NovelToon NovelToon

Aku Bukan Pelakor

Bab:1

Adista Putri gadis berusia 21 tahun mahasiswi jurusan kedokteran tersebut kini memutuskan untuk pindah ke luar kota. demi mencari ketenangan diri.

Gadis yang terlahir dari keluarga broken home tersebut kini sudah benar-benar tidak nyaman jika harus terus menyaksikan pertengkaran diantara kedua orangtuanya.

Gadis itu sudah membeli sebuah apartemen dari uang yang diberikan oleh kedua orang tuanya itu.

Dia membeli hunian itu dari seorang kenalannya di dunia maya.

Adista sudah kedua kalinya datang ke hunian itu pertama untuk melakukan pembayaran tunai, dan yang kedua adalah untuk meyakinkan diri bahwa ia benar-benar akan bertahan tinggal di hunian baru itu tanpa kedua orang tuanya yang setiap hari hanya sibuk mengurus kehidupannya masing-masing dan dan saat mereka bertemu hanya akan ada pertengkaran yang terjadi.

Awalnya Adista syok saat mendengar pertengkaran itu hingga berulang kali terjadi dan gadis itu berniat untuk bunuh diri karena mendengar mereka akan berpisah.

Hidupnya hampa karena dirinya tidak tau harus memilih yang mana? atau harus pergi kemana? sampai saat keduanya menemukan putrinya tergeletak bersimbah darah dengan luka sayatan di pergelangan tangannya.

Adista ingin mengakhiri hidupnya, tapi saat itu dia berhasil diselamatkan.

Kedua orang tuanya pun berjanji pada Adista bahwa mereka tidak akan pernah berpisah dan tidak akan pernah bertengkar lagi.

Sejak saat itu mereka pun kembali akur saat dihadapan Adista, namun tidak berlangsung lama.

Lagi-lagi Adista harus menyaksikan keributan tersebut dan salah satu dari merekapun secara terang-terangan membawa selingkuhan nya.

Adista yang saat itu benar-benar merasa hancur sehancur-hancurnya gadis itu hanya bisa menangis sesenggukan di dalam kamarnya.

Dia yang sedang putus asa pun memposting sebuah kota (Hancur sudah dunia ku) dan saat itu tiba-tiba seseorang mengomentari postingan tersebut.

@.E.A (Jika dunia mu hancur kamu bisa ngontrak di dunia ku)

Dan masih banyak lagi yang lainnya, namun tidak satupun komentar Adista balas hingga saat ia kembali berpikir untuk pergi.

Dia kembali memposting sebuah kata. #( Kemana lagi aku harus pergi jika dunia ku pun sudah tidak perduli lagi padaku).

Kali ini pun langsung dibanjiri komentar beraneka ragam, hingga saat Adista sedang melakukan sebuah pencarian sebuah hunian yang nyaman dan bersifat pribadi yang juga tidak jauh dari kampus tersebut.

Dan saat itu juga dia mendapatkan sebuah pesan masuk yang menyatakan jika orang itu menawarkan sebuah apartemen yang tak jauh dari area kampus yang Adista sebutkan dia juga bahkan menawarkan itu dengan sangat serius dan tidak main-main Adista bisa datang untuk meyakinkan bahwa itu bukan penipuan dan itu adalah sebuah properti dari sebuah perusahaan Anggara group.

Tidak hanya itu ia juga menunjukkan bukti lengkap sertifikat kepemilikan dan lain halnya.

Proses pembelian itupun dilakukan dan saat ini adalah saat dimana? Adista pindah bahkan dia tidak memberitahu kepergiannya terhadap kedua orang tuanya yang lebih mementingkan kehidupan pribadi mereka selama ini.

Setibanya di tempat tujuan Adista langsung dibantu oleh satpam yang berjaga di lobby apartemen tersebut.

Seolah mereka sudah mengenal Adista saat ini, padahal Adista selama ini hanya pernah datang dua kali ke tempat itu.

Setelah membereskan semua barang-barang bawaannya itu Adista memutuskan untuk berbelanja di bawah kebetulan disana ada minimarket yang menjual berbagai macam bahan pokok.

Adista harus menyiapkan semuanya sebelum dia masuk kuliah.

Adista yang sedang memilih bahan makanan tersebut tidak sengaja menyenggol lengan seseorang yang juga ingin mengambil bahan makanan yang sama dengannya.

"Ah maaf, silahkan."ucap Adista sambil bergeser.

"Duluan saja, lagipula itu masih banyak tidak mungkin kamu borong semua bukan."ucap seorang pria.

"Ah tidak hanya butuh sepuluh kok."ucap Adista yang kini meraih sepuluh kotak spaghetti bolognese untuk stok beberapa hari.

Pria itu bengong saat melihat itu.

Adista sendiri dengan cueknya berjalan dengan troli belanja yang hampir punah dengan bahan pokok tersebut.

Adista pun hendak meraih daging dari freezer dan lagi-lagi tangan itu bersenggolan, Gadis itu melirik ke arah orang yang memiliki tangan yang sama dengan yang tadi.

"Maaf aku sedang buru-buru."ucap pria itu yang langsung meraih beberapa macam jenis daging yang ada di sana.

Adista hanya terdiam sambil melihat itu, sementara pria itu pergi begitu saja.

Adista langsung meraih beberapa potong daging yang sama jenisnya setelah itu dia juga memilih daging ayam.

Setelah selesai Adista pun mengantri di kasir tersebut, mungkin karena weekend jadi antrian cukup panjang.

"Jangan terus berdiam diri Nona pergi kesana aku sudah kosongkan tempat untukmu."suara maskulin itu lagi-lagi terdengar seksi di telinga Adista.

Adista pun langsung bergegas pergi menuju tempat kasir, dan ternyata benar sesampainya di sana ada yang di kosongkan oleh pria itu.

Adista tidak ingin menebak-nebak siapa? pria itu yang jelas mungkin seorang yang berpengaruh di sana.

Sampai saat kasir selesai mengemas belanjaan itu dan menjumlahkannya diapun langsung membayarnya

Adista pun memasukkan barang-barang itu ke troli dan pergi menuju lantai tiga belas dimana hunian itu berada.

Adista yang kini hanya sendiri di dalam lift tersebut membuat dirinya bersenandung kecil hingga dia tiba-tiba di depan pintu unit apartemen miliknya.

Adista langsung membuka pintu tersebut dan membawa masuk troli belanja tersebut.

Kini setelah tiba di dalam dia langsung mengeluarkan semua isi troli tersebut dan membereskan bahkan pokok tersebut sesuai dengan tempatnya masing-masing.

Adista juga membeli kopi favoritnya kopi hitam tanpa gula yang rasanya benar-benar pahit sepahit kehidupannya selama ini.

Gadis itu pun mulai membersihkan buah dan sayur yang ia beli juga daging dan lainnya agar nanti saat dia ingin memasak dia tinggal mengeksekusi semuanya.

Sampai saat bel pintu berbunyi, Adista langsung menyetop air keran tersebut dan mengelap tangan dengan handuk dia bergegas untuk melihat siapa? yang datang karena saat ini Adista tidak membuat janji apalagi kenalan karena dia orang baru di sana.

Saat Adista melihat layar yang menunjukkan seseorang yang merupakan pelayan minimarket yang datang dia pun langsung membuka pintu.

"Maafkan saya Nona ini ada barang belanjaan anda yang tertinggal di bawah."ucap pria itu.

"Owh maaf merepotkan, saya juga belum sempat mengembalikan troli."ucap gadis itu.

"Tidak apa-apa anda bisa gunakan itu jika ingin berbelanja kembali."ucap pelayan tersebut.

"Tidak apa-apa mas mungkin nanti belanjaan saya bisa nyicil atau online bisa kan mas."ucap Adista.

"Owh tentu saja bisa Nona anda bisa catat nomor yang tertera di kantung belanjaan tersebut."ucap pria itu lagi.

"Tunggu saya ambilkan dulu trolinya."ucap Adista ramah.

Pria itu pun tersenyum dan memberikan isyarat pada seseorang.

...***********...

Sampai saat Adista kembali dengan troli tersebut gadis itu pun berterimakasih kembali kepada pria itu yang kini pergi membawa troli.

Dia langsung mengecek isi kantung belanjaan yang tertinggal itu dan Adista kaget saat melihat beberapa barang yang memang bukan barang belanjaan miliknya, dia tidak membeli barang-barang seperti sarung tangan Anti panas dan beberapa barang lain Afron dan juga masih banyak printilan lainnya yang memang dibutuhkan di dapur tersebut.

Adista membiarkan saja semua itu dan masih berada di dalam kantung belanjaan tersebut, sementara dia kembali fokus pada pekerjaan nya tadi sambil memasak makan siang untuknya.

Gadis itu terampil dan cekatan karena sudah membiasakan dirinya untuk hidup mandiri sejak pertengkaran itu selalu terjadi.

Adista yang memang sudah berencana untuk pergi meninggalkan rumahnya dia sudah bersiap untuk hal itu yang dia pelajari dari asisten rumah mereka.

Kini gadis cantik itu tengah memasak makanan yang ia inginkan setelah selesai merapihkan semuanya.

Setelah makan siangnya matang gadis itu langsung menghidangkan makanan tersebut di piring yang memang sudah tersedia di sana.

Seperti paket komplit dia membeli unit apartemen tersebut dengan semua barang yang ada di dalam nya.

Itu memang tidak masuk akal jika dipikir secara logika, karena barang-barang yang ada di sana bukan barang murahan semua itu sungguh bernilai tinggi, tapi Adista lagi-lagi tidak ingin ambil pusing karena dia jelas membeli unit itu dengan semua fasilitas yang ada di dalam sana dan itu sudah atas persetujuan dari pihak penjual dan dirinya bahkan ada surat resmi dari semua itu.

Adista kini hanya akan fokus pada kuliahnya yang memang sudah dibayar untuk beberapa semester kedepan.

Adista selesai memasak setelah itu dia membawanya ke atas meja makan dan dia pun duduk bersiap untuk memakan makanan yang tidak seberapa lezat jika dibandingkan dengan masakan asisten rumahnya.

"Semangat Adista jika Tuhan belum menerima kematian mu mungkin di depan sana akan ada bahagia untukmu."ucap Adista menyemangati diri sendiri.

Sampai saat dirinya selesai menyantap makan siang tersebut, gadis itu kembali mencuci bekas makanya.

Adista pun langsung bergegas menuju kamar tempat favorit untuk mengasingkan diri selama ini meskipun saat ini kamar tersebut adalah kamar baru, tempat baru baginya.

Adista pun meraih laptopnya dia mulai belajar dengan giat, seperti biasanya.

Hingga keesokan harinya, dia yang sudah berada di basement apartemen karena sudah siap untuk berangkat kuliah.

Saat dia hendak naik mobil tiba-tiba dia melihat pria yang kemarin bersenggolan dengan nya tengah berjalan menuju kearahnya dengan penampilan formal dan diikuti kedua orang pria dan wanita sepertinya itu adalah asisten pribadinya.

Adista pun langsung membuka pintu mobilnya dia tidak ingin memperdulikan siapapun karena tidak ada gunanya juga untuknya.

Gadis itu langsung masuk kedalam mobil tanpa menunggu lama ia langsung menutup pintu mobil tersebut dan menyalakan mesin setelah itu dia langsung menggunakan seat belt.

Pria itu hanya menatap lekat wajah cantik alami yang dimiliki oleh Adista yang terlihat tidak memakai makeup tersebut.

Sampai Adista menghilang pria itu langsung pergi dengan mobilnya.

Adista sendiri masih fokus menyetir saat ini, kampus barunya sudah ada di depan mata.

Gadis itu hanya berdoa semoga semua lancar.

Saat tiba di parkiran kampus gadis itu turun dan berjalan menuju anak tangga yang jumlahnya mungkin ratusan dan cukup lebar karena kampus Adista pun bertanya pada salah satu mahasiswi disana menanyakan dimana ruangan yang akan menjadi teman ia belajar dan lainnya sesuai petunjuk yang tertera di peta lokasi tersebut.

Ternyata dia adalah mahasiswi satu jurusan dengan dirinya dan juga masih satu ruangan.

Dia adalah Megan Anggara, gadis blasteran Indonesia Jerman itu begitu ramah padanya.

Mereka pun memutuskan untuk berteman, kini keduanya tengah berkeliling kampus untuk mengenal lingkungan tersebut.

Setelah selesai disaat mata kuliah pertama dimulai, Adista dan yang lainnya masuk kelas.

Gadis cantik bermata sipit itupun mulai memperkenalkan diri sebagai mahasiswi pindahan dari fakultas lamanya dia berkewajiban memperkenalkan diri.

Gadis itu pun mulai duduk di bangku yang sedikit lebih jauh dari Megan tapi tidak masalah yang penting saat mata kuliah dimulai dia harus sudah siap dengan hal itu.

Adista pun fokus dengan materi yang disampaikan hingga jam pertama usai dia memutuskan untuk makan siang di kantin kampus.

Tidak ada yang aneh dengan itu mungkin itu tempat baru bagi Adista tapi itu adalah rutinitas hariannya.

Hanya saja saat ini banyak sekali yang menggoda dirinya sebagai artis Korea, karena paras cantik hidung mancung dan mata sipitnya itu membuat dia dikira keturunan Chinese, padahal keturunan Jawa asli tidak ada campuran sama sekali tapi entahlah karena selama ini ia tidak mengenal silsilah keluarga.

Karena sejak dia lahir Adista tidak tau kakek dan nenek itu ada atau tidak dari pihak ayah maupun ibunya yang jelas dia hanya tau kedua orang tuanya dan para tetangga yang ada di lingkungannya.

Aneh memang tapi itulah kenyataannya.

"Jenny black pink ya."ucap beberapa orang pria yang terpesona pada Adista.

Tapi Adista tidak menjawab hanya geleng-geleng kepala lalu lanjut duduk bersama dengan Megan .

"Kamu mau pesan apa? biar aku pesankan."ucap Megan pada Adista.

"Aku bakso saja."ucap Adista.

"Oke."balas Megan.

Megan pun pergi untuk memesan langsung ke tempat bakso tersebut dia memesan dua porsi bakso dan minumnya es teh manis.

Sampai gadis itu kembali ke meja pojok tempat dimana Adista berada.

"Nanti pulang kuliah jalan yuk."ajak Megan.

"Heumm.... boleh juga lagian aku belum kenal daerah sini."balas Adista.

Pesanan pun datang mereka pun bersiap mengambil sendok dan garpu untuk menikmati seporsi bakso yang memenuhi mangkuk mereka.

"Boleh gabung Jenny."ucap seseorang.

"Siapa? Jenny."ucap Megan.

"Disebelah mu."ucap pria tampan itu.

"Adista Putri. bukan Jenny mas e."ucap Adista yang kini menatap sebal pada pria itu.

"Gibran."ucap pria itu.

"Siapa? yang nggak kamu kenalan."ucap Megan.

"Tidak masalahkan kalau aku duluan."ucap Gibran .

Adista tidak berbicara lagi dia hanya mengangguk, setelah itu dia kembali fokus pada bakso yang benar-benar nikmat hingga tetes terakhir.

Akhirnya keduanya selesai makan bakso dan menikmati segelas es teh manis.

Sampai saat mereka kembali ke kelas, Gibran yang beda jurusan pun mengantar mereka.

Bab 2

Rutinitas perkuliahan pun selesai Adista kini tidak langsung pulang dia jalan bareng dengan Megan menuju pusat perbelanjaan yang cukup besar di kota itu.

Keduanya masuk kedalam pusat perbelanjaan tersebut setelah memarkir mobilnya di basement mall tersebut.

Keduanya tampak terlihat menarik dan menjadi sorotan bagi orang-orang yang ada di sana, selain cara berpakaian mereka yang memang fashionable satu lagi yang menjadi pusat perhatian di kalangan orang-orang yang hadir di sana, dia adalah Megan Anggara.

Anak dari Elang Anggara yang hanya memiliki perbedaan usia yang sangat tipis itu, selalu jadi pusat perhatian karena memang aneh bagi mereka.

"Megan, kamu sadar tidak rasanya kita seperti sedang menjadi pusat perhatian."ucap Adista.

"Mungkin karena kamu mirip Jeny black pink."ucap Megan young memang sudah tau siapa? yang menjadi pusat perhatian bagi mereka saat ini.

"Ah,,, lagi-lagi itu ya mbak e."ucap Adista dengan logat Jawa yang dibuat-buat karena memang dia tidak pernah berbicara bahasa itu meskipun sering menyimak obrolan tetangga atau orang tua, sejak lahir dia hanya belajar bahasa Indonesia dan terkadang Inggris sesuai didikan orang tuanya karena untuk bahasa Jawa itu adalah bahasa yang sering ia dengar dari lingkungannya dan tidak perlu lagi diajarkan itulah pendapat kedua orang tuanya itu.

Sampailah mereka di sebuah tempat permainan trampolin, kini keduanya tengah bersiap untuk bermain disitu dengan instruktur yang kini mendampingi mereka yang pemula.

Keduanya begitu bersemangat saat berhasil melakukan lompatan pertama dengan teriakan dan juga tawa setelah mendarat.

Hingga mereka merasa lelah, keduanya pun memutuskan untuk mencari minuman.

Sampai saat Adista melihat sesuatu yang menarik perhatiannya itu.

Didepan sebuah toko yang menjual mainan anak, Adista berhenti dan meraih sebuah topeng yang menarik perhatian nya.

Saat Megan tengah menatap kearah lain dimana sang daddy berada dengan beberapa orang lainnya Adista pun menarik wajah Megan dan melirik ke arahnya.

Sontak Megan menjerit saat itu juga.

Sementara Adista tertawa terbahak-bahak lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana.

Tawa lepas yang kini menambah kesan cantik dari Adista membuat seseorang terus menatap lekat kearah gadis cantik itu.

Namun Adista tidak sadar jika dirinya tengah diperhatikan.

Sementara Megan pun membalas Adista dengan mengambil sebuah mainan yang bisa membuat sebagian orang geli dengan itu.

Megan mengambil sebuah cicak mainan yang di ambil dari rak yang sama dan menyodorkan mainan itu pada Adista yang tiba-tiba menjerit ketakutan dan lari begitu saja.

"Ampun Megan jangan aku benar-benar takut dengan itu,,, Megan!!."teriak Adista karena Megan terus menggodanya.

"Mbak tolong dibayar dulu mainannya di dalam."ucap pelayan toko.

Megan langsung tersadar bahwa saat ini dirinya tengah memainkan barang dagangan orang lain.

Adista pun langsung masuk kedalam toko dan membawa topeng itu diikuti oleh Megan yang juga membawa mainan tersebut.

Sampai saat mereka keluar mereka kembali tertawa lepas karena merasa lucu. gara-gara keasikan main hingga mereka lupa jika saat ini mereka sudah membuat kegaduhan.

"Cari hiburan itu ternyata tidak perlu mahal ya misalnya pergi keliling dunia, ternyata disini juga kita sudah bisa tertawa."ucap Adista.

"Ya, tapi gak ngerusak tatanan dagangan orang juga kali...oh iya ngomong-ngomong ini mainan mau di kemanan."ujar Megan.

"Kasih orang lain saja, aku sih mau dibawa nanti aku berikan pada sekuriti di tempat tinggal ku untuk anaknya mungkin."ucap Adista.

"Cie.... perhatian sama satpam di sana tampan-tampan ya...."ucap Megan menggoda.

"Boroboro semua biasa saja, tapi ada sih satu yang tampan hanya saja mungkin suami orang."ucap Adista sambil tersenyum.

"Sepertinya menjadi pelakor tidak ada salahnya jika dia tampan."ucap Megan menggoda.

"Ih, amit-amit jangan sampai jangan tidak."ucap Adista yang terlihat memiliki trauma berat dengan kata itu.

Adista pun mengakhiri obrolan tentang itu.

"Sekarang kita kemana? mungpung masih sore."ucap Adista.

"Bagaimana kalau kita makan es krim."ucap Adista.

"Tidak-tidak perut ku sudah terisi penuh dengan minuman."ucap Megan.

"Owh iya, kamu tau tidak tempat yang menjual benang wool disini?."ucap Adista bertanya.

"Untuk apa? jangan-jangan kamu juga ingin merajut syal buat para sekuriti di sana iya."tanya Megan.

"Aku ada acara mendaki gunung dengan teman di kota kelahiran ku, beberapa Minggu lagi, dan ingin membuat syal sendiri untuk mengantisipasi cuaca dingin di gunung nanti."jawab Adista.

"Heumm,,, baik'lah mari kita cari di semua toko yang ada di sini."ucap Megan.

"Aku kira ingin kembali ke Korea, untuk konser...eh taunya mendaki gunung lewati lembah melewati sungai dan melihat hamparan bunga yang indah."ucap Megan.

"Itu ninja Hatori Megan, dan lagi ya masa wajah pas-pasan begini disamakan dengan wajah artis Korea kan keterlaluan kasihan mereka disamakan dengan ku."ucap Adista.

"Ya... harusnya bangga sih punya wajah cantik."ucap Megan.

"Bukan tidak bersyukur hanya saja, itu sedikit keterlaluan,ah sudahlah ayo temani aku cari benang nanti aku buatkan satu untukmu."ucap Adista.

"Asiappp..."ucap Megan.

Mereka pun menuju sebuah toko yang menjual perlengkapan yang mereka cari kali ini lagi-lagi Megan dan Adista membuat kegaduhan dengan tawa mereka saat salah seorang dari mereka main lempar bola salju dari pom-pom yang dibuat dari benang rajut yang dijual di sana alhasil itu jadi berantakan dan terpaksa mereka harus membeli itu.

Lagi-lagi mereka harus membayar untuk barang yang tidak mereka butuhkan, memang ada-ada saja tingkah kedua sahabat yang baru bertemu itu.

Kini barang tersebut dibawa oleh Adista karena ditangan Adista yang terampil semua itu bisa menjadi barang seni yang cantik.

Keduanya pun kembali berpisah di jalan raya karena mereka berbeda tujuan.

Namun mereka yang sempat bertukar nomor dan berteman di sosial media mereka akhirnya mereka pun bisa bertukar kabar.

Adista yang kini sudah sampai di basement apartemen tersebut, dia pun mematikan mesin mobilnya dan kemudian menghela nafas panjang dan menghembuskan nya.

Kini lagi-lagi hanya rasa sepi yang menghampiri dirinya, begitu rasanya jadi anak tunggal.

"Sendirian lagi neng."ucap satpam yang baru saja memarkirkan mobil milik salah seorang penghuni apartemen tersebut.

"Ya, begitulah pak, sedari awal juga sendiri."ucap Adista yang kini membawa sebuah paper bag berukuran cukup besar.

Tidak hanya itu tas dan juga laptop yang ia tenteng saat turun dari mobil.

"Mari saya bantu bawakan barang-barang nya."ucap satpam tersebut.

"Owh tidak usah repot-repot pak ini ringan kok, meskipun sedikit ribet sih tapi masih bisa bawa, Owh iya ini ada oleh-oleh untuk anak bapak tadi saya mampir ke toko mainan."ucap Adista sambil memberikan salah satu paper bag berisi mainan yang mereka beli karena Megan juga memberikan itu padanya meskipun gadis itu ketakutan tapi beruntung sudah dikemas rapi dan tidak terlihat oleh Adista.

"Terimakasih neng."ucap pria paruh baya itu.

lagi-lagi seseorang memperhatikan hal itu.

...***************...

Adista pun sudah berada di dalam tempat tinggalnya itu.

Gadis itu langsung mencari peralatan merajut yang selalu ia bawa di sela waktu untuk mengisi kekosongan hatinya.

Setelah ia mandi dan berganti pakaian dengan pakaian santai, Adista pun bermaksud ingin keluar untuk mencari barang miliknya itu, siapa?tahu ada di luar kamar saat dia lupa menyimpan barang yang mungkin disatukan di tempat penyimpanan sepatu.

Saat dia keluar dari dalam kamar, tiba-tiba suara bel pintu berbunyi, Adista tidak tau siapa? yang datang karena dia tidak pernah membuat janji sama sekali.

"Eh mas yang dari market bawah ya?."tanya Adista ketika ia melihat seragam yang sama dengan pelayan super market.

"Ya, Nona ini saya disuruh mengantar ini oleh seseorang."ucap pria itu.

"Apa? ini saya tidak mau menerima itu mas saya tidak kenal siapapun disini."ucap Adista.

"Ini dari pemilik apartemen ini mbak katanya anggap itu adalah bonus dari pembelian unit ini."ucap pria itu.

"Owh, ibu Elisabeth."ucap Adista.

"Ah ya, saya kurang tau orangnya karena tadi seorang pria yang memberikan ini sekaligus pesan yang dia sampaikan."ucap pria itu.

"Ah ya sudah terimakasih."ucap Adista yang menerima itu.

"Ya sama-sama Nona."ucap pria itu yang langsung pergi dari hadapan Adista.

Adista yang buru-buru menutup pintu dia tidak tahu jika saat ini pria pengantar barang itu memberikan isyarat pada seseorang yang merupakan sipemberi barang.

Pria itu pun mengangguk pelan, setelah itu dia kembali masuk ke dalam lift untuk menuju ke tempat pribadinya.

Sementara itu Adista begitu kaget karena ternyata yang diberikan adalah sebuah tas yang sangat mahal itu adalah tas untuk kuliah.

Mungkin Elisabeth ingin memberikan tas itu sebagai bonus pembelian unit apartemen tersebut, pikir Adista.

Tapi gadis itu kembali berpikir bahwa seisi apartemen tersebut juga lebih dari kata bonus malah mungkin uang yang dia berikan sebagai pembayaran unit tersebut tidak ada apa-apanya.

Adista lagi-lagi tidak ingin memusingkan itu, ia kembali berpikir mungkin sudah rejekinya.

Gadis itu pun kembali menyimpan itu dan tidak berniat untuk menggunakan itu dalam waktu dekat, bukan karena tidak suka dengan barang pemberian tapi saat ini dia belum mengkonfirmasi pada yang memberikan.

Elisabeth tidak tinggal di sana dan lagi wanita itu sudah tidak terlihat sejak dia pindah.

Adista pun menemukan barang yang ia cari yaitu barang untuk membuat rajutan tersebut.

Adista pun duduk di sofa sambil menyiapkan semuanya.

Kali pertama yang dia lakukan adalah menyusun pom-pom tersebut dengan dibentuk seperti rantai kemudian dia mulai merajut sebuah syal cantik dari benang berwarna pink tersebut.

Adista yang sangat cekatan dia mempu membuat syal tersebut hanya dalam hitungan jam.

Sampai saat waktunya makan malam tiba, gadis itupun mulai bersiap untuk membuat makan malam nya itu.

Yaitu bimbimbap makanan ala Korea, nasi campur jika di Indonesia, protein serat dan karbohidrat menyatu di dalamnya.

Adista pun menyantap makan malamnya itu setelah itu dia minum jus buah segar yang dia buat sendiri.

Adista pun membersihkan bekas makannya itu.

Gadis itu pun kembali pada hasil rajutan yang dia buat dan memotret penampakan dari hasil rajutan tersebut.

Dan memposting foto tersebut di media sosialnya itu.

#(Hasil kegilan yang memuaskan) kurang lebih seperti itu postingan tersebut.

Berbagai komentar pun mulai berhamburan di sana, namun ada satu komentar yang membuat Adista terkekeh.

@gibran.com (Walah jenny black pink kapan kursus merajut, boleh merajut di hatiku.)

@.Mn.angara.com (boleh gue rajut hingga hati lie kusut).

Kedua komentar yang sudah jelas dari kedua teman kuliahnya itu membuat Adista terkekeh geli.

Sementara seseorang kini tengah melihat postingan tersebut, tapi dia tidak berani muncul karena ada sesuatu yang membuat dia mengurungkan niatnya.

Adista pun menyimpan syal tersebut kedalam lemari setelah ia lipat benda tersebut.

Keesokan harinya sebelum berangkat menuju basement apartemen tersebut, Adista mampir ke mini market yang ada di lobby apartemen tersebut, dia hendak membeli roti dan susu karena tidak sempat sarapan pagi, tapi lagi-lagi jiwa berbagi nya itu hadir dia tau bahwa sekuriti di sana sepagi ini belum sarapan karena terlalu sibuk.

Adista pun langsung membeli beberapa roti isi dengan aneka rasa dan juga beberapa botol kopi instan lalu membungkus itu di kantong kresek yang berbeda dengan miliknya sesuai permintaan dia pada kasir tersebut.

Adista pun hendak keluar tapi tiba-tiba sebuah teriakan menghentikan dirinya.

"Jenny ternyata kamu tinggal di sini."ucap seorang gadis yang tidak lain adalah Megan young baru keluar dari dalam lift bersama beberapa orang pria dan wanita, dan salah satunya adalah pria yang pernah bertemu beberapa kali dengannya, pria yang kini bersikap cuek itu pun bergegas pergi meninggalkan Megan yang Adista kira tidak pernah ada hubungannya dengan Megan.

"Iya, aku disini... kamu juga tinggal disini?."jawab Adista yang diakhiri dengan pertanyaan.

"Tidak tadi habis menemui mommy dan Daddy. mereka sesekali menginap disini."ucap Megan.

"Owh."ucap Adista.

"Bulat."ucap Megan ok lagi.

"Bagaimana? kalau kita berangkat bareng."ucap Megan.

"Baiklah tapi aku dengan mobil ku dan kamu dengan mobil mu, siapa? tau nanti kita butuh itu."ucap Adista.

"Baiklah aku setuju, kamu juga akan menunggu ku lama karena aku juga belum bersiap."ujar Megan.

"Tidak apa-apa, aku juga akan sarapan dulu di mobil."ucap Adista sambil memperlihatkan kantung keresek tersebut.

"Buset.... sarapan segitu banyak."ucap Megan.

"Ini untuk mereka."ucap Adista sambil tersenyum manis.

"Ya sudah kamu mau bersiap dimana?."tanya Adista.

"Di hatimu."ucap Megan bercanda.

"Jangan bercanda nanti hatimu ai rajut."ucap Adista yang diakhiri dengan tawa lepas.

Disusul oleh tawa Megan young semakin terbahak-bahak karena mengingat komentar cowok yang bernama Gibran tersebut.

Adista pun berjalan menghampiri satpam yang kini tengah berkumpul setelah apel pagi.

"Nona, tuan dan nyonya menunggu anda."ucap asisten pribadi yang tadi terlihat bersama dengan Megan.

Bab: 3

Adista pun menoleh pada pria itu, pria yang sudah ia lihat beberapa kali, tapi Adista tidak tahu yang mana ayah dari Megan.

"Dista aku duluan ya, nanti kita pulang bersama karena saat ini pasti kamu buru-buru ."ucap Adista.

Adista pun mengangguk pelan dia berjalan mengikuti Megan Adista yang sudah tiba di mobilnya itu pun langsung bergegas masuk tapi tidak memperhatikan Megan masuk mobil yang mana.

Adista pun mulai melajukan mobilnya perlahan tanpa menoleh kesana-kemari seperti biasa dia akan fokus menyetir.

Alunan musik yang ia dengarkan saat ini membuat dirinya ingin bersenandung.

Adista yang membuka sedikit sedikit kaca jendela mobilnya dan disaat yang bersamaan dia melihat Megan berada di mobil yang tidak asing yang sering ia lihat di basement apartemen tersebut.

Adista yang tidak sempat memperhatikan penumpang lainnya karena mobil itu berbelok ke arah lain.

Adista pun kembali fokus pada jalanan yang padat merayap tersebut.

Ternyata di sana ada razia polisi yang tengah memeriksa surat-surat lengkap kendaraan.

Adista pun ikut berhenti karena saat ini beberapa orang polisi menghampiri mobilnya.

"Nona boleh tunjukkan surat-surat lengkap kendaraan anda."ucap para polisi yang terlihat gagah dan tampan itu.

"Boleh pak tunggu sebentar."ucap Adista yang mengambil surat kendaraan tersebut yang di simpan di atas dasbor karena sudah disiapkan.

"Heumm suratnya lengkap ini juga semua memenuhi persyaratan, tapi ingat harus tetap tertib saat berkendara ."ucap salah seorang dari mereka.

"Siap pak."ucap Adista yang kini tersenyum manis pada beberapa orang polisi tersebut.

Adista pun langsung bergegas pergi menuju kampus yang tinggal putar arah untuk masuk area kampus.

Adista yang datang lebih awal dia pun duduk sejenak di dalam mobil setelah memarkir mobil tersebut dengan cantik.

Dia membuka ponselnya untuk mengusir kejenuhan sebelum jam perkuliahan dimulai sambil menunggu tamanya Megan.

Saat dia membuka kotak pesan di aplikasi WhatsApp miliknya dia melihat pesan dari kedua orang tuanya yang menanyakan keberadaan nya mereka bahkan bilang akan menjemput Adista langsung.

"Kenapa? setelah hampir dua Minggu aku pergi dari rumah kalian baru sadar kalau aku tidak ada saat ini, orang tua macam apa kalian! mulai sekarang urus saja pasangan kalian masing-masing jangan lagi pedulikan aku anggap saja kalian tidak pernah punya anak seperti ku."ucap Adista yang benar-benar kecewa dengan kedua orang tuanya itu.

"Adista."ucap seseorang dari arah belakang.

Gadis itu tidak langsung menoleh tapi dia mengusap air matanya terlebih dahulu lalu menoleh meskipun wajah sembab itu masih terlihat jelas.

"Eh, Megan cepat banget perasaan aku baru sampai."ucap Adista yang kini tengah berusaha

"Pasti kamu kena razia ya makanya kamu nangis sini mana surat tilang nya biar asisten Daddy yang urus."ucap Megan.

"Tidak ada surat tilang Nona dan lagi siapa? juga yang menangis."ucap Adista yang kini tersenyum.

"Sudah besar juga."ucap Gibran yang tiba-tiba muncul seperti jalangkung.

"Astaga naga ni orang apa hantu kenapa? Lo disini apa? mau gue rajut hati Lo biar di tusuk-tusuk sekalian."ucap Megan.

"Perasaan disini banyak bisik-bisik Saiton ayo kita pergi yuk."ucap Gibran yang tiba-tiba merangkul bahu Adista berjalan bersamanya.

Seseorang kini tengah menatap tajam sambil mengeratkan kepalan tangannya.

"Adista,,, kok aku ditinggalin sih jahat deh."ucap Megan.

Gadis itu sudah ada di belakang mereka berdua.

"Adista ih lepas Suneo."ucap Megan pada Gibran yang kini melotot karena wajah tampan itu disebut seperti tokoh kartun yang ada di sereal Dora Emon.

"Dasar Lo bule nyungsep."ucap Gibran tidak mau kalah.

"Owh ya ampun mobil ku tas."ucap Adista yang tiba-tiba berlari karena hanyut dalam kesedihan sehingga membuat dia lupa saat ini pintu mobilnya dan juga peralatan kuliahnya masih di mobil.

Adista yang saat itu tiba di samping mobilnya dia langsung meraih tas kunci mobil dan beberapa buku tebal yang tengah ia pelajari tentang ilmu kedokteran.

Adista pun keluar dari dalam mobil dan hendak berbalik pergi setelah menutup pintu mobil miliknya tiba-tiba dia dikagetkan oleh suara dehem seseorang.

"Eheum, gara-gara cowok itu sampai lupa dengan barang-barang pribadi mu sendiri."ucap pria tampan dan gagah itu.

"Maaf anda siapa? ya, dan apa? ada masalah dengan anda."ucap Adista.

"Tentu saja, saya tidak suka ada pria manapun yang dekat dengan wanita yang saya suka."ucap pria yang kini membuka kacamatanya itu.

"Anda!."ucap Adista yang kini menutup mulutnya tidak percaya bahwa pria itu adalah pria yang sama dengan yang saat berada di mini market namun saat itu pria itu berpenampilan santai.

"Maafkan saya, saya sudah terlambat."ucap Adista.

"Dista, saya tidak suka kamu dekat-dekat dengan laki-laki lain."ucap pria itu yang tidak lain adalah Elang Anggara.

Adista tidak menggubris pria itu, bahkan dia menganggap semua itu hanya candaan semata.

Adista pun langsung bergegas menyusul Megan dan Gibran yang masih ribut saling mengejek saat ini.

Sementara Elang meminta seseorang untuk mengikuti kegiatan Adista saat ini.

Pria itu segera pergi setelah menyuruh orang untuk memata-matai gadis yang ia sukai sejak satu tahun lalu.

Sejak ia melihat foto Adista yang terpangpang jelas di akun media sosial miliknya.

Elang bahkan sempat mencari tahu tentang Adista mulai dari data diri dan juga latar belakang keluarganya.

Semua sudah dia kantongi hingga saat gadis itu mengeluh di media sosial miliknya itu Elang langsung menawarkan sebuah hunian yang sangat nyaman dengan harga murah dan dengan fasilitas lengkap yang ada di dalam sana, Adista hanya perlu pindah saja.

Elang bahkan tau siapa? orang tua gadis itu.

Sementara Adista tidak pernah tau jika hunian yang kini ia tempati adalah milik Elang Anggara.

Yang Adista tau itu adalah hunian bekas Elisabeth karena yang dia tahu bahwa Elisabeth adalah pengelola gedung apartemen tersebut, padahal Elisabeth adalah orang asing yang Elang bayar untuk melancarkan semua itu.

Jam perkuliahan pun sudah masuk jam kedua setelah istirahat seperti biasanya.

Adista pun kembali fokus belajar, gadis itu tidak ingin konsentrasinya terganggu oleh hal apapun.

Sampai saat jam kuliah selesai, dia dan Megan juga Gibran mereka memutuskan untuk hangout bareng.

Seperti biasa keduanya pasti pergi ke wahana permainan trampolin di mall yang pernah Megan dan Adista saat itu juga.

Adista tertawa terbahak-bahak saat melihat Gibran dan Megan jatuh bertindihan .

"Ah sakit Suneo."

...***************...

"Harusnya yang bilang sakit itu gue bukan lo bule nyungsep."ucap Gibran tidak mau kalah.

"Sepertinya sebentar lagi ada yang naik ke pelaminan nih."ucap Adista yang kini ngeloyor pergi meninggalkan mereka berdua yang kini membulatkan matanya kaget saat mendengar perkataan Adista.

"Ah, amit-amit bisa-bisa gue sekarat sebelum bahagia."ucap Gibran.

"Cih... siapa? juga yang mau sama Lo yang lebih mirip teman si jayen."ucap gadis itu tidak mau kalah.

"Aku ingin begini... aku ingin begitu.... semua-semua."ucap Adista yang langsung terhenti saat menabrak seseorang.

"Ah...sorry tidak sengaja nonya."ucap Adista yang kini berjongkok membantu memungut paper bag yang terjatuh.

"Bisa hati-hati tidak lihat kan untungnya tidak sampai berhamburan barang-barang saya."ucap seorang wanita cantik yang kini berada di hadapannya itu.

"Mom."ucap Megan yang tiba-tiba muncul di hadapan keduanya karena memang mereka berjalan sedikit berjauhan sedari tadi.

"Sayang kamu disini, lihatlah hampir saja barang mommy hancur gara-gara dia."ucap Astrid mengantar wanita paruh baya yang masih sangat awet muda itu.

"Dista tidak sengaja mommy, dia teman kuliah Megan Mom."ucap Megan.

"Megan sejak kapan kamu berteman dengan mereka yang."

"Stop mom jangan pernah menghina teman Megan lagi Megan akan kesepian jika mommy terus seperti ini."ucap Megan.

"Pulang!."ucap wanita itu.

"Tidak mom, Megan akan bilang pada daddy tentang mommy jika mommy terus mengekang Megan."ancam gadis itu.

"Heuuhh, kamu pikir mommy takut, kita lihat saja nanti."ucap Astrid.

Adista pun terbengong saat mendengar pertengkaran anak dan ibunya itu, apalagi sepertinya kondisi Megan dan dirinya sama.

Adista lalu berkata."Pulanglah kita masih bisa bertemu di kampus bukan."ucap Adista.

"Jangan coba-coba mempengaruhi putriku kalian orang dari kalangan rendah selalu memprovokasi putri ku hingga dia jadi pembangkang seperti ini."ucap nyonya Astrid lantang.

"Dista jangan terus bungkam jika dihina orang kaya raya, kita sama-sama makan nasi tapi jika kamu tidak suka mendengar itu kita bisa pergi saja."ucap Gibran yang kini merangkul bahu Adista dan menarik gadis itu pergi.

"Tunggu, tolong jangan pernah tinggalkan aku aku tidak ingin lagi hidup kesepian."ucap Megan yang kini dibawa pulang oleh beberapa orang bodyguard yang sedari tadi mengikuti sang nyonya dari belakang.

Adista melirik ke arah Megan yang kini meronta-ronta meminta tolong agar dilepaskan.

"Hidup jadi orang kaya itu ternyata tidak enak ya sobat."ucap Adista.

"Ya tergantung siapa? dulu orang tua kita."ucap Gibran yang tersenyum manis.

"Heumm,,,, orang tua ya."ucap Adista yang ekspresi wajahnya tiba-tiba saja berubah.

"Kamu kenapa? Dista, ayo kita nonton sepertinya film akan segera dimulai."ucap Gibran.

"Baiklah lah."ucap gadis itu.

Adista berjalan menuju antrian pembelian tiket, gadis itu sibuk mengotak-atik ponselnya hingga tanpa sadar bahwa saat ini seseorang telah membawa dia masuk ke salah satu ruangan.

Adista kaget karena ternyata bukan Gibran yang kini membawa dia pergi.

Adista pun menatap ke arah pria itu.

"Maaf ada perlu apa? ya, saya sedang buru-buru."ucap Adista.

"Kamu mau menonton film bukan, pilih film yang mana yang ingin kamu tonton, jangan sembarangan pergi dengan laki-laki lain."ucap pria itu yang kini duduk sambil menatap lekat wajah cantik itu."ucap Elang.

"Saya tidak tertarik maaf."ucap Adista yang hendak pergi, tapi dihadapan nya sudah berdiri dua barisan bodyguard.

"Apa-apaan ini tuan."ucap Adista kaget.

"Aku sudah bilang aku tidak suka penolakan."ucap pria tampan itu.

"Tapi apa? mau anda sebenarnya kita bahkan tidak saling kenal."ucap Adista.

"Baiklah kita bisa kenalan nama saya Elang."ucap pria itu mengulurkan tangannya.

Tapi Adista menolak itu.

Adista pun langsung bergegas kembali untuk pergi tapi lagi-lagi para pria yang lebih mirip robot itu menghalangi langkahnya.

"Adista lagi-lagi berhenti di sana dan saat hendak berbalik tiba-tiba jidatnya menubruk sesuatu yang kokoh yang ada di hadapannya.

"Auw... sakit."ucap Adista lirih.

"Mana yang sakit."ucap Elang yang kini merangkul pinggang Adista. hingga Agista kaget dan mencoba untuk berontak.

"Sudah kubilang menurut lah."ucap pria itu.

Mematung di tempatnya, saat pria itu tiba-tiba mengecup keningnya.

Sampai saat dia tersadar."Apa-apaan kamu tuan jangan kurang ajar ya saya laporkan kamu."ucap Adista yang benar-benar marah.

Cuph...

Lagi-lagi pria itu mengecup bibir Adista, dan itu adalah ciuman pertama bagi gadis itu.

"Ahhh.... sialan."ucap Adista merasa benar-benar dilecehkan, saat ini dia memukul-mukul dada bidang Elang namun pria itu hanya berkata.

"Aku pemilik dirimu mulai saat ini dan selamanya kamu hanya boleh keluar dengan ku."ucap pria itu tegas.

Adista pun menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan pria yang ia temui di supermarket terdekat.

Adista langsung ingin mendorong dadanya itu tapi tidak bergeming sedikitpun.

"Apa? maumu."ucap gadis itu.

"Simpel saja aku mau kamu menjadi milikku."ucap pria itu.

"Itu tidak mungkin."ucap Adista.

"Tidak ada pilihan."ucap Elang tegas.

Gadis itu hanya terduduk lemas di lantai, namun tidak lama kemudian ia melayang di udara.

Elang mengangkat tubuh Adista yang kini melayang di udara.

Adista yang terus memukul-mukul dada pria itu meminta dilepaskan tapi tidak pernah berhasil hingga ia lelah berteriak.

Elang membawa gadis itu pergi menuju mobilnya dan seakan di sulap tiba-tiba tidak satu orangpun disana yang tadi berdesakan.

Elang pun langsung membawa dia masuk kedalam mobil setibanya di basement mall tersebut.

"Itu mobil ku."ucap Adista.

"Mobil mu akan dibawa oleh mereka nanti."ucap Elang.

Adista tidak bicara lagi sampai saat dia tiba di apartemen miliknya.

"Masuklah."ucap pria itu.

"Kamu tau darimana ini hunian ku."ucap Adista.

"Semua gedung ini milikku jadi kamu tidak perlu bertanya aku tau dari mana.

Adista terdiam saat pria itu merangkul pinggang Adista dan membawa dia duduk di atas sofa, seakan dia tahu setiap ruangan tersebut.

"Atau memang mereka tau seperti yang ia katakan.

"Berhenti kuliah, tanpa bekerja pun kau tidak akan pernah kekurangan materi."ucap Elang.

"Tidak itu adalah cita-cita ku sejak kecil."ucap Adista.

"Baiklah, aku akan mengundang dosen khusus untuk mengajarmu secara privat jadi tidak perlu belajar di kampus lagi kamu hanya akan datang kesana saat wisuda nanti."ucap Elang.

"Tidak bisa, memangnya siapa? kamu hingga berani mengatur ku."ucap gadis itu protes.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!