NovelToon NovelToon

JURU SELAMAT

Menyelamatkan Kitab Al-Hikam

Bukit Siguntang adalah sebuah tempat berdirinya salah satu Padepokan aliran lurus terbesar di dunia persilatan dan tenaga dalam yang di pimpin oleh seorang syekh yang di kenal dengan panggilan Imam Ahmad. Tetapi karena perebutan sebuah Kitab 40 tahun lalu mengubah bukit yang dulunya dipenuhi dengan pohon Cemara menjadi tanah kematian.

Selama puluhan tahun terakhir, tempat ini terabaikan bahkan berganti nama menjadi Bukit Kematian, karena begitu banyaknya jasad yang terkubur di tempat ini.

Setelah sekian lama tidak berpenghuni, hari ini bukit tersebut menjadi tempat pertempuran besar lainnya. Terlihat di bawah langit yang menjelang gelap, seorang pria paruh baya sedang dikepung oleh puluhan orang dari berbagai padepokan beladiri.

"Asrul, serahkan Kitab Al Hikam maka kami akan biarkan kau tetap hidup!."

"Asrul, jangan keras kepala, Engkau tidak mungkin menang menghadapi kami semua yang ada di tempat ini."

"Asrul! Kau pikir dengan Kitab Al Hikam bisa bertindak sesukamu? Jika kau tidak menurut maka aku akan membunuhmu dengan hukuman gantung!"

Satu demi satu orang berusaha membujuk pria paruh baya di hadapan mereka, semua orang sadar meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak tetapi setidaknya puluhan orang akan kehilangan nyawa jika Asrul keluar dari gubuk itu dan menyerang mereka. Sebab itulah tidak ada yang berani menjadi penyerang pertama karena mengetahui mereka pasti kehilangan nyawa jika melakukannya.

Pria paruh baya itu hanya tersenyum tipis mendengarkan semua perkataan tersebut, namanya Asrul yang juga dikenal sebagai juru selamat. Biarpun sekilas terlihat seperti berusia 50-an tahun dan baru sebagian rambutnya yang memutih, tetapi sebenarnya Asrul telah berusia 120 tahun.

"Andai aku memiliki satu tahun lagi saja maka diriku tidak akan kesulitan lolos dari mereka semua!." Batin Asrul saat memeriksa sekelilingnya.

Semua yang hadir di tempat ini adalah ahli spiritual tingkat tinggi dari aliran lurus maupun sesat, tidak sedikit yang merupakan kepala Padepokan. Berkumpulnya mereka semua adalah karena ingin merebut Kitab Al Hikam, yang merupakan ilmu silat tenaga dalam paling hebat di dunia persilatan.

Asrul menghela nafas panjang ketika mengingat semua ini dimulai 50 tahun lalu, dunia persilatan gempar karena kemunculan kembali Tiga Kitab Ilmu Tanpa Tanding beserta Tujuh Pusaka Penguasa Dunia. Semua itu menjadi awal sesuatu yang disebut Era Kekacauan. Begitu banyak manusia yang gugur dalam Era Kekacauan dan di saat bersamaan juga bermunculan bakat-bakat dalam dunia persilatan, orang-orang yang dijuluki sebagai Syekh, Wali, Gus, ataupun Dukun dan Ahli Spiritual Besar tetapi Asrul bukan salah satunya.

Asrul memejamkan matanya, dirinya memahami bahwa hari ini tidak mungkin bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini. Meskipun semua mengetahui bahwa Asrul berada di dalam gubuk, tetapi tidak satupun dari mereka mencoba menyerangnya.

Mengetahui betapa berbahayanya jika Kitab Al-Hikam jatuh di tangan orang yang salah, Asrul berfikir untuk melenyapkan kitab tersebut. "Kitab ini sangat berbahaya! Bukan hanya membuat orang menjadi ahli bertarung, lebih dari itu Kitab Al-Hikam ini mampu membuat keyakinan bahwa segala sesuatu adalah satu dan satu itu wujudnya adalah segala sesuatu. Daripada di kemudian hari akan terjadi malapetaka besar, lebih baik aku mengorbankan diriku bersama lenyapnya kitab ini."

Asrul sudah merasa dirinya tidak sanggup menghadapi semua orang yang sedang mengepungnya, makanya Asrul merencanakan untuk memusnahkan kitab Al Hikam walaupun akibatnya dirinya akan di bunuh.

Satu demi satu kenangan kembali terlintas dipikiran Asrul, dia sebenarnya adalah anak biasa yang berasal dari keluarga sederhana. Suatu hari saat usianya masih 19 tahun, Asrul sedang menerima sebuah misi dari gurunya. Dirinya dan Mbah Jena di kepung oleh seluruh penduduk kampung, karena telah menyebarkan sebuah pemahaman baru berdasarkan kitab Al Hikam. Tetapi dirinya berhasil lari ke hutan Punti Kayu yang menjadi lokasi pertemuannya dengan seseorang yang mengubah hidupnya. Asrul bertemu seseorang yang menjadi Gurunya dan membawanya masuk ke dunia persilatan.

Asrul memiliki bakat yang bagus dalam seni beladiri, tetapi sayangnya akibat trauma yang dialaminya barusan, dirinya enggan belajar tenaga dalam dan memilih untuk menghabiskan waktunya belajar seperti anak pada umumnya. Gurunya tidak pernah memaksanya dan membiarkan Asrul bersikap seperti yang dia inginkan.

Ketika Asrul berusia 40 tahun, sang Guru meninggal akibat penyakit yang telah lama dideritanya. Saat itulah Asrul menyadari seharusnya dia mempelajari bela diri, namun semua telah terlambat. Lima tahun kemudian Era Kekacauan terjadi dan Padepokan Kun-Billah tempat Asrul bernaung menjadi salah satu yang binasa pada tahun-tahun awal Era tersebut.

"Jika dipikir kembali, semua terasa benar-benar aneh..." batin Asrul sambil menggelengkan kepalanya.

Asrul menjadi satu dari sedikit orang yang berhasil selamat dari kehancuran Padepokannya, dengan niat membalas dendam, Asrul menghabiskan seluruh waktunya untuk mempelajari seni bela diri. Pada akhirnya Asrul tidak pernah mendapatkan sesuatu yang sebenarnya mudah bagi kebanyakan orang seperti cinta, wajah seseorang muncul saat dirinya mengingat itu.

"Jika dipikir lagi, aku bahkan tidak pernah menggenggam tangan seorang gadis..." tiba-tiba Asrul merasa ingin meneteskan air mata tetapi dia tidak bisa melakukannya di depan semua ksatria ini.

Saat berusia 70 tahun, Asrul merasa dirinya telah menghabiskan hidupnya secara sia-sia, meskipun memiliki pencapaian yang tinggi dalam ilmu tenaga dalam setelah berlatih 50 tahun tetapi nyatanya dia tidak bisa membalas dendam.

Tidak pernah Asrul menduga dirinya akan cukup beruntung menemukan Kitab Al Hikam, ketika berlatih sesuai kitab tersebut bukan hanya ilmu tenaga dalamnya meningkat pesat tetapi tubuhnya juga menjadi lebih muda.

Memang di dunia persilatan, Asrul sudah melihat beberapa jagoan hebat yang memiliki tenaga dalam tinggi mampu tetap terlihat muda, dia tidak menyangka dirinya juga akan bisa merasakan pengalaman yang sama.

Asrul mengurung diri selama lebih dari sepuluh tahun sebelum muncul kembali di dunia persilatan untuk membalas dendam. Ilmu silat serta tenaga dalam yang hebat membuatnya terkenal dalam waktu singkat dan mendapatkan julukan Juru Selamat, salah satu ksatria ternama di dunia persilatan.

Banyak yang bertanya-tanya karena Asrul muncul secara tiba-tiba dan tidak dikenal sebelumnya tetapi memiliki kemampuan yang begitu hebat. Sebab itu banyak yang menyelidikinya dan akhirnya menemukan Asrul memiliki Kitab Al Hikam.

Semua itu membawa Asrul ke situasi yang sekarang dia hadapi. Asrul membuka matanya dan menatap semua pesilat di hadapannya dengan dingin.

"Hari ini langit dan bumi akan menjadi saksi darah kembali tumpah di bukit ini..." Asrul kemudian mengeluarkan sebuah buku dari pakaiannya, semua orang langsung bereaksi karena meyakini buku tersebut adalah Kitab Al Hikam. "Ini yang kalian inginkan? Ambillah!"

Penguasa Siguntang

Asrul melemparkan buku itu ke atas, belum sempat para pesilat tersebut bereaksi, Asrul mengeluarkan sinar dari tapak tangannya dan melepaskan sebuah energi besar yang diarahkan pada buku tersebut.

"Tidak!

"Apa kau sudah gila?!"

Kitab Al Hikam memang ilmu tenaga dalam terhebat. Tetapi tetap saja buku yang menyimpan ilmu tersebut terbuat dari kertas biasa. Energi tenaga dalam yang berbentuk cahaya biru itu segera menembus buku tersebut, membuatnya hancur menjadi serpihan.

Semua orang menarik senjata mereka dan menjadi begitu murka karena tindakan itu. Mereka segera menyerang Asrul secara bersamaan. Sementara Asrul hanya tertawa keras menanggapi mereka.

"Kalian menginginkan Kitab Al Hikam? Tidak akan kubiarkan dalam mimpi kalian sekalipun!" Selesai berkata demikian Asrul maju menyerang para pesilat dengan jurus-jurusnya.

Berkat tenaga dalam yang besar, Asrul memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi membuat gerakannya begitu gesit dan lincah. Dalam waktu beberapa tarikan nafas, dirinya sudah tiba diantara para pesilat dan berhasil melepaskan beberapa hantaman.

Semua terjadi begitu cepat, dua orang pesilat tingkat tinggi telah terbunuh oleh pukulan Asrul.

Padahal mereka sempat membuat Asrul terjatuh. Hanya saja tenaga dalam Asrul membuat mereka terpental begitu mudahnya.

Tenaga dalam Asrul tidaklah lebih hebat dari mereka, tetapi berkat kandungan kitab Al Hikam yang telah menyatu dalam tubuh Asrul begitu besar kekuatannya sehingga dapat mementalkan seluruh orang yang menyerangnya.

Para pesilat tidak lagi tinggal diam, mereka menyerang pada waktu hampir bersamaan. Pertempuran sengit pun terjadi antara Asrul melawan puluhan pesilat tangguh. Di hadapan begitu banyak musuh, Asrul tidak sedikitpun gentar bahkan dapat bertarung sambil tersenyum lebar tidak peduli tubuhnya mulai dipenuhi luka.

Pertarungan tidak berlangsung lama, sekitar lima belas menit berlalu sebelum para pesilat bergerak mundur menjauhi Asrul dan memandangnya sambil merasakan ketakutan.

Kondisi Asrul begitu buruk, dia kehilangan lengan kirinya, seluruh tubuhnya dipenuhi luka tetapi dia masih bisa berdiri setelah kehilangan begitu banyak darah. Nafasnya memang berat, tetapi dirinya terlihat masih bisa membunuh beberapa orang lagi untuk mati bersamanya.

Tiba-tiba ada seorang pemuda yang berkata dengan lantang. "Guruku pernah bilang berhati-hati pada orang tua di dunia persilatan, karena nanti tidak akan sampai merasakan menjadi tua ... Hari ini mataku benar-benar terbuka." Kata pemuda itu sambil berdecak kagum.

Asrul serta para pesilat yang tersisa memandang ke sumber suara tersebut dan menemukan seorang pemuda yang terlihat berusia 20-an tahun. Mereka semua segera mengenalinya sebagai pesilat muda paling berbakat di generasi ini yang berasal dari salah satu padepokan terbesar saat ini. Nama pemuda itu adalah Wildan.

Wildan melihat sekelilingnya yang kini dipenuhi jasad pesilat tingkat tinggi, dirinya yakin dengan kemampuannya pun sulit untuk melakukan yang diperbuat oleh Asrul.

"Jangan salah paham, aku datang kesini karena mendengar Penguasa Siguntang datang kemari, bukankah kesempatan langka untuk menyaksikan Penguasa Siguntang?" tanya Wildan sambil tersenyum lebar.

Raut wajah para pesilat termasuk Asrul segera berubah, hampir bersamaan dengan selesainya Wildan bicara, suasana mendadak hening, udara disekitar mereka semua terasa lebih dingin.

Asrul memandang ke satu arah dan melihat seorang gadis mendekat dengan cepat dari kejauhan, sekilas gadis tersebut seperti melayang di udara tetapi Asrul mengetahui itu adalah teknik yang bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki tenaga dalam begitu tinggi. Sejauh yang Asrul ketahui, orang yang mampu melakukannya di seluruh dunia persilatan dapat dihitung dengan jari.

Ketika gadis itu akhirnya mendarat di hadapan semua orang, mereka dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas. Semua berdecak kagum tetapi tidak ada yang berani menatapnya terlalu lama selain Wildan yang merupakan pesilat muda paling berbakat.

"Kecantikan Penguasa Siguntang sungguh sesuai dengan legenda. Hari ini mataku sungguh terbuka." Wildan tertawa lepas dan penuh kesombongan.

Gadis yang memiliki kecantikan surgawi itu memasang wajah dingin dan tidak berkata apa-apa, selain tiba-tiba mengangkat tangannya.

Satu tarikan nafas berikutnya, tubuh pemuda berbakat itu terlempar beberapa meter sebelum jatuh ke tanah. Tubuhnya mengejang dan nafasnya terhenti seketika. Melihat kejadian itu, semua pesilat yang tersisa tidak berani menarik nafas, beberapa bahkan segera meninggalkan tempat tersebut.

Asrul tertawa kecil, pemuda itu mungkin yang paling berbakat dari generasinya bahkan mampu mempelajari ilmu silat tingkat tinggi milik padepokannya. Masalahnya gadis yang terlihat berusia 30 tahun ini sebenarnya seumuran dengan Asrul.

Yuki, Penguasa Siguntang sekaligus satu-satunya petinggi bela diri dari Era Kekacauan yang masih hidup sampai hari ini. Bukan hanya menguasai satu Dari Tiga Kitab Tanpa Tanding, tetapi Yuki juga memiliki satu dari Tujuh Pusaka Penguasa Dunia.

Setelah kehancuran bukit Siguntang, pulau Es Utara telah mengambil alih padepokan bukit Siguntang.

"Dalam tiga tarikan nafas, yang masih berada di sini akan tetap tinggal di sini selamanya.." Yuki berkata pelan, tetapi semua orang bisa mendengarnya.

Tidak perlu tiga tarikan nafas, belum selesai Yuki berkata lebih dari separuh pesilat yang tersisa segera meninggalkan bukit tersebut. Asrul kembali tertawa kecil saat hanya tersisa dirinya dan Yuki..

"Nyonya..."

"Aku belum menikah." Yuki memotong Asrul.

"Hem... Nona..." Asrul sampai tersedak ludahnya sendiri saat Yuki memotong perkataannya untuk hal yang menurutnya sepele, "Nona Yuki, Aku tidak mengetahui alasan kehadiranmu disini tetapi jika yang kau inginkan adalah Kitab Al Hikam, dirimu terlambat."

Yuki menggelengkan kepala pelan, "Aku hanya ingin membantu orang yang di maksud kakekku sebelum beliau meninggal, tetapi sepertinya aku terlambat..."

Asrul menaikkan alisnya, tidak menduga Yuki berniat datang untuk membantunya tetapi Yuki benar, dirinya sudah terlambat. Jika bukan karena tenaga dalam miliknya, Asrul sudah lama tewas bahkan pandangannya mulai kabur.

"Nona Yuki ... Terima kasih atas niat baikmu. Jika ada kehidupan berikutnya, aku akan membalas..." Asrul tidak bisa menyelesaikan kata-katanya sebelum muntah darah, tenaga dalamnya tidak bisa menahan lukanya lebih lama.

Yang bisa Asrul lakukan hanyalah tersenyum selebar yang dia bisa kepada Yuki, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Mata Yuki sedikit melebar ketika menyadari Asrul sebentar lagi meninggal.

Yuki teringat kata-kata Kakeknya yang sudah hampir dia lupakan, "Yuki, jemput lah murid kakek pada tanggal yang telah kakek tulis di surat ini. Dia adalah Asrul, ajalnya akan menjemputnya di bukit Siguntang. Sebelum dia meninggal, engkau harus menuntunnya menemui kakek."

Memang sebelum Winston meninggal, Winston sempat menulis sebuah surat yang ditujukan untuk cucu kesayangannya. Untungnya Yuki berhasil menemukan surat itu saat Yuki hendak merenovasi ruang pribadi Winston di padepokannya.

"Tidak kusangka aku akan melihat seorang pendekar sejati disini.." Yuki tersenyum tipis, dia tidak ingat kapan dirinya terakhir tersenyum.

Kehidupan Kedua

Yuki membawa tubuh Asrul pergi menjauhi lokasi tragedi tersebut menuju gubuk tempat Asrul keluar dari persembunyian.

"Seandainya aku datang tepat waktu, tentunya Asrul akan mengetahui jati dirinya." Pada akhirnya dia merasa ini bisa menjadi bentuk penyesalannya tidak bisa menyelamatkan Asrul.

Yuki kemudian menggunakan tenaga dalamnya untuk menciptakan es disekitar tubuh Asrul, agar membuat jasad Asrul terkurung dalam peti es. Yuki menundukkan kepalanya sekali sebelum meninggalkan bukit itu, tanpa menyadari ketika dirinya membalikkan badan sesuatu terjadi pada diri Asrul.

Sesuatu yang mengubah takdir Asrul dengan cara yang paling tidak terbayangkan. Sebenarnya semua ini terjadi karena di dalam diri Asrul telah ada Kitab Al-Hikam.

"Inikah rasanya kematian?..."

Asrul bisa merasakan pandangannya perlahan-lahan menjadi gelap, baginya penglihatan terakhirnya adalah wajah gadis paling cantik di dunia persilatan bisa dikatakan sebagai sebuah pencapaian juga. Asrul setidaknya mampu membalaskan dendam padepokannya sebelum meninggal, tidak ada lagi menyisakan penyesalan.

"Benarkah tidak ada lagi penyesalan?"

Asrul rasanya ingin tertawa, karena merasa bodoh. Siapa yang coba dia bohongi? Begitu banyak penyesalan dalam hidupnya yang tidak bisa dia perbaiki tetapi sekarang menyesalinya pun sudah percuma.

"Semua sudah terlambat, kecuali diriku bisa memutar waktu... Pikiran bodoh macam apalagi yang kumiliki?"

Sekarang Asrul merasa berada dalam kegelapan, rasa sakit di seluruh tubuhnya juga perlahan-lahan menghilang. Asrul mengira bahwa ini menandakan dirinya mulai menuju ke alam baka.

"Guru... Ayah, Ibu... Aku datang..."

Ketika Asrul mulai memilih untuk pasrah dan merelakan semuanya tiba-tiba sebuah cahaya biru terang muncul di hadapannya.

"Oh, inikah pintu menuju alam baka?" Belum sempat Asrul berpikir lebih jauh, cahaya biru terang itu semakin besar dan mendekatinya. Asrul ingin mengamati cahaya itu lebih jauh tetapi ketika cahaya biru itu mengenai tubuhnya, cahaya itu seolah masuk ke dalam dirinya.

Tubuh Asrul kemudian memancarkan cahaya biru terang sebelum pandangannya kembali menjadi gelap, tetapi kali ini seluruh tubuhnya kembali merasakan kesakitan meskipun tidak separah sebelumnya.

"Aduh! Aduh! Apa yang terjadi?!" Asrul berusaha berontak dari rasa sakit yang dia rasakan, bukankah seharusnya dia sudah mati? Mengapa dia masih harus merasa sakit seperti ini?

Ketika Asrul meronta lebih jauh, dia tersadar bisa membuka matanya dan menemukan dirinya sedang berbaring sambil menatap langit malam yang penuh bintang.

"Aku belum mati?" Asrul tidak bisa percaya, dia berusaha mengubah posisinya menjadi duduk tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit dan sulit digerakkan. Asrul yakin dirinya telah tewas dan tempat ini juga terasa asing baginya, mungkinkah alam baka berbeda dengan yang selama ini dikatakan dalam kitab suci? pikir Asrul.

"Oh, kau sudah sadarkan diri? Kupikir akan butuh beberapa hari lagi." Asrul kemudian menemukan seseorang sedang duduk di depan perapian tidak jauh darinya, seorang pemuda yang menggunakan sorban putih yang panjang serta mengenakan masker berwarna hitam. Meskipun pemuda itu telah lama tidak di jumpainya, Asrul masih bisa mengenali orang tersebut.

"Gus Mukhlas, Mengapa anda masih menggunakan sorban di alam baka? Apa Gus sangat menyukai mengenakan sorban hingga di alam ini?" Asrul segera mengenali pemuda ini sebagai Gus Mukhlas, seseorang yang membawa masuk dirinya ke dunia persilatan.

Gus Mukhlas yang awalnya mendekati Asrul sambil tersenyum lembut kini menghentikan langkahnya dan menjadi waspada, "Bagaimana kau mengetahui diriku bernama Mukhlas anak muda? Siapa kau?"

Asrul mengerutkan dahinya ketika mendengar seseorang memanggilnya dengan sebutan anak muda. Asrul memeriksa tubuhnya, tangannya terlihat jauh lebih kecil dan kakinya juga menjadi begitu pendek.

"Apa-apaan..." Asrul memegang kepalanya yang mulai terasa sakit, dia yakin dirinya telah terbunuh oleh luka yang begitu parah tetapi sekarang dia berada di sebuah situasi yang mulai diingatnya, "Bukankah ini pertama kali aku bertemu Guruku Gus Mukhlas? Aku kembali ke masa lalu? Bagaimana mungkin?"

Asrul tidak mengerti kondisinya, kepalanya terasa sakit dan dia mulai berteriak histeris. Tidak ada orang waras yang bisa memahami situasi yang terjadi padanya. Gus Mukhlas yang bersikap waspada kini berubah menjadi iba karena melihat kondisi Asrul.

"Tenangkan dirimu, semua akan baik-baik saja..." Gus Mukhlas memeluk Asrul yang sedang histeris, anehnya pelukan tersebut menenangkan Asrul setelah beberapa saat.

Gus Mukhlas tidak memaksa Asrul untuk bercerita lebih jauh melainkan membiarkan Asrul mencerna situasi yang sedang dihadapinya.

Selama semalaman itu Asrul tidak bisa tidur, berusaha mencari penjelasan atas pengalaman yang sedang terjadi padanya kini. Sesekali Asrul bisa mendengar Gus Mukhlas batuk pelan di depan perapian sepanjang malam.

Melihat Gus Mukhlas juga tidak tidur karena ingin mengawasi Asrul, khawatir Asrul membutuhkan sesuatu atau kembali histeris lagi membuat Asrul lebih cepat menerima situasinya.

"Mungkin Tuhan memberiku kesempatan untuk menyelesaikan penyesalanku..." Asrul tidak peduli lagi apakah semua ini adalah ilusi atau kenyataan, tetapi dia akan menjalaninya. Baginya apapun yang sedang dia alami ini, bisa bertemu dengan Gurunya kembali adalah sebuah berkah. Asrul tidak mengerti kenapa dia kembali pada saat masih berusia 19 tahun, ketika dia dan gurunya, Mbah Jena di grebek warga. Asrul kemudian menepis pikiran tersebut, karena menyadari kembali ke waktu lebih awal juga belum tentu dirinya bisa menyelamatkan gurunya dari serbuan warga.

"Nak, Kau sudah tenang? Bisakah kau menceritakan darimana asalmu? Bagaimana kau berakhir di tempat ini?" Gus Mukhlas mulai bertanya setelah melihat kondisi Asrul stabil.

Asrul menceritakan semuanya pada Gus Mukhlas, pada kehidupan sebelumnya butuh waktu lama sebelum Asrul bisa menceritakan semua peristiwa penggrebekan dirinya dan Mbah Jena pada Gus Mukhlas karena trauma yang dialaminya. Tetapi kali ini Asrul bisa menceritakan semua dengan lancar. Gus Mukhlas cukup terkesima melihat Asrul yang masih begitu muda terlihat tenang menghadapi situasi yang terjadi padanya, Gus Mukhlas juga bisa melihat semua yang Asrul ceritakan padanya bukanlah sebuah kebohongan.

"Baik, aku memahami situasimu, Bagaimana kau bisa mengetahui namaku? Dan mengapa kau memanggilku Guru?"

Gus Mukhlas berpakaian seperti orang biasa, selain sorban putih yang selalu di kenakan olehnya, dan juga selalu memakai masker hitam, tentu saja sementara senjata miliknya disembunyikan dengan kain. Tidak akan banyak orang yang berpikir Gus Mukhlas adalah seorang ahli spiritual dari pembawaannya, mereka hanya akan berpikir Gus Mukhlas hanyalah warga biasa.

Asrul menggaruk kepalanya, dia tidak mungkin menceritakan kenyataan kepada Gus Mukhlas bahwa ini adalah kehidupan keduanya. Akhirnya Asrul hanya bisa mengarang cerita bahwa sebelum bangun dirinya bermimpi dirinya diangkat menjadi murid oleh seorang kiyai bernama Gus Mukhlas yang juga memakai sorban.

Gus Mukhlas memandang Asrul dari atas sampai bawah, mengetahui namanya adalah satu keanehan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!