" Saya terima nikah dan kawinnya Airin Bunga Kusuma binti Teo Kusuma dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai tiga puluh satu juta delapan ratus ribu dua ribu dua puluh tiga rupiah dibayar tunai (31.802.023)"
" SAH !!! "
Ijab kabul yang diucapkan oleh Akhza dengan satu tarikan nafas itu lancar tanpa ada hambatan. Kata 'SAH' begitu lantang diucapkan oleh Abra saudara kembar Akhza.
semua tampak tersenyum puas tidak terkecuali Airin sang mempelai wanita. usahanya lebih dari dua tahun mengejar cinta si pria dingin bak kulkas 7 pintu itu akhirnya membuahkan hasil.
Kini gadis itu bersanding di pelaminan dengan Akhza dengan status baru yakni seorang istri. Ia ingat betul bagaimana usahanya mengejar si pujaan hati tersebut. Dan kini dia bisa tersenyum lebar dengan sangat bahagia.
" Selamat ya cil, akhirnya Akhza kena juga sama pelet lo."
Ucapan sang bos membuat Airin Memberengut. Reynand Ganesh Dewantara adalah CEO yang menjabat di Star Building menggantikan sang kakak Naisha itu memang gemar meledek Airin yang menjabat sebagai sekretaris pribadinya.
" Abang ah, demen banget ngledekin."
" Bro jagain adek gue ye. meskipun dia bukan adek kandung gue tapi dia udah lebih dari pada adek kandung."
Air mata Airin luruh juga. Sejak kecil dia memang dekat dengan keluarga Dewantara termasuk Rey dan Naisha. Bahkan kepada Gendis, ibu dari Rey dia pun juga memanggil bunda. Apalagi Airin memang ditinggal oleh Mira sang ibu saat usianya masih kecil. Ibu dari Airin meninggal karena sakit dan sejak itu kedekatan Airin dengan keluarga Dewantara menjadi sangat dekat. bagi Gendis dan Arjuna, Airin bagai anak bungsu.
" Insyaallah gue bakal jaga Airin dengan sebaik-baiknya."
Acara ramah tamah pun berlangsung. Acara yang hanya dihadiri keluarga dan sahabat itu berlangsung dengan hikmat. Sita sungguh bahagia akhirnya salah satu putra kembarnya menikah. Dan mendapat Airin sebagai menantu yang sangat ceria menambah kebahagiaan dari Sita dan juga Rama.
Satu hal yang tidak disangka oleh Teo adalah dia akan menjadi besan dari seorang Rama Joyodiningrat. Siapa yang tidak kenal Rama, terlebih Teo mengenal Rama dari saat dia masih muda. Rama, Juna, Sukhdev dan Charles adalah abang-abang nya yang menyelamatkan hidupnya.
" Bang Rama," panggil Teo kepada Rama.
" Nape, nggak nyangka ya Te kita bisa besanan. Jujur gue seneng lo yang jadi besan gue. Gue tau lo dari jaman lo masih piyik hahah."
Teo memeluk Rama dengan penuh haru. Teo sangat surprise saat Airin sang putri mengatakan bahwa ia menyukai Akhza. Bagi Teo itu adalah hal yang diluar perkiraan, tapi sekarang semuanya sungguh terjadi.
Ucapan selamat diterima oleh AKhza dan Airin. Semua menyambut bahagia pernikahan ketiga di kediaman Joyodiningrat itu. Meskipun pernikahan kai tidak terjadi di rumah itu tapi tidak mengurangi kebahagiaan semua orang.
Kai sendiri sebagai kakak tertua tidak lupa menyampaikan beberapa hal kepada sang adik. " Cintai, hormati dan selalu prioritaskan istrimu. Jalani pernikahan dengan sehat, bicarakan setiap permasalahan yang kalian dapat dengan kepala dingin."
" Terimakasih bang. Akhza akan selalu ingat nasehat Abang. Jangan berhenti buat menegur jika Akhza ada salah."
Akhza memeluk Kai. Kai selalu menjadi role model ketiga adik kembarnya. Hingga saat ini tahta tertinggi di keluarga Joyodiningrat masih dipegang oleh kai. Bukannya mereka tidak hormat kepada Rama, semua jelas hormat kepada ayah mereka. Bahkan Kai yang bukan putra kandung Rama pun sangat menghormati Rama. Akan tetapi Akhza, Abra, dan Ana lebih takut jika Kai marah ketimbang Rama yang marah.
🍀🍀🍀
Acara pernikahan yang hanya digelar sampai siang hari tidak membuat semua orang lelah. Sebuah kamar president suit dari Dewantara Resort and Hotel dihadiahkan oleh Keluarga Juna untuk Akhza dan Airin. Dan disinilah mereka akan menginap selama 3 hari 2 malam.
" Mandilah dulu nanti gantian," ucap Akhza kepada Airin. Gadis itu mengangguk patuh. Ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang lengket karena keringat. Tidak lupa Airin membawa serta baju ganti yang sudah ia persiapkan.
Sebuah lingerie merah marun akan ia pakai malam ini juga untuk mewarnai malam pertama mereka.
" Aku sudah mencintaimu secara ugal-ugalan maka aku tidak akan tanggung-tanggung lagi mengekspresikan cintaku dikala kita sudah sah."
Airin tahu bagaimana cool nya sang suami. Maka dari itu dia akan berinisiatif terlebih dahulu.
Sekitar 15 menit waktu yang gadis itu habiskan di kamar mandi. Akhirnya Airin keluar sudah menggunakan lingerie tapi masih ia lapisi dengan bathrobe.
" Sudah kak, sekarang gantian Kak Akhza. Mau aku siapkan bajunya?"
" Ehmm, boleh."
Akhza melenggang masuk ke kamar mandi. Ia menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Akhza kembali teringat ijab qabul yang ia ucapkan tadi siang. Sungguh, ia tidak menyangka pada akhirnya ia akan menikah juga dengan Airin. Sebenarnya sudah lama juga Akhza menyukai Airin. Gadis itu adalah gadis yang menyenangkan dan selalu apa adanya. Tapi dirinya yang kaku merasa bingung bagaimana mengungkapkan perasaannya. Hingga Airin lah yang menyatakan cinta terlebih dulu kepadanya.
" Dasar gadis nekat," gumam Akhza pelan lalu menyudahi acara mandinya. Dengan berbelit handuk di pinggang Akhza keluar dari kamar mandi. Matanya membulat sempurna saat melihat tampilan Airin.
Gadis yang sekarang menjadi istrinya itu sungguh tampak cantik dan seksii. Lingerie yang berwarna merah maroon itu tampak kontras dengan kulit putih dan mulus milik sang istri. Airin juga merias tipis wajahnya. Jangan lupakan wangi parfum yang Airin gunakan. Sungguh membuat Akhza kesusahan menelan saliva nya.
" Sayang, apa kamu sedang menggodaku?"
" Jika iya, apa Kak Akhza keberatan?"
" Tentu tidak. Mana ada suami yang menolak digoda oleh istrinya hmmm."
Akhza yang mengatakan itu sambil berjalan mendekati Airin dna langsung memeluk tubuh gadis itu. Tampaknya pakaian yang sudah Airin siapkan tidak akan buru-buru dipakai.
Akhza mulai mencumbu istrinya. Naluri kelelakiannya bekerja dengan sendirinya. Keduanya mulai menyatukan bibir dan bertukar saliva. Tangan Akhza mulai menjelajah kebagian-bagian sensitif milik sang istri hingga membuat Airin meluncurkan kata sakti dari mulutnya.
" Apa sudah siap?"
" Apapun yang kamu mau kak."
Akhza membawa tubuh Airin ke ranjang king size kamar president suit itu. Ia meletakkan tubuh Airin dengan perlahan. Akhza menarik handuknya dan menutup tubuh keduanya dengan selimut.
Ia mengucapkan doa terlebih dulu agar apa yang mereka lakukan menjadi berkah untuk rumah tangga mereka.
" Aku mulai."
TBC
Hay hay readers, kali ini othor hadir kembali dengan karya salah satu keluarga Ayah Rama dan Mommy Sita.
Tenang, meskipun othor punya on going 3, semua akan berjalan sebagaimana mestinya dan tiap hari akan selalu update. So, jangan lupa tinggalkan jejak ya biar othor bisa selalu update.
Terimakasih. Matursuwun.
Akhza menarik handuk yang membelit pinggangnya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya. Mata Airin membelalak saat melihat milik Akhza yang berdiri tegak menjulang. Ia seketika menutup matanya. Jantungnya berdetak hebat.
" Wait, gue nggak nyangka itu segede dan sebesar itu. Kira-kira muat nggak. Terus sakit nggak ya."
Airin sibuk dengan pikirannya sendiri sambil menggelengkan kepalanya. Akhza yang melihat ulah istrinya hanya gemas. Ia pun kembali mencium bibir Airin. Akhza tahu Airin saat ini sedang merasa tegang.
" Santai saja, kita nggak harus buru-buru ke menu utama. Masih banyak menu pembuka yang bis akita nikmati."
Akhza menurunkan bibirnya menuju bagian lain dari tubuh sang istri. Lambat laun, Airin terlihat lebih rileks. Akhza tersenyum lebar. Kini dia bisa menuju ke menu utama.
" Aku mulai ya sayang. Jika sakit tahan sedikit."
" Oke gasss."
Akhza terkekeh geli mendengar jawaban Airin. Dengan berhati-hati Akhza mengarahkan miliknya. Ia mencoba menerobos milik sang istri. Ketika sudah sampai di pintu gerbang sesuatu yang tidak terduga terjadi. Milik Akhza tiba-tiba lemas tak bertenaga seperti tadi di awal.
Akhza tentu terkejut melihat miliknya yang tiba-tiba tertidur. Sedangkan Airin yang sudah memejamkan mata lambat laun membuka matanya saat tidak ada pergerakan dari sang suami. Ia jelas merasa aneh hingga ia melihat ke bawah.
" Laaah kak kok nggak berdiri kayak tadi. Kok jadi lemes gitu?" tanya Airin kepada sang suami.
" Ya mana aku tahu dia jadi lemes gitu. Pas udah otw mau masuk baru ketuk pintu dia langsung tidur," jawab Akhza bingung. Ya ia sendiri juga bingung. Hasratnya sungguh sudah membuncah tadi tapi saat berdekatan dengan pintu tiba-tiba pentungannya itu jadi tidak memiliki tenaga.
Airin bangkit dan melihat lebih dekat dan benar saja, pentungan milik sang suami tidak sebesar dan sepanjang yang ia lihat tapi di awal. Airin mencoba memberanikan diri untuk menyentuhnya. Akhza awalnya terkejut dengan tindakan Airin tapi detik selanjutnya ia membiarkan Airin melakukan apa yang ingin dilakukan. Siapa tahu peruntungannya itu berhasil bangun lagi.
Airin mencoba mengusap dan memijatnya pelan. Tapi tidak ada reaksi yang timbul. Akhza oun meminta Airin untuk stop melakukannya. Pria itu bangkit dari atas ranjang mengambil handuk dan baju yang tadi disiapkan sang istri dan berlalu ke kamar mandi.
Brakk
Akhza menutup pintu kamar mandi dengan sedikit lebih keras. Di dalam sana ia kembali mengguyur tubuhnya dengan shower. Kali ini bukan air hangat tapi air dingin yang ia biarkan menyentuh tubuhnya.
" Kenapa begini. Bukannya tadi masih oke. Terus kenapa tiba-tiba jadi lemes gitu. Aku nggak pernah ada masalah dengan reproduksi. Nggak pernah minum miras, ngerokok, ataupun konsumsi obat-obatan. Tapi mengapa dia tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Argghhh!!"
Akhza berteriak frustasi. Sungguh rasanya ia ingin menenggelamkan dirinya di lautan dalam saat ini. Ia merasa malu kepada Airin. Ia sungguh tidak punya muka untuk menatap wajah gadis yang baru saja ia nikahi itu.
Di luar Airin mengganti lingerie nya dengan baju biasa. Ia kemudian mengambil ponsel dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan sang suami.
Sekitar 5 menit Airin menjelajah di dunia maya dan ia mendapat beberapa informasi. Airin tentu terkejut, tapi dari banyaknya artikel yang ia baca sepertinya Akhza bukan tipe seperti itu. Perokok, pemabuk, dan hal-hal serupa tentu Airin tahu bahwa Akhza tidak pernah melakukannya.
" Disfungsi ereksi? Tidak! Suamiku impoten! Tidak mungkin. Kak Akhza tidak mungkin impoten."
Airin mengusap wajahnya kasar. Baru beberapa jam mereka bahagia karena sudah menikah, masa iya harus langsung merana.
" Ya Allaah, apa secepat ini ujian yang Kau berikan kepada kami. Belum juga ada sehari lho ini."
Airin mencoba terus berselancar di dunia maya. Mencoba mencari penyebab yang membuat Akhza tidak mampu melakukan itu. Ia sungguh berharap bahwa ini hanya faktor kecapekan semata atau mungkin stres. Ia sungguh tidak ingin kesimpulan bahwa Akhza impoten adalah benar adanya. Ini pasti akan sangat mengguncang jiwa sang suami.
Sudah sekitar satu jam Akhza tak kunjung keluar dari kamar mandi. Airin jelas khawatir. Ia pun berjalan cepat ke arah kamar mandi lalu mengetuk pintu dengan sedikit lebih keras.
" Kak ... Kak Akhza. Kakak ngapain, ini udah lama lho. Sejam kakak di dalam. Kak!!!"
Tidak ada sahutan dari dalam. Airin semakin panik dan khawatir. Ia pun kembali menggedor pintu kamar mandi dna meneriakkan nama sang suami.
Cekleek
Pintu kamar mandi di buka. Akhza keluar dari sana sudah memakai pakaian yang lengkap. Bisa Airin lihat wajah Akhza sangat lesu. Mata pria itu memerah. Mungkin kebanyakan terkena air.
" Kak ... "
" Maafkan aku Ai. Aku nggak becus melaksanakan tugasku. Sepertinya ada yang salah dalam tubuhku."
Airin memeluk tubuh Akhza dengan erat. Ia bisa merasakan bahwa saat ini Akhza begitu sangat sedih dan kecewa pada dirinya sendiri.
Airin kemudian membawa Akhza untuk duduk di sofa yang ada di dalam kamar. Airin meminta suaminya itu untuk duduk di sana, dan dia mengambilkan minuman hangat untuk Akhza.
" Kak diminum. Kakak kedinginan. Minumlah biar sedikit lebih hangat."
" Ai, maafkan aku. Kamu pasti sangat kecewa."
" Kak, ini baru pertama. Masih banyak waktu untuk kita melakukan itu. Kak, bisa jadi kakak kecapekan. Kakak stress karena banyak pekerjaan saat kita mempersiapkan pernikahan. Sudah jangan dipikirkan ya. Kita bisa coba besok. Lagian 3 hari kuta di sini. Malam ini mari kita istirahat saja dulu."
Akhza mengangguk patuh. Ia kembali memeluk erat sang istri. Akhza menghirup aroma Airin dalam-dalam. Ada ketenangan di sana.
Keduanya pun menuju ke tempat tidur setelah menjalankan kewajiban 4 rakaat yang lumayan tertunda. Jam menunjukkan pukul 10.00 malam. Akhza dan Airin tidur saling memeluk satu sama lain. Hanya dalam hitungan menit Airin sudah tertidur tapi tidak dengan Akhza. Pria itu dengan hati-hati melepaskan pelukan sang istri lalu turun dari ranjang lalu duduk di sofa. Ia mengambil ponselnya dan berselancar di internet mencari apa yang terjadi pada dirinya.
" Apa mungkin aku impoten. Tapi tidak mungkin. Aku menerapkan gaya hidup sehat, lalu mengapa ini bisa terjadi padaku. Bagaimana jika benar aku impoten. Kasihan Airin. Apa aku harus melepaskan Airin. Mumpung masih baru kami menikah. Bagaimana dia harus mendapatkan nafkah batin dariku. Jika aku tidak bisa memberikan, bukankah lebih baik jika dia tidak bersamaku?"
Akhza menatap nanar ke arah Airin tidur. Matanya berkaca. Sungguh ia mencintai istrinya. Melepaskan Airin adalah sebuah kata yang menyakitkan. Tapi dalam pikiran Akhza, dia juga tidak boleh menjadi egois. Ia tidak bisa menahan Airin jika benar ia tidak mampu memberi kebahagian berumah tangga.
" Ai, apa yang harus ku lakukan padamu?"
TBC
Pagi harinya mereka sarapan bersama. Masih berada di Dewantara Resort and Hotel, hari ini Airin mau mencoba lagi apa yang mereka lakukan semalam.
Setelah selesai sarapan dan berjarak beberapa waktu, Airin mendekatkan tubuhnya kepada Akhza. Akhza mengerutkan alisnya, ia tidka paham dengan apa yang diinginkan oleh istrinya.
" Ai, mau apa?"
" Mari kita coba lagi. Oke?"
Akhza awalnya enggan. Tapi mungkin benar semalam dia kelelahan. Akhza pun mengangguk dan Airin sudah melepaskan pakaiannya sendiri hingga menyisakan pakaian dalam nya saja.
Bermulai dari ciuman dan sentuhan. Semuanya mulai dari awal seperti pasangan yang hendak bercinta.
Foreplay dilakukan dengan sangat baik. Baik Akhza maupun Airin tersenyum saat melihat pentungan itu berdiri tegak dan panjang.
" Tuh kan hubby, bisa kok pasti."
" Bismillaah, aku mulai ya Ai.
Airin mengangguk, ia sudah mempersiapkan dirinya untuk pengalaman pertama mereka itu.
Di bawah sana Akhza memejamkan matanya sejenak dan bersiap melancarkan aksinya.
Ia menempelkan terlebih dulu pentungan kerasnya ke benda lembut sang istri.
Airin bisa merasakan benda keras itu. Ia mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan," Aku yakin Kak Akhza tidak impoten." Airin meyakini itu dalam hatinya dan berdoa dengan tulus.
Akhza mulai mengambil ancang-ancang. Bersiap melakukan misi utama. Saat hendak mencoba menerobos masuk pentungan Akhza kehilangan kekuatannya. Itu kembali lemas dan tidak berdaya kembali ke ukuran semula.
Akhza bangkit dari atas ranjang dan terduduk lesu. Airin jelas terkejut, pasalnya tadi semuanya masih oke dan ia yakin bahwa mereka akan bisa melakukannya.
" Kak," panggil Airin lirih. Ia mendekat ke arah sang suami dengan selimut yang membelit tubuhnya.
" Aku sakit, jelas itu Ai aku tidak mampu melakukan tugasku sebagai suami. Aku tidak mampu untuk memuaskan mu. Jangankan memuaskan, melakukannya saja aku tidak bisa. Ai aku tidak akan bisa membahagiakanmu. Aku yakin kamu pasti nyesel nikah sama aku."
Airin membulatkan matanya saat Akhza mengatakan hal tersebut. Menyesal menikah? Tentu tidak. Menikah dengan Akhza adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Salah satu cita-cita yang akhirnya terwujud, sebuah penantian yang lumayan panjang yang akhirnya sampai juga di penghujung waktu.
" kak Akhza cintanya aku. Sungguh tidak ada terbesit sedikitpun dalam hati dan pikiranku menyesal karena menikah dengan kakak. Mencintaimu dari lama dan akhirnya menikah denganmu, sungguh hal yang sangat membahagiakan untukku."
Akhza menitikkan air matanya mendengar ungkapan cinta dari sang istri. Dadanya berkecamuk. Antara bahagia dan sedih. Bahagia karena dia tahu bahwa istrinya begitu mencintainya tapi sedih karena ia tidak bisa memberikan hak nafkah batin kepadanya.
" Tapi aku seperti ini Ai. Aku bukan suami yang sempurna. Aku suami yang gagal."
" By, lihat aku. Ini mungkin ujian dalam rumah tangga kita. mari kita hadapi ini sama-sama. Aku yakin kita akan bisa menghadapi ini. Mari kita cari solusi untuk masalah ini ya."
Akhza tidak tahu bagaimana harus bereaksi atas apa yang istrinya katakan. Namun pelukan Airin membuat dirinya nyaman dan tenang.
***
Setelah menjalankan kewajiban 4 rakaat siang itu AKhza memutuskan untuk check out dari hotel. Ia merasa tidak ada gunanya juga berlama-lama di sana. Toh dia dan Airin tidak bisa menikmati apapun. Mereka hanya pindah tidur saja.
Awalnya Airin tidak setuju saat suaminya ingin pulang siang itu. tapi melihat wajah lesu Akhza, Airin pun menyetujui keinginan suaminya tersebut. Padahal Airin masih ingin mencobanya nanti malam. Siapa tahu akan ada perubahan nanti.
" Kita coba lagi nanti malam di rumah ya. Siapa tahu beda suasana maka akan ada pengaruh."
" Ku rasa stop dulu Ai, aku tidak ingin membuatmu kecewa. Maaf, aku belum bisa menunaikan kewajibanku."
Akhza melenggang lebih dulu keluar kamar dengan menarik satu koper yang berisi pakaian mereka berdua. Airin hanya bisa menatap punggung sang suami dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Banyak rasa yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya. Akan tetapi yang paling utama adalah rasa iba. Ia sungguh merasa iba kepada Akhza. Pria yang selama ini tampil begitu berwibawa saat menjadi seorang pemimpin perusahaan, kini terlihat tidak berdaya karena ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas ranjang.
" Kenapa ini terjadi padamu kak. Aku bukannya kecewa padamu, aku lebih merasa kasihan dengan apa yang sekarang kamu alami."
Airin berkata lirih. Ia kemudian berjalan pelan menyusul suaminya yang sudah hampir sampai di lift.
" By, tunggu."
Akhza tersenyum simpul. melihat sang istri yang berlari kecil ke arah dirinya dan lalu memeluk tubuhnya dari samping.
" By, aku mencintaimu sungguh."
Akhza tersenyum kecil ia mengecup pucuk kepala sang istri.
Aku juga mencintaimu Ai. Tapi jika cintaku hanya sebuah penjara bagimu maka aku akan melepaskanmu. kamu wanita yang baik Ai, dan kamu harus mendapatkan kebahagian. Aku akan berusaha untuk ikhlas melepaskanmu jika memang aku memiliki disfungsi ereksi itu.
Akhza bermonolog dalam hati. Sepertinya ia sudah membuat keputusan. Tapi sebelum itu, seperti yang istrinya katakan, Akhza akan berusaha mencari jalan keluarnya. Dan dari itu semua ia akan benar-benar mengambil keputusan, apakah akan melepaskan Airin atau tidak.
***
Sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya Akhza dan Airin sampai juga di kediaman Airin. Ya, Akha dan Airin sepakat akan tinggal bersama Teo. Mengingat bahwa Teo memang hidup sendiri maka Akhza dengan bijak memilih tinggal bersama Ayah mertuanya tersebut.
" Assalamualaikum."
" Waalaikum salam. Lho kok sudah pulang."
" Iya pa. Ada pekerjaan yang harus Kak Akhza segera kerjakan jadi kami memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana sebelumnya."
Akhza tersenyum kecil, ia mencium punggung tangan Teo sambil mengiyakan apa yang Airin katakan.
" Oalah gitu, ya udah istirahat gih."
" Makasih pa, Akhza ke kamar dulu ya."
Teo mengangguk sembari tersenyum. Meskipun ia sedikit heran dengan kepulangan Anak dan menantunya tapi alasan yang disampaikan oleh sang putri jelas masuk akal.
Teo tentu tahu bagaimana sibuknya seorang Akhza. Meskipun JD Coal dikelola oleh Akhza dan Abra tapi tetap merek sangat sibuk.
" Papa sudah makan," tanya Airin setelah keluar dari kamar dan sudah mengganti pakaiannya.
" Sudah tadi papa masak sayur sop sama ayam goreng. Kalian nggak ada masalah apapun kan?"
" Haish papa kelewat parno. kami nggak ada masalah apapun kok."
Teo bernafas lega. Sepertinya memang tidak terjadi apapun terhadap anak dan menantunya.
maaf pa, Airin jelas tidak bisa mengatakan ini kepada papa. Bagaimanapun Airin harus menjaga aib suami Airin, doakan saja semoga kami bisa melewati ini semua, gumam Airin dalam hati.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!