NovelToon NovelToon

How I Forgot You

1. Melupakan

"Hufff.. Lelahnya..." Aku menyandarkan tubuh ku di kursi santai favorit ku. Seperti hari hari yang kulalui sebelumnya, sore ini aku menikmati sisa hari ku di balkon apartmentku. Aku menyesap coklat panasku yang sudah hampir dingin dan menutup komik Donal Bebek yang sedari tadi ku bolak balik tanpa berniat membacanya.

Ya, dulu aku sangat menyukai komik ini dan akan tertawa terpingkal-pingkal setiap kali membacanya. Tapi beberapa tahun belakangan jangankan tertawa, membaca nya saja aku tak sanggup. Karena setiap kali aku memulai membaca, bayangan itu akan selalu hadir. Seolah-olah ikut duduk menemani ku membaca.

"Ah... pria itu lagi! Kenapa selalu muncul di otak ku sih" Batinku.

Aku benci dengan diriku, aku benci dengan bayang-bayang orang itu yang selalu hadir tanpa kuminta. Oh, God. Bantu aku melupakan nya. Mengapa bayangnya selalu hadir? Mengapa begitu sulit melupakan nya? Hampir 10 tahun berlalu, tapi mengapa aku belum menemukan pengganti nya? No! aku bukanlah belum menemukan penggantinya. Tapi hatiku selalu menolak setiap kali ada yang berusaha mendekatiku.

Aku berusaha mengingat-ngingat, kapan terakhir kali aku menjalin hubungan dengan seorang pria selain diri nya? Sh*t!! sudah 5 tahun terakhir aku tidak berniat memulai hubungan asmara dengan pria manapun. Bukan karena aku wanita yang tidak normal, bukan pula karena aku yang terlalu jelek. Aku mempunyai badan yang lumayan ideal dengan tinggi badan 162 cm dan berat badan 55 kg. Rambutku ikal panjang dan hidungku lumayan mancung. Alasan utama dan satu-satunya alasanku tidak mau memulai hubungan lagi adalah, aku tidak ingin menyakiti setiap pria yang berusaha mendekatiku dengan status pacaran, tapi hatiku jelas-jelas tak bisa kuberikan padanya.

Seingatku, pacar terakhirku bernama Dimas, seorang anggota Polri yang bertugas dikota tempat kelahiranku. Kami pacaran selama 2 bulan. Haha Hubungan yang sangat singkat mungkin bagi orang lain, tapi aku merasa hampir setengah dari usia ku aku bersama nya. Karena apa, karena aku menjalani hubungan tidak dengan hati. Aku hanya kasian padanya. Dimas pria mapan yang cukup dewasa untuk pria berumur 28 tahun saat itu. Saat kami bersama, usia ku belum genap 22 tahun. Saat itu aku masih semester 7, tapi dia selalu mampu menghadapi ku dengan kedewasaannya.

Bayangkan saja, dia tugas di kecamatan saat itu, sedangkan aku kuliah di ibu kota. Tapi setiap hari aku selalu memaksanya untuk mengantar jemput aku kekampus dengan alasan klise, aku takut naik angkot. Padahal sejak SMP aku pulang pergi sekolah naik angkot hahaha. Maafkan aku Dim. Aku juga melarangnya mengantar jemputku dengan seragamnya, sehingga dia harus kerepotan setiap hari membawa baju ganti dan putar arah menuju kantornya yang memakan waktu 3 jam. Karena dia harus menjemputku dulu ke kost ku, mengantarkan aku ke kampus lalu kemudian dia menuju kantor nya. Tapi dia tidal pernah mengeluh. Entahlah, dia terlalu bucin atau dia terlalu baik.

Semakin lama aku merasa diriku semakin jahat, karena tak jarang aku merepotkan nya dengan tugas-tugas dan skripsi ku, kebetulan Dimas bagian Si-Tipol (Seksi Teknologi Informasi Polri). Yah, untuk urusan ketik-mengetik dia bisa lah diandalkan haha. ya ampun, jahatnya aku! Akhirnya tepat 2 bulan kami pacaran, aku memutuskan dia. Dengan alasan 'kamu terlalu baik buat aku'. Saat itu aku bisa melihat kilatan amarah dimata nya. Tapi dia tidak sedikitpun menyakiti ku dengan ucapan nya. Dimas hanya menghela napas panjang sambil berkata "Semangat skripsian nya ya, kalau butuh sesuatu kabari aku."

Jress… Air mataku jatuh tanpa kuduga. Aku begitu jahat padanya. Tapi mengapa Dimas masih begitu baik membalas kejahatanku. Dimas segera membalikkan badan dan melangkah pergi. Sebelum masuk kedalam mobil dia melambaikan tangannya tanda perpisahan. "Jangan lupa hubungi aku kalau sudah merasa lebih baik. Jaga diri. I love you"

Dimas maafkan aku. Batinku

2. Takdir Macam Apa

Hufff...

Aku kembali memejamkan mata dan menarik nafas panjang. Sesulit ini bang, melupakan mu. Bahkan Dimas , pria yang nyaris sempurna saja tidak bisa menggantikan sosokmu di hatiku.

Ketika aku masih berperang dengan isi kepalaku, tiba tiba ponsel ku berdering. Aku melihat sekilas. Ternyata Lidia, sahabat ku sejak SMA. Ya, kami sudah bersahabat lebih dari 10 tahun

"kenapa Li" kata ku setelah memencet tombol warna hijau dan menempelkan alat canggih persegi panjang itu di telinga sebelah kiri ku seraya tangan kanan ku tetap memegang coklat panas ku.

"Besok lo kemana?" suara nya di seberang sana agak berisik. Mungkin dia sedang di perjalanan, entah kemana. Aku berusaha mengingat, apa jadwal ku besok. "Kerjalah. Kemana lagi" jawabku. Karena seingatku besok aku memang bekerja.

"Ck!! Besok Sabtu, dan setau gue lo libur kalau Sabtu" Lidia berdecak, mungkin dia kesal karena ternyata aku lupa kalau besok hari Sabtu, dan kantorku libur setiap hari Sabtu.

"Haha sorry.. gue lupa. Kenapa emang"

"Gue otw."

Kini giliranku yang berdecak sebal "Ck! Gue tau lo otw. Kedengeran lo lagi dijalan, berisik. Terus kenapa lo mesti repot repot nelpon gue cuma buat ngasi tau kalau lo lagi otw" Benar benar anak ini! Terus kalau dia otw, apa hubungan nya dengan aku? Dia minta transferan buat ngisi bensin gitu? Ah... menyebalkan!

"JOANNYA HANNELA!! gue lagi otw ke apart lo. 15 menit lagi gue sampek. Lo jangan kemana mana" teriaknya dari seberang sana. Aku sampai menjauhkan ponsel ku dari telingaku, saking melengkingnya suara sahabat ku yang satu ini huff... Sepertinya aku perlu ke spesialis THT untuk mengecek kondisi telinga ku ini. 10 tahun lebih berteman dengan Lidia, hampir setiap hari kami berkomunikasi. Baik itu untuk curhat atau sekedar basi-basi. Ya, seintens itu memang komunikasi kami. Maka nya aku ragu dengan kondisi telinga ku ini, benarkah telinga ku ini masih baik baik saja?

Dari ketiga sahabat ku, hanya dengan Lidia lah aku yang paling dekat. Lidia lah yang paling tau segala nya tentang diri ku dan kisah hidup ku.

"Mau ngapain sih lo kesini. Gue lagi males nerima tamu" kata ku asal. Aku yakin dia tidak akan sakit hati dengan ucapan.

Bukti nya…

"Gue gak peduli. Udah deh, mending lo siapan makanan. Gue laper, belum maksi" Benarkan, Lidia... Lidia...

Belum sempat aku menjawab, Lidia sudah mematikan sambungan telepon. Makanan apa yang harus aku persiapkan. Aku saja belum ada makan sejak pagi tadi. Pikiran ku benar benar sedang kacau.

Aku kembali mengingat kejadian tadi pagi ketika aku sedang bersiap siap berangkat kerja.

Aku sedang mengeringkan rambut ku ketika tiba tiba ada notifikasi WA di ponsel ku. Aku segera mematikan hair dryer dan mengambil ponsel ku. Ku buka pesan yang baru saja masuk. Ternyata pesan dari Inez, salah satu dari tiga sahabat sejak SMA ku.

'Nyak, kenal sama Adam?' kenapa sih ketiga sahabatku suka sekali memanggilku 'Nyak' Jelas jelas nama ku bagus, Joannya. Ck! Emang aku enyak nya.

Adam? Dimuka bumi ini hanya satu laki laki bernama Adam yang ku kenal. Apakah Adam yang dimaksud Inez adalah.... dia?? Pria itu?

Ada apa ini? Kenapa tiba tiba perasaan ku tidak enak?

' Adam Refandra kah Nez?' segera kuketik pesan balasan untuk Inez dan mengabaikan degupan di jantungku.

Aku kembali mengeringkan rambut ku dengan perasaan yang entah kenapa tiba tiba ah entah. Sulit ku jelaskan. Ponsel ku kembali menyala, tanda ada notif masuk.

' Right sist'

'Gimana menurut lo orangnya?'

Apa apaan ini? Janga bilang kalau mereka....

'Baik kok Nez, baik banget malah.' Aku bingung harus menjawab apa. Kenapa tiba tiba Inez menanyakan hal ini?

Inez adalah satu satu nya orang yang menjadi saksi bagaimana rumit nya hubungan ku dengan Adam dulu. Inez lah orang yang paling tau se bagaimana cinta nya aku pada Adam. Bagaimana bahagianya aku ketika Adam mengirimi ku pesan. Bagaimana galau nya aku ketika Adam tak membalas pesan ku seharian bahkan tak memberi kabar. Dan bagaimana hancurnya aku ketika Adam pergi tanpa kata, meninggalkan ku.

'Gue lagi deket sama dia sekarang'

'Yaa bisa dibilang pacaran lah hehe'

'Maka nya gue tanya pendapat lo, secara kan kalian dulu pernah deket'

Duarrr.....

Rasa nya seperti ada petir di siang bolong. Tangan ku gemetar, pandangan ku kabur. Bahkan aku tidak sadar ponsel ku sudah jatuh dari genggamanku.

Tuhan.... takdir macam apa ini?

3. Awal

Sejak mendapat pesan dari Inez mood ku benar benar rusak. Bahkan ketika di kantor pun aku jadi uring uringan. Pagi itu di kantor Ezra, teman satu ruangan ku yang melihat wajah suram ku menghampiri meja kerja ku.

"Jo sarapan dulu yuk. Lo pasti belum sarapan kan, keliatan dari muka lo kusut banget" kata nya sambil meletakkan kotak bekal nya dihadapan ku. Ketika Ezra membuka bekal nya, aku bisa melihat 3 potong omelet yang tampilan nya sangat menarik, disekat lain kotak bekal nya ada beberapa potong nugget goreng. Untuk urusan perbekalan, Ezra memang juara nya.

"Lanjut deh Ra, gue lagi gak pengen makan" jawab ku seadanya.

Ezra mencebik "Nape, diet lo? Mau kurang langsing apa lagi sih lo Jo!"

"Gue gak bilang gue lagi diet! Gue lagi gak pengen makan!" Aku benar benar sedang tidak selera makan. Bahkan aku tidak selera melakukan apa pun.

Semua ini karena pesan tadi pagi.

Huhh... Nez, mau lo apa sih ngirim pesan itu ke gue?

Inez jelas tau bagaimana frustasi nya aku ketika di awal Adam tiba tiba menghilang tanpa kabar. Selama kuliah aku memang tinggal satu kost dengan Inez. Sedangkan Lidia nge kost tidak jauh dari kost kami. Aku memang lebih dekat dan lebih sering curhat pada Lidia, tapi Inez lah satu satu nya orang yang melihat langsung keadaan ku mulai dari saat aku yang berbunga bunga karena jatuh cinta, hingga aku yang hampir gila karena putus cinta.

Lalu sekarang tiba tiba Inez memberi kabar bahwa dia sedang menjalin hubungan dengan Adam, lelaki yang membuat hari hari selama hampir 10 ini terasa hampa.

Kisah ku dengan Adam berakhir tanpa ada kata 'selesai'. Memang kami pun mengawali kisah kami tanpa ada kata 'mulai'.

Haha miris bukan...

Aku bertemu dengan Adam ketika kampus kami mengadakan pertukaran mahasiswa. Aku, Lidia, Inez dan Mega saat itu kuliah dikampus yang sama, walaupun beda fakultas. Kami berempat juga berasal dari SMA sama. Persahabatan kami dimulai ketika kami kelas 1 SMA. Dan berlanjut sampai di perguruan tinggi.

Adam saat itu adalah salah satu mahasiswa dari perguruan tinggi di seberang pulau yang mendapat kesempatan pertukaran mahasiswa ke kampus kami. Adam semester 5 saat itu, sedangkan kami masih semester 1, masih maba gemes kalau kata Mega.

Aku tidak tau kata apa yang cocok untuk menggambarkan pertemuan dan hubungan ku dengan Adam saat itu. Takdir kah atau hanya sebuah kebetulan. Kebetulan yang menyakitkan.

Pagi itu, tugas praktikum ku hilang. Entah lah hilang dimana. Seingat ku aku memasukkannya kedalam tas ransel ku sebelum aku berangkat kuliah. Saat kakak Asisten Laboratorium, kami menyebutnya Aslab meminta kami untuk mengumpulkan tugas, aku mencari cari tugas ku di setiap celah dalam tas ransel ku. Tapi hasil nya nihil. Tugas itu tidak ada di dalam tasku. Padalah tugas itu adalah syarat agar kami bisa mengikuti praktikum dan praktikum adalah syarat agar lulus di setiap mata kuliah. Tidak ada kata mengulang untuk praktikum. Karena tidak mungkin satu atau beberapa orang saja yang melaksanakan praktikum. Jelas akan merugikan pihak kampus. Rugi dalam hal honor dosen, aslab serta alat dan bahan untuk praktikum jika ada yang mengulang. Terdengar kejam memang, tapi begitu lah kehidupan dunia perkampusan.

Aku sudah memohon kepada kakak aslab agar memberiku kesempatan mengerjakan ulang tugasku, agar aku tetap bisa mengikuti praktikum. Tapi ditolak. " Sorry dek, sudah peraturan kampus. Kami tidak bisa bantu" kata kak Anggi, aslab kami. Akhirnya aku tidak di ijinkan mengikuti praktikum. Sudah pasti aku tidak lulus di mata kuliah tersebut.

Aku bingung, aku takut dan aku marah pada diriku sendiri. Bagaimana bisa tugas itu hilang, jelas jelas resleting tas ku tertutup dengan baik sejak awal. Apa ada yang mengerjai ku? Ahh.. sudah lah, aku tidak mau negative thingking. Salahku, karena teledor.

Aku tidak tau mau kemana. Kembali ke kost sepagi ini aku malas, karena siang nanti masih ada mata kuliah lain, teori. Begitu lah kampus kami. Pagi praktikum, siang teori. Senin sampai Sabtu. Warbiasahh

Dari pada menunggu di koridor kampus, aku memilih duduk di taman fakultas. Aku tidak ingin menangis, tapi entah kenapa air mata ku mengalir tanpa diminta. Aku masih maba, tapi sudah gagal di satu mata kuliah. Aku takut. Takut tidak bisa lulus tepat waktu.

Ketika aku berusaha menghentikan air mata ku, tiba tiba aku merasa ada seseorang yang duduk di samping ku. Aku langsung membalikkan badan ku, membelakangi nya. Aku tidak mau orang tersebut melihat ku menangis, terlebih aku tidak mengenal nya. Aku malu.

"Kalau datang ke kampus cuma buat nangis, mending di rumah aja. Sayang ongkosnya" suara lelaki.

Aku terperanjat. Apa apaan orang ini. Orang tua ku saja tidak pernah mempermasalahkan ongkos. Huhh.. Aku diam, tidak ingin menjawab.

" Sorry jangan salah paham dulu. Maksud ku, tujuan kita ke kampus kan untuk belajar, untuk mengejar ilmu. Biar bisa lulus tepat waktu. Jadi rugi dong kalau kita pakai waktu belajar kita untuk menangis."

Benar juga sih. Tapi kan tetap saja. Aku sedih. Dunia perkuliahan tak seindah di sinetron ternyata. Mama.. aku nyesel kuliah. Mending dirumah aja. Nyuci nyetrika.

"Aku Adam. Bukan mahasiswa sini sih, tapi lagi kuliah disini" Dia kembali berbicara. Gimana cerita nya bukan mahasiswa sini, tapi kuliah disini, batinku.

Aku membalikkan badan menghadap pria tersebut.

Oh God... ganteng beuudd

"Aku gak ngerti" kata ku sambil menunduk. Sial. Kenapa aku tiba tiba malu?

Dia tersenyum.. Mak.. senyumnya

"Jadi setiap PTN itu biasa nya akan mengadakan pertukaran mahasiswa setiap tahun nya, kayak study banding gitu lah. Dan kebetulan aku dapat kesempatan itu" Dia mulai menjelaskan. Suara nya menenangkan sekali. Apa karena aku jarang berinteraksi dengan pria, maka nya aku langsung jadi salah tingkah gini. Aku hanya bisa terus menunduk sambil menggaruk kepala ku yang bahkan tidak gatal.

"Kenapa nangis?"

Aku mengangkat wajah ku dan pandangan kami bertemu. Jantung, tolong tenang!

"Aku gak bisa ikut praktikum. Bisa dipastikan aku akan gagal dimata kuliah itu" kata ku sedih.

Dia senyum, lagi.

"Gapapa wajar kok, gagal itu hal yang lumrah. Yang penting kita ada usaha memperbaiki dan gak ngulang kesalahan yang sama di kesempatan selanjutnya"

"Gimana mau memperbaiki, kalau udah gagal duluan. Udah gak ada kesempatan lagi" kata ku kesal.

"kamu semester berapa?"

"1" Apa hubungan nya sih gagal sama semester berapa. Aku ngoceh dalam hati dong.

"Oh.. Maba toh" Sombong amat sih. Maba, maba. Iya aku maba, terus kenapa. masih bocil banget gitu?? Ihh.. kok kesel lagi sih aku.

Karena aku diam saja tidak merespon, dia kembali berbicara.

"Jadi gini, nanti di semester 3 kamu bisa ambil kelas kebawah, dengan syarat nilai kamu setiap semester nya harus bagus"

Aku mengerutkan alis ku. Aku gak ngerti.

"Gak ngerti" kata ku polos.

Haha dia tertawa.

Sial. Aku beneran gak ngerti. Ko dia malah ketawa sih.

" Gini.. gini.." dia mulai menjelaskan

"Kita anggap di semester 1 dan 2 nilai kamu bagus. Misal di semester 3 mata kuliah wajib kamu ada 22 SKS. Berhubung nilai kamu di semester sebelumnya bagus, kamu dapat bonus, anggap bonus nya 2 SKS. Jadi jatah kamu di semester 3 jadi 24 SKS." Dia menarik nafas.

" Nahh kan tadi matkul wajib kamu 22 SKS, bonus yang 2 SKS tadi kamu bisa ambil matkul di semester bawah. Dengan syarat, kalau kita lagi di semester ganjil, matkul bawah yang bisa kita ambil hanya matkul semester ganjil aja. Sebaliknya, gitu juga untuk semester genap. Tujuan kita ambil matkul bawah itu adalah untuk memperbaiki nilai kita yang buruk sebelumnya. Contoh nya kayak kasus kamu ini" Dia mengakhiri penjelasan nya. Aku terdiam cukup lama. Emang bisa gitu? batinku

"Serius?" kata ku. Aku masih gak percaya.

"Serius. Udah kamu tenang aja. Yang penting tetap berusaha."

Syukurlah. Aku sudah agak tenang sekarang. Aku mikir kejauhan dari tadi. Gimana kalau aku gak lulus? Gimana kalau aku lulus gak tepat waktu? Kasian mama. Capek capek cari duit, anak nya malah nyusahin. Pikiran pikiran buruk itu lah yang sedari tadi menghantui.

Aku tersenyum. Thanks God. Ternyata setiap masalah punya solusi

"Dari pada kamu galau, mending temenin aku keliling yuk. Aku pengen lihat lihat suasana kampus ini"

Hahh?? Aku gak salah denger?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!