NovelToon NovelToon

TRIO SOMPLAK

TRIO SOMPLAK

Tersebutlah 3 orang gadis cantik yang bersahabat baik sejak mereka masuk SMA.

Ketiganya menamai Geng mereka dengan sebutan TRIO SOMPLAK.

Ada Keyla Maheswari si kutil. Dipanggil kutil karena tubuhnya paling mungil dan imut.

Meisya Adriana si Kebo. Karena hobby tidur dimanapun dan kapanpun.

Dan Raya Monica si Kampret. Karena sikapnya yang paling kampret dan paling ngeselin.

Ketiganya memiliki banyak kesamaan. Diantaranya: Sama-sama cantik, sama-sama gila, sama-sama pintar menyanyi (Apalagi Meisya), dan sama-sama...

***

Suatu pagi..

(Via telfon)

"Iya Halo, dengan princess Keyla disini."

'Princess kentut! Buruan keluar, kita udah ada di bawah.' suara Raya yang berasal dari luar rumah Keyla.

Keyla mendengus kesal. Sambil menuruni tangga rumahnya, ia menjawab. "Iya kampret! Ini juga gue lagi turun tangga."

Tiba di depan rumah, Keyla melihat Raya yang sudah stan bye dan sedang berdiri di samping pintu mobilnya yang berwarna putih.

"Loe nurunin tangga apa menyebrangi lautan samudera? 5 menit anjir, lama banget." Celoteh Raya. Maksudnya terhitung 5 menit semenjak ia menelfon Keyla yang katanya sedang menuruni tangga. Tapi Gadis itu baru muncul sekarang.

"Ya sorry.." Keyla menyemprotkan face mist ke wajahnya. Diantara mereka bertiga, ialah yang paling peduli soal penampilan. Buktinya ke sekolah pun wajib membawa seperangkat alat skincare.

"Tangga rumah gue kan sepanjang jalan kenangan, jadi 5 menit gue baru nyampe."

Raya geleng-geleng kepala. Memangnya rumah Keyla setinggi menara Eiffel?

"By the way, si Kebo mana?"

"Tuh." Raya menunjuk seonggok Meisya yang sedang tertidur bersandar di bangku belakang. Matanya terpejam rapat. Mulutnya menganga.

Sungguh tidak estetik.

"Ckckckckk.." Keyla menggeleng prihatin. "Khawatir gue."

"Khawatir kenapa?"

"Takut ada kecoa masuk ke mulutnya."

"Lu kata mobil gue gudang, ada kecoanya?" Raya ngegas. Si Keyla kalau ngomong memang selalu yang aneh-aneh.

"Ya siapa tahu ada kecoa terbang entah darimana terus masuk ke mulut si Meisya."

"Ckk.. Udahlah buruan masuk, ntar kita telat lagi."

Akhirnya kedua Gadis itu memasuki mobil Xenia milik Raya. Mobil yang ia dapat dari orangtuanya saat dirinya berulang tahun yang ke 16, tahun lalu.

Keyla yang duduk di samping Raya, mengeluarkan lip balm dari dalam pouch make up-nya lalu mengoleskan benda kecil itu ke bibirnya.

Raya benar-benar tidak habis thinking. "Key, lu mau sekolah apa ikut kontes kecantikan?"

Keyla menghela nafas. Raya yang sedikit tomboy sepertinya harus mendapat wejangan darinya.

"Denger yah Raya Monica yang tidak tahu apa-apa. Kecantikan itu penting bagi seorang wanita. Karena jaman now, lu cantik, lu punya kuasa."

Raya tersenyum tipis mendengar jawaban Keyla yang memang benar adanya. Tapi sahabatnya itu tidak tahu jika tanpa sentuhan make up pun Keyla sudah cantik. Sayangnya Raya tidak mau memberi tahu hal itu. Takut Keyla besar kepala dan hidungnya terbang.

Beberapa menit kemudian, mobil mereka terpaksa berhenti oleh kemacetan yang terjadi di depan sana.

"Kok macet yah? Gak biasanya." Tanya Raya heran, ia yakin ada sesuatu.

"Ada kecelakaan kali." Tebak Keyla. Ia berbalik dan menatap Meisya yang masih berada di alam lain.

Keyla heran. "Ni anak kayanya gak bakal bangun sekalipun ada gempa."

Raya tersenyum jail. "Gue tahu caranya bangunin dia."

Keyla menatapnya. "Gimana?"

"MEISYA! ADA RIZVAN!

Sontak gadis bertubuh tinggi besar itu terbangun seraya celingak-celinguk. "Mana mana?"

"Hahahaha.." Tawa Raya dan Keyla berderai menyaksikan wajah Meisya yang lugu. Si Kebo memang selalu paling depan jika menyangkut Rizvan yang notabene gebetannya.

Sementara Meisya cemberut kesal. "Sialan lu pada! Udah deh jangan ganggu gue, gue ngantuk banget karena semalam abis nyari nafkah." Ucap Meisya yang hampir setiap malam menjadi penyanyi di sebuah kafe milik Omnya. Selain bayarannya yang lumayan, Meisya juga ingin mengasah bakat menyanyinya yang sudah tertanam sejak ia kecil.

"Emang semalam loe pulang jam berapa?"

"Jam 12! Makanya jangan ganggu gue!"

Meisya menyandarkan kepalanya ke kaca mobil dan berniat tidur kembali. Namun niatnya urung saat melihat seorang pengendara motor yang berada di samping mobil mereka.

"Kutil.."

"Hmm?" Keyla menjawab sambil berkaca.

"Lihat sini.. Ini bukannya si Fathan yah?"

Keyla refleks mengikuti arah pandang Meisya. Begitupun dengan Raya.

Ternyata benar.. Mantan terindah Keyla yang mengendarai motor Vixion berwarna merah, berada tepat disamping mobil yang sedang mereka tumpangi. Dan Fathan tidak sendiri, ia bersama seseorang di belakangnya.

"Itu siapa? Tantenya?" Tanya Meisya melihat perempuan di belakang Fathan yang dandanannya sangat menor. Berbeda dengan dandanan Keyla yang terlihat natural dan enak dipandang.

"Kaya cabe-cabean." Celetuk Raya yang sepemikiran dengan Meisya.

Keyla sendiri tertunduk lesu. "Itu Sonia."

"What? Sonia si pelakor?" Meisya histeris.

Keyla mengangguk pelan. Teringat kembali kejadian saat dirinya memergoki Fathan yang sedang berpeluk mesra dengan wanita setengah siluman itu.

"Fathan ngeduain dan ninggalin loe cuma demi cewek itu? Fiks, dia katarak." Raya yakin.

"Dan loe masih ngarepin cowok katarak itu?" Meisya tidak habis thinking.

Berbicara memang mudah. Andai kedua sahabatnya tahu betapa Keyla mati-matian melupakan Fathan, mungkin mereka tidak akan menganggap sepele perasaannya. Karena yang membuat Keyla gagal move on adalah berbagai kenangan indah yang pernah ia lewati bersama Fathan.

BRAK!!

Tiba-tiba ketiga Gadis itu terlempar kedepan. Untung ketiganya mengenakan sabuk pengaman.

Keyla dan Meisya heran dengan apa yang terjadi.

Raya pun segera keluar dari mobilnya guna memastikan.

Rupanya seorang pengendara mobil menabrak mobil Raya dari belakang sampai-sampai mobil Raya lecet lumayan parah.

Raya langsung menghampiri pengendara mobil itu, dan berniat melabraknya. Nyari mati nih orang!

Raya mengetuk kaca mobil di hadapannya dengan perasaan kesal tiada tara.

"Heh turun loe!"

Meisya dan Keyla ikut keluar untuk menonton.

Si pengemudi mobil akhirnya turun. Seorang pemuda berkulit putih, berbadan tegap dan berkacamata hitam. Ia membuka kacamata hitamnya. Waaw.. mirip aktor Veler Bramasta.

"Ganteng anjay." Gumam Keyla. Rahimnya bergetar. Meisya mengangguk setuju. Dia hampir oleng oleh ketampanan pemuda itu.

Tapi tidak dengan Raya. "Bisa nyetir gak?" Hardiknya dengan tangan bersedekap.

"Kalau gak bisa ngapain gue bawa mobil?" Lelaki itu tak mau kalah.

"Terus ngapain loe nabrak mobil gue yang lagi diem?"

Lelaki itu tersenyum sinis. "***** please! Harusnya gue yang marah. Loe ngapain parkir mobil sembarangan?" Ia membela diri. Padahal jelas-jelas dirinya yang salah karena mengemudi sambil bermain handphone. Akibatnya ia tak melihat mobil Raya yang berhenti di depannya.

Raya tertawa tak percaya. Lelaki ini benar-benar tolol! " Loe gak punya mata? Atau loe gak punya otak? Loe gak lihat jalanan lagi macet?"

Lelaki itu mengedarkan pandang, menatap jalanan. Macet dari Hongkong!

"Macet sebelah mana ya Mbak?"

Raya bingung dan ikut menatap jalanan. Lenggang! Rupanya sudah tidak macet seperti tadi. Ia pun menatap kedua sahabatnya.

"Kok udah gak macet?"

Meisya dan Keyla mengangkat bahu. Mana mereka tahu. Meski begitu Raya tak mau kalah .

"Gue gak mau tahu! Loe musti ganti rugi buat biaya reparasi mobil gue yang udah loe tabrak!"

"Kalau gue gak mau?" Pemuda itu menantang dengan gayanya yang arogan.

"Gue bakal lapor polisi!" Ancam Raya.

"Haaaa.." Keyla ternganga ketika melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Mampus! Udah jam 7 guys!"

Mau tak mau Raya menghentikan perdebatannya dengan cowok arogan itu. Sebelum pergi, ia mengancam. "Awas yah! Gue gak bakal ngelepasin loe!"

Cowok itu tersenyum sinis. Ia tidak gentar sama sekali.

**

Setibanya di sekolah, untungnya gerbang belum ditutup. Namun karena upacara bendera sudah dimulai sejak 2 menit yang lalu, mereka tidak diperbolehkan bergabung dengan peserta lain, melainkan disuruh membuat barisan khusus bagi siswa yang terlambat. Tempatnya? Di barisan paling belakang.

"I hate Monday!" Gumam Meisya pelan.

Raya menggertakan giginya. "Ini semua gara-gara cowok sialan itu!'

Keyla sendiri menyadari sesuatu. "Bo.."

"Apaan?" Sahut Meisya.

"Si Rizvan jadi Pin Up (pemimpin upacara)."

"Dusta!"

"Gue Serius kali ini."

Raya menambahkan. "Si kutil bener Bo."

Meisya akhirnya berjinjit untuk memastikan hal tersebut. Rupanya benar..

Pangeran impiannya yang menjadi pemimpin upacara saat itu.

Meisya menghela nafas panjang. Sosok itu membuatnya sedih sekaligus bahagia disaat yang sama.

Sayangnya sampai upacara berakhir, siswa/i yang terlambat hanyalah mereka bertiga.

Begitu murid lain bubar, merekapun dikumpulkan di tengah lapangan.

"Kalian bertiga! Kenapa kalian terlambat?!" Tanya Pak Bambang, Guru killer SMA Kartini dengan mata yang melotot.

Trio SOMPLAK menunduk dan tidak ada yang berani menjawab.

"JAWAB!" Kesabaran Pak Bambang hampir mencapai limit.

Akhirnya raya memberanikan diri menjawab. "Ban mobil kami bocor Pak."

"Oh.. Bocor?" Pak Bambang tersenyum menyeringai. Membuat ketiga Gadis itu bergidik ngeri dan takut ditelan hidup-hidup.

"Dalam hitungan ketiga, jawab yang kompak pertanyaan saya."

Glek! Trio somplak menelan ludah ngeri dengan wajah pucat pasi. Mereka harap pertanyaan Pak Bambang tidak diluar nalar.

"Ban sebelah mana yang bocor? 1.. 2.. 3!"

Keyla: "Depan sebelah kanan."

Meisya: "Kiri belakang."

Raya: "Depan sebelah kiri."

Mampus! Jawaban mereka tidak ada yang sama.

-Bersambung-

Tragedi di hari anniversary

Mendengar perbedaan jawaban dari ketiga Gadis itu, pak Bambang berkata sarkas, "Bagus! Berarti ban yang bocornya hampir semua yah."

Dan pada akhirnya, mereka dikenai hukuman mengelilingi lapangan upacara sebanyak 10 kali putaran.

Hmm.. Kadang hidup sekamvret itu.

**

Tiba di kelas mereka yakni Kelas 11 IPS 4, Trio somvlak masih cukup beruntung. Karena guru yang mengajar saat itu rupanya belum datang.

Raya menghempaskan dirinya di kursi. "Satu kata buat hari ini, KAMVRET!" Saat teringat cowok arogan nan ngeselin yang telah menabrak mobilnya, darah Raya seakan naik. Ia bersumpah akan mencari pemuda itu meski harus ke ujung dunia.

Keyla sendiri tampak melamun dan masih belum bisa melupakan pemandangan yang ia lihat setengah jam lalu. Pemandangan Fathan yang membonceng si Cabe Sonia.

Gadis itu bingung. Harus dengan cara apa ia melupakan Fathan yang padahal jelas-jelas telah mengkhianatinya?

Sementara Meisya yang hendak menaruh buku di bawah mejanya, dibikin terheran saat tangannya tanpa sengaja menyentuh sesuatu.

Meisya pun segera mengambilnya. Sebatang coklat yang kemasannya berwarna ungu. "C*dbury? Dari siapa nih?"

Meisya celingak-celinguk, mencari seseorang yang bisa ditanyai perihal coklat tersebut. Ada si Sholeh yang selalu berangkat pagi!

"Heh Sholeh! Loe tahu gak, siapa yang naruh coklat di meja gue?"

"Yang jelas cowok."

"Namanya? Ciri-cirinya?"

"Mana gue tahu.. Emangnya gue hapal semua murid cowok di sekolah ini."

Meisya mendengus kesal. Apakah ia mempunyai fans rahasia di sekolah ini? Jika benar, siapa orangnya?

"Jangan-jangan Pak Otong." Cetus Keyla, menyebut nama petugas kebersihan di sekolah mereka.

Meisya langsung menoyor kepalanya. "Pak Otong gigi lu nyala!"

**

Begitu bel istirahat berbunyi, para murid berbondong-bondong keluar menuju kantin sekolah. Tak terkecuali dengan Trio somvlak.

Setelah memesan makanan, ketiganya duduk melingkar di sebuah meja yang menjadi tempat langganan mereka di kantin itu.

"Gimana hubungan loe sama Randy?" Tanya Keyla pada Raya, sambil berkaca dan membenarkan poninya yang sedikit acakadut.

"Baik-baik aja." Raya menjawab setelah meneguk sekaleng susu beruang. Minuman favoritnya yang wajib ia bawa ke sekolah setiap hari.

"Dan asal kalian tahu.. Hari ini anniversary kita yang ke satu tahun."

"Anjay.. Gak kerasa yah, udah satu tahun ajah kalian jadian. Perasaan baru kemaren." Timpal Meisya. Ia masih ingat ekspresi kebahagiaan Raya saat dirinya ditembak Randy, saat itu.

Si kamvret sendiri hanya tersenyum. Ia pun tak menyangka bisa mempertahankan hubungannya dengan Randy sejauh ini.

"Kenapa nggak dirayain?" Tanya Keyla.

"Rencananya sih kita bakal ngedate ntar malem."

Keyla manggut-manggut dan tidak bertanya lagi. Dia sedikit iri pada hubungan Raya dan Randy yang langgeng, tidak seperti dirinya.

"Diantara kita bertiga, loe yang paling beruntung soal percintaan Ray." Ucap Meisya kemudian.

Keyla mengangguk setuju. Sementara Raya mencoba menghibur kedua sahabatnya yang harus mengalami kegagalan cinta.

"Jangan gitu lah.. Gue yakin, someday kalian juga bakal nemuin sosok yang tepat buat kalian..

Tunggu aja."

Meisya dan Keyla tersenyum. Dalam hati, mereka mengamini dan berharap ucapan Raya menjadi kenyataan.

Dari jauh, seorang pemuda yang merupakan adik kelas Trio somvlak, diam-diam mencuri pandang ke arah mereka. Panggil dia Rangga.

Rangga menatap sosok Gadis pujaannya sambil tak henti tersenyum. "Gila.. Makin hari dia makin cantik aja."

Temannya yang bernama Regy, mengikuti arah pandang Rangga, dan mengernyit heran. Siapa gerangan yang Rangga maksud?

"Kak Keyla?"

"Bukan! Tipe cewek gue yang cantiknya natural, bukan yang cantik karena make up."

"Owh.. Kak Raya?"

"Apalagi dia.. Cewek tomboy plus galak, mana mungkin gue suka sama dia."

Regy terdiam. Berarti jawabannya sudah jelas.

Gadis yang disukai Rangga adalah..

"Kak Meisya?"

Rangga mengangguk dan tersenyum malu-malu Bagong.

"Sejak kapan loe suka sama dia?" Selidik Regy.

"Mungkin sekitar 2 Minggu yang lalu. Saat itu gue gak sengaja nabrak dia. Gue pun minta maaf, dan tanpa diduga, dia senyum semanis madu dan bilang gak papa. Sejak itulah, gue jatuh cinta sama dia. Apalagi senyumannya yang gak bisa gue lupain sampai detik ini."

Regy manggut-manggut. Begitu rupanya..

Ia memasang senyum. "Kalau gitu loe deketin dong."

"Loe kan tahu gue orangnya gimana. Karena itu gue butuh bantuan loe.. Tolongin yah?" Rangga memohon. Dia tipe orang yang sudah grogi duluan jika berada di dekat perempuan. Sebab itu ia memerlukan pertolongan Regy.

Sementara Regy heran. "Nolongin gimana?"

**

Waktu pulang..

Setelah ketiganya berada di mobil Raya, Gadis itu menatap sahabatnya bergantian seraya bertanya. "Kita mau langsung pulang?"

"Jangan dong, nongkrong dulu Kek." Rengek Meisya. Karena di rumah ia selalu merasa boring. Berbeda dengan ketika dirinya berkumpul bersama mereka.

Sayangnya Keyla menolak. "Gue udah janji mau nonton film di laptop sama Aby."

"Aby tetangga sekaligus sahabat kecil loe?" Tebak Meisya. Keyla mengangguk, membenarkan.

Meisya merengut. "Huuhh yaudah deh kapan-kapan aja."

Raya hanya tersenyum. Tiba-tiba, handphone di sakunya berbunyi pertanda panggilan masuk.

Raya segera mengeluarkan handphonenya. Tertera nama Raisa di layar hp merk iPhone tersebut.

Adik Randy. Mau apa Raisa menelfonnya?

"Halo Dek?"

'.........'

Deg! Raya tertegun mendengar penuturan Raisa yang berkata sambil menangis tersedu-sedu.

"Nggak nggak.. Ini nggak mungkin.. Kamu pasti bercanda kan?"

'.......'

Raya tak kuat lagi dan langsung mengakhiri panggilannya. Beberapa detik kemudian, Raisa mengirimkan sebuah foto ke WhatsAppnya.

Foto Randy yang sudah tertutup kain dan sedang dibacakan surat yaa sin oleh orang-orang. Di bawahnya terdapat tulisan.

(Ini buktinya kalau Kakak nggak percaya. Dan sekarang, Kak Randy mau dikebumikan.)

Raya shock dan langsung menjatuhkan handphonenya dengan lemas.

Rupanya dugaan Keyla tadi pagi memang benar.

Penyebab jalanan macet adalah dikarenakan kecelakaan yang melibatkan motor Randy, kekasih Raya, yang bertabrakan dengan sebuah mobil kontainer.

Dan karena peristiwa naas tersebut, Randy harus pergi meninggalkan Raya untuk selamanya.

"Raya loe kenapa?" Tanya Meisya yang sedari tadi bertanya-tanya dan menunggu momen yang tepat untuk bertanya.

Raya tak menjawab. Ia malah tancap gas dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Berkali-kali Keyla dan Meisya mencoba menyadarkan Raya. Namun gadis itu tak mengindahkan ucapan kedua sahabatnya.

Ia justru menambah kecepatan mobilnya dan mengemudi seperti orang kesetanan.

Hingga akhirnya..

Ketika Raya bermaksud mendahului sebuah mobil, dari arah berlawanan, tampak sebuah bus yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Keyla dan Meisya refleks menjerit. Merasa ajal sudah tiba di depan mata. "AAAAAA!!!"

Untunglah Raya masih sempat banting setir, sehingga mobil berbelok menuju lahan kosong dan mereka hanya menabrak angin. Raya benar-benar gila!

"RAY LOE GILA YAH?" tanya Meisya dengan nafas tersengal-sengal. Beberapa detik lalu ia sudah pasrah dan berharap mati dengan keadaan Husnul khatimah.

Sementara Keyla langsung keluar mobil sambil muntah-muntah. Jantungnya hampir lepas akibat insiden tadi.

Raya sendiri hanya diam dengan wajah datarnya. Andai tidak ada Keyla dan Meisya di dalam mobilnya, ia mungkin sudah menabrakan mobilnya ke arah bus itu.

Meisya juga tak tahan dan akhirnya ikut turun dari mobil Raya.

"Parah anying parah.." Keyla menggerutu setelah lebih tenang. Ia pun memaksa Raya keluar dari mobilnya.

"Loe gila apa gimana? Tadi tuh loe udah hampir ngebunuh gue sama Meisya, tahu gak? Apa sih yang ada di otak loe?"

Raya urung menjawab dan masih menutup mulutnya rapat-rapat. Membuat Keyla semakin emosi jiwa.

"JAWAB RAYA!"

Meisya langsung menengahi. "Udah Key, udah."

Lalu pada Raya, ia bertanya baik-baik. "Sebenernya loe kenapa Ray?"

Setelah sekian lama, Raya akhirnya bersedia menjawab pertanyaan Meisya dan Keyla. Ia menelan ludah getir, kemudian berkata,

"Randy meninggal."

Kedua sahabatnya ternganga. Keyla bahkan refleks menangis dan segera memeluk Raya. Ada rasa bersalah karena ia sudah memarahi Gadis itu tanpa tahu apa yang menimpanya.

"Loe yang sabar ya Ray.. Dan Sorry, gue udah marah-marah tadi."

Raya tak merespon. Hebatnya dia tidak mengeluarkan airmata sama sekali disaat dunianya sedang hancur.

Setelah Keyla melepaskan pelukannya, Raya berkata. "Gue pengen lihat dia di makamkan.. Anterin gue yah?"

Keyla dan Meisya mengangguk.

**

Setibanya mereka di TPU Jeruk purut, ketiganya dihadapi kenyataan bahwa Randy sudah dikebumikan dan sudah tidak ada siapa-siapa lagi disana.

Setelah diberi tahu Raisa letak kuburan Randy melalui Pesan WhatsApp, Raya mendekati gundukan tanah yang masih merah dan bertaburan bunga di hadapannya.

Untuk beberapa lama, Raya termangu sambil menatap nisan Randy. Teringat kembali kejadian tadi malam.

"Yang.." panggil Raya.

Randy yang semula tengah menatap handphonenya, langsung memutar kepala. "Hmm?"

"Gak kerasa yah, besok anniv kita yang ke satu tahun."

Randy hanya tersenyum. Raya bertanya, apa harapan Randy kedepannya? Ia sendiri berharap hubungan mereka langgeng sampai maut memisahkan.

Randy menjawab, "Aku cuma berharap, kamu selalu bahagia. Dengan atau tanpa aku."

Raya heran dan merasa tidak tenang dengan ucapan Randy. "Kenapa kamu ngomong kaya gitu?"

Randy tak menjawab dan hanya tersenyum.

Kini, Raya menyadari ucapan Randy tersebut. Kekasihnya itu seolah memberi isyarat bahwa dia memang hendak pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi.

Setelah sekian lama, akhirnya Raya membuka suara. "Happy anniversary sayang.. Semoga cinta kita akan tetap abadi, meski sekarang dunia kita sudah berbeda.

Satu hal yang harus kamu ingat.." Raya tercekat.

Susah payah ia menelan ludah, lalu meneruskan ucapannya. "Aku akan selalu mencintai kamu sampai kapanpun." Raya mengecup nisan Randy seiring airmatanya yang mulai terjun deras.

Meisya dan Keyla membuang muka, merasa tak sanggup menyaksikan pemandangan menyakitkan hati tersebut.

**

Keyla baru tiba di rumahnya pukul 3 sore. Dan diteras rumahnya, ia mendapati sesosok pria yang sedang duduk dan menatap kesal ke arahnya.

"Loe darimana aja Maheswari? Pantat gue pegel banget nungguin loe gak dateng-dateng! Mana spam chatt gue cuma di read doang. B*NGKE!" Pemuda itu mengomel panjang kali lebar. Dia adalah Aby Ginanjar. Tetangga sekaligus sahabat Keyla sejak kecil.

Keyla duduk lesu di samping Aby. "Sorry.. Gue abis nganterin temen dulu ke TPU. Hari ini, cowoknya meninggal. Tepat dihari anniversary mereka yang pertama."

Aby terkejut sekaligus prihatin. "Tragis banget kisahnya."

Keyla tersenyum pahit. "Hebatnya dia bener-bener tegar dan kelihatan gak sedih sama sekali. Lain ceritanya kalau gue yang jadi dia..

Mungkin gue udah pingsan."

"Ya iyalah.. Loe kan cengeng.

Diputusin si Fathan aja nangisnya sampe 7 hari 7 malem." Ledek Aby yang langsung dihadiahi pukulan di bahu oleh Keyla.

"Nyebelin loe!"

Aby hanya tertawa. Menggoda Keyla memang seru dan menjadi hiburan tersendiri baginya.

Tiba-tiba Ayah Ginanjar menelfon Aby dan menyuruhnya membeli obat antibiotik ke apotek.

Setelah panggilan berakhir, Aby bangkit dan pamit. "Gue pulang dulu yah?"

Keyla ikut berdiri. "Mau ngapain? Terus nontonnya gimana?"

"Yaudah ntar malem aja. Gue disuruh beli antibiotik sama Ayah. Lagian filmnya gak bakal busuk kok."

"Mata lu busuk! Yaudah gue ikut."

"Dih! Mau ngapain?"

"Gue pengen jalan-jalan naek motor. Bisa strees gue dirumah mulu."

"Loe kan baru pulang. Mending loe mandi abis itu makan sono! Biar badan loe gede."

"Dih ngatur! Pokoknya gue pengen ikut TITIK."

"Terserah!" Aby melengos pergi. Capek lama-lama ngeladenin si kutil yang orangnya tidak mau kalah.

Keyla pun buru-buru mengikutinya. Membuat Aby berhenti dan berbalik. "Serius loe mau ikut?"

"Dua rius."

"Seenggaknya ganti baju dulu Sono! Bau tahu gak?"

"Enak aja! Gue gak pernah bau. Loe kali yang bau."

"Yaudah terserah, yang penting loe ganti baju dulu."

"Ntar kalau loe kabur gimana?"

Aby menghela nafas panjang. Menghadapi Keyla memang membutuhkan kesabaran yang ekstra.

Ia pun mencopot salah satu sendalnya dan memberikannya pada Keyla sebagai jaminan jika dirinya tidak akan kabur.

"Puas?! Sono ganti!"

Keyla tersenyum menang dan langsung masuk ke rumahnya setelah mengambil sendal jepit sebelah kanan milik Aby.

Aby sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah sahabat wanitanya tersebut.

Mereka pergi ke apotik dengan mengendarai motor ninja Aby yang berwarna merah.

Tanpa segan, Keyla menempelkan dagunya ke bahu Aby. Dan hal itu bukan yang pertama kalinya.

"Bi.."

"Hmm.."

"Tadi pagi, gue lihat Fathan boncengin Sonia."

"Terus?"

"Terus kenapa hati gue sakit ngelihatnya? Padahal Fathan kan bukan cowok gue lagi."

Aby tertawa mengejek. "Itu artinya, loe gagal move on dari si setan eh Fathan maksudnya."

Keyla hanya bisa menghela nafas mendengarnya. Jika bisa, ia ingin amnesia saja. Dengan begitu ia bisa melupakan Fathan dan segala kenangan indah bersamanya.

5 menit kemudian, mereka tiba di lampu merah.

Aby pun menghentikan laju motornya.

Saat Aby memutar kepalanya ke samping kiri, tanpa sengaja ia melihat sepasang kekasih yang sedang berpegangan tangan di luar sebuah minimarket.

Buru-buru Aby menatap Keyla melalui kaca spion. Bagaimanapun Gadis itu tidak boleh menyaksikan kedua orang yang sedang dimabuk asmara tersebut.

Dan saat Keyla sudah hampir menoleh ke arah kirinya, Aby langsung mengalihkan perhatian Keyla. "Key lihat deh gedung di sebelah kanan."

Keyla mengikuti arah pandang Aby. "Kenapa sama gedung itu?"

"Menurut loe, arsitek yang ngedesign gedung itu, siapa?"

Keyla tertawa tak percaya mendengar pertanyaan Aby yang sangat amat tidak penting.

"Emang urusannya sama loe apaan?"

"Ya gak ada.. Gue cuma kepo aja.

Kenapa gedungnya berbentuk kaya gitu? Kenapa nggak berbentuk love biar lucu dan unik."

"Sekarang gue tanya, lubang hidung loe kenapa cuma dua? Kenapa nggak tiga? Biar lucu dan unik."

"Tanya sama Allah lah, jangan sama gue. Kan Allah yang nyiptain gue."

"Nah, loe juga harusnya nanyain hal itu sama arsitek yang ngedesign gedung itu. Jangan sama gue."

"Oh!"

"Y."

Untungnya sampai lampu berwarna hijau, Keyla tak menoleh ke arah minimarket tempat Fathan dan Sonia bermesraan. Yah.. Usaha Aby menyelamatkan hati Keyla dari kehancuran untungnya berhasil.

-Bersambung-

Pengorbanan

Malam hari..

Sebuah Avanza hitam berhenti di depan rumah keluarga Raya. Beliau adalah Nyonya Mahendra. Teman Mamah Raya yang datang bersama putra lelakinya yang bernama Divio.

"Bentar yah sayang.. Mamah cuma mau nganterin baju ini sama temen Mamah." saat Sang Mamah hendak keluar, Divio tiba-tiba menahannya.

"Mah tunggu!"

"Kenapa?"

"Vio kebelet.. Numpang ke kamar mandi dibolehin gak yah?"

Nyonya Mahendra tertawa geli dan akhirnya menyuruh Divio mengikutinya. Merekapun berjalan bersama menyusuri halaman rumah keluarga Raya yang luas.

Diantara member trio somvlak, keluarga Raya adalah yang paling sultan. Ayahnya seorang Dokter spesialis penyakit dalam di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Sementara Ibunya seorang psikolog. Maka tak heran kalau rumah keluarga Raya begitu megah bak istana.

Setelah bertemu Mamah Raya, Nyonya Mahendra langsung memperkenalkan putranya. "Kenalin Jeng, Ini anak aku yang baru datang dari London.

Namanya Divio."

Divio segera menyalami Mamah Raya. Kemudian Mamah Divio meminta izin putranya untuk ikut numpang ke toilet. Mamah Raya pun mengizinkan.

Setelah Divio pergi, kedua Nyonya itu berbincang.

"Tapi, kenapa putra Jeng kembali ke Indonesia? Bukannya di London dia sedang study?"

"Dia kasihan sama aku. Karena semenjak Papahnya pergi, aku cuma tinggal berdua sama pembantu."

Divio rupanya sudah tidak memiliki Ayah. 2 bulan yang lalu tepatnya. Sang Ayah meninggal akibat serangan jantung.

Setelah menyelesaikan urusannya, Divio keluar dari toilet yang terletak di lantai 2. Dan saat dirinya melintasi sebuah kamar , langkahnya terhenti ketika sayup-sayup terdengar suara merdu milik seorang Gadis yang tak lain adalah Raya.

"Kuingin saat ini engkau ada disini

Tertawa bersamaku seperti dulu lagi

Walau hanya sebentar

Tuhan tolong kabulkanlah

Bukannya diri ini tak terima kenyataan

Hati ini hanya rindu.."

Divio termangu. Hatinya seolah ikut merasakan kesedihan yang disampaikan gadis itu melalui lagu tersebut. Lagu yang Divio yakini berasal dari hati.

Pemuda itu jadi penasaran akan sosok si empunya suara yang telah berhasil menggetarkan hatinya. Pada Tuhan, ia berharap dipertemukan dengan gadis itu bila diizinkan.

Sayangnya harapan tinggal harapan, handphone Divio tiba-tiba berdering dan memaksa dirinya untuk pergi darisana.

Raya sendiri terkejut ketika mendengar suara dering handphone yang berasal dari luar kamarnya. Cepat-cepat ia menghapus airmatanya dan melangkah menuju pintu.

Wakwaw! Tidak ada siapa-siapa disana.

**

Keyla berdiri di depan rumahnya sambil menunggu kedatangan Raya dan Meisya. Namun sampai pukul 06.40, batang hidung mereka tak juga tampak.

Keyla menggerutu. "Kalau gini ceritanya gue bisa telat."

Disaat yang sama, Aby yang juga hendak berangkat sekolah, muncul dengan ninja merahnya. Ia pun menghentikan kuda besinya di samping gadis itu.

"Kok loe belum berangkat?"

"Tahu nih, temen gue belum datang juga. Mana hari ini ada ulangan matematika lagi." Keyla cemas bahkan nyaris menangis. Masa ia harus absen sekolah hanya karena Raya tidak menjemputnya.

"Yaudah gue anterin. " Kata Aby tanpa diduga.

Keyla tak serta merta percaya. Karena bukankah Aby terkadang suka mengibul? Tapi Aby memang Serius dengan ucapannya.

"Serius gue."

"Tapi kan sekolah kita berlawanan arah."

" Ya gak papa.. Lagian gue lagi pengen dihukum hari ini."

"Stress!"

"Gak papa, yang penting ganteng. Udah buruan naik!"

Karena sahabatnya itu terus memaksa, Keyla akhirnya naik ke motor Aby. Keyla akui, Cowok itu memang baik meskipun kadang nyebelin.

"Udah?" Tanya Aby, sesaat setelah Keyla duduk di belakangnya.

"Udah." Keyla berpegangan ke pundak Aby.

Aby menepuk motornya ala-ala Mang Entis Tukang Ojek Pengkolan. "Berangkat.."

Berbeda dengan Keyla, Meisya yang punya firasat jika Raya tidak akan berangkat sekolah, memilih berangkat dengan grabcar.

Saat dirinya sedang berjalan menuju kelas, tiba-tiba sebuah suara memanggilnya.

Meisya pun berbalik. Rupanya Regy yang kemudian berjalan menghampirinya.

"Ada titipan dari teman saya buat Kakak." Regy mengulurkan sepucuk surat yang dibungkus amplop berwarna putih.

Meisya menatap Regy. Ganti menatap surat yang dipegangnya, lalu mengambil benda tersebut. Masih jaman kah mengirim surat di era modern seperti sekarang? Gadis itu tidak habis thinking.

"Temen kamu siapa?"

"Namanya Rangga. Dia anak kelas 10 IPA 5." Regy pamit setelah sebelumnya meminta Meisya untuk segera membaca surat tersebut.

Teruntuk: Kak Meisya Adriana

Saya tahu, sudah tidak jaman mengirim surat cinta seperti ini. Tapi saya tidak peduli.

Karena setahu saya, mengagumi seseorang tidak bergantung pada jaman.

Setidaknya, itulah yang saya rasakan saat ini terhadap Kakak.

Entah mengapa, mata ini tidak pernah bosan saat memandangi keindahan diri Kakak.

Begitupun dengan insan ini, yang berharap dapat mengenal sosok Kakak lebih jauh.

Semoga Kakak tidak keberatan dengan perasaan saya.

Dari : Rangga Aditya.

Meisya nyengir. Puitis sekali kata-kata yang terkandung dalam surat itu. Ia jadi baper sendiri.

Meisya pun penasaran akan sosok Rangga. Seperti apa orangnya? Dan mungkinkah orang yang menaruh coklat di mejanya adalah orang yang sama?

Mendadak senyum yang semula menghias wajah Meisya sirna, ketika dirinya melihat Rizvan yang sedang berjalan ke arahnya bersama seorang gadis. Mereka tertawa dan tampak sangat bahagia.

Berbeda dengan hatinya yang remuk redam.

Rizvan sendiri juga berhenti ketika melihat sosok Meisya di hadapannya. Sosok yang dulu begitu dekat, namun kini justru seperti orang asing baginya.

Merekapun saling bertatap dalam diam untuk beberapa lama. Sebelum akhirnya, gadis yang bersama Rizvan berkata, membuyarkan lamunan pemuda itu.

"Van? Kamu kenapa?"

"Hah? Ng.. nggak.. gimana tadi?"

Merekapun meneruskan langkah. Saat melintasi Meisya yang mematung di tempatnya, Rizvan seolah tak melihat keberadaan Meisya dan berlalu begitu saja.

Membuat Meisya sukses menitikkan airmatanya.

'Tega banget kamu Van.' Jeritnya dalam hati.

Sedangkan tangannya refleks meremas surat pemberian Rangga. Kemudian membuangnya begitu saja.

Ia menangis dan berlari entah hendak kemana.

Tak lama, seseorang mengambil gulungan surat yang sudah kusut tersebut.

.

Meisya pergi ke belakang kelas dan menangis sejadi-jadinya disana. Ia sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran Rizvan.

Perlahan, ia mengingat kejadian satu tahun yang lalu. Saat semuanya masih baik-baik saja, hingga akhirnya keretakan hubungannya dengan Rizvan berawal.

Kala itu, Meisya dan Rizvan tengah duduk di sebuah bangku, di halaman sekolah.

"Van.. Aku boleh jujur nggak sama kamu?" Tanya Meisya yang sempat diliputi keraguan.

"Boleh.. Jujur soal apa?" Rizvan yang saat itu belum sedingin salju, balik bertanya.

"Soal perasaan aku..

Jujur, aku suka sama kamu." Terang Meisya, tanpa basa-basi. Persetan dengan harga dirinya.

Yang jelas ia sudah tidak bisa menahan perasaannya lebih lama lagi.

Rizvan dibuat shock. "Kamu serius?"

Meisya mengangguk mantap. Dalam hati ia berdoa Rizvan merasakan hal yang sama.

"Sejak kapan?"

"Aku nggak tahu.. Yang jelas, 2 tahun kita deket, bikin aku nyaman dan nggak bisa jauh dari kamu."

Rizvan menghela nafas. Semua ini diluar dugaannya. "Terus aku harus gimana?"

"Kamu cuma tinggal jawab. Mau jadi pacar aku atau nggak."

Tanpa diduga, Rizvan berkata, "Maaf Mei, aku nggak bisa jawab sekarang. Ini semua terlalu mendadak."

Meski kecewa, Meisya berhasil menyembunyikannya dibalik senyuman. "Yaudah gak papa.. Aku akan setia menunggu jawaban dari kamu."

Keesokan harinya, mereka berpapasan di lorong sekolah. Meisya menyapa Rizvan dengan wajah yang sumringah dan berharap Rizvan sudah mempunyai jawaban atas perasaannya.

Namun kenyataannya, Rizvan hanya membalas sapaan Meisya dengan senyuman paksa.

Meisya pun berjalan disamping Rizvan. Ia sampai mengurungkan niatnya pergi ke perpustakaan hanya untuk mengikuti Rizvan.

"Kamu udah sarapan?" Meisya perhatian.

"Udah" Jawab Rizvan cuek.

"Oh.. Kirain belum. Oiyah Van, nanti malam nonton film yuk? Udah lama kan kita nggak nonton."

Rizvan mendadak berhenti melangkah. Tanpa menatap Meisya, ia menjawab dengan dingin.

"Gak bisa, aku sibuk." Lalu pergi meninggalkan Gadis itu.

Semenjak saat itu, Rizvan seolah menghindari Meisya. Telfonnya tidak pernah diangkat, pesannya tidak pernah dibalas, bahkan yang lebih menyakitkan, Kontak Meisya sampai dihapus dari handphonenya. Begitupun dengan social medianya yang mendadak di unfollow semua.

Mengingat semua itu, airmata Meisya semakin mengalir dengan deras. Kalaupun Rizvan menolaknya, harusnya pria itu bicara baik-baik. Bukan malah menghindarinya sampai detik ini.

Membuat dirinya tampak seperti pengecut.

"Kakak nggak papa?" Tanya seseorang seraya mengulurkan sebungkus tissue.

Buru-buru Meisya menyeka airmatanya, lalu menatap orang itu. Rupanya adik kelas yang tadi memberinya surat cinta dari temannya alias si Regy.

"Kakak nggak papa." Meisya menerima tissue pemberian Regy.

Regy duduk disamping Meisya. "Surat dari temen saya udah dibaca?"

Meisya hanya mengangguk. Ia baru ingat pada surat yang dibuangnya tanpa sadar.

"Gimana?" Regy penasaran.

"Kata-katanya bagus. Bikin Kakak penasaran sama temen kamu itu. Yang mana sih orangnya?"

Regy tersenyum semanis madu. "Nanti saya tunjukan kalau ada orangnya."

"Oke.. By the way, kita berdua belum kenalan.

Nama kamu siapa?" Tanya Meisya pada pemuda tampan yang sekilas mirip aktor Arbani Yasiz.

Regy tersenyum tipis. "Perlu yah?"

"Ya perlu lah.. Kalau Kakak nggak tahu nama kamu, gimana Kakak manggil kamu?"

Akhirnya Regy memperkenalkan diri. Ia mengulurkan tangan. "Nama aku Regy.. Regy Alvino."

Meisya menjabatnya disertai senyuman. "Nggak usah disebutin juga kamu udah tahu kan nama Kakak?"

Regy menggeleng dusta. "Belum."

"Bohong!"

"Haha."

**

Saat tiba di kelas, Meisya melihat Keyla yang rupanya sudah datang dan tengah duduk manis ditempatnya.

"Loe abis darimana?" Tanya Keyla, heran.

"Dari mana saja boleh."

"Dih!"

Meisya meletakkan tas yang digendongnya di samping kursi Keyla. "Si kampret gak masuk yah?"

"Antara gak masuk atau belum datang." Keyla menatap jam tangan berwarna lilac yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul 06.55 WIB.

5 menit kemudian, Guru matematika yang bernama Bu Hanum akhirnya masuk. Beliau langsung menyuruh para murid untuk menyiapkan dua lembar kertas. Karena ulangan harian akan segera dilaksanakan.

"Oiyah sebelumnya, ada yang tidak masuk?"

"Raya Bu!" Cetus Keyla.

"Raya kemana?"

"Saya hadir Bu." Raya muncul tanpa tanda-tanda.

Meisya dan Keyla melongo melihat si kamvret. Mereka pikir Raya tidak akan masuk.

Sementara Bu Hanum terlihat kesal.

"Saya benci murid yang tidak disiplin.

Jadi silahkan keluar, dan tidak usah ikut pelajaran saya."

Raya menghela nafas panjang. Setelah menaruh tasnya, ia keluar kelas dan berjalan tanpa arah dan tujuan.

Tak lama setelah Raya keluar, Bu Susan (Wali kelas mereka) masuk bersama seorang siswa pindahan.

Keyla ternganga melihat pemuda itu. "Bo lihat.. Itu kan..."

**

-SMA 70-

Aby baru datang pada pukul 07.03 setelah sebelumnya mengendarai motor bak seorang pembalap. Yakin, Valentino Rossi pun pasti kalah jika adu kecepatan dengannya

Sayangnya saat ia datang, Pak Anton sudah siap dengan hukumannya.

"Pagi Abiii.." Sapa Pak Anton sambil memukul-mukul tongkat ke telapak tangannya. Sapaan yang manis tapi dibaliknya terdapat hukuman sadis.

"Eh Bapak.. Pagi juga Pak..

Duh bapak Makin hari makin ganteng aja." Rayu Aby, berharap Pak Anton luluh dan meloloskannya dari hukuman.

"Masaaaa?? Ngomong-ngomong mau apa kamu kesini?"

"Ih si Bapak lucu deh.. Saya mau sekolah atuh Pak, masa mau gali kuburan."

"Kok jam segini baru datang?"

"Iya pak, tadi tuh jalanan macet. Jadi saya telat."

"Macet gigimu! Sudah, sekarang juga kamu pergi ke lapangan dan hormat pada tiang bendera selama satu jam pelajaran. Cepat!"

Aby mendengus kesal. Sudah botak, nyebelin lagi. Siapa itu? Ya Pak Anton Kusumanegara.

Rupanya di lapangan, sudah ada seseorang yang juga sedang menjalani hukuman. Membuat Aby semakin malas karena mau tak mau, ia harus bergabung dengan manusia satu itu.

Begitu Aby datang dan ikut-ikutan di sampingnya, Fathan menoleh. "Loe?"

Rupanya mantan dan sahabat Keyla itu berada di sekolah yang sama.

Aby tak menghiraukan Fathan dan fokus menjalani hukumannya. Satu jam berdiri di bawah sinar matahari. Ia harus kuat.

Si Fathan mengoceh. "Kemaren gue lihat loe boncengin si Keyla.. Congrats yah."

"Congrats buat apa?"

"Buat hubungan kalian."

"Emang gue ada hubungan apa sama si Keyla?"

"Bukannya kalian udah jadian? Loe suka kan sama dia?"

Aby tersenyum sinis. "Sok tahu banget jadi orang."

"Kalau kalian gak jadian, kenapa kemaren kalian boncengan mesra banget? Oh Iyah! Gue lupa..

Dia kan cewek gatel.. Jadi gak heran kalau dia suka nemplok sana-sini. Gak nyesel gue mutusin dia."

Aby kembali tersenyum sinis. Lawak sekali manusia minus akhlak satu ini. Ia pun menurunkan tangannya yang semula hormat, lalu menatap Fathan.

"Gak salah denger gue?"

Fathan ikut-ikutan. "Maksud loe?"

"Yang gatel itu anda, setan. Udah tahu punya cewek, tapi loe masih aja deketin cewek lain.

Sampe akhirnya loe lebih milih mutusin Keyla cuma demi cabe-cabean kaya Sonia."

Fathan tidak terima dan langsung mendorong Aby. "Jaga yah mulut loe! Cewek gue bukan cabe-cabean! Dan dia seratus kali lebih baik dari Keyla yang cerewet dan overprotektif!"

"Dih tolol! Cewek cerewet itu tandanya dia setia dan sayang. Dan cewek setia seribu kali lebih baik dari cewek yang suka ngerusak hubungan orang!"

Emosi Fathan semakin naik. Ia sudah hampir memukul Aby jika saja Pak Anton tidak datang dan melerai perkelahian yang nyaris terjadi diantara mereka.

**

Setelah melewati satu jam pelajaran sembari melamun di atap sekolah, Raya berniat kembali ke kelas. Namun sebelumnya, ia pergi ke toilet terlebih dahulu.

Saat keluar dari toilet dan hendak berbelok, tanpa sengaja Raya bertabrakan dengan seseorang.

"Aww!" Pekik Raya sambil memegangi keningnya yang terbentur dagu seseorang itu.

"Sorry gue gak lihat."

"Gak pa.." Raya terkejut ketika menyadari orang itu. Dia adalah orang yang menabrak mobilnya tempo hari!

"Loe?" Divio tak kalah kaget melihat Raya.

-Bersambung-

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!