Saat Dio masih tertidur di pagi hari jam 07.00,Kala itu langit cerah dan udara segar berhembus masuk dari sela sela pentilasi jendela rumahnya, Dio yang kini menganggur di rumahnya, tiba tiba saja terdengar dering telpon dari samping bantalnya.
"Kring! Kring! Kring!" dering ponsel berbunyi.
"Halo Dio!" Sapa Faraz dengan nada sedikit berteriak.
"Oy, Iya halo." ucap Dio dengan kondisinya yang terbangun dari tidurnya.
"Yo bangun yo, cepat lihat berita pagi ini di E-TV," ujar Faraz dengan nada terengah engah.
"Gak ah, malas Raz, aku mau tidur lagi." jawab Dio
"Cepatan lihat, kalau tidak kamu akan menyesal?" teriak Faraz pada Dio,"Ini tentang ZTcoin, Ztcoin sekarang harganya sangatlah tinggi sekitar empat puluh ribu dollar amerika yo." sambung Faraz
"Hah, yang benar kamu Raz?" teriak Dio kaget karna perkataan Faraz dan dengan raut wajah yang seperti tidak percaya.
"Eh sudah aku bilang, cepetan kamu lihat beritanya sekarang." ucap Faraz
Lalu Dio beranjak dari tempat tidurnya tanpa membalas Faraz di telpon.
Beberapa tahun sebelumnya,Pagi hari senin jam 06.15, seorang pria yang bernama Dio dari keluarga sederhana berumur 17 thn siswa sekolah SMA terbangun dari tidurnya di karenakan ada suara seseorang yang sudah memanggilnya.
Tok..!! tok..!! tok..!! "Dio...! Diooo..! bangun nak, ini sudah pagi, nanti kamu telat loh kesekolahnya" ucap seorang perempuan di balik pintu kamarnya itu bernama Ibu Nuruk, Ibu Nurul adalah Ibu dari Dio.
Dio dengan keadaan yang masih belum tersadar dari tidurnyapun perlahan membuka kedua matanya dengan memaksakan dirinya untuk bangun
"Hoooaaaammm, iya iya bu dio sudah bangun" ucap dio dengan nada malas. "aaah ibu, baru juga jam segini" dio bergumam dalam hati.
"Cepat sana mandi, Ibu sudah buatkan sarapan dan bekal buat kamu di sekolah" ucap Ibu Dio yang bernama Nurul.
"Iya,iya Bu" Dio menjawab Ibunya dengan nada loyo di karenakan masih stengah sadar dan masih dengan rasa malas yang belum sepenuhnya sadar Dio mulai beranjak dari tempat tidurnya memaksakan dirinya untuk bangun dan lekas mandi.
**Sedangkan di ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang tempat makan di karenakan rumah nya yang kecil, hanya dua kamar, satu ruang tamu, dan satu kamar mandi yabg bersebelahan dengan dapur. Kini Ibu Dio yang sedang menyiapkan sarapan untuk Dio dan suaminya itu sedang sibuk dengan aktivitas paginya, oh iya suami dari Ibu Dio bernama Pak Nando, dan dia adalah seorang kurir dan ojol, sedangkan Ibu Nurul adalah seorang ART dekat rumahnya, di karnakan jaraknya hanya 100 meter dari rumahnya tentu bisa pulang ke rumah kapanpun dia mau.
"Bu, ibu sudah bangunkan Dio?" ucap Pak Nando sembari menyeruput segelas kopi dan bersiap-siap untuk mencari nafkah.
"Sudah yah, Dio juga sudah bangun" ucap Ibu Nurul.
"Ayah juga sarapan dulu, nanti Ayah sakit loh kalo gak sarapan dulu" ucap Ibu Nurul.
"Iya Bu, sebentar lagi Ayah sarapan"Ucap Pak Nando.
Namun tiba2 celetuk Pak Nando berkata
"Bu, mudah-mudahan Dio bisa menjadi orang sukses ya Bu dan bisa angkat derajat kita ya Bu
di hari nanti" ucap Pak Nando dengan harap.
Ibu Nurul yang mendengar suaminya berbicara seperti itupun langsung menghentikan sejenak aktifitasnya dan menjawab perkataan suaminya.
"Iya yah, Ibu juga berharap Dio gak seperti kita ya Yah" ucap Ibu Nurul.
Kembali ke Dio yang sudah selesai mandi, Dio yang mulai memakai seragam sekolahnya dan mulai menyiapkan perlengkapan sekolahnya itu langsung menuju ke ruang tamu untuk sarapan dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya.
sambil melangkahkan kakinya, Dio bergumam dalam hatinya sambil senyum-senyum sendiri
"Bella, hmmm ternyata cewek itu namanya Bella, pantas saja tidak ada yang berani denganya, udah galak, cerewet, dan selain itu dia juga anak dari pengusaha terkenal dan seorang donatur utama di sekolahku, tapi di pikir2, kalo dia lagi marah knapa malah terlihat cantik ya, hmmm " ucap Dio sambil senyum2 sendiri.
Tak lama kemudian Ibunya datang menghampiri Dio sambil membawakan bekal sarapan, melihat anaknya sedang senyum-senyun sendiri, Ibu Nurulpun merasa aneh dan khawatir melihat anaknya yang sedang senyum2 sendiri dan bergegas menghampirinya.
"Dio? kamu ini kenapa nak?, Kok senyum-senyum sendiri? Hayoo, ada yang kamu sembunyiin dari Ibu ya" ucap Ibu Nurul kepada Dio.
Dio menyadari ibunya melirik dan bertanya kepadanya sontak menjawab
"Aah enggak kok Bu, Apa yang harus aku sembunyikan dari Ibu sih he..he, Ibu ini bikin kaget aku aja" Ucap dio dengan raut wajah memerah malu dan salah tingkah.
"Lagian kamu senyum-senyum sendiri, ibu kan jadi aneh dan khawatir liatnya" ucap Ibu Nurul ke Dio
"Ibu ga usah khawatir, bukan apa-apa kok Bu, lagian kan aku juga sudah dewasa bu He..he..he, dan aku bukan anak cengeng dan manjanya Ibu lagi yang selalu ibu khawatirkan bu" ucap dio meyakinkan ibunya sambil tersenyum.
Ibu Nurul yang mendengar perkataan anaknya itu langsung tersenyum dan menghampiri dio sambil mencubit pipi dio dan berkata.
"Iyadeh anak Ibu udah Dewasa, jagoan Ibu udah enggak manja dan cengeng lagi, udah cepet kamu sarapan terus langung berangkat sana supaya gak kesiangan, kasian Ayah mu sudah nunggu tuh di teras depan" ucap Ibu Nurul
"iya buk" ucap Dio menyahut
Ibu Nurul yang masih berdiri dan tersenyum melihat dio yang sudah tidak mau di anggap anak kecil lagi itupun berkata dalam hatinya.
"Kamu memang sudah dewasa nak, tapi tetap, di mata Ibu dan Ayah itu kamu adalah seorang anak kecil yang masih membutuhkan kasih sayang dan dukungan Ibu dan Ayah nak" ucap Ibu Nurul dalam hati sambil melirik ke wajah putra kesayanganya itu.
"Yasudah cepat sarapanya, Ayahmu sudah nunggu tuh di depan" ucap ibu nurul ke dio sambil berjalan melanjutkan aktifitasnya sebelum dia berangkat bekerja sebagai ART.
Singkat cerita, Dio sudah selesai sarapan, dan beranjak ke dapur untuk meletakan piring kotornya dan berjalan ke teras depan mengambil sepatunya bergegas berangkat sekolah bareng ayahnya,
"Bu, Ibu..! Dio brangkat ya" ucap dio kepada ibunya dengan sedikit berteriak ke dalam rumah
Ibu Nurul pun menghampiri anaknya ke teras depannrumanya.
"iya nak, kalian hati-hati ya di jalanya, bilangin ke ayah jangan ngebut bawa notornya" ucap Ibu Nurul
"Yaudh Dio brangkat ya Bu" ucap dio sambil menundukkan kepalanya mencium tangan Ibunya dan segera menghampiri Ayahnya yang sedari tadi sudah menunggu di atas motor kesayanganya dan bergegas segera berangkat
.
"Ayok Dio, takutnya nanti kamu terlambat ke sekolahnya" ucap Pak Nano kepada Dio
"Iya yah" ucap Dio melangkah naik ke kendaraan Ayahnya
Sesampainya di setengah perjalanan, aku melihat semua orang yang sedang sibuk dengan aktifitas paginya, ada yang sibuk berangkat sekolah, berangkat kerja dan ada juga yang berlari mengejar angkutan umum dengan langkah yang tergesa-gesa.
Namun tiba-tiba Ayahku berkata.
"dio" ucap ayah
"iya apa yah" ucap Dio menyahut
"kamu lihat orang berdasi dan menaiki mobil mewah itu, dan kamu lihat orang berdasi yang sedang marah-marah kepada bawahanya itu" ucap pak nando yang bertanya kepada Dio dengan sedikit mengeraskan nada bicaranya karna sedang di atas sepeda motor.
"Iya lihat Yah, memangnya kenapa Yah?" ucap Dio menjawab Ayahnya dengan raut muka yang heran.
"Suatu hari nanti Ayah berharap kamu bisa menjadi orang sukses melebih orang-orang yang Ayah bilang tadi, dan satu hal lagi, tetaplah rendah hati ke siapapun, apalagi ke orang-orang di bawahmu nanti, walaupun ayah tau, perjalanan menuju sukses itu sangatlah susah, jadi jangan berhenti berharap dan jangan putus asa" ucap pak nando memberi semangat dengan penuh harap kepada anaknya.
"Iya yah, Apakah mungkin Dio bisa ya yah jadi orang sukses" ucap Dio menjawab Ayahnya.
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama kamu berusaha keras untuk mendapatkanya, dan Ayah yakin kamu pasti bisa, Ayah tidak mau kamu seperti Ayah yang hanya bisa mengojek dan menjadi kuli bangunan saja, Ayah dan Ibu berharap kamu bisa jadi orang sukses yang bisa Ayah dan Ibu banggakan kelak" ucap pak nando kepada dio sambil meninggikan nada bicaranya di atas laju sepeda motornya.
"iya yah, Dio mengerti" ucap Dio sambil menganggukan kepalanya
Sesudah itu tidak ada obrolan lagi di antara kami.
Di sisi lain didepan gerbang sekolah ada dua orang temanya Dio sudah menunggu kedatangannya di sekolah, dan dia adalah Faraz dan Ismi.
Faraz adalah anak laki-laki dari seorang pengusaha tekstil garmen terbesar di daerah sini dan mempunyai 5 cabang tersebar di jawabarat, dan sedangkan Ismi adalah anak perempuan yang manis imut dari pengusaha yang mempunyai 2 cafe di daerah sini.
"Mana sih si dio, kok belum datang juga ya udah jam segini?" ucap Ismi sambil memperhatikan sekitar menunggu kehadiran Dio.
"Udah sabar aja bentar lagi juga paling dia nongol" ucap Faraz dengan santai
Tak berselang lama Dio oun sampai di depan sekolahnya.
"Nah itu dia baru sampai" ucap Ismi sambil melambaikan tanganya dengan melemparkan senyum.
Sesampainya di gerbang sekolah, dio melihat teman-temanya sudah menunggu di depan gerbang sekolah, Dio langsung turun dari motor Ayahnya.
"Yaudh aku masuk dulu ya yah, itu aku sudah di tunggu teman-teman yah" ucap dio sambil mengulurkan tanganya mencium tangan ayahnya.
"yaudh belajar yang rajin ya, supaya jadi kebanggaan Ayah dan Ibu kelak" ucap Pak Nando sambil mengulurkan tanganya kepada Dio
"Yasudah klo gitu Ayah berangkat ya nak" ucap Pak Nando sambil memarkirkan sepeda motornya.
"Iya yah, Ayah hati-hati ya di jalanya" ucap Dio
pak nando pun langsung bergegas pergi menjauh dari Dio dengan sepeda motornya, Dio segera berjalan menghampiri kedua temanya itu.
"Huuwh dasar, si tukang telat" ucap faraz kepada dio
"Iya maaf maaf deh, kalian kangen ya hayoo baru aja libur sehari gak ketemu aku aja kalian udh kangen" ucap dio tersenyun lebar sambil merangkul pundak kedua sahabatnya itu.
"Yeee GR kamu dio, mana ada yang kangen ke kamu" ucap ismi sambil mencubit pinggang dio, tapi hatinya berkata lain "Iya, aku emang kangen kamu Dio, andai saja kamu tau perasaan aku ini"
Ternyata Ismi memendam rasa kepada Dio tapi dia memilih membungkam semua perasaanya itu dari pada harus merusak persahabatan mereka.
Sesaat mereka masuk masuk ke pintu gerbang sekolah, tiba-tiba saja Dio mendengar suara seseorang yang tadi pagi membuatnya senyum-senyun sendiri di rumah, langkah dio terhenti dan menoleh ke arah belakang, dan benar saja itu adalah Bella primadona sekolah yang Dio taksir baru saja sampai dan turun dari mobil mewah keluarganya, tapi anehnya dia terlihat sedang bertengkar dengan seseorang di dalam mobil.
"Ma..! aku udah bilang, aku udah dewasa ma, aku bisa pulang sendiri dan gak usah di jemput segala pulangnya" ucap andin dengan nada kesal sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah dio yang sedang berdiri di gerbang sekolah.
"Apa sih kamu liatin aku kaya gitu, awas minggir" ucap bela dengan berjalan tergesa2 menghentakan kakinya dengan nada marah.
Dio pun segera menggeser badanya kesamping dan berkata dengan suara lirih.
"Cantik sih, tapi sayangnya galak dan jutek banget ya," dio tak sadar kalau ucapanya itu terdengar oleh bella, seolah2 kata itu keluar begitu saja dengan sendirinya.
Bella yang mendengar perkataan yang baru saja Dio lontarkan seketika menghentikan langkahnya dan berbalik arah menghampiri Dio
Dio yang kala itu kaget setelah melihat Bella berhenti dan berbalik ke arahnyapun bergumam dalam hatinya,
"Waduh bahaya, apa dia mendengar apa yang baru saja aku katakan, padahal suaraku aja cukup pelan mengatakanya, aku harus cari alasan apa nih kalau dia kesini" ucap dio dalam hati sambil memasang muka cemas
"Apa! tadi kamu ngomong apa, coba sekali lagi aku pengen dengar" ucap Bella dengan raut marah dan sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Enggak, aku gak ngomong apa-apa kok, lagian tadi itu bukan aku yang ngomong" ucap dio dengan muka pura-pura tidak bersalahnya sambil menggaruk kepalanya.
"Terus tadi siapa yang ngomong aku galak dan jutek barusan?" ucap bella dengan tangan melingkar di pinggang dengan muka jutek
Diopun memiliki ide dan sambil tersenyum licik dio pun berkata "Noh, noh si Faraz tadi tuh yang ngomong kamu galak dan jutek"
Faras yang mendengar itu tidak tahu apa-apa seketika tercengang dengan tingkah sahabatnya itu yang malah menyalahkan dirinya.
Melihat Bella yang segera menghampirinya, Dio yang sekarang berada di belakang Bellapun tersenyum lebar menyeringai ke arah Faraz sambil memainkan alisnya naik turun dan langsung bergegas pergi meninggalkan mereka.
Sedangkan ismi yang melihat tingkah konyol pria yang ia suka itu hanya tersenyum sambil menutup senyumanya itu dengan sebelah tangannya.
Namun tanpa mereka sadari bahwa sedari tadi ada 3 pasang bola mata yang sedang memperhatikan mereka, dan 3 pasang bola mata itu adalah sekumpulan bocah nakal yang mempunyai kuasa di sekolah ini di karenakan salah satu orang tua dari mereka adalah pemilik sekolah tempat mereka sekolah sekarang, 3 bocah nakal ini bernama Heru,Faisal dan terakhir adalah Rian, Rian adalah anak pemilik sekolah tadi sekaligus pemimpin dari Heru dan Faisal.
"Waduh Yan, gimana nih gebetanmu di gangguin orang tuh," ucap Heru memanas manasi Rian
"Iya Yan apa kita sikat aja tuh mereka" ucap Faisal
Rian yang sedari tadi melihat dan mengawasi gebetanya tersebut sontak terpancing dengan perkataan dua temanya itu dan hendak memberi pelajaran kepada Dio dan juga Faraz.
Rian yang sudah terpancing dengan perkataan kedua temanya itu langsung mengepalkan tanganya dengan erat sambil menatap tajam ke arah dimana Dio dan Faraz berada.
"Udah sikat aja Yan, mumpung guru guru belum pada datang" ucap heru memanasi Rian
"iya Yan bener tuh kata Heru, lagian udah lama juga kita ga beraksi" ucap Faisal
Namun Rian berkata lain, walaupun dia sedang terpancing emosinya karna perkataan temanya barusan, Rian tidak mau membuat gaduh di sekolah, tidak seperti kedua temanya yang ingin cari masalah di lingkungan sekolah. kedua temanya itu hanya memanfaatkan gelar yang Ayahnya Rian punya saat ini.
"Tidak usah, Tidak sekarang kita kasih pelajaran buat mereka berdua" ucap Rian
"Terus kapan dong Yan, apa jangan2 kamu takut ya Yan" ucap Heru
"Iya ayok Yan, udh gatel ni tanganku Yan ingin menghajar mereka berdua" ucap Faisal
"Kalian gak denger apa yang udah gw bilang tadi..!?udah gw bilang gak sekarang kita kasih pelajaranya ke merekanya, tapi...(Rian sambil tersenyum licik seperti memikirkan rencana busuk)" ucap Rian yang masih mengepalkan tanganya.
Kriiiiiing...!!! kriiiiing...!!! kriiiing..!
Bel sekolah pun berbunyi, itu menandakan sudah berakhirnya jam pelajaran hari ini, Dio dan semua teman sekelasnya pun segera merapihkan peralatan sekolahnya dan memasukanya ke dalam tas, saat Dio hendak bangun untuk melangkahkan kakinya menuju ke pintu ruangan kelasnya, namun tiba2 seseorang memanggilnya,
"Dio,,! Hei Dio!" teriak Faraz yang sedang memanggil dio dengan langkah terburu untuk menghampiri Dio di depan pintu ruangan kelas.
"Apasih lu teriak2, berisik tau," ucap Dio sambil menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Faraz.
"Iya maaf, sekarang kamu mau kemana Dio? kita ke warnet biasa yuk Dio" ucap faraz dengan muka dan nafas yang terengah2.
Dio dan Faraz segera melangkahkan kaki dari ruang kelasnya
Ismi yang melihat itu pun segera mengekor di belakangnya dan mendengarkan percapakan antata Dio dan Faraz
Ismi hanya bisa memandangi Dio dengan mencuri2 pandang dan hanya mendengarkan mereka.
"Huufth, kayanya aku pulang aja deh, soalnya aku juga tidak mempunya uang buat ke warnet, kamu tau sendiri kan, kalau aku itu di kasih uang jajan lebih sama ibuku itu cuma di hari sabtu saja" ucap Dio dengan sedikit parsah
Ismi yang kasihan kepada Dio yang tak memiliki uang lebih itu pun segera mengambil sesuatu dari sakunya.
"Nih pake aja punya ku Dio" ucap Ismi sambil menyodorkan lenganya yang sedang memegang uang.
Dio yang melihat itu pun enggan untuk menerima pemberian dari wanita.
"Apaan sih, maaf ya Ismi, aku ga mau terima apapun dari cewek, itu sudah jadi prinsipku" ucap Dio sambil tersenyum ke arah Ismi
Ismi yang mendengar jawaban dari Dio pun seketika wajahnya berubah memerah.
"Yaudah kalo kamu ga mau, aku juga cuma becanda kok wee, Aku masukin lagi ya uangnya" ucap ismi dengan raut wajah yang memerah dan salah tingkah sok jual mahal
padahal kata yang ia lontarkan itu berbeda dengan hati nuraninya
"Kenapa sih harus ngandelin prinsip, knapa gak kamu ambil aja uang ini, toh aku juga ihklas, malah aku senenh banget bisa bantu kamu Dio" ucap Ismi dalam hati
"Eits eiits kamu tenang aja Dio, Aku yang bayarin kok, kita kan sahabat Dio he..he..he" ucap Faraz dengan senyum dan memainkan alisnya yang melengkung naik turun.
"Sekalian aku juga mau berterima kasih, karna tadi pagi kamu sudah mengalihkan bella ke aku dio, akhirnya aku kan jadi seneng walaupun kena jitak si cewek jutek itu huft hehe" ucap faraz dengan muka senangnya.
Dio yang mendengar itupun sontak kaget dengan jawaban Faraz.
"Ini orang, dikasih masalah kok malah seneng ya dan yang tak habis pikir lagi itu malah berterima kasih, apa jangan2 dia juga suka ya ke bella? hmmn" gumam dio dalam hati.
Faraz yang melihat sahabatnya termenung itu segera melambaikan tanganya di depan wajahnya Dio sambil berkata
"Yo, Dioo oii Dioo, Haloo..! Dio..!, gimana? kamu mau gak kita ke warnet?" ucap faraz dengan ekspresi bingung dan masih masih melambaikan tanganya di depan wajah Dio
Diopun tersadar dari lamunanya secara reflek berkata
"Iya iya kenapa raz?"ucap dio sambil mengangkat alisnya
"Yeee kamu malah bengong, aku ngomong dari tadi malah gak di dengerin, terus gimana, jadi gak kita ke warnet? kamu tenang aja, aku yang bayarin ini kok" ucap Faraz sambil melangkahkan kakinya menuju kekuar gerbang sekolah.
Tanpa berpikir panjang Dio pun menjawabnya dengan cepat.
"Hmm yaudh deh kalo gitu ayok lets go" ucap Dio dengan semangat.
"Biip..!! biipp..! bipp..! suara klakson mobil
"Ehh Aku pulang duluan ya, lagian aku juga gak di ajak ke warnet" ucal Ismi karna sudah ada yang menjemputnya.
"Iya hati hati ya Ismi, sampe ketemu besok ya " ucap Dio sambil tersenyum tipis
"Yaudh, awas jangan kelamaan ya di warnetnya Dio" ucap Ismi dengan melangkah mundur menuju mobil jemputanya sekaligus melihat ke arah Dio
Dio hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum tipis ke Ismi
Singkat waktu sesampainya di warnet,
Dio dan Faraz pun memilih tempat yang kursinya bersebelahan dan mereka mulai memainkan game online yang mereka gemari, namun Faraz itu selalu saja kalah di game tersebut, tidak seperti Dio yang terlihat lihai dan jago dalam bermain game tersebut, setiap kali Dio mengeleminasi musuhnya di setiap babak, Dio akan langsung menerima yang namanya ZTCoin, namun, dimulai pada bulan ini juga pendapatan ZTCoin di seluruh dunia yang di edarkan itu mulai berkurang peredaranya, mungkin karna perusahaan game ini mulai mengurangi nominal peredaran ZTCoin perharinya dengan batasan 100 ZTC perhari untuk di edarkan, tidak seperti bulan2 kemarin yang masih tidak terbatas untuk mendapatkan ZTCoin dan mungkin dimasa depan itu ZTCoin akan mengalami kelangkaan.
ZetoCoin atau biasa di sebut dengan ZTC ini adalah mata uang digital yang baru saja di keluarkan 1 tahun yang lalu oleh sebuah depelover suatu perusahaan terkenal di dunia yang masih dalam tahap pengembangan dan pengedaran namun belum di legalkan di semua pemerintahan dunia dan sekarang hanya bisa di belanjakan atau di tukarkan hanya melalui online shop dan games saja, namun ZTCoin sekarang itu harganya masih terkisar murah bila ingin di tukar dengan uang rupiah ataupun dollar, sehingga banyak orang yang sudah mendapatkan puluhan ribu ZTCoin dan langsung mereka tukar dengan barang2,Skin atau Skill dari karakter game ataupun dengan sesuatu yang tidak penting, karna saking mudahnya untuk mendapatkan ZTC pada bulan2 lalu dan sekarang sudah banyak orang yang mendapatnya, namun disinilah awal kisah Dio akan di mulai.
Dio adalah pecinta game, dia tak pernah kalah dalam bermain suatu game, dan diapun tak pernah memakai nama aslinya di dalam game, nickname yang selali dia gunakan dari dulu sampai sekarang adalah MR.Bee, dan mungkin semua pecinta game ini di seluruh dunia ini sudah tak asing dan segan karna mereka sudah mengenal MR.Bee namun tidak mengenal sosok di belakang layarnya yang memainkan karakter MR.Bee tersebut, Hanya satu orang yang tau sosok di balik MR.Bee tersebut, dan dia adalah Faraz, ya cuma dia yang mengetahui jikalau sosok MR.Bee adalah Dio.
Dio yang sudah mempunyai ZTCoin sebesar 100.000 ZTC pun berniatan untuk menukar semua ZTCoin miliknya seperti semua orang yang langsung menukarnya dengan skin,skill atau keperluan rumah.
"Ahh mau di apakan ya ini ZTC, apa aku tukar saja ya semuanya, atau aku tukar perabotan rumah saja ya supaya ibu senang dengan hasilku dari bermain game, Hemmmp,, lebih baik aku lihat2 dulu saja deh, siapa tau ada yang bagus buat aku tukar nanti" ucap dio dalam hati sambil mengscroll mousenya untuk melihat lihat barang yang ingin dia tukar.
Tanpa Dio sadari kalau Faraz yang berada di sampingnya oun kini sengan dibbelakangnya dan memperhatikanya.
"Wuiih..! Dio...! ZTCoin kamu banyak banget, ZTC ku saja tinggal tersisa 100 ZTC lagi, bagi dong dio, ayok berbagilah denganku dio" ucap Faraz dengan muka melas dan berharap Dio mau memberinya.
Dio pun mulai meresponya.
"Iya nih punyaku banyak (sambil tersenyum menggaruk2 kepalanya), trus aku juga bingung Raz, mau aku peegunakan buat apa ya ini ZTCoin he..he.. Eehh emang kamu menginginkan ZTC ini Raz" ucap Dio kepada Faraz
"Perasaan kemarin dia punya 2500 ZTCoin deh, kok sekarang tinggal 100 ZTC aja sih, yasudah tidak apalah lah aku berbagi separuhnya untuk Faraz, toh dia juga sudah terlalu baik menurutku, eh eh tapi sebentar, ini kayanya barang bagus deh (MESIN CUCI TERNAMA), tapi harganya ini terbilang mahal dengan harga 95000 ZTC/ZetoCoin, kalau aku beli ini untuk ibu pasti, ibu juga pasti senang deh dan selebihnya aku kasih saja ke faraz, gpp lah habis juga, toh saat ini aku masih bisa untuk mendapatkan ZTCnya lagi nanti, yaudh deh aku beli ini saja buat ibu di rumah" ucap dio dalam hati
Namun, sesaat sebelum Dio sempat menekan OK dalam online shop tersebut tiba-tiba..?
PlakK...! Bruukk..!!
Kepala dio di pukul seseorang menggunakan buku pelajaran dari belakang dan langsung terjatuh ke lantai.
"Keluar, keluar kamu Dio" ucap rian datang bersama teman2nya yang kala itu sambil menarik kerah bajunya Dio dan Faraz menuju keluar dari ruangan warnet.
Mereka terjatuh dari kursi, dan menyeret Dio dan Faraz keluar ruangan warnet, setibanya di luar, dio langsung berdiri dengan penuh emosi dan bertanya sambil menahan emosinya
"apa apan sih kaya gini? kampungan banget" ucap dio dengan muka kaget, marah, malu dengan orang2 yang melihat kejadian barusan itu.
"yang ada aku kali yang tanya ke kalian berdua, ngapain kalian gangguin pacarku tadi pagi" ucap Rian dengan membusungkan dada dan menarik kerah seragam sekolahnya Dio sambil melirik Dio dan juga Faraz di sebelahnya.
Dio terdiam sejenak mendengar pernyataan bahwa Rian adalah pacarnya Bella.
"Kenapa, apa ini, kenapa ketika aku sakit mendengar Bella sudah mempunyai pacar, kenapa hatiku merasa sakit,, tapi itu tidak mungkin, tidak mungkin Bella sudah mempunyai pacar, karna setahuku dia belum mempunyai pacar, jika benar dia sudah mempunyai pacar, tidak mungkin juga kabarnya tidak akan terdengar olehku ataupun satu sekolah" gumam Dio dalam hati dengan penuh tanya.
Dio pun segera menenangkan dirinya dengan menundukkan kepalanya dan menarik nafas panjang agar emosinya segera reda.
"Huuuuuwhh, owh karna itu kamu jadi kaya orang kesetanan ya (sambil tersenyum memiringkan bibirnya), kamu itu sudah salah faham, kamu tenang aja, aku tidak ada niatan buat menggangu bella kok, kejadian tadi pagi itu hanya sekedar salah paham saja kok," ucap Dio dengan gaya dan muka yang santai sambil mengangkat tanganya untuk menarik dan melepaskan genggaman tangan Rian yang sedari tadi masih meraup kerah baju seragamnya.
Rian yang mendengar penjelasan dari Dio pun agak sedikit malu, karna yang rian harapkan itu Dio terpancing emosi dan balik memukulnya, tapi kenapa yang terjadi malah hal sebaliknya yang dia lihat, Dio masih bisa tenang menghadapi mereka semua dan dengan santainya dia berbicara tanpa ada rasa gugup atau gemetar bertemu dengan rian.
"Orang ini kenapa dia masih bisa sesantai itu setelah aku pukul dan aku seret" ucap rian dalam hati.
"Kenapa bengong? apa perlu aku perjelas lagi yang tadi, kalau kamu tidak percaya, ayo kita ke bella untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi tadi pagi?" ucap Dio kepada Rian
"Wah bisa gawat kalau si dio itu mau b langsung bertanya ke bella, sedangkan aku saja cuma asal bicara mengaku2 menjadi pacarnya bella, lagian ngapain juga sih aku pake asal bicara segala" ucap Rian dalam hati menyalahkan dirinya dengan rasa takut Bella mengetahuinya.
"Yaudh, aku percaya, dan satu lagi, kamu gak usah pake ngomong ke bella kalau hari ini aku datengin kamu bilang ini itu(dengan nada mengancam), awas aja kalo sampai ngadu ke Bella" ucap Rian dengan nada bicara yang begitu pelan pelan dan dengan mendekatkan wajahnya ke arah telinga Dio.
Dio yang merasa sedang dipermainkan seperti itu, hanya diam dan santai sambil menatap mata rian dengan jantan.
"ayok cabut" ucap Rian mengajak teman2nya untuk meninggalkan Dio dan juga Faraz
"Tapi Yan, dia belum aku tanya" ucap Heru menunjuk ke arah Faraz yang sedari tadi gemetar ketakutan berdiri di pojokan warnet
"Sudah cepat cabut dari sini, biarkan saja itu si cupu" ucap Rian dengan nada memerintah semua temanya.
Kembali ke Dio
"Rasanya ada yang aneh deh, kenapa Rian gak mau kalau aku bertanya langsung ke bella tentang apa yg sebenernya terjadi ya, padahal, kalau aku betul2 bertanya ke bella pun tentu disini aku yang salah, Hmmm bingung juga jadinya,, entahlah apa yang terjadi" ucap dio dalam hatinya dengan kebingungan sambil menolehkan kepalanya ke arah Faraz.
Dan Dio pun segera menghampiri sahabatnya itu yang sedari tadi masih gugup dan gemetar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!