengan mata terbelalak mengarah ke jam di ponselnya.

Seketika ia terperanjat dari tempat tidur yang lumayan besar untuk ukuran anak cewek dan hanya tidur sendirian, Tanpa pikir panjang ia langsung bergegas mandi dan mengganti pakaian seragam sekolah nya, berlari menuruni anak tangga di rumahnya.

"Pagi Ma, Pa. Arin gak sarapan ya udah telat nih" ucap Arin sambil mencium pipi Mama Papa nya yang tengah menikmati sarapan.

Belum sempat orang tuanya berkata, Arin sudah berlari pergi dan memacu sepedah motor matic miliknya dengan sangat kencang.

"Sial! bakal di amuk si killer itu lagi, males banget" umpatnya dalam hati.

Sesampainya di sekolah, benar saja ada dua pasang mata berkacamata dengan rambut klimis dan seragam terkancing penuh sampai leher menatap kehadiran Arin dengan tajam.

"Telat lagi?!" ucap pria bergaya culun itu dengan tatapan mata sinis.

"Iya, sorry macet di jalan" jawab Arin cuek sambil mematikan motornya tepat di depan sang cowok.

"Bersihin kamar mandi sekarang! habis itu laporan ke pak Budi (guru BK)" ucap cowok tetap berdiri tersebut tegas, sedikit berteriak dengan tangan meyilang di dada mengiringi tatapan sinisnya.

"Iya, iya bawel banget!" ucap Arin mendengus kesal sambil berjalan memarkir motornya.

"Sial nih cowok, jijik banget Gue liat dia. Sok banget mentang-mentang ketua OSIS" umpat Arin sambil membersihkan kamar mandi.

Usai membersihkan kamar mandi, Arin pergi melapor ke guru BK dan mendapat omelan yang panjangnya udah kaya jalan tol, yang membuat Arin bete dan badmood. Kemudian Ia masuk kelas dan duduk di bangkunya sembari mendengus kesal.

Arin mengikuti mata pelajaran dengan sangat malas sampai jam pulang sekolah pun tiba. Dan langsung pulang bergegas masuk ke kamarnya untuk merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

"Arin sayang, Mama boleh masuk?" ijin Regina dari depan pintu kamar Arin yang langsung di iyakan oleh Arin.

"Kenapa sayang kok keliatan uring-uringan gitu?" tanya wanita cantik yang memang melihat putrinya selalu mendengus kesal hampir setiap hari.

"Engga apa apa Ma, biasa ketua OSIS nyebelin itu lagi. Gak bosen-bosen Dia hukum Arin, padahal juga telat berapa menit aja"dengus Arin sambil meletakkan kepala di pangkuan mamanya.

Sambil mengusap lembut rambut hitam panjang putrinya, Regina mengungkapkan maksud kedatangan dirinya ke kamar.

"Sayang, nanti sore ada teman Papa mau kesini sama jodoh Kamu, buat bahas hari pernikahan Kamu." lembut Regina sudah menjodohkan putrinya dari Ia masih kecil, seketika mengejutkan Arin menatap mamanya.

"Ma, Arin masih 17 tahun loh Ma. Masa iya mau nikah sekarang?" rengek Arin dalam wajah masih terkejut.

Dengan senyum sangat cantik, Mama Arin mengangkat kepala putrinya dan mencubit hidung mancung Arin. Lalu beranjak pergi meninggalkan Arin yang tengah heran juga frustasi tak percaya akan apa yang telah diputuskan orang tuanya.

Walaupun tak menyetujui ataupun menyukai segala keputusan orang tuanya, tetap saja segala yang sudah diputuskan seakan sudah final dan hanya bisa untuk di turuti tanpa adanya sebuah protes. Bagaimanapun juga, Arin sangat menyayangi kedua orangtuanya, meski terkenal bar bar di sekolah, Ia tak pernah sekalipun membantah setiap perkataan Mama dan Papanya.

BAB 2

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, terdengar suara bel rumah berdentang. Dengan segera Bi Siti, pengurus rumah Arin bergegas membuka pintu. Mendapati tiga orang berdiri di depan pintu, asisten rumah tangga rumah Arin pun mempersilahkan masuk dengan sopan.

"Silahkan masuk Tuan, Saya akan panggilkan Tuan besar dulu" ucap Bi Siti lembut dengan senyum kecil dan tangan mengarahkan ke sofa ruang tamu, mengisyaratkan agar mereka duduk.

Tidak berapa lama orang tua Arin keluar dan menemui tamunya.

"Kodok!" suara lantang terdengar begitu akrab di telinga Papa Arin yang disambut dengan pelukan hangat.

Ya, mereka adalah teman dari kecil. Untuk itu, begitu mereka tahu memiliki anak cowok dan cewek, tanpa lagi pikir panjang keduanya langsung memutuskan perjodohan anak mereka ketika masih sama sama kecil.

Belum lama berbincang, pandangan mereka di kejutkan dengan hadirnya cewek cantik mulus dengan balutan dress berwarna pink dan rambut hitam tergerai.

"Cantik" gumam Aditya sahabat Ayah Arin, mengamati dengan seksama gadis tengah berjalan ke arahnya.

"Sini sayang duduk samping tante" ucap lembut Mira, istri Aditya sembari menepuk sofa sebelahnya , mengisyaratkan agar calon menantunya tersebut duduk bersama di sampingnya.

"Iya Tante" jawab Arin sopan, seraya berjalan menuju ruang tamu dan menyalami semua orang di ruangan tersebut.

 

Tak lama Arin duduk, matanya tertuju pada pria berkacamata dengan rambut klimis yang tengah duduk di pojokan ruang tamu sambil memainkan ponsel dari tadi.

"Kaya engga asing deh ini orang" gumam Arin penuh tanya, mengamati dengan seksama.

Regina yang sedari tadi memperhatikan anaknya itu lalu berucap sembari tersenyum.

"Nak, cewek kok gak sabaran banget. Biasa aja kalau lihat, nanti  juga dia jadi milik Kamu kok. Hati-hati lompat tuh matanya" ledek Mama Arin, disambut gelak tawa semua orang diruangan tersebut.  Kecuali cowok terlihat culun yang hanya sesekali menyunggingkan senyum lalu melihat lagi ke arah ponselnya seperti sedang chat dengan seseorang.

"Rafa, udah dong HP nya di taruh dulu. Ini calon istri kamu lihiatin terus lo " goda Mira tersenyum.

Rafa mematikan ponselnya seraya membuang napas panjang. Menatap ke arah Mamanya, Rafa tampak sangat malas dan terpaksa. Seketika Rafa berteriak hosteris ketika melihat cewek tengah duduk di dekat mamanya.

"Kamu?!" terkejut Rafa beriringan dengan Arin yang juga merasa terkejut dan tak percaya.

"Wah, wah kayanya sudah akrab ya? jadi enggak ada kendala dong buat nikahan hari kamis ini " goda Mama Rafa, segera di iyakan oleh seluruh orang di ruangan mengembangkan senyum.

"Apa?! Nikah?! Kamis?!" seru Rafa bersamaan dengan Arin.

Baik Rafa ataupun Arin sama sama menatap dengan tatapan jengkel mereka. Mengumpat dalam hati masing masing akan apa yang terlontar dari mulut Mama Rafa barusan. Tanpa keduanya sadari, jika mereka tengah diperhatikan semua orang dengan tersenyum lebar.

"Kalian memang jodoh" ucap Papa Arin, membuat Arin dan rafa mendengus kesal. Melipat tangan mereka di depan dada sambil saling melempar tatapan sinis.

"Nyonya besar, Tuan besar, makanan sudah siap" sopan salah seorang asisten rumah tangga keluarga Arin, dan cepat para orang tua tersebut beranjak pergi ke ruang makan, meninggalkan Arin dan Rafa yang masih saling menatap sinis dan kesal.

"Kok Lo sih cupu ? " geram Arin, membuat Rafa semakin menatap jengah dan malas karena selalu di panggil cupu, culun, klimis oleh Arin selama ini.

Napas kasar di hembuskan keduanya, dan berjalan beriringan ke arah ruang makan dengan tubuh saling menyenggol kasar. Menunjukkan betapa kesal dan tak sukanya mereka berdua saat ini.

"Sudah makan dulu yuk, nanti kalau udah nikah kan lebih puas lagi lihatny " goda Papa Arin, sontak membuat semua orang tertawa namun tak dengan dua remaja yang masih saling melempar mata tajam.

BAB 3

Dengan berbalut kemeja putih dan jas hitam,  tanpa meninggalkan rambut klemis juga kacamatanya, Rafa duduk bersila. Di sebuah masjid besar Kota mereka tinggal, bersama kedua orangtua juga penghulu dan para saksi, yang  terdiri dari keluarga dekat saja, Rafa diam dalam rasa kesal.

Dengan malas Rafa menunggu calon istrinya hadir tanpa henti menggerutu.

"Emang dasar tukang ngaret gak bisa cepet apa?"gumam Rafa dengan nada jengkel dalam hati.

Kedua matanya tiba tiba  terbelalak kagum,  menatap seorang gadis cantik berbalut kebaya putih serta riasan tipis tampak segar. Kedua mata dibalik kacamata itu tidak berkedip sama sekali. Mulutnya terbuka lebar seakan-akan air liurnya hampir membanjiri tempat akad nikah dalam masjid tersebut.

"Gila nih cewek barbar bisa cantik gini gimana nyulapnya?" gumam Rafa memegang dada seakan jantungnya hampir lepas dari tempatnya, dengan mata membulat hebat.

"Sudah habis ini sah kok" goda  Aditya, sontak membuyarkan pandangan Rafa  seketika dan tersenyum kikuk.

Tak berapa lama Arin duduk di samping Rafa, dimana kedua orang tua mereka juga berada di sana untuk menyaksikan cowok cupu tersebut mengucapkan ijab, demi mengikat gadis di sampingnya untuk menemani seumur hidup.

"Sah!" tiba-tiba gaduh suara di masjid, menandakan kesuksesan ijab qabul kedua pasangan muda saling mengumpat dalam hati masing masing.

"Hari buruk dalam hidup Gue udah di mulai nih" gumam Arin dalam hati, sama sekali tak merasakan kebahagiaan juga perasaan lega seperti lainnya.

Usai ijab qabul, semua orang bergegas menuju rumah Rafa untuk menyantap jamuan yang telah di  persiapkan. Sengaja mereka tidak mengadakan resepsi pernikahan, karena permintaan anak-anak mereka. Dan hanya mampu di setujui oleh para orangtua dengan hati bahagia tersebut, mengingat memang keduanya menikah saat masih dibangku SMA dan pasti menjadi persoalan rumit ketika teman temannya tahu.

****

Malam pun tiba, Rafa mulai masuk ke dalam kamarnya disusul dengan Arin yang terus mengumpat tanpa henti. Bibirnya terus saja mengeluh karena pernikahannya dengan laki-laki yang ia benci selama ini.

Sesampainya di kamar Rafa langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, karena sudah lengket berkat acara panjang hari ini. Sedangkan Arin masih sibuk membersihkan make up di depan meja rias, yang sengaja di sediakan orangtua Rafa sehari sebelum Arin resmi menjadi menantu mereka.

Perlahan Arin mulai membuka satu persatu kancing kebaya yang ia kenakan, karena Ia pikir Rafa masih mandi dan pasti lama. Namun tiba-tiba suaminya keluar dari kamar mandi lengkap dengan menggunakan baju tidurnya. Lagi lagi mata Rafa tiba-tiba terbelalak menatap pemandangan indah di depannya, terlihat Arin hanya mengenakan bra dan kain jarik yang di gunakan untuk bawahan saat acara ijab qabul hari ini.

Rafa menelan ludahnya dengan kasar karena melihat tubuh wanita yang sekarang sudah sah menjadi istrinya itu begitu mulus dengan dada menggoda.

"Aaaaahhhhh!" terdengar teriakan yang membuyarkan pandangan serta lamunan Rafa seketika.

Arin baru menyadari kalau sedari tadi suaminya sudah memperhatikan dirinya dari depan pintu kamar mandi. Rafa yang mendengar teriakan arin langsung cepat melangkahkan kaki menuju istrinya dan membungkam mulut Arin paksa.

"Diam gak Lo ?! kedengaran orang entar dikira Gue macam macam ke Lo!" tegas Rafa begitu dekat tubuhnya dengan Arin, sontak membuat mata Arin terbelalak karena wajah mereka kini begitu dekat tanpa ada celah,

"Gila, ternyata nih culun cakep juga kalau enggak pakai kacamata sama rambut klimisnya" guman Arin membuat pipinya merah padam mengamati cowok dihadapannya.

Rafa menyadari hal itu hanya tersenyum kecil sambil mendekap pinggang istri yang tengah menunjukkan ekspresi kagum padanya.

"Kenapa? terpesona Lo? mau lakuin sekarang atau?"" goda Rafa mendekatkan bibirnya ke bibir Arin namun tak sampai menyentuhnya.

Dengan cepat Arin mendorong tubuh Rafa dan berlari ke kamar mandi karena saking malu nya. Sedangkan  Rafa hanya tersenyum kecil sambil mengeringkan rambut dengan handuk yang melingkar di lehernya, menatap ke arah pintu kamar mandi sudah tertutup rapat dari dalam.

"Rasanya pinging banget Gue terkam tuh cewek barbar, sabar Rafa sabar" gumam Rafa memegang dada sambil menggelengkan kepala, menyadarkan segala fantasi liar yang indah menari di benaknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!