Rumah dengan cat berwarna putih serta gold yang menjulang tinggi seperti kerajaan-kerajaan di negeri dongeng itu terlihat damai. Namun, tak lama terdengar suara dengan nada yang cukup tinggi berasal dari mulut wanita yang sudah berumur kepada seorang laki-laki yang masih saja santai seolah tak mendegar suara itu.
"Elfathan! Kamu denger mama gak sih?!" kesal wanita itu
"Iya, ma."
Elfathan Zayd Kastara. Pewaris tunggal serta CEO Kastara group itu masih terlihat santai. Dengan setelan jas yang masih lengkap menempel pada tubuhnya, membuat laki-laki itu terlihat sangat gagah. Banyak wanita yang ingin menjadi kekasihnya namun tidak ada satupun yang mampu mendobrak pertahanannya.
Semenjak ayahnya meninggal, mau tidak mau ia harus menggantikan posisinya sebagai CEO Kastara group. Dan itu sangat tidak mudah baginya. Untungnya banyak orang baik yang membantu Elfathan mengurus perusahaan itu. Walaupun terkenal dengan sifat dinginnya, tapi ia berusaha tidak bersikap seperti itu kepada mamanya.
"Bukan iya, iya aja! Pokoknya mama gak mau tau, mama pengen cepet kamu nikah dan punya anak! Mama pengen segera menimang cucu kayak temen temen mama!" kesal wanita itu karena tidak mendapat respon baik dari anaknya.
"Tinggal adopsi aja kan gampang," jawab Elfathan dengan muka tak bersalahnya
Wanita itu memukul pelan pundak anaknya. "Mama pengen darah daging kamu, bukan dari orang lain!" ujarnya
Laki-laki itu menghela nafas panjang. "Ma, aku bukannya gak mau, tapi aku belum siap untuk melangkah lebih jauh. Lagian umur aku masih dua puluh lima tahun, jangan buru-buru ma," tutur Elfathan mencoba memberi pengertian
"Oh, kamu nunggu mama susul ayah kamu baru kamu nikah, yaudah mendingan mama mati aja. Gak ada gunanya juga mama hidup di dunia ini, punya anak juga gak mau nurutin permintaan mamanya." Maya - mama Elfathan memalingkan wajahnya dengan muka masamnya.
Ini yang paling Elfathan tidak suka dari sikap mamanya, Maya selalu mengancam tentang hal yang berkaitan dengan kematian jika mereka sedang membahas tentang pernikahan ataupun cucu.
Elfathan memeluk mamanya dari arah belakang. "Mama, udah dong marahnya. Kalau mama minta yang lain pasti aku langsung turutin deh," bujuk nya
Maya melepaskan pelukan anaknya itu. "Mama gak mau ya sampe ada rumor tentang kamu yang gak mau nikah dan jadi perbincangan banyak orang," ujar wanita itu sambil bersikap dada. "Dan satu lagi, kamu gak boleh datang ke rumah ini kecuali kamu datang bareng calon istri kamu!" lanjutnya lalu beranjak pergi meninggalkan anaknya sendiri.
Laki-laki itu mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sudah kebingungan untuk membujuk mamanya agar tidak membicarakan terus tentang cucu. Tapi, walaupun begitu ia tetap menyayangi mamanya. Elfathan melangkahkan kakinya ke luar rumah setelah memberi pesan kepada pelayanan di rumah mamanya.
"Than, berangkat sekarang?" tanya seorang pria yang sudah menunggunya di depan rumah
Elfathan menjawab dengan anggukan saja dan segera memasuki mobil yang akan mengantarnya ke kantor. Walaupun banyak mobil mahal yang menjadi koleksinya, tapi ia hanya menggunakan mobil Bentley Continental GT V8 S yang menjadi mobil kesayangannya daripada koleksi Lamborghini nya.
"Lo kenapa sih, kayak banyak pikiran gitu? Padahal kerjaan kantor aman aman aja," ujar pria yang berada di balik kemudi itu.
"Gue bingung han, mama terus desak gue buat nikah dan minta cucu terus. Gue bahkan gak boleh dateng ke rumahnya sebelum gue bawa calon istri," jelas Elfathan
"Ya, lo tinggal nikah aja lah. Gampang kan."
"Lo kan tau, alasan gue gak siap buat nikah apa."
Raihan, nama laki-laki yang berada di balik kemudi tadi. Ia merupakan asisten pribadi Elfathan, selain itu dia juga teman Elfathan dari dulu yang selalu menemani dan tahu bagaimana kisah hidup Elfathan. Maka, tidak heran jika percakapan keduanya tidak seperti atasan dan bawahan pada umumnya.
"Lo sewa aja cewek yang mau ngandung anak lo," celetuk Raihan
"Gila lo!" seru Elfathan
Walaupun ide dari Raihan menurut laki-laki itu sangat gila, tapi menurutnya ide itu juga bisa dipakai. Tapi, bagaimana caranya? Kebanyakan wanita-wanita yang mendekatinya hanya ingin uangnya saja dan ia harus memilah wanita mana yang baik untuk keturunannya.
Disaat sedang memikirkan berbagai cara agar ide gila yang diusulkan oleh asistennya berjalan, tiba-tiba saja laki-laki dibalik kemudi itu menginjak rem mobil secara mendadak. Untung saja Elfathan mampu menahan tubuhnya agar tidak terlalu terdorong ke depan.
"Kenapa sih han? Untung aja gue gak kenapa kenapa?!" seru Elfathan
Raihan melepas seatbelt yang sedari dari menahan tubuhnya. "Bentar Than, kayaknya ada masalah," ujarnya lalu beranjak pergi
Elfathan hanya menunggu di dalam mobil sambil memainkan handphonenya dan melihat beberapa bisnis serta proyek yang dijalankannya. Sedangkan, Raihan di luar sana sudah berkacak pinggang lalu mengusap keningnya dengan lesu.
"Aduh, pak, maaf pak, saya bener bener gak sengaja. Saya lagi buru buru pak,"
Suara itu membuat Raihan mengalihkan pandangannya. Seorang wanita dengan pakaian sederhana namun terlihat sangat manis dengan sepeda yang tadi mengenai mobil atasannya tergeletak di jalan. Jika menurut pandangan Raihan sepertinya wanita itu berusia tidak jauh darinya.
"Saya juga lagi buru buru, lagian kalau di belokan tuh jalan terlalu ke tengah!" semprot Raihan dengan muka sangarnya.
"Tapi, tolong pak, maaf banget, saya lagi buru buru. Tolong jangan suruh saya ganti rugi, saya bener bener gak punya uang," ujar wanita itu
Sontak Raihan langsung berkacak pinggang kembali. "Enak aja gak mau ganti rugi! Liat nih! Mobil bos saya sampe lecet kayak gini! Kamu gak tau apa mobil ini mahal, berarti service nya juga mahal! Saya gak mau tau kamu harus ganti rugi sebelum bos saya marah!" ujarnya
Wanita itu tiba-tiba merendahkan posisinya menjadi berlutut dihadapan Raihan membuat laki-laki itu terperanjat kaget. "Pak, saya mohon pak. Saya bener bener gak ada uang, sekarang saya juga lagi cari pekerjaan. Kalau bapak orang baik tolong maafin saya pak," ujarnya sambil berderai air mata
"Berdiri, jangan panggil saya bapak lagi karena saya bukan bapak kamu dan saya masih muda!" suruh Raihan dengan emosi karena dikira sudah tua
Elfathan yang merasa asistennya itu sangat lama berada di luar dan sedang beradu mulut dengan seorang wanita pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari mobil. Hatinya sedikit tertegun kala melihat wajah wanita yang sedang beradu mulut dengan asistennya itu.
"Kenapa han?" tanyanya merasa kebingungan
"Ini, nih, cewek ini Than, udah bikin mobil kesayangan lo ini lecet! Mana gede banget lagi lecet nya!" seru Raihan dengan menggebu-gebu
Elfathan melirik ke arah mobil bagian kirinya, memang benar terdapat lecet yang cukup besar pada bagian itu. Namun, terlintas sebuah ide dalam pikirannya apalagi setelah melihat wajah wanita itu.
"Han, bawa ke mobil," suruh Elfathan lalu dirinya lebih dulu memasuki mobil kembali.
Raihan langsung menarik lengan wanita itu menuruti perintah bos nya.
"Pak, jangan bawa saya pak, saya bener bener minta maaf pak," ujar wanita itu sambil meronta-ronta meminta dilepaskan.
"Diem! Gak bakal diapa-apain juga! Cepet masuk!" suruh Raihan
"Tapi sepeda saya gimana?" tanya wanita itu dengan polosnya
"Sepeda butut kamu nanti biar saya yang urus, daripada nanti bos saya lebih marah lagi lebih baik kamu masuk sekarang juga!" pinta Raihan yang sudah sangat emosi menghadapi wanita yang menurutnya keras kepala.
Wanita itu langsung masuk ke dalam mobil yang baru pertama kali ia rasakan selama hidupnya dan duduk di sebelah laki-laki dengan setelan jas lengkapnya. Mobil itu melaju kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda namun mengganti tempat tujuan. Berada diantara dua laki-laki yang selama perjalanan selalu terdiam membuat wanita itu berpikir banyak hal. Ia hanya bisa berdoa agar ia selalu diberi keselamatan kemanapun ia dibawa.
Mobil Bentley Continental GT V8 S dengan warna hitam mengkilap itu menghentikan laju rodanya ketika sudah sampai di tempat tujuan. Elfathan segera keluar dari mobil setelah dibukakan pintunya oleh sang asisten. Wanita yang sedari duduk di sampingnya pun mengikuti walaupun terlihat jelas dari wajahnya sangat kebingungan.
Sesekali Elfathan melirik ke arah wanita itu yang berjalan dibelakangnya sambil tertunduk. Sesampainya di ruangan yang sudah di booking oleh laki-laki itu, kini hanya menyisakan mereka berdua saja karena Raihan sudah tidak tahu kemana perginya. Ruangan ini hanya diterangi oleh cahaya lampu yang temaram.
Elfathan berdehem pelan, "siapa nama kamu?" tanyanya dengan dingin
"Hah? Apa?" tanya wanita itu sedikit kaget
"Nama kamu siapa?" ulang Elfathan
"Nama saya Raifa pak, bapak jangan apa-apain saya ya," pinta wanita dengan nama Raifa itu.
Hidup sebagai tulang punggung keluarga setelah ayahnya tidak bisa lagi bekerja dengan keadaan ekonomi keluarga serba berkecukupan membuat Raifa tidak melanjutkan cita-citanya untuk kuliah. Untuk menghidupi keluarganya serta membiayai pengobatan ayahnya membuat Raifa bekerja serabutan. Niatnya hari ini, ia akan mencari pekerjaan baru untuk menambah pemasukan hidupnya. Tapi, sekarang ia harus berhadapan dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia ketahui.
"Sekali lagi kamu panggil saya bapak, saya akan urus masalah ini dengan pihak berwajib," ancam Elfathan membuat wanita di hadapannya langsung ciut.
"Terus saya harus panggil apa dong?" tanya Raifa dengan pelan namun masih terdengar oleh laki-laki itu
"Nama saya Elfathan, terserah mau dipanggil apa asal jangan sebut El atau pun bapak!" balas laki-laki itu dengan sedikit menekankan kata bapak di akhir kalimat.
Raifa mengangguk paham. Cukup lama mereka terdiam tidak saling berbicara karena Raifa merasa kebingungan akan berbicara apa, disini dia yang bersalah. Dia hanya bisa berharap semoga tidak akan mendapat bencana lain. Sampai akhirnya dering telepon yang berasal dari handphone Raifa mengalihkan perhatiannya.
"Fathan, saya angkat telepon dulu ya, saya gak akan kabur kok," ujar Raifa pamit kepada Elfathan lalu keluar dari ruangan itu.
Tanpa melihat siapa yang menelponnya ia langsung menggeser tombol hijau itu.
["Hallo, selamat siang, apa ini dengan saudari Raifa? ] Begitulah kira-kira suara yang terdengar setelah telepon tersambung.
"Iya, benar. Ini dengan siapa ya?" tanya wanita itu
["Saya dari pihak rumah sakit ingin memberitahukan jika pasien yang bernama Surya Saputra harus segera melakukan cuci darah dan segera melunasi pembayaran sebelumnya."]
Raifa mengusap pelan keningnya saat mendengar itu. Ia tidak ingat jika ayahnya harus cuci darah hari ini dan ia juga masih memiliki cicilan yang belum dilunasi.
"Baik bu, saya usahakan secepatnya akan bayar," ujar Raifa
["Baik, saya tunggu ya. Jika tidak terpaksa pasien kami pulang kan karena belum dilunasi biaya sebelumnya."]
Helaan nafas panjang terdengar dari mulut wanita itu. Ia tidak bisa lama lama lagi berada disini, ia harus segera mencari uang agar bisa melunasi biaya perawatan ayahnya dan masih bisa berada di rumah sakit. Saat kembali memasuki ruangan tadi Raifa bisa melihat jika Elfathan baru saja selesai menelpon.
"Kenapa lama sekali? Berencana lari dari tanggung jawab?" sarkas Elfathan
"Enggak," kilah Raifa dengan wajah lesunya. "Ini bisa gak sih dipercepat aja, saya ada urusan yang lebih penting dari ini. Saya gak akan kabur kok, nanti saya pasti tanggung jawab, kamu inget inget aja muka saya," lanjutnya
"Oke, saya langsung ke intinya saja. Saya ingin kamu bekerja untuk saya," ujar Elfathan dengan to the poin
Kening Raifa mengerut pelan, "bekerja? Dalam hal apa?" tanyanya
Jujur saja wanita itu sangat bingung karena semua yang terjadi di hari ini seperti sudah terencana. Laki-laki yang berada di hadapannya entah kenapa bisa tahu jika dirinya sedang mencari pekerjaan, padahal ia belum sama sekali menyinggung hal itu.
"Saya ingin kamu melahirkan anak untuk saya," ujar laki-laki itu tanpa beban membuat Raifa melototkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka, namun belum sempat wanita itu membantah Elfathan lebih dulu menyelanya. "Saya tahu kamu sedang membutuhkan uang saat ini, jika kamu menyetujuinya saya bisa beri uang berapapun kamu mau sekarang juga," lanjutnya
"Maaf, tapi saya tidak bisa. Saya akan ganti semua kerugian yang saya perbuat tapi tidak dengan cara seperti ini," tolak Raifa lalu buru-buru membawa tas nya untuk meninggalkan ruangan.
Belum sempat Raifa menjauh dari tempat mereka berbincang, suara tegas Elfathan kembali menghentikannya. "Ayah kamu menderita penyakit Gagal Ginjal Kronis dan harus dirawat di rumah sakit, hari ini dia harus melakukan terapi secepatnya. Dan adik kamu sekarang sedang menempuh pendidikan di jenjang pendidikan sekolah menengah," ujarnya
Detak jantung Raifa berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. "Siapa kamu sebenarnya?! Kenapa kamu tahu semua tentang keluarga saya?!" tanya Raifa dengan sangat berapi-api
"Shut. Tidak perlu terlihat emosi seperti itu, jika kamu menerima tawaran saya maka kamu akan tetap melihat ayah kamu hidup jika tidak selangkah kamu keluar dari sini mungkin kamu sudah menerima kabar kepergiannya," ancam Elfathan yang terlihat tidak main main
Berbagai spekulasi muncul dalam benak wanita itu. Ia harus benar benar memikirkan keputusan yang akan ia ambil agar tidak salah pilih. Hanya satu yang menjadi fokus pikirnya saat ini, yaitu keselamatan hidup ayahnya.
"Oke, saya harus apa sekarang? Tapi kamu berjanji akan menyelamatkan ayah saya?" tanya Raifa masih tidak percaya
"Kamu tidak kenal dengan saya? Saya tidak pernah mengingkari ucapan saya sendiri."
Memang, siapa yang tidak mengenal dirinya. Pengusaha muda yang sangat terkenal dengan sifat dinginnya terhadap wanita. Tapi entah kenapa di hadapan Raifa sekarang, ia seperti berubah menjadi laki-laki yang berbeda. Raifa mendudukkan dirinya kembali setelah melihat keseriusan dari wajah Elfathan.
"Raihan!" panggil laki-laki itu kepada seseorang diluar.
Asistennya masuk ke dalam ruangan yang sangat terasa berbeda sekali hawanya dengan saat awal tadi. Raihan datang tidak sendiri melainkan diikuti dengan seorang laki-laki yang terlihat sudah berumur namun wajahnya masih terlihat muda. Mereka berdua duduk disamping Elfathan dan Raifa.
"Silahkan jelaskan Niko apa yang tadi saya jelaskan kepada kamu," suruh Elfathan
Laki-laki yang bernama Niko itu pun langsung mengeluarkan dua lembar surat lalu diserahkan kepada Raifa salah satunya. "Itu adalah kontrak pernikahan kalian berdua selama satu tahun atau sampe memiliki anak. Anda bisa membacanya terlebih dahulu dan jika ada yang janggal anda bisa mengatakannya," ujar Niko dengan tegas
Perjanjian Kontrak Pernikahan
Pihak pertama : Elfathan Zayd Kastara
Pihak kedua : Raifa Melian
Pernikahan hanya berlangsung satu tahun atu setelah anak lahir lalu setelah itu pernikahan selesai yang akan diurus oleh pihak pertama.
Pihak kedua wajib memberikan anak kepada pihak pertama.
Setelah anak lahir pihak kedua tidak boleh menemuinya sedikit pun dan tidak hadir di kehidupan pihak pertama.
Semua biaya hidup pihak kedua akan ditanggung oleh pihak pertama begitupun setelah memberikan anak walaupun tidak bertemu kembali.
Kedua belah pihak tidak berhak mencampuri urusan masing-masing dan bebas melakukan apapun asalkan tidak mencemarkan nama keluarga.
Kedua belah pihak tinggal satu atap tetapi tidak satu kamar.
Pihak kedua wajib mematuhi semua perintah dari pihak pertama dalam hal apapun.
Kedua belah pihak serta pihak yang terkait wajib merahasiakan perihal kontrak ini.
Dan masih banyak runtutan hal lain dalam kontrak tersebut. Banyak sekali pertanyaan yang ingin Raifa tanyakan tapi ia memilih untuk memendamnya saja, ada yang lebih penting daripada ini. Walaupun baru bertemu beberapa jam yang lalu tapi laki-laki itu sudah banyak tahu tentang dirinya.
Setelah selesai membaca surat kontrak pernikahannya dengan laki-laki bernama Elfathan itu yang menurut Raifa dalam kontraknya tidak ada yang aneh ia pun menandatangani kontrak itu. Raifa tidak memikirkan hal kedepannya, yang ada dalam pikirannya ia harus membawa uang untuk berobat ayahnya dengan cara melahirkan seorang anak.
"Saya setuju dan saya sudah menandatanganinya, saya ingin menagih janji yang Anda ucapkan tadi," ucap Raifa dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, ia tidak tahu ke depannya akan terjadi apa.
"Semuanya sudah beres, kamu bisa memeriksanya sendiri ayah kamu sedang ditangani sekarang. Pernikahan akan segera dilaksanakan, ingat segala hal yang tercantum dalam kontrak," balas Elfathan
Raifa segera pergi dari ruangan itu, ia harus segera memastikan keadaan ayahnya apa benar seperti yang dikatakan laki-laki itu tadi. Ia diantar oleh laki-laki yang sempat beradu mulut dengannya, walaupun sempat menolak ia tetap tidak bisa membantah. Raifa hanya ingin segera bertemu dengan ayahnya, apapun yang terjadi nanti ia tidak perduli. Yang terpenting ayahnya.
"KAMU BENER BAKAL NIKAH? BUKAN CUMAN MAU BOHONGIN MAMA KAN?!"
Suara melengking nan berisik itu memenuhi telinga Elfathan. Laki-laki mengusap pelan telinga sebelah kanannya, wanita tua yang telah melahirkannya ini memang sangat heboh. Lihat saja, baru diberi kabar bahwa dirinya akan menikah sudah seheboh ini.
Selepas selesai membicarakan kontrak pernikahan dengan pengacaranya, Elfathan kembali ke rumah sang ibu karena asistennya sedang mengantarkan wanita yang akan menjadi calon istrinya. Tadinya ia akan mengadakan meeting bersama karyawannya tapi sepertinya ia urungkan saja.
"Beneran ma," jawab Elfathan dengan malas
Maya berkacak pinggang di hadapan anaknya sambil melotot. "Kamu pasti bohongin mama! Kamu gak inget ucapan mama tadi?! Kamu gak boleh dateng ke rumah ini sebelum kamu bawa calon istri kamu!" tegasnya
"Ma, udah deh gak usah drama."
"Mama gak bakal percaya sebelum kamu bawa calon istri kamu ke hadapan mama sekarang juga! " perintah Maya
Elfathan merongoh saku celananya mengambil handphone yang tersimpan disana. Ia menyalakan benda pipih itu dan mulai mencari sesuatu yang ia perlukan.
"Nih, mama liat sendiri. Ini calon istri aku, dan pernikahan kita bakal dilaksanakan satu minggu lagi. Semuanya udah aku siapin, kalau mama mau nambahin itu terserah mama," jelas laki-laki itu sambil menyodorkan handphonenya.
Disana terpampang foto Raifa di sebuah taman sambil tersenyum manis, laki-laki itu baru saja mendapatkannya dari asistennya karena tidak mungkin Elfathan mau repot repot mencari sendiri foto wanita itu.
"Cantik banget El, manis senyumnya, kamu nemu dimana?" tanya wanita tua itu.
"Nemu di tong sampah," balas Elfathan dengan celetukan asalnya.
Maya mencubit pelan lengan anaknya itu. "Kamu jangan kayak gitu sama calon istri sendiri. Oke, berarti mama mau ajak dia belanja buat kebutuhan dia sendiri, kamu udah fitting baju?" tanyanya
"Belum, besok udah janjian sama orang butik nya," jelasnya
"Mama ikut ya El, pengen cepet ketemu mama sama calon mantu mama." Elfathan hanya menjawabnya dengan anggukan saja. "Oh, ya, siapa namanya? Kan gak mungkin nanti saat ketemu mama gak tau namanya," lanjut wanita itu
Tubuh Elfathan tiba-tiba saja menegang, ia lupa nama wanita yang akan menjadi istrinya nanti. "Mama tanya sendiri aja nanti," elaknya mencoba untuk mengalihkannya
"Lah? Jangan jangan kamu gak tau nama calon istri kamu?! Yang bener aja kamu ini!" ujar Maya
"Tau, biar mama lebih mandiri aja jadi nanya sendiri ya," balas Elfathan lalu berlalu dari hadapan mamanya agar tidak ditanya hal hal lain.
"El! Mama belum selesai nanya nanya nya! Jangan pergi dulu!" teriak Maya
Elfathan tetap melanjutkan langkahnya dengan santai. "Mama tanya aja nanti sendiri! Aku ngantuk mau tidur!" jawabnya yang tidak kalah keras
Waktu berjalan begitu cepat sehingga hari yang ditunggu tunggu oleh Maya datang juga. Dari kemarin malam ia sudah tidak sabar menunggu hari ini. Ia akan melakukan banyak hal dengan calon menantunya itu. susu
Wanita itu sudah mandi selesai sholat subuh dan langsung menyiapkan sarapan untuk anaknya karena Elfathan tiba-tiba saja minta untuk menginap dengan alasan jika nanti sudah menikah sudah tidak bisa menginap lagi, katanya. Meja makan sudah dipenuhi oleh makanan sehat, roti serta susu.
"El, sarapan dulu cepet sini. Mama udah bikin sandwich buat kamu sebagai tambahan hari ini," ujar Maya menyapa anaknya yang baru saja datang
"Thanks, ma," balas Elfathan dengan singkat
"El, sekarang kita langsung berangkat buat fitting baju pernikahan kamu kan?" tanya mamanya dengan terlihat sangat antusias
Elfathan berdecak kesal, sungguh jika wanita ini bukan mamanya sudah pasti ia akan buang jauh jauh. "Iya ma, kalau mama terus nanya hal itu yang ada nanti kita telat buat fitting bajunya," jelas laki-laki itu
"Iya, iya, kamu sewot banget sih mentang mentang mau nikah," jawab mamanya
"Kalau bukan karena mama yang suruh juga aku gak bakalan mau nikah deket deket ini," ujar Elfathan dengan sangat pelan sehingga tidak terdengar oleh mamanya.
Setelah mereka selesai sarapan Elfathan langsung beranjak dari duduknya menuju garasi untuk menyiapkan mobil yang akan ia pakai hari ini. Asistennya sudah ia tugaskan untuk menjemput wanita yang akan menjadi istrinya itu agar tidak memakan banyak waktu.
Elfathan menurunkan kaca mobilnya ketika melihat mamanya masih saja berkaca di layar handphonenya. "Ma! Cepetan masuk, nanti telat lagi kesananya!" seru laki-laki itu
Buru-buru Maya memasuki mobil anak semata wayangnya itu, takutnya jika dilama-lama anaknya akan lebih marah.
"Sekarang kita sambil jemput calon istri kamu kan? Siapa namanya? Raifa ya? Mama gak sabar deh ketemu dia," ujar Maya dengan antusias
"Kita ketemuan di butik," jelas Elfathan
"Loh? Kok gak sekalian di jemput sih El? Kamu beneran udah ada hubungan sebelumnya kan sama dia?" tanya mamanya dengan selidik
Jantung Elfathan mendadak berdegup dua kali lebih cepat. "Y-ya, iya lah ma, masa aku mau nikah sama cewek yang belum pernah berhubungan sama aku," jelas laki-laki itu sambil menetralkan kegugupannya
"Bisa jadi aja kamu kayak yang di sinetron sinetron gitu, nyewa cewek karena kedesek sama mama."
"Mama ini korban sinetron, makanya jangan nonton sinetron terus."
"Mama bukan korban sinetron, tapi kan ini takutnya gitu," ujar Maya mencari pembelaan
Daripada terus melayani omongan mamanya yang hanya itu itu saja lebih baik ia mulai melajukan mobilnya menuju butik tempat fitting baju. Laki-laki itu terus merapalkan doa dalam hatinya agar hari ini berjalan lancar dan tidak ada yang perlu dicurigai oleh mamanya ini.
Butik Catherine yang merupakan milik salah satu temannya yang menjadi pilihan Elfathan untuk menjadi tempat memilih pakaian untuk hari pernikahannya. Di sana sudah ada Raifa beserta asistennya yang menunggu di depan butik.
Raifa sibuk memilin jari tangannya sambil menundukkan kepalanya menatap lantai. Maya yang melihat itu menjadi gemas sendiri dan buru buru menghampirinya, sedangkan Elfathan langsung masuk ke dalam butik dengan Raihan.
"Raifa?" panggil Maya dengan sangat lembut sambil merangkul gadis itu.
"Iya tante?" jawab Raifa sambil mendongakan kepalanya.
Mata Maya berbinar menatap gadis di hadapannya. Dari sekian banyaknya gadis yang pernah ia cari dan dikenalkan kepada anaknya kenapa malah pilihan anaknya sendiri yang membuat hatinya merasa nyaman. Menurutnya, gadis ini berbeda dari gadis gadis yang hanya ingin uang anaknya.
"Kamu cantik sekali. Pilihan Elfathan memang gak pernah salah, kamu lebih cantik dari yang terlihat di foto," ujar Maya mengungkapkan apa yang ada di hatinya
"Terima kasih tante," balasnya
Jujur, Raifa merasa bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, ia takut, tapi ia juga harus melakukan ini. Sebelum bertemu dengan wanita yang akan menjadi ibu mertuanya ini, Raifa sudah diberitahu oleh Raihan apa saja yang boleh ia ucapkan.
Raifa harus menyembunyikan kehidupan aslinya dan harus mengaku jika ia berasal dari panti asuhan. Ia harus menjalankan semua skenario yang sudah laki-laki itu rancang.
"Kita masuk aja yuk, kita ngobrol di dalem aja. Takutnya Elfathan nanti marah marah," ujar Maya dengan kekehan kecilnya sambil membawa Raifa ke dalam butik.
Terlihat banyak gaun pengantin yang sangat mewah ketika baru saja memasuki bagian depan dari butik itu. Namun, gaun yang akan Raifa pakai sudah disiapkan di dalam.
"Hallo tante Maya, makin cantik aja," sapa Catherine ketika melihat Maya datang bersama Raifa.
"Hallo Cath, kamu juga makin cantik aja nih," balas Maya
"Cantik juga calon istri lo El, kok mau sih sama si Elfathan batu ini," canda Catherine ketika melihat Raifa yang tidak diindahkan oleh Elfathan.
Catherine segera menunjukkan gaun yang akan dipakai Raifa di hari pernikahannya nanti dan menyuruh gadis itu untuk mencobanya. Setelah meyakinkan hatinya, Raifa segera keluar dari ruang ganti untuk memperlihatkan gaun yang sudah dipakainya.
Elfathan yang sudah selesai berganti pakaian dengan tuxedo hitamnya langsung menatap ke arah Raifa. Ia sempat terpesona dengan kecantikan yang dimiliki gadis itu, tapi buru buru ia tepis perasaan itu.
"Cantik banget calon mantu mama El, kamu bener bener gak salah pilih," puji Maya yang juga ikut terpesona
Raifa menjadi risih dengan tatapan mereka semua, terutama calon suaminya serta asistennya itu. Tiba-tiba Maya menarik lengan anaknya untuk berada di samping Raifa dan dia berada di tengah tengahnya.
"Han, tolong fotoin dong," ujar Maya sambil menyerahkan handphonenya kepada Raihan.
Berbagai gaya sudah dicoba oleh wanita tua itu dan berkali-kali ia menyuruh anaknya untuk tersenyum namun tetap saja anaknya itu tidak mau tersenyum.
Setelah dirasa tidak ada yang perlu diubah mereka kembali berganti baju lagi dan segera berpamitan kepada Catherine karena Catherine pun ada kegiatan setelah ini.
"El, Raifa pulangnya bareng kita ya, soalnya mama pengen ngobrol bareng sama calon mantu mama," ujar Maya mengungkapkan keinginannya
"Gak bisa ma, aku mau meeting, udah telat banget," jawab laki-laki itu sambil terus menatap layar handphonenya
Maya memberenggut kesal. "Ish, kamu ini gimana sih sama calon istrinya sendiri! Bisa kali ditunda dulu meeting nya," keluhnya
"Gak bisa ma, sopir mama juga sebentar lagi sampe buat jemput."
"Dasar ya anak ini, selalu ngelakuin semua hal semaunya aja! Tadinya kan mama maunya pulang bareng Raifa!" kesal Maya lalu beralih menatap gadis yang sedari tadi banyak diamnya, "nanti kita pergi berdua tanpa sepengetahuan dia ya," ujarnya yang dibalas anggukan saja oleh Raifa
Tak lama setelah itu mobil yang akan mengantarkan Maya pulang sudah tiba, Elfathan baru saja ingin melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobilnya tapi suara wanita yang menjadi ibunya itu menginterupsi nya untuk berhenti.
"Elfathan! Masa mau pergi gitu aja sih! Salam perpisahan dulu kek, kalian ini gak kayak pasangan pada umumnya deh!"
Tak mau mamanya lebih curiga lebih baik Elfathan menuruti apa mau dari wanita itu aja. Laki-laki itu mengusap pelan pundak Raifa tanpa tersenyum.
"Pergi dulu ya," ujarnya
"Udah?! Gitu aja?! Peluk kek, kecup kening atau apa gitu? Curiga deh mama sama kalian," protes wanita tua itu
Demi melancarkan semua skenario sandiwara di depan mamanya, mau tak mau Elfathan harus melakukan hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Laki-laki itu memeluk pelan Raifa langsung mengecup keningnya dengan cukup lama membuat jantung Raifa berdetak dua kali lebih cepat.
Entah untuk melancarkan sandiwara atau karena ingin modus saja. Hanya Elfathan yang tahu. Raihan yang melihat itu pun hanya bisa menahan senyumnya.
"Aku pergi dulu ya, sayang," ujar Elfathan sangat berbeda dengan yang pertama tadi. Laki-laki itu langsung menuju mobilnya sebelum lebih terlambat untuk meeting.
Sedangkan Raifa sudah menundukkan kepalanya kembali karena malu dan sudah dipastikan pipinya sudah merah sekarang. Maya jadi semakin gemas dengan tingkah mereka berdua.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!