NovelToon NovelToon

Gairah Liar Uncle Sam

Part 1. Kantor

Kantor SM Company

Ada Sam yang saat ini tengah sibuk dengan urusan kantornya.

Semua orang menjulukinya anjing gila.

Ya karena ia memang segila itu dengan pekerjaan.

Tuk tuk

"Masuk!" serunya tanpa mengalihkan tatapannya yang fokus membaca jurnal kantor.

Terlihat Hiro, asisten pribadinya masuk ke dalam dengan menenteng beberapa kantong plastik.

"Waktunya makan siang," soraknya dengan girang sembari mengangkat kantong plastik yang ia bawa.

Sam melihat jam tangannya dan memang waktunya makan siang meski kurang 5 menit lagi.

"Kenapa kau begitu cepat jika perihal tentang makanan? Apa pekerjaanmu selesai? Masih kurang 5 menit kau sudah makan siang," omel Sam membuat Hiro yang hendak menyuapkan potongan pizza ke dalam mulut berhenti sejenak.

"Perutku sudah keroncongan, telat makan 5 menit aku bisa mati kelaparan," beritahunya pada Sam.

Sam membuang napas gusar sembari menutup jurnal yang ia baca.

Ia menatap makanan yang Hiro beli.

"Kenapa pola makanmu sangat tidak sehat sekali? Makan siang seharusnya kau makan sayur- sayuran, kenapa malah makan- makanan seperti itu?" komentarnya pada semua makanan yang Hiro beli.

Hiro tak memedulikan hal itu di mana ia sibuk dengan makannya mengingat ia sangat lapar sekali.

Sam beranjak dari kursinya dan menghampiri Hiro.

"Jangan mencicipi apalagi memakannya!" peringati Hiro saat Sam baru saja membuka box pizza.

Sam berdecak dan mengurungkan niatnya untuk mngambil sepotong pizza milik Hiro.

"Oh ya aku hampir lupa, nanti malam kau harus pulang, tante Mira mengundang keluarga Xavier untuk ke rumah," beritahu Hiro yang baru ingat akan pesan Mira semalam.

Sam berdecak kala ia tahu apa niat dan tujuan mamanya mengundang keluarga Xavier.

Yaps benar, perjodohan antar keluarga pebisnis.

Hiro menelan kunyahannya lalu menatap Sam yang tampak diam.

"Kau pasti lelah kan dengan perjodohan ini?" Sam menatap datar Hiro.

"Menikahlah dengan Aluna agar kontes perjodohan ini berakhir," ledeknya pada Sam.

Sam berdecak dan meraih rokok milik Hiro.

"Aku tidak berniat untuk menikah sampai tua nanti," beritahunya pada Hiro.

Hiro langsung tersedak karena ucapan Sam barusan.

"Apa kau berniat untuk membunuhku? Aku sedang makan, jangan mengatakan sesuatu yang tak terduga," dumelnya yang kembali minum untuk menghilangkan rasa panas dalam tenggorokannya.

"Bagaimana jika kau saja yang menikah dengan Aluna?" tawari Sam pada Hiro.

Hiro dengan mulut yang penuh menatap garang Sam.

"Tidak, meski ia cantik jelita aku tetap memilih keponakanmu, Shila. Sampai kapanpun aku akan memilih Shila," katanya dengan kekeh.

"Percayalah, ia akan takut saat melihatmu," ketus Sam pada Hiro.

Hiro menggelengkan kepalanya sembari asyik mengunyah jungfoodnya.

"Setelah aku selesai bekerja denganmu dan sudah kaya, aku akan langsung melamarnya detik itu juga," kompori Hiro yang mana hal itu membuat Sam memicingkan matanya.

"Aku sangat penasaran dengan rupanya sekarang, terakhir kali kita bertemu saat dia masih remaja, apa kini ia sudah menjadi gadis yang cantik jelita?" gumam Hiro yang sangat penasaran dengan rupa keponakan Sam.

Sam tampak berpikir dan mengingat.

"Sepertinya ia kelas XII SMA, terakhir kali aku bertemu dengan kak Andre 9 tahun yang lalu, tepat papa meninggal," gumamnya yang kembali mengingat kejadian hari itu.

"Kenapa dia tidak kembali ke kota saja, sekarang di mana ia tinggal? Padahal tewasnya om Sarcotragus tidaklah ada hubungannya dengan dia, kenapa ia merasa bersalah seperti itu," gumam Hiro membuat Sam menatapnya dengan perasaan yang berkecamuk.

"Aku tahu harus kemana," gumam Sam yang tiba- tiba beranjak dari sofa dan melenggang pergi begitu saja.

Malam harinya Mira tengah menunggu kedatangan keluarga Xavier.

Di mana ia sudah tak sabar untuk membahas tentang pernikahan putra- putri mereka.

Mira tampak mondar- mandir di ruang tamu membuat para maid serta pengawal yang melihatnya ikut merasa gelisah

"Hiro dan Sam kemana sih, kenapa mereka belum juga datang padahal sekarang sudah pukul 8 malam," dumelnya yang beberapa kali menelpon Sam atau Hiro untuk meminta mereka segera pulang sebelum keluarga Xavier datang.

Mira menoleh dengan terkejut saat mendengar suara mobil.

Fiuhh

Mira bernapas lega kala melihat mobil Sam yang terparkir di depan teras.

Dengan senyum yang sumringah dan lebar Mira bergegas untuk menyambut putranya.

"Sayang," sapanya yang langsung merentangkan kedua tangannya saat melihat Sam keluar dari mobil.

Sam langsung memeluk mamanya dengan paper bag yang ia bawa.

"Kamu sangat tampan sekali, jangan bilang jika kamu diam- diam mempersiapkan diri juga untuk malam ini kan?" tebak Mira yang ikut gembira kala melihat penampilan rapi putranya.

Sam hanya tersenyum dan memberikan hadiah untuk mamanya.

"Ini untuk mama," katanya sembari merangkul pundak mamanya untuk masuk ke dalam mansion.

"Ah kenapa kamu sangat manis sekali," puji Mira yang merasa tersentuh dengan sikap manis putranya.

Tak lama keluarga Xavier datang.

Mira tampak antusias dalam menyambut kedatangan mereka.

"Ayo masuk," ajak Mira pada Aluna dan Xavier.

Sam yang tengah duduk di ruang tengah beberapa kali menghembuskan napas gusarnya.

Jika bukan karena Sam sayang pada mamanya, ia enggan untuk menemui keluarga Xavier terlebih membicarakan hal tentang perjodohan.

"Hei Sam, ayo sapa Aluna dan om Xavier," panggil Mira saat Sam tak kunjung beranjak dari sofa untuk menyambut kedatangan mereka.

Sam langsung bangun dan menyambut mereka dengan berjabat tangan.

Mira langsung mengajak mereka untuk makan malam lebih dulu.

Selesai makan, Mira mulai membuka obrolan seriusnya.

"Langsung saja pada intinya ya, untuk malam ini bagaimana jika kalian berdua langsung bertukar cincin? Kita langsungkan pernikahannya minggu depan, bagaimana? Kalian berdua setuju kan?" tanya Mira pada Aluna dan Sam.

"Ya tante," jawab Aluna dengan tersipu malu.

"Tidak!" tolak Sam membuat semua mata tertuju padanya.

"Sam, apa yang kamu katakan?" tanya Mira sembari memegang punggung tangan Sam.

"Aku benci pernikahan dari perjodohan khususnya pernikahan politik. Jadi aku menolak untuk menikah dengan Aluna," tegas Sam memberitahu Mira dan Xavier.

Mira terlihat sangat panik saat ini kala Sam bertindak di luar dugaan.

"Tapi aku mencintaimu Sam," kata Aluna mengungkapkan perasaanya tanpa merasa sungkan atau malu dengan papanya dan Mira.

"Tapi aku tidak mencintaimu, pernikahan dilangsungkan jika kedua belah pihak saling mempunyai rasa dan disetujui keduanya, bukan hanya dilakukan oleh sepihak," tegas Sam dengan geram pada Aluna.

"Kau sudah berani menolak lamaranku, itu artinya kau menyatakan putusnya kerja sama kita," tekan Xavier yang sejak tadi diam kini menatap tajam dan merah Sam.

"Putuskan saja kontrak anda dengan perusahaan saya jika anda merasa dirugikan. Dari awal papa juga tidak setuju dengan pernikahan politik seperti ini, tapi anda begitu memaksa untuk bisa menikahkan saya dengan putri anda dengan menawari kerja sama, sekarang saya ingin hidup bebas tanpa terikat oleh kontrak ataupun perjodohan yang anda rencanakan," tegas Sam dengan panjang lebar pada Xavier.

Mira yang melihat dan mendengar ucapan Sam entah kenapa seakan ditampar oleh kenyataan.

Ia diam membisu tanpa berani ikut buka suara atau membantah.

Sam beranjak dari meja makan dan menatap mamanya.

"Mama bilang Sam boleh menikah dengan wanita pilihan Sam sendiri kan, jika Sam sudah memiliki keinginan untuk menikah?" Mira dengan sedikit bimbang mengangguk.

"Tunggu saja, Sam akan membawa wanita itu ke hadapan mama," pesannya sebelum meninggalkan meja makan.

Part 2. Desa Pinus

Prak

Brak

Pyar

"ARGHHHH!" teriak Aluna dengan keras di mana ia membanting semua benda yang ada di depannya.

"Sayang tolong tenangkan dirimu sebentar saja, papa ingin berbicara denganmu," kata Xavier mencoba membujuk Aluna untuk bisa tenang.

"Bagaimana bisa Aluna tenang setelah perjodohan tadi ditolak begitu saja oleh Sam? Mau di taruh di mana muka Aluna pa," teriaknya dengan frustasi di mana Aluna 10 tahun lamanya menunggu waktu indah ini tiba.

Sayang sekali Sam menolak dan membuat dirinya benar- benar hancur tak tak tertahan rasanya.

"Sayang tolong tenangkan dirimu, jangan lukai dirimu sendiri karena bajingan itu, masih banyak pria di luaran sana yang ingn bersamamu, tolong dengarkan ucapan papa ya sayang," kata Xavier yang mencoba mendekati putrinya.

"Tidak, Aluna hanya ingin menikah dengan Sam, Aluna tidak ingin pria lain pa," tolaknya sembari menggelengkan kepalanya dan perlahan mundur ke belakang menjauhi Xavier.

Sesekali Xavier memejamkan matanya tak tega dan merasa teriris saat kaki Aluna menginjak pecahan kaca.

Jika Xavier bertindak gegabah, sama halnya dengan ia melukai putrinya sendiri, karena Aluna akan bertindak ceroboh saat dikuasai oleh amarah.

"Sean!" teriak Xavier pada pengawal pribadi Aluna.

Tak lama datanglah Sean dengan napas yang sedikit memburu.

"Ya tuan," jawabnya sembari mengatur napasnya.

Xavier hanya diam sembari menatap Aluna yang duduk di lantai dan menangis sesegukan.

Sean menatap prihatin pada Aluna.

"Tolong urus putriku, aku ada urusan sebentar," pesannya yang diangguki oleh Sean.

Setelah Xavier pergi, Sean tidak langsung mendekati atau menolong Aluna.

Ia mengambil sapu dan membersihkan pecahan kaca dan membereskan semua make up yang kini bersebaran di mana-mana.

"Kenapa ia melakukan hal itu padaku? Apa yang kurang dariku?" gumam Aluna pada dirinya sendiri.

Sean hanya diam dan fokus dengan sapunya.

"Kira- kira wanita mana yang akan dia nikahi? Apa ia secantik aku? Apa ia sesempurna aku? Apa ia sungguh akan menikahinya? Bukankah dari dulu ia sangat anti dengan pernikahan? Kenapa tiba- tiba saja ia berkeinginan menikah disaat akan dijodohkan denganku?" tanya Aluna pada dirinya sendiri sembari memeluk erat kakinya.

Sean yang mendengar hal itu hanya diam dan bisa mendengar dengan jelas setiap kata yang keluar dari mulut Aluna.

Setelah membersihkan semuanya Sean baru mendekati Aluna.

Ia berdiri di samping Aluna yang masih menangis sesegukan.

"Saya akan mengobati luka nona," kata Sean memberitahu Aluna.

Aluna diam sejenak dan mengusap kasar air matanya.

Ia mendongak menatap Sean dengan sedikit ketus.

"Kau sebagai pria, apa yang kau lihat dariku? Kenapa Sam bisa tidak tertarik denganku? Katakan padaku apa yang kurang, aku akan memperbaikinya agar Sam mau menikah denganku," tanyanya pada Sean.

Sean hanya diam dan menatap datar mata sembab Aluna.

Sekilas Sean menatap telapak kaki Aluna yang sudah mengeluarkan darah.

"Nona sempurna," katanya memuji sembari berjalan ke laci untuk mengambil kotak P3K.

Sean meletakkan kotak P3K nya di atas ranjang.

Ia lalu kembali menghampiri Aluna.

Aluna sedikit terkejut saat Sean mengangkat tubuhnya menuju ke ranjang.

Dengan sangat hati- hati Sean mendudukkan Aluna di tepi ranjang.

"Kau berbohong bukan soal aku yang sempurna? Lalu jika aku sempurna kenapa Sam tidak tertarik?" tanya Aluna membuat Sean menoleh di maa jarak wajah mereka bukan hanya dekat namun hampir bersentuhan.

Aluna menelan salivanya saat ia bisa merasakan hembusan napas Sean.

Lama Sean diam hingga ia membuka suara dengan suara serak basahnya.

"Saya tertarik."

•••

Desa Pinus

Ada Andre yang baru saja bangun tidur.

"Jam berapa sekarang?" gumamnya saat matanya silau karena sinar matahari.

Andre bangun sembari mengedarkan pandangannya untuk mencari istrinya.

"Kenapa ia tidak membangunkanku," gumam Andre yang langsung menuju kamar mandi dan menemukan istrinya.

Andre keluar kamar dan sudah disuguhi dengan pemandangan yang selalu membuat dirinya bungah dan sumringah.

Pemandangan saat Maura masak.

"Sayang, kenapa kamu tidak membangunkanku?" tanyanya dengan manja sembari menghampiri Maura di dapur.

"Kau terlihat sangat pulas sekali, lagian juga masih pagi, apa kamu akan langsung pergi ke kebun?" tanya Maura sembari menumis sayurannya.

Andre memeluk istrinya dari belakang dan mengecupi leher jenjangnya.

"Andre!" tekan Maura saat Andre terus menggodanya dengan mengecupi leher jenjangnya.

"Kenapa tubuhmu selalu membuatku candu, aku sampai terngiang- ngiang akan aroma tubuhmu," bisiknya tepat di samping daun telinga Maura.

Maura menahan senyumnya dengan tangan yang asyik menumis dan menaburkan beberapa bumbu.

"Dari dulu sampai sekarang ucapanmu selalu manis," olok Maura membuat Andre kembali mengecupi leher jenjang hingga beralih ke dada depan.

"Ini masih pagi, bisakah kalian menahan diri untuk tidak mengumbar kemesraan ini?" sontak Andre dan Maura langsung menoleh.

"SAM!" pekik mereka berdua terkejut.

Sam yang melihat reaksi kakak angkatnya itu hanya tersenyum tipis.

Andre langsung berlari berhambur ke pelukan Sam.

"Kenapa kau baru kemari, hah? Apa kau tidak tahu jika aku merindukanmu?" tanya Andre sembari memukuli bahu kekar Sam.

Sam hanya tertawa kecil dan memeluk erat Andre.

"Aku sangat merindukan kalian," ucapnya sembari mengusap- usap punggung Andre.

Maura mematikan kompornya dan menghanpiri adik iparnya tersebut.

"Kau suda tua sekali sekarang," ejeknya pada Sam.

Sam hanya tertawa dan memeluk sekilas Maura.

Andre dan Maura dengan kompak melihat kanan kiri Sam.

"Yaa, mana istrimu? Kau datang sendiri kemari?" tanya Andre yang diangguki oleh Maura.

Sam tertawa mendengar pertanyaan tersebut membuat Andre memukul sekilas dada bidangnya.

"Kenapa kau tertawa?" tanyanya dengan kesal dan geram.

"Aku belum menikah, istri mana yang kakak tanyakan?" katanya dengan tawa kecilnya.

Andre dan Maura saling bertatapan seakan tak percaya dengan apa yang barusan Sam katakan.

"Kau sedang bercanda? Terakhir kali kita pernah melihat beritamu tentang hubungan asmaramu dengan seorang aktris, jangan coba- coba membohongi kami," kata Andre yang msih belum percaya dengan ucapan Sam barusan.

"Dia hanya rekan kerja, wartawan saja yang terlalu gegabah dalam menyimpulkan," kata Sam membantah sembari berjalan ke meja makan saat matanya melihat beberapa hidangan yang khas orang desa dengan aroma yang begitu menggoda.

Andre dan Maura langsung ikut duduk bersama Sam.

"Oh ya, mama bagaimana? Sehat kan?" tanya Andre dengan pelan- pelan.

"Tentu," katanya sembari beranjak dari kursinya untuk mengambil sesuatu dari mobilnya.

Tak lama Sam datang dengan banyak paper bag dan barang- barang lainnya.

"Apa kau berniat untuk pindah kemari? Apa yang kau bawa?" tanya Andre saat Sam meletakkan semua paper bag itu di mana hampir memenuhi meja makan.

"Ini dari mama untuk kakak," bohong Sam di mana semua itu ia beli sendiri untuk kakak angkatnya tersebut.

Andre tampak berbinar dan langsung membuka paper bag untuk melihat isinya.

Maura yang melihat hal itu ikut tersenyum bahagia saat melihat ekspresi suaminya.

"Oh ya, di mana Shila? Apa ia sudah berangkat sekolah?" tanya Sam sembari mengedarkan pandangannya saat ia tidak melihat keponakannya tersebut.

"Ada di kamar, kau pergi saja ke sana untuk melihat keponakanmu yang kini sudah tumbuh besar dan cantik seperti ibunya," kata Andre membuat Sam tertawa kecil dan langsung membawa paper bag hitam itu khusus untuk keponakannya.

Sam langsung pergi menuju ke kamar Shila dengan jantung yang berdebar.

Ceklek

Part 3. Minta Tolong

Ceklek

Glek

Sam langsung memalingkan wajahnya saat melihat keponakannya hanya mengenakan kaos oversize dan celana pendek sebatas paha.

"Maaf paman kira kamu masih tidur," ujar Sam yang terlihat sedikit gelagapan.

Shila yang melihat kehadiran pamannya terperangah bukan main.

"PAMAN!" pekik Shila yang langsung berhambur ke pelukan pamannya.

Brugh

Shila memeluk erat Sam dengan sedikit berjinjit.

Sam sedikit terkejut dengan pelukan mendadak Shila lalu detik kemudian ia tersenyum tipis sembari mengusap punggung keponakannya.

"Paman kapan datang?" tanya Shila yang langsung menarik tangan Sam untuk masuk ke dalam kamarnya.

Sam sedikit gugup juga canggung saat ini kala Shila mengajaknya duduk di atas ranjang.

"Mana istri paman?" tanya Shila sembari melihat ke arah ambang pintu.

Sam berdecak dan mengacak- acak rambut Shila.

"Paman belum menikah, kenapa kalian bertiga begitu menyebalkan sekali, kenapa terus menanyakan istri sejak tadi," dumelnya membuat Shila tertawa kecil.

"Oh ya, ini untukmu," kata Sam sembari memberikan paper bag warna hitam itu pada Shila.

"Wah, apa ini hadiah? Apa isinya?" tanya Shila yang begitu antusias dalam membuka paper bagnya.

Shila terdiam saat melihat isinya, laptop dan ponsel.

Dan keduanya merupakan keluaran terbaru.

"Paman, ini sungguh untuk Shila?" Sam mengangguk dengan tulus di mana senyumnya tidak pudar sedikitpun sejak tadi.

Shila langsung memeluk erat Sam dan terus mengucapkan kata terima kasih.

Sam berusaha menetralkan detak jantungnya yang begitu berisik sekali saat ini.

"Kamu tidak sekolah?" tanya Sam yang langsung menguraikan pelukannya kala detak jantungnya semakin tidak terkontrol saat ini.

"Shila baru saja lulusan kemarin hari, kini tinggal menunggu ijazahnya keluar," jawabnya sembari mengamati ponsel barunya.

Sam manggut- manggut pelan.

"Shila Sam, ayo kemari. Waktunya kita sarapan," teriak Maura dari meja makan.

Dengan cepat mereka bergegas menuju meja makan di mana Sam sedikit terganggu dengan celana pendek Shila.

"Ayah ibu, apa kalian tahu paman membelikanku apa?"tanya Shila mencoba meminta ayah ibunya untuk menebak.

Andre dan Maura tampak berbinar dan menatap Sam sekilas lalu menatap Shila.

"Ponsel dan laptop keluaran terbaru," sorak Shila dengan girang membuat Sam tertawa kecil sedangkan Andre dan Maura tampak menghela napas gusar.

"Kenapa kau begitu memanjakannya, kau tidak perlu membelikan sesuatu yang mahal untuknya, ia sudah besar, ia sudah bisa mencari uang sendiri," beritahu Maura pada Sam.

"Enggak papa kali kak, cuma sekali aja," jawabnya sembari mengambil nasi.

Tuk

"Aww," ringis Sam kala Maura memukul tangannya dengan sendok.

"Sekali katamu, lalu bagaimana dengan motor dan sepeda yang dulu kau belikan untuknya yang baru masuk kelas 1, hah? Kau bahkan juga membelikan ia banyak mainan hingga aku lelah setiap jam membereskan rumah ini yang menjadi gudang permainan karena ulahmu," omel Maura membuat mereka bertiga tertawa bersama.

"Udah- udah ayo kita makan, keburu siang. KIta harus pergi ke kebun juga hari ini," kata Andre melerai agar sarapan cepat berlangsung.

Sam terlihat begitu bahagia sekali di sini, sejak tadi senyumnya tak sedikitpun pudar dari bibirnya.

Terlebih ia begitu mengagumi keponakannya yang kini sudah tumbuh besar dan cantik jelita.

"Oh ya Sam, berapa hari kamu di sini?" tanya Andre yang baru teringat sesuatu.

Sam mengunyah makanannya sembari berpikir tentang hal itu.

"Tergantung, mungkin bisa lebih lama," jawabnya dengan santai sembari menganggukkan kepalanya dengan senang saat merasakan betapa lezatnya masakan Maura.

"Kalau begitu kakak mau minta tolong sama kamu," kata Andre dengan serius membuat Sam menatap kakaknya.

"Apa?" tanya Sam dengan penasaran.

Andre meletakkan sendoknya dan menatap sekilas istrinya.

"Nanti malam kakak akan mengirimkan hasil panen ke kota, kami tidak bisa membawa Shila, apa kamu mau menjaganya selagi kami pergi?" pintanya dengan sangat berhati- hati.

Sam membuang napas gusar dan meletakkan sendoknya.

"Kenapa kakak masih bertanya, tentu aku akan menjaganya sekalipun kakak tidak memintanya," jawabnya membuat Andre dan Maura tersenyum lega.

"Syukurlah, biasanya Shila akan menginap di rumah temannya saat malam hari, berhubung temannya sedang bepergian, jadi kami bingung harus meminta siapa untuk menjaganya," jelas Maura pada Sam.

Sam menatap sekilas Shila yang terlihat begitu cantik dan menggemaskan dari samping.

"Kakak pergi saja, kalau perlu gunakan mobilku untuk pergi, aku akan menjaga keponakanku dengan segenap hati," katanya dengan tulus dan sedikit berdrama membuat Andre dan Maura berdecak bersamaan.

Shila hanya tertawa kecil dan memegang tangan Sam.

"Ayah ibu tenang saja, Shila punya bodyguard sekarang, lihatlah ototnya, sangat besar dan kuat sekali," kata Shila sembari meraba tangan kekar Sam hingga naik ke atas bahu.

Sam yang merasakan rabaan itu mengepalkan tangan kanannya dengan rahang yang ia ketatkan.

Andre dan Maura hanya tertawa mendengar hal itu.

"Tapi lihatlah pamanmu ini, meski ia tampan dan berotot, entah kenapa ia belum juga punya istri, ibu enggak percaya jika di Milan tidak ada wanita yang tertarik dengan pamanmu, pasti banyak ya enggak sayang?" Shila mengangguk setuju dengan ucapan ibunya.

Sam hanya tersenyum sembari memainkan jemari Shila.

"Aku tidak akan menikah, semua wanita sama saja," katanya membuat Maura langsung mendelik kesal.

"Apa kau akan menjadi bujang tua? Mama pasti akan menggantungmu jika tahu hal ini," kata Andre yang diangguki oleh Maura.

Sam kembali tertawa dengan tangan yang sibuk memainkan jemari Shila.

"Dari aku usia 21 sampai 26 ini, mama selalu melakukan kontes perjodohan, jadi tak heran rasanya saat setiap tahun mama mengumpulkan banyak foto atau para model di rumah hanya untuk dijodohkan denganku, seakan hal itu sudah menjadi rutinitas setiap tahun yang akan mama lakukan tepat saat ulang tahunku," cerita Sam yang mana hal itu membuat mereka bertiga tertawa.

Mereka bercerita panjang lebar untuk menumpahkan rasa rindunya.

***

Malam harinya setelah Andre dan Maura berangkat, kini hanya menyisakan Shila dan Sam di rumah.

"Paman akan pergi ke depan sebentar ya untuk beli rokok?" Shila hanya mengangguk dan kembali fokus dengan tayangan TVnya.

"Kamu ingin makan sesuatu? Paman akan membelikannya," tawari Sam pada Shila.

Shila tampak berpikir hingga ia tersenyum lebar saat ia tahu harus makan apa disaat ayah dan ibunya tidak ada.

"Bagaimana jika kita makan mie kuah malam ini? Dicampur telur setengah matang?" tawarinya pada Sam.

Sam tampak berpikir dan hendak menolak namun hatinya luluh hanya karena melihat wajah menggemaskan Shila saat ini.

"Baiklah, tapi hanya untuk malam ini saja ya?" Shila bersorak girang dan mengangguk.

Sam tersenyum tipis dan bergegas pergi ke toko depan untuk membeli rokok dan mie.

Shila tampak bersenandung ria kala ia bisa makan mie.

Kringgg

Shila meraih ponselnya dan terlihat nama Lion di sana.

Dengan cepat Shila mengangkat ponselnya.

"Halo Lion, ada apa?" tanya Shila dengan rasa ragu dan sedikit takut.

"La cepat kemari, Lion mabuk," kata seseorang di seberang sana membuat Shila meremas bajunya.

Shila terdiam begitu lama hingga suara dari seberang menyadarkan lamunannya.

"Tolong La, cuma kamu yang bisa luluhin Lion, dia menghajar semua orang yang ada, dia buat keributan di warung pak Hasan," beritahunya pada Hasan.

Shila yang tahu bagaimana sikap Lion saat mabuk sontak langsung bergegas untuk beranjak dari sofa.

"Ya, aku akan ke sana sekarang," katanya sembari memakai hoodie oversizenya dan pergi begitu saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!