NovelToon NovelToon

Istri Kecil Tuan Muda

IKTM_01

Seorang gadis dengan senyuman manis yg baru saja pulang sekolah dan membawa map besar dengan bangga nya memperlihat kan nilai yg sangat memuas kan di depan sang paman.

Namun bukan pujian yg iya dapat melaikan sebuah perintah yg harus gadis itu lakukan.

"Aku tidak mau!"

Gadis itu menolak keras perintah sang paman untuk menikahi seorang pria buta yg jauh lebih tua dari nya. walaupun pria itu adalah pria nomor satu dan pewaris kekayaan keluarga Anggara. namun Araya tetap menolak nya mentah².

"Kenapa harus aku!! kenapa bukan kk Aisya, usia kak Aisya jauh lebih matang untuk menikah di banding usia ku" gadis itu tetap bersikeras melawan pernikahan ini.

"Berani sekali kau melawan perintah ku" decak Eddy seraya mengebrak meja dengan keras lalu berdiri berkacak pinggang.

"Kenapa!! kenapa aku tidak bisa melawan" tanyak Araya "ini hidup ku dan masa depan ku" lanjut Araya.

"Kau harus menikah dengan nya, agar ibu mu mendapatkan perawatan terbaik dan bisa secepat nya sembuh seperti sedia kala" ucap sang paman agar Araya mengerti bahwa yg di lakukan paman nya bukan hanya untuk kerja sama semata melainkan demi kepentingan Araya juga.

Deg

Deg

Mendengar perkataan sang paman Araya pun roboh dari kaki nya yg kokoh, dengan badan yg begitu lemah dan air mata yg terus saja mengalir di pelupuk mata.

Awalnya Araya menentang kemauan sang paman namun akhir nya Araya menerima tawaran sang paman agar ibu nya yg koma di rumah sakit bisa mendapatkan perawatan terbaik.

Araya seorang gadis yang berparas cantik berusia 19 tahun yang baru saja lulus dari pendidikan SMA.

Araya tinggal di rumah sang paman satu bulan yang lalu karena sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa ayah nya dan ibu nya yg masi terbaring lemah dari tidur panjang nya.

Setiap hari sebelum berangkat sekolah, Araya selalu menyempat kan diri untuk ke rumah sakit menjenguk sang ibunda dan mengganti pakaian sang ibu, setelah selesai Araya pun berangkat ke sekolah.

***

Dimalam yg begitu gelap, Araya duduk di sebuah beranda kamar dan melihat banyak nya bintang di atas langit.

Seketika air mata Araya jatuh di kalah mengingat kenangan nya bersama ayah dan ibu nya.

Araya di perlakukan bak seorang ratu oleh sang ayah dan ibu bagaimana tidak, Araya adalah gadis yang sangat ceria dan baik hati walaupun agak keras kepala namun Araya tetap menjadi putry kesayangan mereka.

Lamunan Araya terhenti saat Aisya sepupu Araya mengetuk pintu kamar nya bersama dengan bibi Asma ibu Aisya.

"masuk" kata Araya mempersilahkan Aisya dan bibi Asma masuk ke dalam.

"sedang apa kamu di sana, sini duduk sebentar di samping bibi" sang bibi menepuk ranjang empuk milik Araya.

"angin malam tidak baik untuk kesehatan" lanjut Aisya sepupu Araya yg terpaut 3 tahun lebih tua di banding diri nya.

Kini Araya menghampiri sang bibi dan duduk di samping nya dengan mata yg sembab.

"sudah jangan kamu tangisi takdir mu sayang, bibi yakin pernikahan ini akan memberikan kebahagian buat kamu" sang bibi memberikan semangat untuk Araya agar tetap tegar menghadapi keras nya kehidupan.

"jika ada masalah atau apapun kk akan selalu ada di depan untuk membela mu tapi penuhilah permintaan ayah demi ibu mu yg sedang sakit" pinta Aisya dengan memohon.

Kini air mata Araya kembali jatuh lebih deras di pelukan bibi Asma, begitu pun dengan Aisya yg menangis melihat keterpurukan sang adik.

Aisya adalah seorang desainer muda yg sedang naik daun, semua orang mengenal nama gadis cantik itu dengan kepintaran dan keanggunan yang Aisya miliki dengan usaha nya sendiri.

Aisya tidak tahan melihat Araya yg malang menangis tersendu sendu hingga akhir nya Aisya menghampiri sang ayah di ruang kerja nya.

Tap

Tap

Tap

Suara langka kaki Aisya mengema di mansion mewah "Ayah" Tanpa aba² Aisya mendorong keras pintu kerja sang ayah dan menimbulkan suara yg begitu keras.

"Aisya, di mana sopan santun mu" Eddy terhentak dari lamunan nya saat Aisya mendobrak pintu.

"Di mana hati ayah! kenapa ayah tega melakukan ini semua dengan Araya gadis malang itu" Ucap Aisya sembari menghampiri sang ayah dan berdiri tidak jauh dari dimas duduk.

"Ayah terpaksa" jawaban dimas membuat Aisya mengernyit kan dahi nya dan menatap bingung.

"Ayah punya hutang yg begitu besar, juga tanggung jawab yang begitu berat karena harus membayar upah para karyawan dan pernikahan ini lah jalan satu² nya agar ayah bisa terbebas dari kebangkrutan, lagi pula tuan Abraham juga yg menawar kan pernikahan ini, lantas bagaimana ayah akan menolak nya, jika kesepakatan ini juga menguntung kan kedua pihak" Eddy menjelaskan semua nya agar Aisya bisa mengerti keadaan nya saat ini.

"Tapi kenapa mesti Araya!" Aisya tidak bisa lagi menahan tangis nya dan menangis terisak isak di depan ayah.

Dimas menghampiri putry semata wayang nya, baru kali ini dimas melihat putry nya menangis begitu keras "lantas siapa yg harus ayah jadi kan pengantin nya!! tidak mungkin ayah membiar kan anak kesayangan ayah menikahi pria tua dan buta" jelas sang ayah dan malah membuat Aisya semakin menangis di pelukan sang ayah.

****

Keluarga Abraham adalah keluarga yg begitu berkuasa dan populer di semua kalangan, keluarga Abraham terkenal sebagai keluarga yg begitu harmonis, jauh dari berita miring dan kasus apa pun itu.

Namun siapa sangka keluarga itu menyimpan begitu banyak misteri salah satu nya adalah, pewaris mereka yg tidak bisa melihat sejak bayi.

Istri Tuan Abraham melahirkan bayi kembar akan tetapi salah satu bayi itu tidak bisa melihat dan membuat Nyonya Lusi begitu malu dan terpuruk.

Akhir nya agar nama baik mereka tidak tercemar, Tuan Abraham dan Nyonya lusi menyembunyikan bayi mereka yg buta di dalam mansion mewah, namun mansion itu berada jauh di tengah hutan.

Evan Abraham seorang pria buta yang sejak kecil hidup di dalam mansion mewah di tengah hutan tanpa memiliki seorang teman hanya beberapa pelayan dan pengawal yang menemaninya.

Namun satu bulan yg lalu Saudara kembar Evan Abraham mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.

Sejak kejadian itu Evan selalu mengamuk dan memberontak ingin melihat sang kakak untuk yang trakhir kali nya.

Namun Tuan Abraham Dan Nyonya Lusy tetap tidak membiar kan Evan pergi walaupun hanya sebentar. Menurut Nyonya Lusy, Evan hanya akan membuat mereka malu jika publick tau Keluarga Abraham memiliki seorang putra yg buta. Walaupun Akhir² ini keberadaan Evan mulai menjadi topik perbincangan di sosial media.

Banyak tudingan bahwa keluarga Abraham memiliki seorang putra yg buta, namun Tuan Abraham lebih memilih bungkam dan tidak membahas soal putra nya yg buta.

Evan Abraham seorang pria buta, namun tidak memudarkan ketampanan yang Evan miliki sejak lahir, Walapun begitu Evan terkenal sebagai pria dingin dan arrogant di mansion.

Setiap hari Evan akan mengamuk dan memberontak, entah penyakit apa yang Evan derita sejak saudara kembar Evan meninggal, yang pasti setiap malam kedua tangan dan kaki Evan selalu di ikat di ujung ranjang agar Evan tidak menyakiti diri nya sendiri saat penyakit Evan kambuh.

IKTM_02

Kini pagi pun menyambut dengan sinar matahari yang masuk ke sela² jendela kamar Araya. Gadis yang sedang tertidur pulas pun terbangun karena silau dari sinar matahari yang mengganggu mata nya.

"Araya bangun sayang" Ucap bibi Asma sembari menarik selimut yang kenakan oleh Araya.

"Ahh Araya masi ngantuk" Bukan nya bangun, Araya malah menarik kembali selimut itu dan menutup seluruh tubuh nya.

"Hari ini kita akan pergi ke rumah calon suami mu, ayo bangun dan bersiap" Bibi Asma kembali menarik selimut Araya.

Araya yang baru bangun pun mengangkat sebelah alis nya "Calon suami" Araya mengulang perkataan bibi Asma barusan.

"Nikah sama siapa coba? pacar saja aku ngak punya" Kata Araya dengan lirih.

"Sudah tidak usah banyak berfikir, sana mandi cepat" Araya pun bergegas masuk kedalam kamar mandi tanpa memperdulikan ucapan bibi Asma

Setelah selesai mandi Araya duduk sembari melihat wajah nya di pantulan cermin dan sekarang Araya sudah mengingat bahwa semalam paman nya berkata ingin menjodohkan Araya dengan anak teman nya.

Asma yang tengah berdiri di depan pintu melihat Araya yang sedang termenung dengan wajah murung nya.

"Araya, Ibu membawakan gaun cantik untuk mu, pakailah dan ibu akan merias wajah mu agar makin cantik" ucap Asma sembari menaruh gaun itu di samping Araya.

Bukan nya bergegas, Araya meraih gaun itu dan menatap nya lama lalu membuang nya ke atas sofa.

"Araya"

"Kenapa harus aku! Kalian pilih kasih" ketus Araya tak terima.

Mendengar ucapan Araya, Asma pun menutup kembali pintu dan duduk di samping ponakan nya. Asma mengelus rambut Araya dengan lembut sembari tersenyum manis.

"Bibi tau Araya pasti tidak akan setuju dan mungkin menurut Araya, bibi pilih kasih atau bibi ini jahat tapi yakin lah bibi sangat menyayangi Araya sama dengan bibi menyayangi Aisya" Jelas Asma sembari mengelus pipi Araya dengan lembut.

"Tapi kenapa harus aku yang melakukan perjodohan ini? kenapa bukan kak Aisya saja" Keluh Araya sembari memeluk tubuh Asma dengan terisak.

"Bibi tau mana yang terbaik untuk putri ibu dan ibu yakin Araya akan bahagia bersama nya" Walaupun Araya masih kecewa dengan keputusan paman nya tapi kalimat sang bibi kini jadi penenang untuk nya.

Setelah mendengar kalimat penenang dari bibi, Araya pun bergegas mengganti pakaian dan setelah itu di make up oleh Asma

.

.

.

Selama di perjalanan Araya hanya diam. Araya meremas gaun yang sedang dia kenakan dengan tangan bergetar. Sepatu bertumit yang tidak perna Araya minati harus menghiasi kaki nya yang dingin.

Araya memang gadis yang humoris, ceria dan pantang menyerah. Entah mengapa di saat seperti ini Araya hanya terdiam dengan seribu bahasa.

Di pertemuan ini Aisya tidak ikut karena sedang sibuk mengurus butik Dan Tanpa terasa mereka bertiga sudah sampai di sebuah mansion besar dan mewah.

Eddy dan Asma turun lebih dulu sedangkan Araya mengikuti mereka dari belakang Dan beberapa pengawal yang menuntun mereka masuk kedalam mansion.

Pandangan Araya tertuju pada sosok pria yang seperti nya perna dia jumpai tapi entah di mana karena Araya sudah lupa.

"Bibi dan Paman masuk lebih dulu, aku sangat gugup, aku akan masuk beberapa menit lagi" Ucap Araya beralasan karena sebenarnya Araya tidak gugup hanya saja Araya sedang memutar otak nya agar terhindar dari perjodohan konyol ini.

Paman dan bibi Asma pun setuju dan masuk lebih dulu meninggalkan Araya sendirian. Araya berjalanan entah kemana sembari terus menggerutu.

"Mana mungkin aku menikahi nya sedang kan aku saja tidak perna mengenal nya" Gerutu Araya sembari terus berjalan.

Araya tidak perduli seberapa kaya nya tuan Abraham meskipun tuan Abraham berteman dengan paman nya. Menurut Araya perjodohan ini sangat lah konyol.

Araya berjalan kembali ke dalam mansion sembari terus menggerutu dan menghentakan kaki.

Brukk

Tanpa sengaja tubuh Araya yang mungil terhempas ke lantai karena menabrak dada bidang seseorang saat ingin masuk dalam mansion.

"Kau tidak apa-apa kan?" Tanyak Varrel.

Deg.. Deg.. Deg..

Jantung Araya terasa ingin berhenti karena terus berdebar debar melihat Varrel berdiri di hadapan nya. Mata Araya bahkan membola penuh dengan mulut yang sedikit menganga.

Ini adalah pertemuan kedua mereka namun Varrel lupa jika Araya perna bertemu dengan nya di rumah sakit karena penampilan Araya saat di rumah sakit dan saat ini sangatlah berbeda.

"Apa kau akan terus duduk di situ" Varrel mengangkat sebelah alis nya. Dan dengan cepat Araya berdiri dan tersenyum pada Varrel.

"Kau tidak apa-apa kan" Tanyak Varrel sekali lagi dan Araya hanya mengangguk sembari tersenyum.

"Baiklah, aku permisi dulu" Varrel pun berlalu pergi meninggalkan Araya dengan terburu buru.

Desiran angin berhembus begitu cepat, Araya diam mematung di tempat hingga kedatangan bibi Asma membuyarkan lamunan Araya.

"Araya, apa yang kau lakukan di sini? Ayo masuk tuan Abraham ingin bertemu dengan mu" Ajak Asma sembari menarik tangan Araya mununtun nya masuk kedalam mansion.

Araya masuk dengan senyuman terukir jelas di bibir mungil Araya dan duduk dengan cepat di sofa mewah.

Eddy yang melihat nya pun mengernyitkan dahi nya dengan kebingungan melihat tingkah Araya yang berubah 180 derajat.

Melihat Araya yang terus tersenyum membuat Eddy sangat senang. Sementara Tuan Abraham menatap Araya dengan wajah serius yang ramah dan juga tenang.

"Ini Araya, keponakan aku yang paling cantik" Ucap Eddy membanggakan Araya.

"Yaa, sangat cantik" puji Tuan Abraham saat melihat senyuman manis Araya dengan gigi yg putih dan bersih, apalagi Araya memiliki gigi ginsul membuat senyuman Araya semakin cantik.

"bagaimana, Tuan Eddy apakah Araya setuju kalau.." belum sempat Tuan Abraham melanjutkan perkataan nya, Araya dengan cepat menyela ucapan tuan Abraham

"Ya, Aku setuju"

Sontak semua orang menatap Araya, begitu pun dengan Asma yang begitu kaget mendengar jawaban lucas dari bibir manis Araya.

Eddy menatap Araya dengan wajah yang susah di artikan. Entah apakah Eddy harus bahagia atau curiga karena Araya mendadak saja menerima perjodohan ini walaupun Eddy tau kemarin Araya sangat menolak perjodohan ini.

"Waahhh.. hahaha!! Ponakan Tuan Eddy sangat manis. Kalau begitu, kita bisa bicara kan pernikahan ini secepat nya" Ucap Tuan Abraham dengan tersenyum.

"Araya, Silahkan kamu baca surat kontrak ini dengan baik, jika setuju kamu boleh menanda tangani nya" Tuan Abraham menyodorkan beberapa berkas yang berisi perjanjian setelah menikah.

"Baiklah" jawab Araya cepat dan segera menanda tangani surat itu tanpa membaca nya terlebih dahulu "Selesai" ucap Araya sembari menutup pulpen dan menyodorkan kembali surat itu ke depan Tuan Abraham.

"Kamu sangat bersemangat, hingga tidak membaca perjanjian nya terlebih dahulu, apakah kamu tidak akan menyesali nya" tanyak Tuan Abraham sembari mengernyitkan dahi nya.

"Dia tidak akan menyesali nya, sebab dengan menikahi putra ku yang tidak berguna itu dia bisa terkenal sebagai Nona Muda keluarga Abraham" Seringai tipis terukir di wajah Nyonya Lusy  dan memandang rendah keluarga Araya.

Suasana menjadi begitu tegang dan hening saat Nyonya Lusy datang dan duduk di samping Tuan Abraham sembari menuangkan jus yang telah di siap kan oleh para pelayan.

IKTM_03

Suasana menjadi begitu tegang dan hening saat Nyonya Lusy datang dan duduk di samping Tuan Abraham sembari menuangkan jus yang telah di siap kan oleh para pelayan. "Jadi kapan kamu akan menemui putra ku" tanyak Tuan Abraham memecahkan keheningan.

"Tidak perlu Tuan, aku sudah melihat nya saat masuk kedalam mansion tadi" Araya berkata sembari tersenyum mengingat sosok Varrel yang sangah gagah.

Seketika raut wajah Tuan Abraham berubah, mengernyitkan dahi nya dan menatap Araya dengan bingung.

"Hahaa... Aku tau kau pasti sudah melihat putra ku yang tampan itu kan" Nyonya Lusy tertawa meledek namun Araya hanya tersenyum dan menggangguk pelan.

"Jangan bermimpi terlalu tinggi, dia adalah pewaris kekayaan keluarga Abraham tidak akan perna sepadan dengan mu, Paham" Nyonya Lusi berbisik dan menekan kata² ini hingga Araya hanya bisa diam mematung.

"Seperti nya ada kesalah fahaman di sini, Mungkin saja kamu baru bertemu dengan putra bungsu ku Varrel Abraham" Jelas Tuan Abraham membuat Araya melongo.

Entah bagaikan di sambar petir di pagi hari, Seketika senyuman Araya luntur dan hanya bisa diam membisu dan menatap Tuan Abraham tanpa berkedip dengan mulut yang sedikit menganga.

Ibarat perjanjian Araya telah meletakkan stempel persetujuan di atas materai dengan tanda tangan. Araya tidak mungkin bisa menolak atau membatalkan perjanjian.

"Tadi Araya sudah menyetujui nya Tuan, berarti pernikahan akan segera di lakukan" Eddy dengan cepat mengakatan ini, takut Araya akan membatalkan atau memberotak lagi.

"Bagus lah, kami kesulitan mencarikan pasangan buat putra ku yang satu itu. Aku mempercayai kalian menjaga rahasia ini karena aku tidak bisa mempercayakan putra ku dengan orang lain" Setelah mengatakan ini Tuan Abraham menuangkan teh ke dalam cangkir porselin yang mewah.

"Aku sudah menjaga nama baik keluarga ini sejak lama, aku tidak ingin ada orang yang tahu tentang putra ku yang buta tapi percaya lah putra ku itu sangat baik dan pernikahan ini akan dilakukan tertutup, hanya kerabat dekat yang di undang" Lanjut Tuan Abraham

Seberapa keras pun Tuan Abraham memuji Evan Abraham, Araya tetap tidak akan mempercayai nya karena gosip dan rumor tentang nya yang begitu dingin dan Arrogant tersebar luas.

.

.

Pertemuan itu berjalan dengan baik hanya saja tatapan penuh kehinaan dan keangkuhan  Nyonya Lusi yang menakutkan dan licik seperti nenek sihir.

Di dalam mobil Araya hanya diam membisu, entah apa yang sedang Araya pikir kan yang jelas tatapan Araya begitu kosong dan air mata yang berjatuhan di pelupuk mata.

Kini mobil yang di tumpangi Araya telah sampai di mansion mewah. Setelah mobil itu berhenti Araya segera berlari keluar melewati semua orang dan berlari menuju kamar.

Melihat Araya yang begitu terpuruk, Asma hanya bisa mengelus dada, sedang kan Eddy hanya bisa menggelengkan kepala dan merasa bersalah pada gadis kecil itu, biar bagaimana pun Araya juga anak nya yang sangat dia sayang sama seperti Aisya.

🍃🍃🍃

Hari demi hari berlalu namun Araya masih seperti sebelum nya duduk merenung dan tidak banyak bicara di dalam kamar padahal hari ini adalah pelaksanaan pernikahan.

Dengan gaun pengantin yang begitu indah dan mewah, Araya duduk menghadap cermin dengan wajah suram. menatap bayangan nya yang seperti gadis bodoh di sana.

"Kalian semua jahat!!" teriak Araya melempar sebuah botol parfum tepat ke cermin saat melihat diri nya yang begitu menyedihkan.

Dari balik kamar Aisya mendengar suara Araya yang berteriak histeris. Ingin rasa nya Aisya masuk ke dalam menenangkan sang adik namun Aisya mengurungkan niat nya takut Araya akan semakin mengamuk.

Setelah menunggu hampir satu jam akhir nya pengawal Tuan Abraham datang menjemput calon pengantin Tuan Muda.

Araya berjalan nampak begitu cantik dan anggun walaupun tidak ada senyuman di wajah Araya sedikit pun, hanya mata yang sembab namun tidak memudarkan kecantikan yang Araya miliki.

Araya berjalan sembari melihat ke kiri dan kanan berharap ada celah sedikit pun untuk Araya bisa kabur dari pernikahan buruk ini. Namun pengawal Tuan Abraham yang begitu banyak dan Keluarga Araya yang terus memperhatikan gerak gerik Araya membuat Araya tidak bisa kabur dan hanya pasrah saja.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Setelah cukup lama akhirnya mobil itu berhenti di sebuah mansion mewah mirip istana tak jauh dari pusat kota.

Sebelum keluar dari mobil Araya menatap keluar jendela, ada begitu banyak orang yang menunggu kehadiran nya.

"Bukan kah pernikahan ini di lakukan tertutup" Tanyak Aisya yang juga memperhatikan mansion mewah itu, namun Araya tidak menjawab pertanyaan itu.

"Ayo kakak bantu kamu turun, kamu jangan gugup dan jangan lupa untuk tersenyum" Ucap Aisya sembari mengulurkan tangan dengan senyuman indah terukir di wajah nya.

Araya pun menerima uluran tangan Aisya lalu berjalan di red karpet dan melewati begitu banyak orang dengan pandangan yang berbeda beda.

Di depan pintu mansion Nyonya Lusi telah menunggu Araya dan melebarkan tangan buat Araya untuk memeluk nya.

"Perkenalkan menantu ku yang sangat cantik dan manis. Dia memang cocok bersanding dengan putra ku yang tidak berguna itu"  Nyonya Lusy berkata dengan keangkuhan nya.

"Cih!! ibu nya saja tidak suka dengan pria itu, bagaimana aku akan betah atau bahagia dengan nya" batin Araya merasa takut.

Araya kembali berjalan menuju Altar pernikahan dan tempat janji suci akan di lakukan. Dengan kepala yang di hiasi selendang putih Araya berjalan menjauh dari keramaian.

Di sana hanya ada beberapa orang saja dan wartawan, serta fotografer untuk mengambil gambar mereka.

Setalah beberapa menit Akhir nya mempelai pria datang menggunakan kursi roda yang di dorong oleh Varrel dan di dampingi oleh pengawal. Pertemuan untuk ketiga kali nya Araya melihat Varrel dan tetap saja terpesona akan ketampanan Varrel. Sampai-sampai Evan yang sudah berada di samping nya pun  di hiraukan begitu saja.

Samar samar Araya melihat Evan Abraham duduk tepat di samping nya. Evan menggunakan stelan jas yang begitu keren dan senada dengan gaun yang Araya kenakan.

Mata Araya membola lebar saat melihat dengan jelas wajah sang suami walaupun Evan menggunakan kacamata hitam namun  Evan tetap terlihat gagah dan berkarisma.

Deg.. Deg.. Deg

Jantung Araya seakan ingin berhenti karena terus berdebar debar melihat ketampanan Evan.

Araya fikir di dunia ini hanya Varrel yang memiliki wajah tampan. Ternyata Araya salah besar, Evan bukan hanya tampan tapi Evan begitu sempurna walaupun memiliki kekurangan fisik.

Araya terus melirik Evan dari balik selendang yang Araya kenakan tanpa sadar Evan telah mengucap kan janji suci di depan penghulu.

Saat semua orang bergemuruh dan bertepuk tangan, Araya terhentak dan dengan cepat memalingkan wajah nya.

Setelah mengucapkan janji suci, Evan memasangkan cincin permata di jari manis Araya begitu pun sebalik nya, Araya juga memasangkan cincin untuk Evan walaupun tangan Araya sangat gemetar dan gugup.

Setelah prosesi bertukar cincin, Kini masuk ke prosesi di mana Evan akan mencium kening Araya.

Semua tamu, wartawan dan fotografer bersiap mengambil foto mereka dan semua orang pun bertepuk tangan.

Cup.. Cup..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!