Pov 1
" Namaku adalah Gina, nama lengkapku Faragina Adiwangsa. Aku putri tunggal dari pasangan Ferei Adiwangsa dan Fitri Adiwangsa. Ibuku meninggal saat melahirkanku dan ayahku meninggal dalam kecelakaan saat usiaku baru lima tahun.
Aku tumbuh dan dibesarkan oleh Tante ku yang kebeulan tak memilki seorang anak. Aku disekolahkan hingga menjadi sarjana, aku sempat bekerja disalah satu perusaahan tekstil yang ada dikotaku sebagai staf biasa. Stelah usiaku menginjak Dua puluh lima tahun aku dijodohkan dengan anak dari teman suami tanteku.
" Giin, kamu itu sudah cukup dewasa. Sudah saatnya kamu menikah dan berkeluarga. Tante tidak mungkin terus-terusan bisa mengurus kamu. Tante juga sudah tua gin! " Ucap tante kala aku sedang duduk santai diteras sore hari.
" Apa, Menikah? " aku tertawa tanpa humor
" Loh ko kamu kaget begitu si gin, memangya kenapa? Stiap orang yang sudah dewasa ya harus menikah, Agar punya tujuan dalam hidupnya, punya pendamping dan keturunan agar ada yang menemani kamu, mengurus kamu dihari tuamu nanti. " Ucap tanteku tanpa aku sadari wajah tanteku terlihat begitu sedih. Entah apa yang membuatnya menangis, aku yakin bukan hany karna tentang statusku yang belum menikah.
" Sudah jangan sedih tan, kalau memang sudah ada jodohnya dan sudah waktunya pasti aku bakalan nikah ko. Tante gak usah hawatir ya! " aku mendekat, mengusap air matanya, entah kenapa aku merasa tanteku menyembunyikan sesuatu dariku.
" Tanteku bernama Tante Fara dan suaminya Om Akmal. Om akmal merupakan seorang guru disalah satu SMK yang ada dikota ini. Namun ahir-ahir ini entah ahir-ahir ini aku sering melihat wajah om dan tanteku bersedih.
Saat aku bertanya, mereka tak mau menjawab dan lebih memilih mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain.
" Assalamualaikum. " sapa om Akmal saat baru sampai dirumahnya.
" Wa'alaikumsalam. " Aku dan tanteku yang tengah seriua dibuat kaget saat melihat om Akmal tiba-tiba sudah ada didepan kami.
" Tumben om sampai sore? " tanyaku sambil menyelami om Akmal.
" Iya gin, ko tumben si kamu libur kerja. Ini kan hari selasa? " heran om akmal saat melihat aku berada dirumah sore ini. Padahal biasaya jam-jam segini aku masih berada dikantor.
" I-iya om, aku habis ngurus perpanjang kontrak. " Perusahaan tempatku bekerja memang menerapkan sistim kontrak yang selalu harus diperbaharui selama satu tahun sekali. Dan duahari lalu kontrak kerjaku selama satu tabun sudah habis, jadi aku harus mengumpulkan lagi berkas-berkas untuk pengajuan perpanjang kontrak.
Aku tinggal hanya bertiga dengan tante Fara dan om akmal. Anak tante Fara meninggal dunia saat usianya baru menginjak empat tahun. Dia meninggal lantaran mengindap penyakit kelainan jantung. Hingga detik ini om dan tante fara belum dikaruniai lagi keturunan.
" Ooh begitu, em hari ini masak apa ma? Tanya om pada tanteku. "
" Mama masak sop buntut kesukaan papa. Gina siapkan makan malam. Tante biar antar om kamu bersih-bersih dulu. " Ucap tante kemudian meninggalkanku seorang diri.
Aku menyiapkan dan menghangatkan masakan yang sudah dibuat oleh tanteku. Aku terus memikirkan ucapan tanteku yang tiba-tiba memintaku menikah.
Hingga malam tiba dan kami makan malam dalam keadaan sunyi. Tak biasanya meja makan ini sepi, hanya ada suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
Stelah selesai makan pun mereka langsung kembali kekamar dan membiarkan aku kembali seorang diri.
*****
Hingga pagi menjelang suasana rumah masih hening, bahkan om dan tanteku sama sekali tak keluar untuk sarapan. Kamarnya nampak sepi, entah aku yang terlambat bangun, atau mereka yang pergi sangat pagi atau bahkan belum bangun.
Tok tok tok
Aku mengetuk pintu kamar tante namun sama sekali tak ada sahutan dari dalam juga tak ada tanda-tanda adanya om dan tanteku didalam sana.
Taaan! Tanteee, gina berangkat dulu ya tan. Aku terpaksa pergi tanpa bertemu dan berpamitan langsung dengan mereka.
Sesampainya dikantor aku terus terngiang-ngiang dengan ucapan tanteku.
" Woooy pagi-pagi udah ngelamun aja loo. " teriak Susi sahabat juga salah satu temanku dikantor.
" Awas kesambet brondong. Hahahaaa". Teriak wanda salah satu temanku yang lain.
Aku hanya tersenyum kearah mereka tanpa mau membalas ucapan mereka.
Sore hari sepulang dari kantor rumah nampak sangat ramai tak seprti biasanya. Kini dihalaman ada 3 buah mobil mewah berjejer, namun aku nampak asing dengaan mobil-mobil itu.
Ckleek
Aku terkejut kala melihat banyak orang duduk dan menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan
Mendadak aku deg-degan karna tante fara menghampiriku yang masih diam mematung diambang pintu.
" Naaah ini dia anaknya sudah pulang. Gina saya ajak bersiap dulu ya semuanya. " ucap tante fara semakin membuatku bingung.
"Mereka siapa tan, terus itu siapa yang mau tunangan ko banyak banget bingkisan diruang tamu. Itu tamu tante sama om atau siapa? " aku terus bertanya saat tante fara sibuk menyiapkan gaun untuk aku pakai bahkan tante fara mendandaniku dengan sangat cantik.
" Udah diem dulu kenapa si gin, nuruut sama tante. " tante fara selesai memakaikan make up kini tante fara beralih menata rambutku dan dibuat secantik mungkin.
Aku diam saja menuruti apa yang tante fara lakukan padaku. Namun hatiku sedikit bertanya apa yang hendak mereka lakukan padaku. Firastku sudah sangat tidak enak, namun aku berusha menepis semua rasa itu. Aku terus meyakinkan hatiku untuk berbaik sangka pada tante fara dan om akmal.
" Gin sudah belum? " om akmal tiba-tiba memanggil ku agar cepat turun kebawah.
" Iya om sebentar. " aku memang sudah selesai bersiap tinggal merapihkan sedkit lagi saja dan aku siap menemui tamu-tamu dari tanteku.
Aku sedikit heran kenapa haru ganti baju serapih ini hanya untuk menemui tamu.
Saat aku turun semua mata tertuju melihat kearahku. Sesaat aku merasa nervous karna ada sepasang mata yang melihatku dari atas kebawah dan dari bawah ketas secara bergantian.
" Ya Tuhan, kenapa cowo itu ngliatinnya gitu amat dah. Emangnya ada yang salah apa sama penampinku." Gumamku dalam hati, sontak aku melihat diriku sendiri, aku takut baju yang aku pakai terlalu sexy atau norak. Aku hampit tak percaya diri untuk lebih dekat lagi.
" Giin, buruan sini! " suara tante fara membuyarkan lamunanku.
" I-iya tante. " aku berjalan mendekat kearah tante fara, aku diprsilahkan duduk disebalh tanteku. Perasaanku semakin tidak karuan kala aku melihat om akmal memulai pembicaraanya. Dari yang aku tangkap acara ini terlihat seprti acara lamaran, namun yang membuatku bingung siapa yang melamar siapa, atau siapa yang dilamar siapa.
" Naaah pak Gani bu Aswita perkenalkan ini Faragina Adiwangsa keponakan saya yang akan menjadi calon menantu kalian. Arul kemari nak, ini gina calon istri kamu. Gina ini Arul Gani Wicaksono putra tunggal dari Muhammad Gani Wicaksono dan ibu Aswita Wulandari Wicaksono.
Duaaaar
Deg deg deeg
Bak tersambar petir disiang bolong aku sangat terkejut. Tanpa bicara apapun, tanpa diskusi tanpa meminta persetujuanku mereka sudah menyiapkan ini semua untuku.
" Om tante. " Aku melihat kearah om Akmal dan tante Fara. Mereka hanya menjawab dengan anggukan.
" Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan, aku sama sekali tak mengenal mereka. Sejak kapan om dan tante menyiapakn semua ini. Kenapa mereka tak membritahukan dulu semuanya sama aku? " otaku dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada om dan tante ku.
****
Flash back
Pov Fara & Akmal
" Bagaimana ini, aku dipindah tugaskan keluar kota. Gajiku pasti tidak akan cukup untuk membiayai hidup tiga orang. Aku tidak mungkin akan meminta bantuan pada gina. Dia juga tak mungkin ikut pindah, jika gina ikut pindah dia harus mencari pekerjaan baru, cari kerja itu susah jaman sekarang! " keluh Akmal pada istrinya saat dia baru pulang kerja sore itu.
" Aduuh gimana yaa, coba aja gina udah nikah kita pasti akan tenang saat harus pergi kemanapun. Selain ada yang menjaganya dia juga akan ada yang menafkahi. Berapa si gaji dia dikantor, itu takan cukup untuk biaya hidup yang serba mahal. " Fara sama halnya mengeluhkan soal gina. Satu sisi dia kasian dengan keponakan yang sudah dia anggap seperti putrinya sendri, tapi sisi lain dia juga harus memikirkan suaminya. Dia tak mungkin selamanya memenuhi kebutuhan hidup Gina.
" Ooh ya aku baru inget, kemarin aku ketmu sama pak Gani dan istrinya. Mereka sedang mencari menantu untuk putra tunggalnya yang sedikit tempramen itu. " Akmal teringat pertemuanya dengan Gani selepas kerja.
" Trus maksud kamu kita jodohkan saja gina dengan anaknya pak gani? Apa gina mau ya, aku ko gak yakin gina bakal mau. " fara tampak ragu dengan apa yang suaminya fikirkan.
" Halaaah itu mah gampang, kalau udah disini mana bisa gina nolak. Dia anak yang baik, dia takan mungkin mengecewakan kita. " Akmal terus saja myakinkan istrinya.
" Ya sudah sekarang kamu telfon pak gani dan besoj kita datangi mereka. " Fara terpaksa setuju dengan usulan suaminya.
Pagi-pagi sekali Akmal dan Fara sudah pergi kekediaman Gani untuk membicarakan perjodohan itu. Bah gayung bersambut, keluarga gani langsung setuju saat mereka sudah melihat foto gina dan mereka memutuskan untuk melamarnya sore ini juga.
Flash back off
******
Aku masih brusaha mencerna apa yang terjadi dan beharap semua ini hanya mimpi.
" Maaf semuanya aku izin bawa tante kebelakang dulu sebentar. " ucapku memintq izin, aku sangat ingin menanyakan semua ini pada tanteku.
" Tantee kita bicara sebenta yaa dibelakang. " Awalnya tante fara menolak namun aku memaksanya ahirnya tante fara mengikutiku.
Saat sampai dibelakang aku langsung memasang wajah sesedih mungkin. " Taaan, apa ini?! Kenapa gak meminta pendapatku dulu tan! "
" Ginaaa! " suara bariton om Akmal mengagetkan ku.
" I-iya om. " ucapku sedikit lirih, aku tau saat sudah seprti ini pasti om sangatlah serius.
" Jangan desak tantemu dengan pertanyaan dan keluhan-keluhan kamu! Ini semua ide om, tolonglah gin. Anggap saja ini balas budi kamu dengan menrima perjodohan ini. Tolong mengrtilah keadaan om dan tanta! " kata-kata om akmal sukses membuat otaku berfikir keras.
" Tapi om seti... "
Belum selesai aku menyampaikan keluhanku om akmal dan tante gina menelangkupkan tanyanya didepan dada. Merea memohon dan membuatku semakin dilema.
" Ya sudah, aku terima saja apapun yang om dan tante inginkan aku siap. " aku berjalan dengan langkah gontai disusul om dan tanteku dibelakang.
" Maaf ya jeng lama, ini si gina merasa gugup. " ucap tante merasa tidak enak karna meninggalkan tamunya terlalu lama menunggu.
" Iya tidak apa-apa jeng, saya maklum ko. Gina sayang sini dekat tante. " ucap ibu Aswita sembari ta nganya meepuk sofa disebelahnya yang maish kosong.
Tante fara mengangguk keraharku, aku faham akan arti anggukanya. Aku berjalan mendekat kearah wanita yang dipanggil jeng oleh tante fara.
" Kamu terlihat lebih cantik dari yang difoto. Betulkan Arul? " tanya wanita yang duduk sibelahku pada laki-laki yang dipanggil arul. Sedari tadi laki-laki itu memang menatapku tanpa henti.
Sebenarnya aku sangat risi ditatap demikian, namun aku hanya bisa menunduk.
" Trimakasih tan, " ucapku dengan kepala tetap tertunduk.
" Bagaimana gina maukah kamu menjadi istri Arul putraku? " wanita yang seprtinya ibunya Arul itu bertanya langsung kepadaku.
" Eem Akuuuuu
Aku bingung harus menjawab apa, satu sisi aku belum siap untuk menikah sisi lain aku harus patuh dengan perintah om dan tanteku. Walau bagaimanapun mereka yang sudah berjasa dalam hidupku. Aku berhutang budi sama mereka.
" Ginaa, kenapa diam. Itu jawab pertanyaan tante Aswita? " teriakan tante Fara membuyarkan lamunanku.
" Eng anu tan maaf, gina hanya bingung msti menjawab apa. Kita belum mengenal satu sama lain. Aku takut mas Arul tidak bisa menerima kekurangnku. " Aku berkata dengan penuh hati-hati, aku brusaha menolak halus perjodohan ini. Namun tak mau terkesan jika aku menolaknya.
" Aku bersedia menerima semua kekurangan dan kelebihanmu. Aku akan menikahimu satu minggu lagi jika memang kamu bersedia menjadi istriku. " Laki-laki yang disebut bernama Arul itu langsung berbicara dengan tegas kearahku.
" Betul nak gina, jika kamu mau kami akan membrikan mahar apapun yang nak gina mau. " Kali ini pak Gani yang berusaha meyakinkanku.
Tante fara dan om akmal metanapku dengan tatapan penuh permohonan. Aku menghirup nafas panjang lalu menghembuskanya perlahan.
Melihat tatapan mereka aku semakin dibuat bingung namun tak ada pilihan lain selain menerima perjodohan ini.
Dengan berat hati aku menerima dan bersedia menikah dengan laki-laki pilihan om dan tanteku.
" Trimakasih gin kamu sudah menerima lamaran kami, sebagai tanda pengikat ini cincin berlian untuk kamu. " Tante aswita mengkode Arul untuk memakaikan cincin berlian itu kejari manisku.
Dengan bergetar aku mengulurkan tanganku, arul menyematkan cincin indah dijari manisku dengan senyum bahagia. Sementara yang lain bersorak dan bertepuk tangan. Aku melihat kebahagiaan diwajah tante fara.
Mungkin dia bahagia karna sudah tidak ada lagi aku yang menjadi beban dalam hidupnya.
" Ya Tuhan, semoga langkah yang aku ambil ini dalam ridhomu. Aku ihlas dan akan menjalani rumah tanggaku kelak dengan baik. Semoga mas Arul adalah lelaki pilihanMu yang terbaik untuku. " Aku memanjatkan doa dalam hatiku.
Stelah acara selesai semuanya mereka pergi dengan wajah bahagia. Hari pernikahan sudah ditetapkan yaitu satu minggu setelah hari ini. Ada prmintaan yang sbenarnya berat untuk aku penuhi. Mas Arul memintaku berhenti bekrja, karna mulai besok aku harus sudah memulai mnyiapkan segala keperluan pernikahan.
Aku terus mengurung diri dalam kamar stelah keluarga dan para tamu sudah pulang. Malam harinya om akmal dan tante fara memanggilku untuk makan malam. Awalnya aku menolak, namun tante fara memkasa karna dia tak mau aku jatuh sakit menjelang hari pernikahnku.
" Gina trimakasih yaa, percaya sama tante dan om Arul laki-laki yang baik dan kamu akan bahagia dan tak kekurangan apapun saat menjadi istrinya. " Tante fara mengatakan itu ditengah-tengah acara makan malam kami.
Aku mendongak menatap wajah tante fara, aku tak mampu berkata apapun lagi. Aku hanya membalas ucapan tante fara dengan senyuman. Hingga pada ahirnya Om akmal ikut berbicara dan kata-kata yang keluar dari mulut mm akmal membuatku berhenti dari aktifitas makanku.
" Om serius akan pindah ke kota lain? " aku masih belum percaya dengan apa yang om akmal sampaikan.
" iya gin, maaf kami tidak bisa mengajakmu. Jadi kamu harus menikahkanmu scepatnya. " aku semakin dibuat terkejut dengan alasan yang menurtku sangat tak masuk akal.
" Jadiii om dan tante menikahkanku scepat ini karna alasan ini?! " aku sampai tak berselera lagi menyantap makan malamku. Tiba-tiba semuanya terasa hambar.
" Iyaa gin, kami tidak mungkin mengajakmu tinggal bersama. Selain gaji om yang kecil biaya hidup disana sangatlah mahal. Jikapun kamu ikut kamu harus kluar dari pekerjaanmu dan mencari pekrjaan baru, smentara kamu baru perpanjang kontrak. Banyak hal yang harus kamu urus nantinya. " Penjelasan tante fara sangat sangat membuat tenggorokanku tercekat.
Airmata ku lolos bgitu saja mendengar ucapan tanteku. Aku semakin merasa jika selama ini aku memang hanya beban untuk mereka. Tapi aku brusha menrima semuanya dengan ihlas aku belajr untuk tidak marah ataupun kecewa. Aku brusha untuk berprasangka baik pada mereka yang sudah merawat dan membesarkanku.
" Gina udahan makanya om tante, gina keatas dulu permisi! " tanpa melihat wajah mereka aku langsung lari keatas, aku ingi sgera meluapkan semuanya dalam kamarku.
Aku menangis sejadinya dalam kamar, aku meraung dan berteriak namun wajahku aku benamkan dalam bantal supaya tak ada yang mendengar suara tangis kepiluanku.
Mungkin karna lelah menangis hingga aku tertidur dalam keadaan duduk memeluk bantal.
Pagi-pagi sekali aku sudah mandi dan brsiap. Aku sengaja melewatkan sarapanku karna aku ingin menghindar smenetara dari berinteraksi dengan om dan tanteku.
" Om tante, gina berangkat dulu ya. " aku hanya berpamitan sambil jalan.
" Tunggu gina, bukankah kamu harus keluar kerja hari ini juga? " pertanyaan tante fara membuatku berhenti melangkah.
Aku menarik nafas dalam dan menghembuskanya kasar. " Izinkan gina untuk berpamitan dengan atasan dan teman-teman gina tan. Stelah menikah gina akan fokus dengan suami dan rumah baru gina. Jadi tolong izinkan hari ini saja. " aku memohon pada tante fara.
" Ya sudahlah. Hati-hati dijalan. " entah karna kasian atau karna memahami keadaanku tante fara mengizinkanu pergi.
Dengan langkah gontai aku berjalan menuju garasi, aku mengambil motorku yang terparkir digarasi rumah tante fara.
Butuh waktu empat puluh lima menit untuk aku sampai kantor.
Saat baru sampai dikubikelku aku langsung dihampiri oleh sahabatku susi.
" Tumben lo telat, biasanya paling rajin diantara kita. Ya kan wan? " susi menyenggol lengan wanda dan wanda yang sedang sibuk dengan ponselnya sempat terkejut. Untung ponselnya tidak sampai jatuh.
" Ah lo sus, untung hp gue gak jatuh. Em ngmong-ngomong kusut amat tuh muka. Dah kaya cucian emak gue yaang belum distrika. "
" Gue mau resign dan ini surat pengunduran diri gue. Gue mau keruangan CEO sekarang. " Mendengar apa yang aku sampaikan susi dan wanda sampai memblokir jalanku dan mereka menyertku hingga membuatku duduk dikursi yang ada dimejaku.
" Eeh, becandanya yang srius dong lo! Gak asih ah becandanya. " susi menatapku dengan serius.
" Eeh lo kenapa si beberapa hari ini murung banget dan sekarang malah dateng bawa surat pengunduran diri. Mau kawin loo? Pangeran mana yang nyasar kerumah lo?! " Wanda membrondong dengan banyak pertanyaan.
Hiks hiks
Aku sudah tak mampu lagi membendung air mataku. Hanya didepan mereka aku biasa berkeluh kesah. Mereka sahabatku sejak kami duduk dibangku smk hingga keperguruan tinggi dan bahkan hingga kami bekerja dalam satu perusahaan dan kami jadi tim disini.
" Eeeeh ditanya malah mewek, sabar bu sabar. Tarik nafas dulu lalu hembuskan perlahan. Ceritain sama kita lo ada masalah apa? " susi yang paling dewasa diantara kita, dia selalu membrikan nasehat yang bijak, dia juga pandai membawa diri. Kadng susi sudah seprti seorang kaka sekaligus sahabat buat aku dan wanda.
" Guee hiks, guee
" Iyaa lo kenapa? Nangisnya pending dulu bisa kan, abis crita boleh deh lo nangis lagi. Kalo sedih tar gue ama susi temenin nangisnya. Kalau gak sedih ya lo gue guyur pake aer minum biar lo diem. " Wanda disini yang paling humoris, dia kadang bisa membuat orang menangis sambil tertawa karna banyolan-banyolanya.
" Gue mau nikah dan gue dijodohin sama om dan tante gue. Gue mau nikah enam hari lagi. " dalam satu kali tarikan nafas aku menyampaikan itu pada dua sahabatku.
" Apaaaa Menikaaah?! " susi dan wanda bertriak hingga membuat yang lain menoleh kearah kami. Aku langsung membekap mulut mereka dengan dua tanganku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!