Bab 1
"Kevin menikahlah dengan Aura!" titah Pak Ronald kepada putra semata wayangnya dengan napas yang berat.
Laki-laki berparas campuran bule itu terkejut lalu menatap kesal kepada ayahnya. Dia disuruh pulang hanya untuk mendengarkan keinginan laki-laki yang kini sedang terbaring lemah.
"Siapa Aura?" tanya Kevin yang merasa tidak mengenal nama itu.
"Dia cucu Mbok Mirah. Aura itu gadis baik-baik dan papa yakin kamu akan bisa hidup bahagia dengannya," jawab Pak Ronald menatap Kevin dengan mata berkaca-kaca.
Mengetahui siapa Aura yang di maksud oleh ayahnya, tentu saja Kevin ingin menolaknya. Meski dia belum pernah bertemu atau melihat perempuan itu, menurut dia tidak selevel dengannya.
"Cucu pembantu itu?" Kevin ingin tertawa, tetapi dia urungkan karena melihat sang ibu melotot kepadanya.
Melihat reaksi sang anak seperti itu, membuat Pak Ronald kecewa. Menurutnya, Aura adalah gadis terbaik dan pantas untuk menjadi istri Kevin.
"Kamu jangan melihat seseorang dari status sosialnya. Yang penting sifat, tingkah laku, dan adab orang itu bagus, tidak jelek," tukas laki-laki paruh baya yang menderita penyakit komplikasi.
Bagi pemuda itu menilai seorang perempuan adalah dari kecantikan parasnya, bentuk tubuh yang menggoda, dan yang utama adalah mampu memberikan kepuasan baginya.
"Jika kamu tidak mau menikah dengan Aura, maka semua harta kekayaan papa akan dihibahkan ke pemerintah agar dibagikan kepada fakir miskin atau orang-orang yang tidak mampu," lanjut Pak Ronald mengancam.
Tidak mau kehilangan harta kekayaan yang sering dia nikmati selama seumur hidupnya ini, Kevin pun terdiam. Terlihat pemuda itu berpikir lalu melihat kepada ibunya. Wanita paruh baya itu pun mengangguk tanda dia harus menerima keinginan sang papa.
"Baiklah jika itu keinginan Papa. Aku tidak mau disebut sebagai anak durhaka," balas Kevin dengan terpaksa.
***
Ruang rawat inap Pak Ronald kini ramai banyak orang. Hal ini karena akan diadakan pernikahan Aura dengan Kevin sesuai dengan keinginan pasien. Laki-laki paruh baya itu ingin melihat putranya menikah, sebelum ajal menjemputnya.
Dengan lancar Kevin pun mengucapkan ijab qobul. Dia baru tahu kalau Aura itu gadis yang masih muda, usianya di bawah lima tahun dari dia. Gadis itu sudah tidak punya orang tua, menikah juga menggunakan wali hakim.
Meski Aura memiliki wajah yang cantik, tetapi tidak menggetarkan hati Kevin. Ini karena bentuk tubuh gadis itu terlihat tidak menarik di mata sang lelaki.
"Kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri," ucap penghulu.
"Sebaiknya segera urus dokumen pernikahan untuk didaftarkan ke KUA," ucap laki-laki yang menjadi wali hakim.
Pernikahan ini baru sah secara agama dan belum terdaftar di kantor urusan agama atau bisa dibilang belum sah secara negara. Kevin tidak menyahuti ucapan kedua laki-laki paruh baya itu. Di dalam hatinya justru tidak ada keinginan untuk mendaftarkan pernikahan mereka agar kedepannya tidak ribet jika ingin menceraikan Aura.
"Aku sudah memenuhi semua keinginan Papa. Jadi, dengan begini aku berhak atas semua harta milik Papa, iya, 'kan?" Dengan tidak tahu malunya Kevin bicara seperti itu kepada orang yang sedang berjuang untuk nyawanya.
Kondisi Pak Ronald semakin parah sejak kemarin siang. Takut keburu meninggal dan harta kekayaan dihibahkan ke orang lain, mau tidak mau Kevin pun bersedia menikahi wanita yang tidak dikenal olehnya.
Pengacara Pak Ronald pun memberikan surat pengalihan nama semua harta kekayaan itu kepada Kevin, kecuali rumah besar yang ditinggalkannya selama ini. Rumah itu kini sudah atas nama Bu Martini, ibunya Kevin.
Ternyata ada persyaratan lainnya di sana dan itu buat Kevin kesal setengah mati. Karena dia merasa dibodohi oleh papanya.
***
Kapan maut datang menjemput tidak akan ada yang tahu kapan akan terjadi. Begitu juga dengan Pak Ronald. Laki-laki bule itu menghembuskan napas terakhir tiga hari setelah hari pernikahan Kevin dengan Aura.
Kesedihan menyelimuti keluarga besar Kevin. Kerabatnya Pak Ronald dari luar negeri juga sudah berdatangan. Mereka ingin memberikan penghormatan terakhir untuknya.
Aura terlihat terpukul sekali atas meninggalnya Pak Ronald. Gadis itu belakangan ini sering menghabiskan waktu dengan merawatnya. Apalagi setelah menjadi menantu, dia tidak pernah jauh dari sang mertua.
Sebenarnya Aura beberapa kali menolak perjodohan dengan Kevin. Selain tidak kenal, dia juga sudah menaruh hati kepada kakak seniornya sewaktu sekolah. Pemuda itu saat ini sedang melanjutkan kuliah di Australia. Namun, Pak Ronald memohon sebagai permintaan terakhir maka Aura pun menerimanya.
Aura mulai berhubungan dengan keluarga Ronald baru sekitar satu tahun belakangan ini. Dia di suruh oleh Bu Martini untuk merawat suaminya yang sakit. Mulai dari sinilah, laki-laki paruh baya itu tahu sifat dan kepribadian Aura yang begitu baik dan pantas untuk dijadikan menantu.
***
"Ma, aku akan kembali ke Jakarta. Masa cuti aku sudah habis," ucap Kevin setelah seminggu kematian ayahnya.
Mendengar itu tentu saja Bu Martini merasa sedih. Baru saja dirinya ditinggal oleh sang suami, kini putra semata wayangnya pun akan pergi lagi.
"Mama berharap kamu meneruskan usaha milik keluarga kita, Kevin. Kalau bukan kamu siapa lagi?" ujar wanita yang masih kelihatan muda meski sudah mendekati usia berkepala enam.
Kevin tidak mau tinggal di kota kecil seperti ini. Apalagi akan banyak aturan norma dan adat yang selalu mengekang kehidupannya.
"Kalau Mama merasa kesepian, aku akan suruh Aura tetap tinggal di sini," ucap Kevin dengan santainya.
Mendengar itu tentu saja Bu Martini menolak. Dia ingin Aura sekarang mengurus Kevin dan melayaninya sebagai seorang istri.
Akhirnya Kevin membawa Aura ke Jakarta. Di mana dia tinggal selama hampir empat tahun ini. Laki-laki itu merasa nyaman hidup di ibu kota sehingga sangat jarang sekali pulang.
Aura menatap rumah Kevin yang model minimalis. Rumah yang berukuran jauh lebih kecil, jika dibandingkan dengan rumah milik Pak Ronald.
"Ngapain kamu diam di situ? Masuk!" bentak Kevin, lalu pergi meninggalkan Aura sendirian dengan barang bawaan yang begitu banyak.
Tadi Bu Martini memberi beberapa bahan sayuran dari hasil panen di kebunnya. Sayuran organik yang baik untuk dikonsumsi demi kesehatan. Wanita itu begitu peduli terhadap putranya.
"Kamu tidur di sini," ucap Kevin kepada Aura.
Ruangan kecil di pojok rumah dekat dapur. Biasanya ini untuk kamar pembantu. Namun, sejak dahulu Kevin tidak mengizinkan orang lain tinggal di rumahnya. Makanya dia lebih memilih menyewa jasa seseorang yang akan membersihkan rumahnya tiga hari sekali. Untuk pakaian dia juga menggunakan jasa laundry.
"Lalu, Mas Kevin tidur di mana?" tanya Aura penasaran, kenapa mereka harus pisah kamar.
"Kamar aku ada di lantai dua. Kamu jangan berharap bisa tidur di sana karena tidak pantas. Di sinilah kamu seharusnya berada," jawab Kevin dengan sarkas.
"Bukannya kita ini sudah menjadi pasangan suami istri?" Aura menatap dengan perasaan takut menyinggung perasaan suaminya.
Kevin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Aura. Setelah puas dia pun menatap tajam kepada Aura.
"Heh! Dengar, ya. Kamu itu tidak pantas menjadi istri aku, pantasnya menjadi babu aku!" bentak Kevin merendahkan Aura.
Hati Aura terasa tergores mendengar ucapan laki-laki yang sudah menjadi suaminya. Dia tidak pernah membayangkan kalau pernikahannya akan seperti ini.
***
Assalamualaikum, selamat membaca karya terbaru aku. Karya ini karya lomba Air Mata Pernikahan, jadi akan banyak part yang bikin emosi.
Bab 2
Aura diperlukan oleh Kevin layaknya seorang pembantu. Bahkan lebih tragis lagi dibandingkan dengan asisten rumah tangga di rumah sebelah. Setiap hari yang dia terima adalah teriakan, bentakan, dan hinaan. Laki-laki itu tidak pernah menghargai apa pun yang diperbuat oleh Aura.
"Apa kamu bodoh? Sudah aku bilang jangan sentuh apa pun yang ada di ruangan ini!" hardik Kevin ketika melihat Aura membersihkan ruang kerja.
Aura hanya mengelap semua barang yang terlihat berdebu. Baik itu pajangan atau bukan, setidaknya dia ingin semua dalam keadaan bersih.
"Tapi, itu kotor–" ucapan Aura terpotong.
"Mau melawan kamu!" Kevin mencengkeram wajah gadis itu dengan kuat sampai Aura merasakan kesakitan.
"Dengar, kamu ini di sini hanya babu!" lanjut Kevin sambil mendorong kuat muka Aura sampai jatuh ke lantai.
Dengan langkah lebar, Kevin pun pergi lalu masuk ke dalam kamar tidurnya. Karena dipaksa menikah dengan Aura, membuat laki-laki itu benci kepadanya. Dia tidak memiliki rasa empati atau simpati kepada perempuan itu, apalagi cinta dan kasih sayang. Makanya dia bisa dengan mudah berbuat kasar kepada sang istri.
***
Kevin menatap malas ke arah meja makan yang sudah terhidang nasi, sayur sop, ayam goreng, dan sambal. Menurut dia makanan ini kampungan. Sejak mereka tinggal bersama tidak pernah sekalipun laki-laki itu mau memakan apa yang sudah dimasak oleh Aura.
"Aku akan makan di luar. Melihat masakan kamu membuat aku kehilangan napsu makan," ucap Kevin dengan tatapan menghina kepada Aura.
Perempuan itu hanya memasak yang dia bisa saat melihat bahan-bahan yang tersedia di kulkas. Hasil masakan yang dia buat dengan sepenuh hati dianggap menjijikkan oleh suaminya, membuat hati Aura kembali terluka. Entah sudah berapa banyak luka yang ditorehkan oleh Kevin kepadanya hari ini.
Setelah kepergian Kevin sambil membanting pintu depan, Aura duduk termenung sambil menatap makanan yang dia buat. Dengan tangan bergetar gadis itu mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi, sayur sop, dan ayam goreng. Tanpa perempuan itu sadari air matanya jatuh karena tidak bisa dia bendung lagi. Terlalu sakit yang dia rasakan atas semua perlakuan laki-laki itu.
'Kenapa aku harus mengalami situasi seperti ini? Apa aku sudah berbuat jahat kepadanya?' batin Aura bertanya-tanya.
Lidah Aura tidak bisa membedakan rasa masakannya apakah enak atau tidak. Dia makan tanpa memikirkan hal itu, yang dia rasakan saat ini adalah sakit di dadanya.
***
Sepulang kerja Kevin mendatangi sebuah apartemen. Begitu masuk dia melihat seorang perempuan yang memakai pakaian seksi dan sangat menggoda dengan memperlihatkan kulit mulus dan beberapa bagian tubuh kebanggaannya. Wajah wanita itu cantik dengan riasan full make up.
"Sayang, akhirnya kamu datang juga," ucap wanita itu sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher Kevin.
"Mariska, aku sangat merindukan kamu," balas laki-laki berambut hitam legam itu sambil memeluk pinggang wanitanya.
Kevin dan Mariska pun berciuman mesra, menyalurkan rasa rindu yang tertahan selama beberapa hari kemarin. Mereka berdua sudah menjalin kasih selama dua tahun ini. Kehidupan laki-laki itu memang menganut hubungan bebas semenjak kuliah di Australia, dahulu.
Setelah lelah bergumul, Kevin pun pulang menjelang tengah malam. Keadaan rumah sudah sepi seakan tidak ada penghuninya. Namun, dia tahu kalau ada seseorang sedang tidur sambil duduk di sofa seperti biasa. Ya, Aura selalu menunggunya pulang. Meski dia tidak mempedulikan keberadaan gadis itu.
"Dasar orang bodoh dan keras kepala," gumam Kevin lalu berlalu pergi ke kamarnya dan membiarkan Aura kedinginan di ruang depan.
***
Terdengar bunyi sesuatu yang pecah dari arah ruang depan. Kevin yang kebetulan menuruni anak tangga dibuat terkejut. Lalu, dia pun bergegas mencari sumber suara tadi.
Aura sedang berjongkok memunguti pecahan kaca dari sebuah pigura foto. Tadi tangannya gemetaran saat menemukan benda itu dalam keadaan terbaik. Foto itu adalah Kevin dan Mariska yang berpose mesra.
"Heh, pembantu sialan! Apa yang sudah kamu lakukan?" hardik Kevin sambil menendang bahu kanan Aura sampai terjungkal.
Gadis itu meringis kesakitan. Bukan hanya di bahu saja yang baru saja kena tendangan, tetapi di kedua jari tangan juga yang terkena pecahan kaca.
"Sssssh, perih," gumam Aura sambil melihat jarinya yang mengeluarkan darah.
Kedua mata Kevin melotot dengan tatapan penuh amarah. Lalu, dengan kasar dia merebut foto yang ada di tangan Aura.
"Sekali lagi kamu rusak barang-barang punya aku, maka tidak akan segan-segan aku putuskan tanganmu itu!" bentak Kevin mengancam.
Tubuh Aura gemetaran saking ketakutan. Seumur hidup dia tidak pernah mendapatkan ancaman. Jadi begitu mendengar ucapan Kevin, dirinya sangat shock.
Seperti biasa Kevin akan keluar rumah dengan cara membanting pintu sampai dinding dan kaca jendela ikut bergetar. Aura hanya bisa menangis tanpa suara. Lalu dia bergegas mengobati lukanya dan melanjutkan kegiatan membersihkan rumah.
"Mas Kevin, ibu mau tanya. Di rumah itu ada perempuan, ya?" tanya Bu Monik tetangga Kevin yang rumahnya ada di depan, terhalang oleh jalanan aspal.
"Oh, iya. Dia pembantu dari kampung. Mama merasa kasihan kepadanya karena membutuhkan uang. Sementara mencari pekerjaan itu sangat sulit," jawab Kevin.
Laki-laki itu tidak mau mengakui Aura sebagai istrinya. Bahkan saat kedatangan gadis itu, dia memberikan laporan kepada ketua RT, dengan mengatakan akan ada pembantu di rumahnya.
Aura sendiri sudah diancam oleh Kevin jangan mengaku sebagai istrinya kepada orang lain. Jika itu terjadi maka laki-laki itu tidak akan segan-segan melakukan perbuatan yang tidak pernah terbayangkan olehnya.
***
Sudah tiga bulan Aura tinggal bersama Kevin. Tiada hari tanpa hinaan dan kata-kata yang merendahkan dirinya keluar dari mulut Kevin. Dahulu awalnya dia sering menangis tergugu setiap kali dimaki oleh suaminya, sekarang mulai sedikit kebal dan dia juga berusaha untuk tidak berbuat kesalahan. Bekerja juga sangat hati-hati dan teliti agar tidak merusak barang-barang milik laki-laki itu.
Saat Aura sedang asyik membersihkan kamar tidur Kevin tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Terlihat ada Mariska berdiri mematung begitu melihat ada gadis cantik sedang mengganti seprai di tempat tidur kekasihnya.
"Apa yang sudah kamu lakukan di sini?" Mariska menarik tangan Aura dengan kuat lalu menampar pipi kirinya.
Tubuh kurus Aura jatuh tersungkur ke lantai berlapis karpet. Belum juga memberikan pembelaan, rambut gadis itu dijambak oleh Mariska dengan kuat sampai membuat istrinya Kevin ini meringis kesakitan.
"Nona ... Anda siapa? Kenapa bisa masuk ke sini?" tanya Aura dengan kedua tangan menahan cengkeraman Mariska.
"Seharusnya aku yang bertanya! Siapa kamu, berani-beraninya masuk ke kamar kekasihku?" Suara Mariska begitu nyaring tepat di telinga Aura.
***
Apa yang akan terjadi di antara Aura dan Mariska? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Bab 3
Mendapatkan kekerasan dari Mariska membuat Aura berani melawan. Apalagi wanita seksi ini mengaku sebagai kekasih Kevin. Rasanya dia ingin mengaku kalau dirinya adalah istri dari laki-laki itu.
Aura menarik kuat tangan Mariska sampai wanita itu pun ikut jatuh tersungkur di lantai. Cengkeraman tangannya terlepas, hal ini tidak di sia-siakan oleh Aura untuk bangun dan menjauh dari Mariska.
"Oh, kekasih Mas Kevin. Salam kenal aku, Aura. Gadis yang sudah tinggal serumah dengan Mas Kevin sejak tiga bulan yang lalu," ucap Aura.
Gadis itu tidak berbohong, karena memang kenyataannya mereka sudah tinggal bersama selama tiga bulan ini. Hanya saja dia tidak boleh memberi tahu kepada siapa pun tentang statusnya yang sebagai seorang istri dari Kevin.
Mendengar ucapan Aura barusan membuat Mariska meradang. Dia pun hendak menerjang tubuh Aura yang lebih kecil darinya. Namun, sang gadis bergerak lebih gesit dan wanita itu malah jatuh terjerembab dengan kepala mengenai ujung tempat tidur.
Mariska berteriak kesakitan sambil memegang kepalanya. Terlihat kening wanita itu ada luka lebam. Aura tidak berani mendekatinya karena bisa saja akan diserang lagi olehnya.
"Kau!" Mariska menunjuk dan menatap tajam penuh kebencian kepada gadis yang berdiri di depannya.
"Aku tidak melakukan apa-apa. Kamu sendiri yang jatuh," balas Aura tidak mau kalah dengan orang yang dia anggap sebagai pelakor.
Zaman sekarang perempuan itu tidak boleh lemah terhadap kaumnya yang sudah menjadi pelakor di dalam rumah tangga. Jika ada wanita yang berusaha merebut suami kita, maka harus dilawan. Itulah yang dahulu sering Aura ucapkan kepada teman perempuan yang sedang menghadapi masalah dalam rumah tangganya. Lalu, sekarang dia mengalami sendiri, berhadapan dengan wanita yang mengaku kekasih suaminya.
'Aku tahu meski saat ini Mas Kevin belum mengakui aku sebagai istrinya. Siapa tahu di waktu yang akan datang dia jatuh cinta kepadaku dan mau mengakui aku ini sebagai istrinya,' batin Aura.
Sebenarnya perasaan Aura saat ini dalam keadaan tidak baik-baik saja. Istri mana tidak sakit hati saat tahu suaminya punya wanita lain. Meski dia dan Kevin belum punya perasaan saling mencinta.
Kevin datang menyusul ke kamarnya dan melihat Mariska dalam keadaan terduduk di lantai dengan tangan memegang kepala. Wanita itu langsung meraung menangis kesakitan saat melihat kekasihnya datang.
"Apa yang terjadi?" tanya Kevin yang berlari lalu membawa kekasihnya berdiri.
"Wanita itu mendorong aku jatuh sampai kepala membentur ujung kasur," jawab Mariska yang masih menangis.
Mata Kevin kini sudah berubah merah, rahangnya juga mengeras. Lalu, dengan satu tamparan keras Aura pun jatuh tersungkur ke lantai dingin. Sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah karena luka sobek.
"Berani-beraninya kamu mencelakai kekasihku!" bentak Kevin sambil menunjuk Aura.
"Bukan aku yang membuat dia–"
"Diam!" hardik Kevin mencengkeram rahang Aura lalu kembali mendorongnya kuat sampai tubuh gadis itu rebah di lantai.
Mariska tersenyum mengejek Aura. Dia merasa bahagia karena sudah memenangkan perseteruan ini. Betapa senangnya wanita itu melihat Aura dalam keadaan tidak berdaya.
Mariska datang ke rumah ini untuk mengambil pakaian Kevin. Wanita itu akan ikut kekasihnya pergi dinas ke luar pulau. Kebetulan tempat yang dituju adalah Bali, jadi mereka sekalian berlibur dan bersenang-senang di sana.
"Pergi kau dari kamarku!" teriak Kevin sambil menunjuk ke arah pintu agar Aura segera pergi.
Tanpa disuruh dua kali, Aura pun pergi dari kamar Kevin, meninggalkan pasangan manusia durjana. Dengan jalan tertatih karena saat terjatuh tadi kakinya terkilir.
"Siapa, sih, dia?" tanya Mariska dengan nada mencemooh.
"Bukan siapa-siapa. Sebaiknya kita segera menyiapkan pakaian nanti keburu jam penerbangan dan kita akan tertinggal," jawab Kevin sambil mengambil beberapa pakaian miliknya.
***
Selama seminggu ini hidup Aura aman, damai, dan sentosa tanpa kehadiran Kevin di rumah. Meski begitu dia khawatir dengan keadaannya. Tidak ada kabar sedikit pun tentang laki-laki itu. Dia sampai bingung harus menjawab apa ketika ditanya oleh ibu mertua.
Saat Aura sedang menyiram tanaman di sore hari, mobil milik Kevin memasuki halaman rumah. Laki-laki itu pulang bersama Kekasihnya. Mariska langsung bergelayut manja di lengan kekarnya.
"Heh! Melihat tuan rumah pulang bukannya di sambut, ini malah bengong," teriak Mariska.
Aura sampai merasa heran dengan kelakuan dua orang itu yang suka sekali berteriak-teriak kepadanya. Tidak sakit kah tenggorokannya?
Dengan langkah lebar, Aura pun masuk ke dalam rumah. Dia membuatkan air teh tawar hangat yang biasa Kevin minum. Perempuan itu lelah dan pusing jika harus mendengar bentakan dan teriakan dari kedua orang itu hanya karena terlambat menuruti perintahnya.
"Malam ini aku akan menginap di sini. Bolehkan, Sayang?" tanya Mariska yang masih bergelayutan di lengan Kevin.
"Boleh, dong! Apa, sih, nggak boleh untuk kekasihku ini," jawab Kevin ketika Aura meletakkan dua gelas air teh itu di atas meja.
Tidak mau terlibat dengan pembicaraan dua orang durjana itu, Aura segara pergi dari sana dan melanjutkan pekerjaan tadi yang sempat tertunda. Waktu santainya sudah habis, sekarang harus bersiap untuk kerja rodi kembali.
***
Aura sibuk memasak sendiri untuk memenuhi keinginan Mariska yang ingin makan dengan rendang, cumi asam pedas, dan salad buah untuk makanan pembuka.
"Sayang, diam dulu. Baru saja kita mandi bersama, masa aku harus mandi lagi," ucap Kevin saat Mariska kembali mencumbunya.
"Habis, kamu itu kuat banget dan bikin aku ketagihan," balas Mariska dengan mesra sengaja untuk memanasi Aura.
Wanita itu ingin Aura jangan macam-macam kepada Kevin. Karena laki-laki itu adalah miliknya.
Bodohnya Kevin membiarkan apa yang dilakukan oleh Mariska. Dia tidak peduli kalau hal ini akan membuat hati sang istri sakit.
"Makanan semua sudah siap," kata Aura.
Sejak dahulu Kevin tidak pernah membiarkan Aura makan satu meja dengannya. Nanti giliran gadis itu akan makan jika sang suami sudah selesai.
Mariska meminta Kevin untuk menyuapi dirinya, maka terjadilah hal romantis dari pasangan haram itu. Sesekali terdengar suara tawa dari wanita yang sudah membuat Kevin tergila-gila kepadanya.
Setelah selesai makan, keduanya naik ke kamar di lantai atas. Ini di manfaatkan oleh Aura untuk mengisi perutnya yang sudah terasa melilit saking laparnya. Lalu, membereskan semua bekas makan malam itu dan pergi tidur agar besok tubuhnya terasa bugar dan siap bekerja layaknya pembantu gratisan yang dibayar cuma dengan makan.
Handphone milik Kevin berbunyi menandakan ada pesan masuk. Laki-laki itu sedang berada di kamar mandi karena ingin buang air besar. Dengan iseng Mariska membaca pesan yang masuk barusan. Ternyata pengirim itu adalah Bu Martini, ibunya Kevin.
"Kevin jangan lupa kamu segera daftarkan pernikahan kamu dengan Aura secepatnya. Kenapa terus menunda-nunda?
Mata Mariska melotot setelah membaca pesan itu. Kini hatinya dikuasai amarah kepada sang kekasih yang sudah mengkhianati dirinya.
***
Akankah Kevin dan Mariska bertengkar atau laki-laki itu akan memberi tahu semuanya apa yang sudah terjadi? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!