Nadine Ayana Winara (22)
Nadine, seorang wanita yang telah menyandang gelar S1 nya beberapa jam yang lalu. Sudah dengan pakaian piyamanya sembari berbaring diatas ranjang queensize nya. Terpancar wajah bahagianya saat ia menerima pesan-pesan selamat yang teman-temannya ucapkan. Postingan terakhir di akun instagram pribadi miliknya juga dihujani komentar-komentar positif. Disana terekam Nadine yang sedang berdiri memakai baju toga berdampingan bersama ayahnya yang memakai setelan jas lengkap tersenyum bahagia hingga keduanya menampilkan deretan gigi rapinya.
"Akhirnya..." gumam Nadine yang tak melunturkan senyuman bahagianya.
Terdengar suara ketukan pintu tiga kali dari luar kamar Nadine yang bernuansa hitam putih itu. Ia langsung spontan menoleh ke arah suara dan menjawabnya dengan lantang.
"Ayaa.. tolong siapin air untuk tamu " ujar Graha sang ayah dari balik pintu. Nadine mendengus kesal karena ayahnya yang masih menerima tamu di waktu yang hampir jam 10 malam itu.
"Yaa ayah.." saut Nadine dengan suara sedikit memelas. Dirinya langsung beranjak dari kasur dan berjalan menuruni anak tangga menuju ke pantry.
Nadine hendak membuat minuman untuk tamu tapi Nadine tidak tahu ada berapa orang disana. Nadine mengintip dari celah tembok dan menghitung mereka. Ternyata ada tiga orang lelaki termasuk ayahnya. Nadine kembali membuat minuman, dengan telaten ia memasukan gula kedalam tiga gelas juga teh yang sudah dikantongi dan memberinya air panas. Setelah dikocek, Nadine langsung memindahkan gelas tersebut ke nampan yang tak terlalu besar untuk ia bawa ke ruang tamu.
"Ini ayah, om silahkan diminum tehnya" Nadine tersenyum sambil membungkuk meletakan gelas diatas tatakan satu persatu.
"Sapa temen ayahnya dong" Ujar Graha lalu Nadine bersalaman dengan kedua pria itu. Lelaki dengan balutan kemeja biru dengan celana bahan navy terlihat sangat segar walaupun rambutnya sudah hampir setengahnya beruban. Dan yang satu lagi lelaki matang dengan balutan kemeja hitam yang dilipat bagian lengan hingga siku, celana bahan cream, badan yang tegap, hidung mancung, mata tegas, wah pahatan yang sangat sempurna. Mereka berdua juga memakai aksesoris berupa jam rolex yang Nadine sendiri tak tahu menahu tentang harga jam tersebut. Jujur Nadine mengakui bahwa kedua lelaki ini sangat tampan.
"Terimakasih.. Oalah ini Nadine? Sudah besar saja ya, sangat cantik seperti ibunya .. " sambung salah satu lelaki di ruang tamu dengan senyum ramah lembut.
"Sini nak duduk disebelah ayah.." sambil memandang Nadine dan menepuk sofa untuk memperjelas agar Nadine duduk disebelahnya. Nadine pun duduk dan masih kebingungan.
Aku pernah liat mereka, tapi dimana ya Dalam hati Nadine ia bergumam.
"Ingat sama saya ?" Sambung lagi dari lelaki yang Nadine tidak tahu siapa dirinya dan iapun hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Ini om Bobi, dan itu lelaki disebelahnya adalah anaknya Gaga. Mereka baru pertama kali mengunjungi rumah kita ya, dulu pa bobi ini bantu ayah membangun bisnis ayah dari nol hingga ayah sukses dan menikah dengan ibumu sampai kita pindah ke Dubai" jawab ayah yang menjelaskan. "Kan kamu juga pernah ketemu mereka, terakhir waktu kita baru pulang ke Indonesia." Sambung Graha.
"Ohh.. yang waktu itu ngadain pesta perusahaan di Jakarta itu ya.. " ucap Nadine sambil mengingat keduanya. Pak Bobi membalas Nadine dengan senyum yang lebar dan Gaga melihat ke arah Nadine yang juga tersenyum membalas sapaan dari Nadine.
Saat mata Nadine dengan yang ayahnya kenalkan bernama Gaga, ia sedikit mengenalnya dari tatapan mata yang dirasanya tak asing.
"Tadi katanya baru beres wisuda ya? Maaf ya kami datangnya telat" ucap Bobi tanpa melunturkan senyumannya. Lagi-lagi Nadine hanya mengengaggukkan kepalanya pelan.
"Baiklah pak Graha, sudah tepat kan waktunya? Mari kita bicarakan dengan serius." Tutur pak Bobi dengan menautkan jari-jarinya, Ayah Nadine juga mengiyakan dan menatap Nadine yang sangat kebingungan.
Kok atmosfernya tegang gini si. gumam nadine dalam hati.
"Begini, aya, ayah ingin tanya, apa kamu mempunyai pacar? "tanya Graha dan mereka bertiga melihat ke arah Nadine. Nadine yang mendengar pertanyaan itu sedikit terlihat terkejut.
"Eng enggak ada ayah, kenapa? "jawab nadine. Graha menarik nafasnya dalam dan membuangnya halus.
"Ayah dan om bobi berniat untuk menikahkanmu dengan Gaga. " ujar Graha langsung pada intinya. Badan Nadine menegang dan jantungnya berdegup kencang seolah perkataan ayahnya itu tak pernah terbayang dalam dirinya.
"A-apa yah? Nikahin aku?" ucap Nadine.
"Iya, nikahin kamu sama Gaga. Kalian kan dulu waktu kecil deket banget dan ayah dapat amanat dari almarhum ibu. Dia pengen nikahin kalian berdua kalau kalian sudah besar. "
"Tapi kan ayah aku baru aja lulus loh dan baru wisuda tadi pagi, aku juga kan masih pengen berkarir ayah. Enggak secepat ini" ucap Nadine seolah menangkis ucapan ayahnya.
"Kan kamu udah punya salon? Itu kan kamu udah punya kerjaan sebagai owner. Nanti juga seudah nikah kamu masih bisa kerja kok di perusahaan ayah yang nanti bakal ayah kasih kekamu. Iya kan Gaga?" ucap Graha yang kini semua tatapan tertuju pada lelaki berusia 26 tahun itu. Gaga tersenyum dan mengangguk.
"Tentu saja. " ucapnya lembut. Nadine tak menyangka ternyata lelaki yang akan ia jodohkan terlihat damai dan menerima dengan leluasa pernikahan ini. Nadine terpaku, bibirnya tak bisa berkata apapun. Terlebih memang Gaga lelaki yang tampan, tetapi ia sama sekali tak mengenal lelaki itu walaupun tatapannya tak asing bagi Nadine. Diambilnya tangan kanan Nadine, Graha memegangnya erat sembari mengelus punggung tangan tersebut.
"Demi ibu kamu sayang.. " ucap Graha menatap Nadine dengan wajah memohon. Nadine mendengus dan menundukkan kepalanya.
"Kasih saya wakru untuk berfikir"
"Baik Nadine, bagaimanapun juga kami tidak akan memaksakan sesuatu. Kamu mau kami kasih waktu berapa lama?" ucap Bobi.
"Satu minggu, cukup?" kini Gaga yang berbicara. Nadine lagi-lagi bertatapan dengan manik hitam milik lelaki yang asing tak asing baginya. Nadine mengangguk pelan. Setelah obrolan mereka selesai, Bobi dan Gaga undur diri karena istri Bobi sudah menunggu di apartemen pribadi milik Gaga di Bandung.
"Ayah.. kok tiba-tiba mau nikahin aku sih? Aku masih belum dewasa ayah, aku masih belajar dan baru lulus kuliah. Apa ayah enggak mikirin cita-cita aku? Ayah enggak memikirkan ijazah S1 ku? Untuk apa aku kuliah, kalo akhirnya hanya terburu-buru untuk menikah.." ucap nadine dengan nada kesal sambil membereskan gelas yang tadi disuguhkan.
"Sebenarnya ayah akan ada urusan di luar negri ya, kamu disini dengan siapa? Kebetulan kami bertemu kemarin di acara pembukaan hotel ayahnya Julian temen band kamu kan? Dan bersambung ke percakapan pernikahan itu, lalu Bobi langsung menelfon ayah katanya Gaga mau dan mereka langsung kesini" jawab ayah naadine dengan lembut.
"Untuk apa ayah keluar negri? Lagipula sampe nikahin aku segala." Jawab nadine dengan nada kesal. Kini Graha menghela nafas.
"Ayah ada urusan yang kemungkinan ayah bakal lama disana. Ayah harus bersembunyi untuk sementara waktu. " ucap Graha yang sekarang posisinya sudah berdiri.
"Seserius itukah masalah ayah di Indonesia?" ucap Nadine dengan wajah tak percaya. Graha hanya mengangguk sesal.
"Ayah bisa bawa aku! Gak papa kok. Aku jadi bisa berkembang di luar negri. Pokoknya aya pengen sama ayah!" ucap Nadine.
"Gabisa. Kamu harus di Indonesia, tolong ya? " ucap Graha memohon yang kini sudah memegangi kedua tangan putri semata wayangnya itu.
"Tapikan ayah gaperlu harus nikahin aku.. Aku kenal aja enggak sama cowok tadi. Tau sifatnya aja enggak, mana bisa aku tiba-tiba nikah sama orang yang asing buat aku ayah" ucap Nadine.
"Ayah tau dia sayang, ayah gak mungkin memilihkan lelaki yang berandal" ucap Graha.
"Ya tapi aku masih muda, aku punya cita-cita menikah di usia 24 25 ayah. Sedangkan aku sekarang baru 22 tahun empat bulan kemarin " ucap Nadine terus menolak.
"Fikirin yang baik.. ayah harap kamu ngerti. Ayah yakin kamu udah cukup dewasa" ucap Graha mengecup kening putrinya dan melangkah pergi keruangan pribadinya.
***
Gaga dan Bobi sudah sampai di apartemen mewah miliknya. Sebenarnya apartemen ini sengaja Bobi beli bila keluarga Axelle sedang berada di Bandung. Mereka disambut oleh Riana yang kala itu sedang menatap layar televisi.
"Hai mom. " ucap Gaga sembari duduk di samping ibundanya.
"Hallo, gimana pah? mas?" ucap Riana dengan senyumnya yang merekah.
"Dia masih minta waktu buat berfikir katanya.. " ucap Bobi
"Ohiya? Gimana mas? Cantik gak Nadine yang sekarang?" ucap Riana yang kini menggoda anak sulungnya. Namun Gaga menampilkan wajah malasnya.
"Aku mandi dulu ya.. " ucap Gaga berdiri dan berlalu ke kamarnya.
"Tumben mau mandi dua kali mas" lagi-lagi Riana menggodanya.
"Gaga " ucap ayahnya yang menghentikkan langkah kaki Gaga saat ia baru mencekal handle pintu.
"Selama sebelum hari keputusan, kamu ayah liburkan. Dan kamu manfaatkan waktu itu untuk pendekatan ya" ucap Bobi. Gaga mendengus kesal, ia hanya mengiyakan dengan cara berdeham dan masuk kekamarnya yang sedikit hangat.
***
Hallo good people, semoga suka dengan ceritaku ya..
Jangan lupa beri jempol untuk chapter pertamaku, makasih ☺️
Tbc-
Gaga Axelle (26)
Akhir-akhir ini adalah hari yang sulit untuk seorang Gaga Axelle. Ya, bagaimana bisa dirinya senang dan bahagia setelah kejadian dua bulan yang lalu ia mendapati kekasih tercintanya tengah bercumbu dengan seorang lelaki di apartemen pribadi milik kekasihnya sendiri. Setiap hari sampai sekarang dirinya merutuki diri sendiri dan berkaca, apa sebenarnya yang kurang dari seorang Gaga Axelle? Segala permintaan sang kekasih sudah ia berikan juga sikapnya yang egois namun selalu terkalahkan oleh seorang Elsa Gayatri seorang model papan atas juga sudah menerima job iklan di televisi.
Gaga pergi ke Bandung karena hendak berkunjung ke restoran milik teman kampusnya dulu, kebetulan juga ayah dan ibunya sedang di Bandung karena mereka harus menghadiri acara perayaan pembukaan hotel milik teman bisnisnya. Namun RIana sang ibu menyuruhnya untuk langsung ke apartemen karena Riana tidak ikut hadir ke acara. Ia sedang sakit sekarang, masalah perutnya kambuh begitu saja.
Tak lama setelah Gaga sampai, Bobi juga sampai ke apartemen mewah dengan harga fantastis itu. Mereka duduk bertiga di sofa yang didepannya televisi. Tak sengaja televisi tersebut memutar iklan Permen Lolipop yang dibintangi oleh mantan kekasihnya Gaga. Ketiganya hening saat menonton putaran iklan tersebut. Setelah iklan tersebut habis, Bobi mulai berbicara.
"Gaga.. Hubungan kamu sama El-"
"Gaga udah bilang, I'm done with her" ucap Gaga malas. Riana hanya menundukkan kepalanya, ia tahu perasaan Gaga karena membayangkan hubungan anak sulungnya itu harus berakhir setelah berpacaran selama lima tahun. Riana juga bangga kepada Elsa, ia model terkenal juga dari keluarga yang terpandang dengan kesuksesan bisnis ayahnya dibidang Elektronik.
"Oke. Papah ada obrolan penting sama kamu" ucap Bobi. Gaga dan RIana langsung memandang Bobi dengan wajah yang penasaran,
"Ada apa pah? Kerjaan?" ucap Gaga.
"Bukan.. ini tentang, rekan papah. " ucap Bobi. Gaga dan Riana terdiam seolah menunggu kalimat selainjutnya yang akan di lontarkan oleh lelaki berdarah German itu. "Kamu masih inget pak Graha? Tadi papah ketemu sama dia di acara"
"Graha? suaminya almarhum Faranisa?" ucap Riana spontan.
"Iya. Kan dia udah pulang ke Indonesia empat tahun lalu. Dia juga datang ke acara tahunan perusahaan Axelle kok waktu itu" ucap Bobi. Gaga hanya melukiskan senyum ala kadarnya.
"Apa kabar pak Graha?" ucap Gaga
"Dia baik, terlihat sehat juga. Kalian masih ingat Nadine? Anak perempuannya" ucap Bobi
"Inget dong pah. Duh gimana tuh Nadine sekarang? Kuliah dimana katanya?" ucap Riana yang semakin tertarik dengan obrolan ini.
"Katanya dia besok wisuda. " ucap Bobi.
"Udah besar ya dia, kamu ingetkan mas dulu kamu sayang banget sama Nadine waktu kecil? Sampe ngambeknya berapa bulan deh ke mama sama papa waktu mereka pindah ke Dubai" ucap Riana bernostalgia. Gaga hanya diam tak bersuara.
"Gaga.." kini Bobi mulai berbicara lagi. "Papa mau kamu nikah sama dia" sambungnya.
***
Riana baru saja berdiri dibalkon yang menampakkan kota Bandung dari sisi selatannya. Gaga mencari ibundanya, melihat ke arah balkon dan langsung menghampirinya.
"Gimana ma? Udah baikkan?" ucap Gaga.
"Udah kok. Nih mama udah bisa keramas tadi" ucap Riana dan langsung menatap putra sulungnya.
"Papa kemana ma?" tanya Gaga.
"Ke cabang lah sayang, kemana lagi. Ohiya bukannya kamu mau ke restoran temen kamu? Kok belum siap-siap?"
"Dia masih sibuk katanya ma, lusa katanya bari santai, Dia mah gitu seenak jidat batalin janji sama aku yang super sibuk ini" ucap Gaga kesal. Riana tersenyum melihat sikap anaknya yang menggemaskan.
"Kamu juga kan sering batalin janji sama Jo, apalagi waktu kamu masih pacaran. Jarang tuh waktu luang kamu buat kumpul sama dia. Jangankan sama dia deh, sama mama aja kamu jarang " ucap Riana ada sedikit kesedihan di air mukanya.
"Maafin Gaga mah. " ucap Gaga yang kini merangkul ibundanya. Riana langsung mengelus tangan besar milik anaknya.
"Gak papa. " kini Riana menyandarkan kepalanya ke bahu Gaga. "Mama juga dulu suka gak ada waktu sama kamu kok. Inget gak dulu kamu sering diasuh sama tanteu Nisa?" ucap Riana dan Gaga mengangguk. "Mama sampe ngerepotin dia dari sejak umur kamu dua tahun. Sampe anaknya lahir, eh kamu jadi seneng banget nambah temen." ucap Riana.
"Iya, dulu aku sampe cemburu kalau aku main kerumah tanteu Nisa lagi main sama Nadine. " ucap Gaga sembari tertawa.
"Tapi Faranisa itu sayang banget kan sama kamu? Apa pernah dia kasar sama kamu?" ucap Riana
"Gak pernah ma, Aku rasa, kasih sayangnya dia ke aku itu sama kaya keanaknya sendiri. Sampe aku jadi kaya adik kakak sama Nadine. Dari mulai dia belajar ngomong, jalan dan main bareng imajinasi kita."
"Iya, makanya dia pengen kamu dan Nadine sama-sama juga karena dia yakin kalau kamu bakal jagain Nadine." ucap Riana yang membuat pikiran Gaga berputar.
"Apa harus ma aku terima perjodohan yang papa tawarin semalem?" ucap Gaga kini bertatapan dengan manik coklat milik ibunya.
"Kenapa enggak? Toh pak Graha juga pebisnis yang hebat." ucap Riana.
Setelah itu Gaga berfikir sendirian di kamarnya. Ia akhirnya mempunyai keputusan dan langsung menelfon ayahnya.
***
**Maaf ya bikin kalian baca ulang story nya dari awal. **
Gak banyak kok yang diubah, aku lagi mau memperbaiki peletakan katanya aja biar di acc sama Mangatoon hehe...
Tbc-
Sesuai perintah ayahnya, Gaga berencana untuk menemui calon istrinya. Ralat, perempuan yang akan Gaga coba untuk dekati. Gaga sudah siap dengan tampilan kasualnya, memakai kaos hitam, celana diatas lutut sedikit berwarna cream, sepatu nike dan tak lupa ia membawa topi hitam.
Ia sudah sampai didepan rumah Nadine yang terkesan mewah dikawasan kota Bandung itu. Letak rumah Nadine juga memang tak terlalu jauh dari apartemennya dan kebetulan jalanan cukup sepi. Ia memarkirkan mobil *X-6 *Silver miliknya di pekarangan rumah Nadine.
Nadine yang baru saja duduk di sofa depan televisi, mendengar suara ketukan dari arah pintu depan.
"Biar Nadine yang bukain bi" ucap Nadine yang langsung berdiri menghampiri pintu.
"Hai" ucap Gaga sedikit terkejut karena Nadine terlihat segar dengan muka yang terlihat berpoles make up natural, rambut ikal dibagian ujung rambut panjangnya namun penampilannya hanya memakai kaos dan celana joger. Nadine memang berminat untuk keluar hari ini namun dirinya bingung akan pergi kemana.
"Eh.. kak Gaga?" ucap Nadine dengan sedikit terkejut. Keduanya terlihat canggung. Nadine sedikit melongo karena di siang hari ini Gaga semakin indah dipandang.
"I-iya nih.."
"Mau ke ayah? Ayah kebetulan ada dirumah. Yuk masuk" ucap Nadine yang hendak membalikan badannya.
"Enggak Nad, saya mau ke kamu" ucap Gaga. Nadine dengan spontan berhenti melangkahkan kakinya lalu berbalik lagi.
"Ke aku? " dianggukki Gaga dan tersenyum.
"Keluar yuk. Kebetulan saya lagi senggang. " ucap Gaga lembut.
"Ma mau kemana?"
"Kemana aja terserah kamu"
"Ya yaudah.. aku ganti baju dulu. Kakak tunggu didalem aja" ucap Nadine. ia langsung menuju ke lantai dua kekamarnya. Sekitar sepuluh menit, Nadine keluar lagi dengan mengenakan kaos *navy *bertulisan *Pull n Bear, *celana levis, sepatu vans oldskool, tas slingbag bertali kecil dan tak lupa menenggerkan jaket hoodie maroonnya.
Gaga terlihat sedang berbincang dengan Graha di sofa saat Nadine telah selesai bersiap. Nadine mngehampiri mereka berdua.
"Makasih om udah izinin" ucap Gaga.
"Iya.. toh Nadinenya juga udah siap. Gih hati-hati ya"
setelah Nadine berpamitan, dirinya langsung masuk ke mobil Gaga dan duduk di kursi penumpang. Kesan pertama yang ia rasakan bukan karena mobil mewahnya, tetapi karena aroma maskulin didalamnya.
*Kok enak bener ini baunya. *Batin Nadine bergeming.
Gaga sudah siap di belakang kemudi dan sudah menggunakan *seftybelt *nya.
"Ada referensi tempat gak? " ucap Gaga dengan tangan kanan memegang stir, tangan kiri siap menarik rem tangan. Mereka saling bertatap.
"Kakak emang mau ketempat kaya apa?"
"Pengennya sih ke yang sejuk tapi seru gitu" ucap Gaga. Nadine mencoba berfikir sembari melihat ke langit-langit mobil.
"Umm kemana yaa.. Kalau ke daerah dago, udah pernah?"
"Udah sih, tapi cuma ngopi aja dulu sama temen yang ada di Bandung"
"Maunya emang ngapain?"
"Pengen jalan. Tempat wisata yang gak terlalu ramai tapi gak sepi ada gak?" Nadine terlihat berfikir lagi. Walaupun baru empat tahun tinggal di Bandung, dirinya sudah sering berjelajah ke tempat-tempat nyaman disini.
"Kalo ke tahura gimana? Kita ke gua Jepang sama Belanda"
"Ohiya, aku pernah denger tuh tentang gua itu. Yaudah kita kesana ya. " ucap Gaga lalu melepas rem tangannya. "Ohiya, udah sarapan kan?" ucap Gaga dianggukki Nadine
***
Gaga terlihat berlipat-lipat sangat tampan. Dengan menenggerkan kaca mata hitam juga topi hitamnya, membuat Nadine mencuri-curi pandang. Nadine semalaman mencoba merangkai memorinya saat kecil, dan ia sedikir ingat tentang masa kecilnya di Indonesia dan ia ingat juga tentang Gaga. Memang mengingat memory di bawah umur empat tahun itu bukan hal yang mudah.
Gaga terlihat menenteng keresek putih indomaret yang didalamnya ada beberapa makanan dan minuman yang sengaja ia beli saat perjalanan kesini. Nadine juga menyuruhnya untuk membawa senter dan kebetulan Gaga membawanya. Ada di dalam mobil, persediaan bila mesin mobilnya mati ketika malam hari.
"Kak jangan bawa keresek. Nanti direbut sama monyet" ucap Nadine mencegah Gaga. Gaga hanya tertawa mendengar itu.
"Gak akan kok. Tenang aja Nad" ucap Gaga sembari menutup pintu mobil dan menguncinya dengan remot khusus. Nadine hanya menggedikkan bahu karena Gaga tak mau mendengarnya.
Gaga dan Nadine mulai berjalan memasuki kawasan hutan lindung. Berjalan dijalan setapak yang sudah dirangkai untuk langsung menuju ke gua. Mereka berjalan beriringan.
"Kamu pernah kesini?"
"Sering kak"
"Ohiya.. selamat ya udah jadi sarjana" ucap Gaga tulus. Nadine tersenyum dan mendongak ke arah Gaga karena Gaga lebih tinggi darinya.
"Makasih.."
"Oh ya, kamu jurusan apa Nad?"
"Jurusan Ilmu Komunikasi kak. Kakak sendiri?"
"Keren. Saya jurusan Manajemen Bisnis S1 di UI dan Logistics and Supply Chain Management di University of Brighton Inggris. Kamu kampus mana Nad?" ucap Gaga dengan ada sedikit kebanggaan di ucapannya. Ia malah geli sendiri karena merasa seperti remaja yang tengah pdkt. Berbeda dengan Nadine yang merasa dirinya jauh dibawah Gaga karena riwayat pendidikannya di luar negeri.
"Seriously?. Aku kuliah di Universitas Pajajaran kak. " ucap Nadine dengan sedikit malu.
"Bagus tuh, Unpad ya? Temen SMA saya banyak yang kesana. Kampus itu juga bagus kok" ucap Gaga yang sedikit membela lawan bicaranya itu untuk tidak minder. Nadine hanya tersenyum mendengar tanggapan Gaga, ia tak menyangka ternyata orangnya se-*welcome *ini.
Berbicara soal perkuliahan, akhirnya Nadine dan Gaga sampai tujuan. Mereka hendak masuk ke gua Jepang tetapi sedang ramai. Nadine mengajak Gaga untuk masuk ke gua Belanda terlebih dahulu. Ada seorang *guid *yang menawarkan diri untuk memandu perjalanan mereka, namun hal tersebut ditolak Nadine karena Nadine cukup menguasai cerita tempat ini berasal.
Didalam, Nadine memceritakan tentang bagaimana penderitaan rakyat Indonesia saat dijajah oleh para sekutu pada masa itu dan langsung menyambung ke sejarah gua Belanda.
"Pada awalnya gua yang di bangun pada tahun 1901 ini dipergunakan untuk perusahaan yang bergerak dibidang pembangkit listrik tenaga air. Namun, pada tahun 1918 Belanda melakukan renovasi dengan menambah lorong dan koridor dalam gua yang berada di daerah Dago Pakar ini. Pembangunan yang dilakukan oleh Belanda mencakup 15 lorong dan 3 koridor. Pada setiap koridor mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Koridor pertama untuk saluran air, koridor kedua untuk lubang ventilasi dan yang ketiga untuk ruang interogasi. Gua ini mempunyai luas 750 m dan dibuat dari batu stupaan, yaitu batu yang keluar dari gunung Krakatau. " Gaga mendengarkan dengan seksama ucapan-ucapan Nadine. "Pada tahun 1941 Belanda merubah fungsi Gua yang pada awalnya berfungsi untuk saluran air dan dirubah menjadi pusat komunikasi. Ini dilakukan pihak Belanda untuk mencegah perlawanan yang dilakukan para pejuang tanah air Indonesia. Setelah jaman kemerdekaan berada di pihak Indonesia, pada 14 Januari 1985, Gua Belanda dijadikan tempat wisata dan menjadi tujuan wisatawan lokal dan asing. " ucap Nadine final.
"Kamu hafal banget ya kayanya?" goda Gaga. Nadine hanya tertawa mendengar perkataan tersebut. Tak sadar Gaga menyorotkan senternya ke atas, disana ada beberapa kelelawar yang sedang tidur menggantung. Kelelawar yang tersorotpun merasa terganggu dan berterbangan kesegala arah. Gaga langsung memeluk Nadine seolah dirinya akan melindungi. Padahal Nadine tak takut sama sekali akan hewan tersebut.
Nadine menghirup aroma tubuh Gaga, baunya sangat maskulin dan membuat betah. Aroma parfum dan keringat Gaga yang menyatu membuat jantung Nadine berdegup kencang dan nafasnya sedikit tak beraturan.
"Keluar yuk.. " ucap Gaga yang masih mengurung badan Nadine kepelukannya. Nadine hanya mengangguk dan mengikuti Gaga.
***
Makasih yang udah baca revisi cerita ini
Tbc-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!