NovelToon NovelToon

Will You Be My Brother?

Hari baru Kiara

Pagi menyapa dengan hangatnya, mentari yang mulai memancarkan sinar dan burung-burung berkicau dengan merdu didepan halaman rumah kost yang dihuni oleh 2 orang cewek remaja yang hendak masuk kuliah perdana. Masa Pengenalan mahasiswa sudah lewat, saatnya mereka memulai rutinitas barunya sebagai mahasiswi salah satu Universitas di Lampung. 

Kiara Medina mahasiswi Fakultas Pendidikan yang sudah siap dengan rok panjangnya dan Zeva Vadilla mahasiswi Fakultas Ekonomi murni yang sudah siap dengan pakaian bebasnya. Maklum anak FKIP memang harus memakai rok sedangkan anak Fakultas lain bisa memakai pakaian bebas bahkan celana jeans saat kuliah asalkan memakai kemeja sebagai atasannya. Mulai memakai sepatu.

"Lu make sepatu kets?" Zeva terheran melihat Kiara memakai sepatu kets. Dia memicingkan mata melihat penampilan Kiara dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

Rambut diikat rapi ke belakang tidak lupa poni kesayangan untuk menutupi dahi lebarnya.

Kemeja berwarna putih tulang disertai dengan sablonan tulisan panjang bak koran berjalan dimasukkan rapi ke dalam pinggang roknya. 

Rok berbentuk sedikit mekar kebawah berwarna hitam. Sepatu kets berwarna putih.

Zeva menepukkan kedua tangannya "Tren terbaru di dunia FKIP dimulai" tawanya renyah disambut kicauan burung.

"elu emang paling sopan kalo ngatain temen." Kiara dan Zeva mulai berjalan menuju kampus yang letaknya tidak jauh dari rumah kost mereka. Jaraknya hanya 200meter saja. Jadi jalan kaki saja biar sehat. Sampai didepan gerbang mereka berpisah menuju Fakultas masing-masing.

***

Kiara terbilang cantik, memiliki kulit kuning langsat dengan rambut bergelombang ikal bawah tanpa harus ke salon. Hidung bulat dan pipi tembam serta bibir mungil seksi yang selalu merah muda. Namun sayang dia tidak pernah menyadari kalau dirinya cantik, karena sewaktu SMA dia selalu dirundung teman-temannya. Dia memiliki dahi yang sedikit lebih lebar dari teman-temannya, alias jenong. Kiara selalu menutupinya dengan poni, oleh karena itu teman-temannya bahkan sahabatnya pun kadang mengejeknya. Kiara sering terlibat persahabatan Toxic sewaktu SMP sampai SMA oleh karena itu mulai sekarang ia pun akan berteman hanya sekedarnya saja agar tidak kesepian.

Hanya karena rundungan teman-temannya itu sampai saat ini ketika ada yang memujinya cantik dia merasa itu ejekkan bahkan menurut dia pujian itu tidak pantas untuknya. Maka dia akan berekspresi biasa saja atau bahkan cuek ketika ada orang yang mengatakan dia cantik.

Kini, ia bahkan bingung teman seperti apa yang bisa ia dapatkan. Apakah teman yang toxic lagi? Apakah dia akan punya teman? Kiara memutuskan tidak mau berkenalan terlebih dulu dengan teman-teman barunya. Dia terlalu sakit kalau harus memohon menjadi seorang teman lagi. Biarlah Kiara sendiri saja kalau memang tidak ada yang mau berteman dengannya.

***

Kiara mulai merasa ada yang memperhatikan penampilannya. Namun dia yang percaya diri dan cuek membuatnya tidak perduli pada tatapan-tatapan heran para mahasiswa lain.

Kiara sampai dikelas dan duduk dibangku dekat tembok. Mulai ada teman yang menghampirinya duduk dibangku kosong sebelah kanannya, disusul ketiga temannya yang duduk berdekatan.

"Dosennya belum dateng, padahal udah buru-buru gue sampe lari ke lantai 3 ini. Setan emang!" Celoteh si cewek berambut panjang hitam yang dibiarkan digerai olehnya dengan mata belok dan hidung mancungnya memperlihatkan kekesalan karena sang dosen belum tiba. Si cewek mulai nengok kearah Kiara.

"Aizhu Wendari" dia mengulurkan tangannya pada Kiara. Namun belum sempat Kiara membalas uluran tangannya tiba-tiba ada yang nimbrung.

"hah? Asu?" teriak seorang gadis mungil didepan Kiara yang langsung memutar badannya kearah merek yang sedang berkenalan.

"Enni Nastiti..." Uluran tangan Aizhu disambutnya.

"Heh!!!! Kuping lu kalo nangkep suara yang bener napa! Aizhu!" Uluran tangan Enni disambut kasar.

"What? I see u?" Kiara merasa mendengarnya begitu.

Aizhu menghela nafas dan memutar bola matanya jengah. Ada apa dengan anak-anak ini? Apa telinga mereka rusak? Atau pegucapannya yang salah?

"ICU loh cah, kupingnya dipasang yang bener to makanya" Timbrung salah seorang "kenalin, aku Zahida" Gadis berlogat jawa medok itu mengulurkan tangan dengan sopan dan disambut oleh Aizhu.

Makin kesal karena sudah ada 3 orang yang salah menyebutkan namanya Aizhu mulai diam sebelum mengatakan sesuatu.

"Terserah lu pada lah" Mulai bete.

"Coba kamu tulisin nama kamu disini dengan benar, karena terdengar lain-lain ditelinga kami" Tambah seorang gadis berwajah teduh bernama Ifa, yang duduk disebelah Zahida.

' AIZHU WENDARI ' pemilik nama menuliskannya dengan huruf kapital dan besar diatas buku tulis milik Ifah.

Hahahahaa...

Hahahhaha....

Hahahahaa...

Semua terbahak kecuali Aizhu sendiri. Ia merasa sial hari ini karena berlari kencang dari kosannya dan sampainya ia dikelas justru disambut dengan tawa ejekkan atas namanya. Namun Aizhu adalah gadis yang tomboy dan super cuek serta ia sangat humoris jadi hal seperti ini tidak membuatnya merasa kesal. Kiara, Enni, Zahida dan Ifa pun merasa mereka satu frekuensi karena menemukan teman seperti Aizhu yang unik dari nama, penampilan dan gaya bicaranya yang frontal. Bahkan ia yang terlihat kesal sangat menggemaskan bagi mereka dan tidak terlihat marah sungguhan.

"Seneng lu pada!'' Aizhu memicing dan membuang muka " bodo amat!!!"

"Jadi panggilan lu apa ya enaknya?" Kiara menaruh telunjuk di dagunya.

"Bodo!!" Aizhu menjawab masih dengan muka kesal.

"Shu aja.." Jawab Enni gesit.

"Heh!! Cari masalah emang ni anak dari tadi" Aizhu mulai emosi dan berdiri dari tempat duduknya "lu kira gue Asu.. Sa su sa su!"

"Eh jangan emosi dong, becanda loh gue ini" Enni mulai membujuk dan menyuruh Aizhu duduk kembali.

"Panggil gue Aiz! Oke?" Aizhu memastikan dengan melirik satu persatu dari mereka.

"Oke" Ifa menjawab dengan senyum.

"iyaa Aizzzz.." Zahida dengan logat medoknya.

"Oke Su..!" Kiara dan Enni kompak lalu mereka tertawa bersama, sementara Aizhu menepuk dahinya kasar. Baru kali ini dia berkenalan dan namanya menjadi sebuah perbincangan. Dia tidak marah justru ikut tertawa diakhir.

"ngomong-ngomong kita udah kaya kenal lama ya" Zahida memotong tawanya.

"iya, kaya udah kenal dari bayi" Kiara mulai melantur.

"Udah deh, kita ini satu klen" Enni memastikan.

"Gue juga heran kenapa ga marah ya" Aizhu terkekeh diikuti yang lainnya.

***

Perkuliahan dimulai dengan perkenalan dosen dan jadwal mata kuliah untuk setiap dosen. Hari ini cukup 3 mata kuliah saja, Kiara dan teman-teman barunya berpisah diparkiran motor. Enni dan Zahida pulang ke rumah mereka yang tidak jauh dari kampus menggunakan motor sementara Ifa, Kiara dan Aizhu berjalan beriringan menuju pintu gerbang, sampai ada pesan masuk di handphone Kiara.

Zeva : " Udah selesai kuliah belum? nongkrong sini didepan gedung UKM Mapala."

Tanpa membalas pesan sang teman, Kiara berjalan menuju tempat yang dimaksud meninggalkan Ifa dan Aizhu yang masih berjalan beriringan.

Zeva melambaikan tangannya pertanda dia masih disana. Kiara sampai didepan perkumpulan orang-orang yang berpenampilan santai ditengah kampus.

"Nah kenalin bang ini temen kosan gue namanya Kiara Me-" Zeva menjeda kalimatnya "Mendingan kenalan sendiri ajalah" 

"Hai, aku Kia." satu persatu menjabat tangannya.

"Jun"

"Ferdi"

"Surya"

"Alex"

"Nevi"

"Duh suaranya sopan banget masuk telinga" Ujar Jun sembari memperhatikan wajah Kiara dengan senyuman sok manis ala bad boy.

"Emang ada orang kenalan suaranya ga sopan?" balas Nevi.

"Ada nev..." Tambah Ferdi.

"yang kaya gimana fer?" Nevi terlihat penasaran dan menunggu jawaban namun Ferdi justru mengedip-ngedipkan kedua matanya membuatnya makin penasaran.

"Sini gue bisikin" Nevi mendekatkan telinganya kearah Ferdi dan bersiap mendengarkan.

"yang kaya elu!!!" Ucap Jun, Ferdi, Surya dan Alex bersamaan kemudian terbahak.

"****** lu pada ya!" Nevi terlihat kesal dan melempar kulit kacang yang tengah mereka nikmati bersama dibawah pohon.

Kiara dan Zeva hanya ikut tertawa terbahak merasa terhibur dengan kebersamaan mereka.

"Lu mau daftar Mapala juga dek?" tanya Jun

"Eh, nggak bang cuma nemenin Zeva aja"

"Daftar aja loh, asik kok. Nanti kita bisa menjelajah alam dan belajar banyak soal organisasi disini sembari menikmati ciptaan-Nya" Zeva mulai sok bijak.

Kiara menempelkan telapak tangannya ke dahi Zeva "nggak demam nih"

"Lah emang gue demam kenapa?" Zeva mengerutkan dahinya. Seketika hening karena perbuatan Kiara.

"Elu demam Mapala kayaknya" Kiara manggut-manggut.

Hahahaaa...

Hahahhaa...

Gelak tawa Jun dan teman-temannya memecah hening karena kelakuan Kiara.

"Elu cantik-cantik stress juga ternyata ya" Alex mulai tertarik dengan gaya berbicara Kiara.

"Aduh lengkap amat jadi manusia, udah cantik humoris pula" Nevi menambahkan.

"Emang kalo cm nambah humoris doang jadi paket lengkap ya kak?" Zeva mulai heran

"Disini begitu, kalo yang cantik banyak. Tapi cantik plus humoris itu susah didapetnya karena yang cantik itu rata-rata jaim dan anti humor.

"Dah lah lu daftar Mapala aja gih" Surya yang dari tadi sibuk memetik gitarnya pun mulai bersuara.

"Nih brosurnya, kalo udah diisi kasihin saya lagi ya" Pungkas Surya.

"Aku kira abang ga bisa ngomong" Kiara nyengir memperlihatkan senyumnya yang garing.

"jangankan ngomong, mencintai kamu juga saya bisa" Gombal sang Surya.

"Demi apa, gue mulai memudar" celetuk Kiara sembari menampar pipinya pelan.

"Meleleh woii...!!"

Mencari calon Brother

Sudah satu minggu perkuliahan aktif dilakoni Kiara dan setiap sore hari ia setia menemani Zeva untuk latihan fisik di kampus, tepatnya diarea Wall Climbing Mapala. Latihan pun selesai pukul 5 sore. Kiara yang duduk di tangga sendirian dihampiri oleh Surya yang selesai berlari berkeliling area kampus. Surya duduk tepat disamping Kiara.

"Mau minum ga dek?" tawar sang Surya sebelum meminum air mineralnya.

"Dia yang nawarin eh dia yang minum juga" gumam Tiara. Tiba-tiba Kiara ingin menanyakan sesuatu dan menepuk bahu Surya. "Eh abang Matahari gue ma-" Kiara Kaget karena Surya menyemburkan air minumnya dari mulut.

Bbbuuhh..!!!

Surya tersedak dan batuk-batuk.

Uhhuukk..

Uhhuukk..

"Eh dia malah keselek" Kiara menepuk-nepuk punggung Surya untuk meredakan sesak didadanya.

"Gue salah dengar nggak sih? Lo manggil gue matahari?" Surya mengerutkan dahi dan mmellirik Kiara.

"Nah.. Dari pada gue panggil 'bang rokok' kan?" Kiara mengarah ke merk rokok.

Hahaha...

Hahaha...

"Eh, lo udah punya cowok belom?"

"Belom"

"Kenapa?" Surya penasaran.

"Abang gue ga ngebolehin gue pacaran dulu sebelum semester 4"

"Lo punya abang?"

"Emmm.. Iya. Abang sepupu sih, tapi gue kemana-mana selalu sama dia dan apa-apa curhat sama dia. Karena dirumah ga ada orang laki-laki kecuali bapak gue yang udah ubanan jadi gue ngerasa nyaman sekaligus seneng karena berasa punya temen tapi ada yang ngelindungin" Kiara kebablasan curhat "Eh maaf bang gue malah numpang curhat" Kiara menutup mulutnya kemudian diam.

"Nggak apa-apa. Kami di Mapala jg adalah orang-orang yang kesepian di rumah dek. Ada yg broken home, ada yang ditinggal kerja keluar kota ada yang orang tuanya sibuk sepanjang masa" Surya ikutan curhat.

"Jadi, bagi kami Mapala ini kaya rumah kedua. Persaudaraan kami juga bagaikan saudara kandung sejauh ini. Kalau ada yang sakit kami ikut sakit kalau ada yang bahagia kami juga ikut bahagia. Begitulah kira-kira" Surya kembali menambahkan.

"Sebenernya gue juga lagi nyari seorang Brother bang, yang bisa gantiin abang gue" Tatapan Kiara mulai nanar.

"Tapi apa mungkin ya bang, ada persaudaraan yang nggak sedarah tapi bisa sedeket saudara kandung?" Kiara mencoba mencari jawaban dimata Surya.

"Ada lah, disini tempatnya.. Di Mapala" Surya menunjuk sekretariat Mapala yang tidak jauh dari sana.

''Emh..." Kiara manggut-manggut.

"Eh tapi ngomong-ngomong Abang lo emang kemana?"

"Dia udah ga di sini bang"

"Innalillahi.. Gue turut berduka ya dek. Maaf kalo ngingetin lu ke hal yang menyedihkan" Surya terlihat menyesal dan ikut sedih.

Kiara melirik bingung "Abang gue ga meninggal bang, dia cuma pindah ke luar kota"

"Yassalaam...!!" Surya menepuk dahinya.

***

Zeva selesai mandi dan memasak untuk makan malam mereka berdua. Maklum Kiara belum bisa masak karena dia punya kakak perempuan, jadi semuanya mengandalkan sang kakak sewaktu dirumahnya Kiara tinggal makan dan cuci piring. Begitu juga disini sekarang bersama Zeva, dia bertugas bersih-bersih dan cuci piring setelah makan. Zeva 1 tahun lebih tua dari Kiara jadi ia merasa ada sosok seorang kakak perempuan yang lain disini.

"Eh Zev, apa gue daftar Mapala aja ya?" Kiara tiba-tiba membuka obrolan.

"Elo sekarang demam Mapala juga? Hah!!" Zeva meledek.

"Ish.. Ga boleh apa?" Kiara terlihat cemberut "gue ngerasa nyaman dan nyambung gitu kalo ngobrol sama mereka. Udah satu minggu ini gue nemenin lo latihan fisik, gue ga pernah dicuekin walaupun bukan calon anggota"

"Itu karena elo cantik, jadi mereka seneng ada pemandangan bagus abis capek latihan fisik" Zeva berpikir demikian.

"Ah masa? Ada kok anggota yang cantik juga. Si kak citra, kak Ria dan kak Neni" Kiara mengingat-ingat wajah cantik dan feminim kakak Mapala senior.

Selesai menyantap makan malam mereka kembali ke kamar dan memeriksa tugas kuliah mereka kemudian menyiapkan buku untuk jadwal kuliah esok hari.

Drrttt...

Drrttt...

Handphone Kiara bergetar, tanda pesan diterima.

No name : Hai dek, lagi apa?

Kiara : siapa ya?

No name : Thariq

Kiara : Dapet nomor gue dari siapa?

No name : Dari data mahasiswa

Kiara tidak membalas lagi, ia merasa aneh chatting dengan orang yang belum ia kenal.

"Masa dapet nomor gue dari data mahasiswa katanya" Kiara berceloteh.

"Ya siapa tau bener, kan emang data kita masuk kampus. Berarti dia anak BEM kali, jadi tau data mahasiswa baru" Zeva menebak "eh jangan-jangan pak dosen kali" Zeva meledek.

"Dih ... kurang kerjaan amat!"

***

Pagi ini Zeva tidak ada mata kuliah, Kiara enggan berjalan kaki sendirian akhirnya ia naik kendaraan umum, tidak sampai 1 menit ia sampai didepan gerbang kampus. Pemandangan gerbang dari awal kuliah adalah 'Para cowok berbaju hitam' alias para mahasiswa teknik sipil yang didominasi oleh para cowok. Para mahasiswa teknik sipil rajin memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL) mereka setiap hari. Terkadang tidak dipakai pun merek tetap menentengnya kemana-mana sebagai bentuk solidaritas dan loyalitas serta kecintaan mereka terhadap fakultas teknik.

"Hai cewek" goda seorang cowok berambut gondrong dan berkulit kuning langsat yang gayanya bak boyband korea. Kiara melihat sekilas nama yang terpampang di bagian dada kirinya 'Denny'. Oke. Sudah di ingat.

Kiara hanya tersenyum dan mengangguk dengan godaan dan sapaan dari mereka. Dia tau mungkin cara dia berpakaian menarik banyak mata untuk kepo dan menggodanya. Kiara tetap percaya diri karena ia merasa nyaman dengan pakaian yang ia kenakan hari ini.

Seperti hari-hari kemarin Kiara selalu jadi pusat perhatian banyak mata di kampus karena pakaiannya yang tidak sesuai fakultasnya. Namun baginya ini termasuk pakaian sopan dan bahkan dosennya pun tidak pernah protes.

Hari ini Kiara memakai rok mekar sampai betis berwarna coklat susu dengan kaos kaki sampai lutut berwarna hitam dan sepatu kets berwarna senada, kemeja crop putih, tas ransel berwarna hitam bergaris merah kuning hijau bak lampu lalu lintas tidak lupa rambut diikat ke bagian belakang dan poni yang wajib diturunkan sampai alis. Kiara terus berjalan santai dari gerbang sampai fakultas nya, sehingga banyak pasang mata yang terus memperhatikannya. Tidak perduli. Kiara cuma tersenyum ketika ada yang saling berbisik membicarakan penampilannya.

"Wooii...!!! Aizhu menepuk bahu Kiara " Ngapain berdiri disini?"

"Lagi ngumpulin tenaga" Balas Kiara santai sambil menatap gedung berlantai 3 didepan mereka.

"Tenaga lo pada buyar kemana emang? Kok ga ngumpul?"

Kiara melirik tajam "Lo liat lantai 3 kelas paling ujung itu?"

"iya" Aizhu memperhatikan kelas yang dimaksud.

"Itu jauh bangeeeeet " Kiara lunglai.

"Ya elaaahh... Kirain apaan. Dahlah ayoo naik keburu mulai tu kelas kita" Aizhu menarik ransel Kiara sambil berjalan.

Dari SD sampai SMA Kiara terbilang mempunyai fisik yang lemah. Upacara bendera setiap hari senin saja sering ia tinggalkan karena pingsan atau kelelahan berdiri terlalu lama. Namun disini Kiara seperti dipaksa oleh luasnya kampus dan tingginya gedung yang membuat kakinya makin kuat menapaki setiap langkahnya menuju kelas, tempat ia belajar. Kiara makin kuat.

Pertemuan dengan No Name

Siang yang terik dan menyilaukan mata membuat Kiara dan Aizhu kehausan setelah mengikuti 3 mata kuliah sekaligus. Lapar mulai melanda ketika mereka sampai dilantai 1.

"Gue udah nggak kuat ini, bisa gendong gue aja nggak?" Kiara mulai ngesot dipinggiran tangga terakhir.

"Lo payah amat dah... naik capek, turun capek. Tadi harusnya lompat aja biar ga capek. Pake repot-repot turun tangga"

"Metong lah gue" Kiara bergeming.

"Nggak bakal! Palingan patah tulang atau geger otak aja" jawab Aizhu datar "dan paling nggak, elo bisa mengurangi populasi cewek cantik dikelas kita..hahaaaa" Aizhu tertawa puas.

"Ya Allah, Engkau memang telah mengabulkan doaku 'yang tidak akan punya temen toxic' tapi tolong ya Allah jangan juga kasih aku temen sableng kayak dia. Amiin"

Aizhu menoyor kepala Kiara pelan "Heh!! Bersyukur lo punya temen sableng tapi nggak gendeng. Gue masih selalu nemenin elo walaupun gur sendiri nggak tau kenapa mau-maunya nemenin"

"Mungkin kita jodoh su.."

"Dih mit amit" Aizhu bergidik.

Ifa, Enni dan Zahida pun baru turun dan ikut bergabung dengan Kiara dan Aizhu yang tengah beristirahat.

"Kalian ga leper atau haus apa? Malah nyantai disini" Enni bertanya dengan polosnya.

"Biasa lah, nemenin pemuda jompo nih, encok kayaknya abis turun dari lantai 3 udah nggak kuat bediri" Aizhu sudah beberapa kali menemani Kiara yang kelelahan seperti ini.

Kiara sudah tidak ada daya dan upaya untuk mengobrol dengan mereka. Sangat Lapar.

"Aku sama Ifa mau ke kantin ya gaes, laper dan haus poll. Ora kuat ini panas banget tenggorokannya" Zahida pamit duluan menuju kantin.

"Iya buruan ke kantin gih keburu kebakaran tu tenggorokan" Aizhu meledek sembari melambaikan tangan pada Ifa dan Zahida yang sudah jauh dari tempat mereka berdiri.

"Gue ikuuuut..." Kiara mengangkat tangannya meminta dibangunkan.

"Ngerepotin lo!!!" Aizhu membangunkan dan menepuk dahi Kiara.

"Mau gue papah sekalian ga?" Tawar Enni.

"Ga usah!! mending lo bawain kursi roda atau tandu sekalian lebih bagus" Aizhu mengacungkan jempol didepan wajah Enni.

"Lo kira gue sakit"

"Emang lo sakit" Aizhu menyenggol lengan Enni.

"Sakit jiwa!!!" Ujar Enni dan Aizhu bersamaan kemudian terbahak.

Mendengar ucapan mereka, Kiara mendadak segar dan brutal ingin memakan seseorang. Melihat ekspresi Kiara yang menakutkan Aizhu dan Enni berlari kencang menuju ke kantin sementara Kiara mengejar mereka dengan wajah kesal dan lapar. Sampai di kantin.

"huh..huh..huh..Akhirnya sampe sini juga gue" Kiara bangga.

"Wahh.. Hebat. Kamu berhasil nyusul kami Kia. Ayo makan keburu pingsan nanti" Ifa menyemangati.

"Ngeledek lo ya?"

Mereka berlima akhirnya makan bersama dengan tenang. Sama-sama lapar dan lelah jadi sudah tidak punya energi lagi untuk mengobrol satu sama lain. Selesai makan ada pesan masuk di Handphone Kiara.

No name : 'dimana dek?'

Kiara: 'di kantin'

No name: 'Gue kesana ya?'

Kiara : 'Kalo orang laper atau haus biasanya sih kesini'

Tidak ada pesan masuk lagi, ia pun memasukkan handphone nya kedalam saku.

"kita udah ga ada jam kuliah lagi kan?" Tanya Enni pada dua temannya yang smart dan rajin.

"Nggak ada kok" Jawab Ifa.

"Kenapa En? Kamu mau pulang?" tanya Zahida.

"Nggak sih, mau shoping dulu sama temen" Jawab Enni kemudian berdiri dan berpamitan untuk undur duluan.

Sudah hampir satu bulan Kiara kuliah, hanya ada 4 temannya ini yang selalu pengertian dan tidak keberatan dengan sifat dan sikapnya. Bahkan ketika salah satu dari mereka pamit, tidak ada yg menggunjing ataupun berbicara hal buruk tentang mereka yang tidak ada. Berbeda dengan pertemanannya semasa SMA yang penuh kepalsuan dan toxic. Sebentar disayang sebentar ditendang.

"Lo udah sanggup jalan dengan normal kan?" tanya Aizhu pada Kiara.

"Udah udah, gue udah full baterai nih"

"Cah, gue duluan ya mau nyuci baju dulu di kostan cucian gue numpuk" Aizhu pun berlalu, menyisakan Kiara, Ifa dan Zahida.

"Aku mau ke masjid dulu ya ketemu temen, sekalian nyicil tugas" Ifa mulai undur.

"Aku ikut kamu ya fa" Susul Zahida disertai lambaian tangan kepada Kiara.

Berpikir...

Berpikir...

Mau kemana dia sekarang. Di kostan sendirian akan bosan. Di kantin sendirian pun akan boros. Masih berpikir.

Kring...

Kring...

"Astagfirullah!!! ngagetin aja ni hape" Kiara yang tengah berpikir keras pun kaget mendengar dering handphone nya.

"Iya, siapa ya?"

"Masih nanya siapa? Emang nomor gue ga lo save dek?" Tanya seorang cowok diujung telfon.

"Belum, soalnya belum pernah ketemu"

"Kalo gitu, ayo ketemu" tantang si penelpon.

Kiara keluar dari kantin masih dengan handphone di telinganya. Dia berjalan menyusuri lorong gedung FKIP dan kemudian si penelpon kembali berbicara.

"Elo balik badan dek" perintahnya.

Kiara membalikkan badannya. Ia melihat sudah ada sosok cowok yang berdiri tepat satu meter didepannya. Berpostur tinggi, rambut lurus belah tengah, berkulit bersih kuning langsat dengan senyuman manis yang menghiasi wajah teduhnya.

"Gilaaa... Tu muka apa ubin masjid? Adem banget dilihatnya" Hati Kiara meronta-ronta melihat kegantengan yang ada didepannya.

"Mau telponan aja?" Si cowok mengangkat Hape nya karen saluran telfonnya belum dimatikan.

"Eh.. Nggak" Kiara mematikan Hape.

"Bisa tiba-tiba didepan gue dari mana datengnya? Elo bisa ngilang?"

"Iya. Nanti tiba-tiba di kostan elo juga bisa dek" jawabnya "Gue dari sekretariat BEM" Tambahnya seraya menunjuk ke gedung sebelah tempat Kiara lewat tadi.

Kenalin " Thariq Budiman"

Kiara manggut-manggut "Kiara...panggil Kia aja"

Kiara memicing " gue panggil elo apa ya bang? Elo kakak tingkat gue kan? Jadi gue panggil abang siapa?"

"Thariq aja.. T-H-A-R-I-Q pakai qolqolah ya... jadi bunyinya 'Thoriqho', kalo nggak pakai qolqolah nanti lo bacanya Tarik" senyumnya kembali mengembang.

"Duh ribet amat panggil nama dah kek belajar ngaji" Batin Kiara "Gue panggil bang Thor aja boleh ga?" Bujuk Kiara.

"Boleh.. Boleh"

"Yaudah kalo gitu, gue udah kenal sama abang, jadi gue save nomornya ya. Gue mau ke sekret Mapala dulu"

"Elo daftar Mapala dek?"

"Nggak"

"Kok mau kesana?"

"Nyamperin temen sekamar gue bang, dia yang ikut Mapala"

Thariq tersenyum lagi "Yaudah kalo gitu see you next time ya"

Kiara melongo setiap Thariq tersenyum "Eh iya.."

Kiara berjalan menuju sekretariat "bisa nggak sih ga usah senyum tu cowok" Kiara berceloteh sendiri dan menepuk dahinya.

***

Kiara dan Zeva kembali merebahkan diri diatas kasur dan menatap langit-langit dinding bersamaan.

"Gimana hari ini? Udah dapet brother belum?" tanya Zeva sambil memainkan Handphone nya.

"Elo kira nyari brother kek nyari kacang, tinggal comot trus lo bawa pulang" Kiara menepuk dahi Zeva "Tadi gue kenalan sama si NO NAME itu" tambahnya.

"Hah!!! Serius? Dimana? Kok lo ga bilang? Takut dia naksir sama gue yaaa??? Iyaaa kaaaann???" Ledek Zeva.

"Diihh...pede banget emang lo ini" kiara tidak terima.

"Dia tiba-tiba telfon abis gue makan siang dikantin, trus pas gue jalan ke arah sekret Mapala mau nyamperin lo, nah dia tiba-tiba didepan gue. Mana ganteng banget. Kaget lah gue"

"Cieeee.... Pertemuannya kayak di drama korea ciee..." Zeva makin menjadi "ketemu cowok ganteng bukannya seneng malah kaget" Zeva heran "Gue kaget kalo liat tikus,kecoa atau hantu gitu. Nah elo kaget liat cowok ganteng. Huuhh"

"Kaget nya tuh karena kegantengannya, dah itu mukanya adem banget tau diliatnya...-"

"Dia bawa AC? Adem?"

"Iyaa...!!! Dia bawa AC,kipas angin sama blower jadi kalo deket dia, elo masuk angin!!!"

Kiara melempar bantal kearah Zeva dan dibalas olehnya. Setiap malam sepulang latihan fisik Kiara dan Zeva selalu menghabiskan waktu berdua dikamar atau menelpon keluarganya di rumah. Malam hari adalah waktu 'Me Time' bagi mereka berdua.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!