NovelToon NovelToon

Kenapa Harus Sepupuku, Mas?

KHSM BAB 1

Siapa yang masih ingat dengan sosok Harum Sari Indriana? Ya, dia adalah sahabat Yunda yang pernah membantu Yunda saat Yunda sekarat karena bekas operasinya yang infeksi dan membantu Yunda saat orangtua Yunda mengusir Yunda karena Yunda lebih memilih bercerai dengan Rio dan membantu memberikan uang pinjaman pada Yunda untuk ongkos ke Jakarta.

Kini Harum sudah menikah dengan Candra, laki-laki yang juga pernah membantu mengurus surat keterangan tidak mampu agar Yunda bisa dirawat di rumah sakit di kota tanpa biaya sepeserpun.

Candra adalah pria yang baik, penyayang, romantis, bertanggung jawab dan juga royal.

Sebelum menikah, Harum dan Candra sudah menjalin kasih kurang lebih hampir empat tahun.

Setelah menikah, Harum harus keluar dari rumah orangtuanya dan tinggal di rumahnya dengan Candra. Rumah yang ada di sebuah perumahan yang letaknya agak sedikit kota dari rumah orangtua Harum, memerlukan kurang lebih waktu satu jam untuk pergi kerumah Harum dari rumah orangtua Harum.

Setelah menikah dengan Candra, Harum yang tadinya bekerja di kota harus rela meninggalkan pekerjaannya demi mengabdi menjadi istri yang baik untuk Candra. Tapi baru tiga bulan, Harum merasa bosan karena rutinitasnya hanya itu-itu saja, apalagi kalau Candra sudah pergi bekerja, Harum merasa kesepian di rumah, ditambah lagi perumahan tempat tinggal Harum tergolong perumahan baru, belum banyak penghuni di dalam perumahan.

Setelah lima bulan menikah akhirnya Harum pun hamil, tapi sayangnya dokter menyatakan kalau kehamilan Harum adalah kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan, dimana kehamilan itu harus segera di hentikan alias di gugurkan.

Setelah ab0rsi, Harum sempat mengalami depresi, tiap hari hanya menangis karena merasa bersalah pada Candra. Tapi untungnya Candra pria yang baik dan panjang akal, dia sama sekali tidak menyalahkan Harum dan malah terus memberi semangat pada Harum.

Karena Candra selalu memberi dukungan padanya, Harum pun menemukan kembali semangatnya. Meski sudah semangat, tapi tetap saja saat sendiri rasa sedih menghampiri Harum. Tak ingin terus di hantui rasa sedih, Harum pun meminta izin pada Candra untuk membuka usaha kuliner kecil-kecilan di depan perumahan tempat tinggal mereka.

Tak perlu pikir panjang, Candra pun mengizinkan Harum membuka usaha kuliner kecil-kecilan di depan perumahan. Candra mencari lapak, membeli stelling, meja, kursi dan tenda untuk usaha Harum.

Dua minggu kemudian, setelah semua siap barulah Harum mulai berjualan. Dagangan yang Harum jual adalah nasi kuning, nasi uduk, lontong sayur dengan berbagai lauk pauk seperti daging ayam, ikan goreng sambal dan mie goreng. Semua itu Harum sendiri yang masak. Harum mulai berjualan mulai pukul enam subuh sampai dagangannya habis. Candra sama sekali tidak protes karena Harum harus berjualan mulai jam enam subuh.

Namanya juga jualan, sudah pasti tidak langsung banyak yang membeli, apalagi Harum baru saja membuka lapak, untungnya Harum juga tidak masak banyak-banyak.

Setelah satu bulan, dagangan Harum mulai banyak diminati, pastinya dari mulut ke mulut karena Harum sama sekali tidak mempromosikan dagangannya di media sosial. Yang tadinya setiap menu Harum hanya menyiapkan lima belas sampai dua puluh porsi saja, kini Harum harus menyiapkan dua kali lipatnya, tiga puluh sampai empat puluh porsi.

Dan semakin bertambah di bulan kedua dan ketiga. Di bulan ketiga, Harum harus menyiapkan masing-masing menu lima puluh sampai enam puluh porsi. Sudah menambah porsi pun masih saja ada pelanggan yang tidak kebagian makanan yang Harum jual. Yang tadinya Harum mulai berjualan dari jam enam subuh sampai habis yang habisnya kadang di jam sebelas sampai dua belas siang, sekarang belum sampai jam sembilan sudah habis.

Karena semakin banyak yang makan di tempatnya, Harum pun menambah tiga meja dan dua belas kursi untuk pelanggan yang mau makan di tempatnya. Bukan hanya itu saja, Harum juga memperkerjakan satu orang untuk membantunya jualan.

Di bulan kelima, pesanan untuk ketering berdatangan, tak kemana dua ratus sampai tiga ratus porsi dalam seminggu. Karena semakin banyak pelanggan dan pesanan ketering akhirnya Harum memutuskan untuk menyewa satu ruko untuk berjualan. Ruko yang jaraknya tak jauh dari tempat jualannya semula. Pekerja Harum juga bertambah, yang tadinya hanya satu kini sudah lima. Tiga orang bekerja melayani konsumen, dan dua lagi khusus bekerja di dapur termasuk Harum.

Jika di hitung-hitung sekarang pendapatan Harum lebih besar dari pendapatan Candra yang notabene adalah seorang pegawai negri golongan tiga. Meski pendapatan Harum lebih besar dari Candra, tapi Harum sama sekali tidak besar kepala dan masih menghormati suaminya sebagai kepala keluarga.

💋💋💋

Bersambung...

KHSM BAB 2

Pukul 07.30

Sebelum berangkat ke warung, Harum mengurus Candra lebih dulu. Setelah Candra berangkat bekerja, barulah Harum pergi ke warung.

KRIIING... Ponsel Harum berdering.

Panggilan masuk dari Bu Darmi, Ibu Harum.

Melihat nama ibu-nya, cepat-cepat Harum mengangkat telepon ibu-nya.

"Halo Bu." jawab Harum.

"Kamu sudah di warung, Rum?" tanya Bu Darmi.

"Belum Bu, masih di rumah. Mas Candra belum berangkat kerja. Kenapa Bu?" jawab Harum lalu balik bertanya pada Bu Darmi.

"Kamu masih ingat Nina gak?" tanya Bu Darmi.

"Nina anaknya Bude Esti yang di Jebres?" tanya Harum balik.

Bude Esti adalah kakak sepupu Bu Darmi.

"Iya." jawab Bu Darmi.

"Kenapa dia?" tanya Harum.

"Dia katanya mau KKN disini." jawab Bu Darmi.

"Oh." balas Harum.

"Katanya nanti mereka tinggal di rumah kosong yang gak jauh dari kantor camat, tempat kerjanya Nak Candra." kata Bu Darmi lagi.

"Oh lumayan deket dong dari rumah Harum." balas Harum.

"Iya, makanya Bude Esti minta tolong sama Ibu sampein sama kamu tolong lihat-lihat dia kalau nanti Nina dateng. Kamu tau lah anak-anak KKN gimana, karena laki-laki perempuan tinggalnya bareng, takut bablas, apalagi rumah yang mereka tempati gak ada indung semang." balas Bu Darmi.

"Iya Bu, pastilah nanti Harum lihat, apalagi tempat tinggal mereka dekat sama tempat kerja nya Mas Candra udah pasti nanti Harum suruh Mas Candra pantau dia. Lagian kenapa gak tinggal di rumah Pak Kades atau pejabat setempat sih, kayak waktu Harum KKN dulu?"

"Ya mana Ibu tau Rum, katanya yang milihin tempat itu Pak Camat, karena mereka banyak yang KKN di sini."

"Oh memangnya berapa orang mahasiswa yang datang KKN

"Sekitar sepuluh orang. Katanya perempuan tujuh, laki-laki tiga." jawab Bu Darmi.

"Oh." balas Harum.

"Ya sudah, Ibu tutup yah teleponnya, jangan lupa kamu sampein sama Nak Candra." ucap Bu Darmi.

"Iya Bu." balas Harum.

Panggilan berakhir.

"Ibu?" tanya Candra setelah Harum meletakkan kembali ponselnya di atas meja makan. Sekarang Harum dan Candra sedang sarapan.

"Iya Mas." jawab Harum.

"Bilang apa?" tanya Candra.

"Sepupu aku, Nina, katanya mau KKN di sini." jawab Harum.

"Oh mahasiswa yang mau KKN itu salah satunya sepupu kamu toh." ucap Candra.

"Kamu tau Mas?" tanya Harum.

"Iya tau lah kan surat pemberitahuannya masuk minggu lalu." jawab Candra.

"Oh. Kamu nanti bantu pantau sepupu aku yah Mas." ucap Harum.

"Sepupu kamu aja aku gak tau yang mana Rum, udah di suruh mantau." balas Candra.

"Ya nanti kalau dia udah dateng aku kenalin lah Mas." balas Harum.

"Oh kirain." balas Candra.

💋💋💋

Satu minggu kemudian.

Hari ini hari Sabtu dan hari ini adalah hari kedatangan rombongan mahasiswa KKN, ada Nina juga dalam rombongan.

Mahasiswa perempuan datang dengan menggunakan mobil pick up yang juga membawa barang-barang mereka sedangkan mahasiswa laki-laki datang dengan menggunakan motor. Sebelum ke rumah tempat mereka tinggal selama KKN atau biasa di sebut dengan posko, rombongan KKN singgah dulu ke rumah Pak Camat. Setelah dari rumah Pak Camat mereka pun di antar ke posko bersama dengan Pak Camat dan istrinya.

Sesampainya di posko, sudah ada Harum, Candra dan Bu Darmi di sana. Harum sudah menyiapkan makan siang untuk rombongan KKN.

"Bulik." begitu turun dari mobil, Nina langsung berlari menghampiri Bu Darmi dan memeluknya.

"Astaga Nina, udah besar aja kamu. Perasaan waktu Bulik pergi ke rumah kamu, kamu masih SMP, lah sekarang udah KKN aja." ucap Bu Darmi.

"Ya iyalah Bulik, masa mau kecil mulu." jawab Nina sambil melepaskan pelukannya.

Kemudian Nina menoleh ke arah Harum yang berdiri tepat di samping Bu Darmi.

"Ini pasti Mbak Harum?" tebak Nina.

"Iya Nin. Mbak pikir kamu lupa sama Mbak." balas Harum lalu cepika cepiki dengan Nina.

"Hampir lupa Mbak, habisnya Mbak Harum sekarang cantik banget sih, wajahnya glowing, bodynya bagus berisi lagi." balas Nina.

"Bisa aja kamu." balas Harum.

"Oh iya kenalin ini suami Mbak." Harum memperkenalkan Nina pada Candra.

Nina menoleh ke arah Candra yang berdiri disamping Harum lalu menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Nina dan disambut oleh Candra.

"Harum." Nina memperkenalkan dirinya.

"Candra." balas Candra.

Astaga suaminya Mbak Harum ganteng banget. gumam Nina dalam hati mengagumi fisik Candra.

Hush ngomong apa sih kamu Nin! Ingat suami orang itu! Suaminya Mbak mu sendiri lagi. Jadi gak boleh di kagumi! Kagumnya sama Refal Hady aja. gumam Nina lagi dalam hati menyadarkan dirinya sendiri.

💋💋💋

Bersambung...

KHSM BAB 3

"Mas mu ini kerja di kantor camat, jadi nanti kalau kamu dan temen-temen butuh bantuan apa-apa untuk tugas KKN ngomong aja sama Mas mu ini." ucap Bu Darmi.

"Terus Mbak Harum tinggal dimana? Di dekat sini juga?" tanya Nina.

"Gak. Kami tinggal di perumahan, gak jauh kok Nin dari sini, main-main yah kesana." jawab Nina.

"Pasti Mbak, tapi besok lah kalau Nina udah selesai beres-beresin barang." balas Nina.

"Terserah kamu aja kapan mau datang, ajak temen-temen kamu sekalian." balas Harum.

"Saudaranya Pak Candra rupanya." tiba-tiba Pak Camat datang menghampiri.

"Iya Pak, sepupunya istri saya." jawab Candra.

"Oh." balas Pak Camat.

"Ya sudah yuk kita masuk, istrinya Pak Candra sudah siapin makan siang untuk kita." timpal istri Pak Camat.

"Anak-anak ayo masuk, kita makan siang dulu. Barang-barangnya nanti aja di masukin, taro aja dulu di situ (teras) gak bakalan hilang kok." ucap Pak Camat pada anak-anak KKN.

"Yeay makan... makan..." sorak sorai anak-anak KKN. Namanya makan gratis siapa yang tidak senang.

Pak Camat dan istrinya, Candra, Harum dan Bu Darmi terkekeh kecil mendengar sorak sorai anak-anak KKN. Pak Camat dan istrinya pun masuk lebih dahulu ke dalam rumah lalu di susul Candra dan Harum kemudian Bu Darmi dan Nina setelah itu teman-teman Nina.

Di dalam rumah sudah di gelar tikar yang di siapkan warga yang tinggal di dekat posko. Mereka pun makan siang bersama.

💋💋💋

Setelah selesai makan, Pak Camat dan istri pulang lebih dulu. Kemudian selang lima belas menit Harum, Candra dan Bu Marni ikut pamir pulang.

"Kamu gak mau ikut ke rumah Mbak mu, Nin?" tanya Bu Darmi.

"Besok-besok aja lah Bulik, sekarang mau beberes barang dulu." jawab Nina.

"Oh. Ya sudah, nanti kalau udah gak repot, main-main yah ke rumah Mbak mu. Rumahnya deket kok dari sini, di perumahan. Cuma ada satu perumahan disini dan di perumahan juga belum banyak penghuninya, jadi gampang lah kamu nyari rumah Mbak mu." balas Bu Darmi.

"Mbak mu juga punya warung makan di area pertokoan di depan perumahan, cari aja Warung Makan Harum Sari, nah punya nya Mbak mu itu, jadi kalau uang mu dan temen-temen mu habis dan kiriman belum datang, temen-temen mu bisa lah minta kasbon sama Mbak mu." kata Bu Darmi lagi.

"Hehehe... iya Bulik." jawab Nina.

"Iya Nin, jangan malu-malu sama Mbak. Kalau perlu apa-apa bilang aja sama Mbak. Misalnya beras kalian habis, atau lauk kalian gak ada karena gak punya uang, bilang saja sama Mbak, nanti Mbak kirimin makanan buat kalian. Mbak kan pernah KKN juga, jadi tau lah rasanya KKN gimana, apalagi pas beras habis, uang kiriminan juga belum dateng." ucap Harum.

"Iya Mbak, makasih yah." balas Nina.

"Ya sudah, Mbak pulang yah. Jaga diri baik-baik." pamit Harum.

Setelah berpamitan, Candra, Harum dan Bu Darmi pun pulang. Candra dan Harum tidak langsung pulang kerumah mereka melainkan mengantar Bu Darmi dulu ke rumah.

💋💋💋

Keesokan harinya.

Pukul 03.00

Candra terbangun karena junior-nya yang bangun dan menendang-nendang jeruji kain minta di bebaskan.

Maklum saja memang biasanya jam segini para junior laki-laki akan bangun dan meronta minta dibebaskan dari jeruji kain. Apalagi junior Candra sudah seminggu tidak merasakan donat tembem milik Harum.

"Rum..." Candra memeluk Harum dari belakang sambil menciumi tengkuk leher Harum.

"Eugh... apa sih Mas?" tanya Harum tanpa membalikkan badannya dan mata yang masih tertutup.

"Pengen Rum." jawab Candra.

"Aku ngantuk Mas." tolak Harum.

"Sebentar aja Rum, udah seminggu loh kita berhubungan badan. Udah di ubun-ubun banget nih Rum." rengek Candra.

Harum menghela nafasnya kasar lalu membalikkan badannya.

"Sebentar aja yah Mas, aku ngantuk banget soalnya." ucap Harum.

Tanpa banyak omong lagi, Candra langsung mencium bibir Harum dan perlahan menindih tubuh Harum. Dengan mata yang mengantuk berat, Harum sedikit bermalas-malasan melayani suaminya di atas ranjang

Setelah satu minggu puasa, akhirnya junior Candra merasakan donat tembem Harum. Sebenarnya Candra ingin menambah satu ronde lagi tapi Harum menolak karena mengantuk.

💋💋💋

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!