NovelToon NovelToon

The Kill Gangster

One chapter

Dorr

Telah terjadi tawuran antar dua gang mafia terbesar,yang sama sama kuat juga tidak terkalahkan.

"Rupanya kamu tidak menyerah"celetuk Damon,mengelus ujung pistolnya.

Gabriel, tubuhnya penuh darah, bersandar di tembok. "Tidak semudah itu mengalahkan saya," ucapnya, mengangkat satu tangan memberi kode pada anak buahnya bahwa dia baik-baik saja.

Gabriel rhys rhysander,adalah seorang bos mafia yang memiliki jiwa psikopat dan berhati dingin.Gabriel selalu mempunyai seribu cara untuk melawan musuh,termasuk berpura pura lemah agar lawan meremehkannya.

"Damon,kamu tidak pernah menang dari saya"lanjut Gabriel mencabut pisau yang menusuk perutnya sambil meringis menahan sakit.

Dengan cepat, Gabriel mengambil pistol yang tergeletak di tanah dan menembak perut Damon. Damon terjatuh, dan Gabriel menusuk perutnya. Darah muncrat mengenai wajah tampan Gabriel. "Saya sudah bilang, saya tidak semudah itu dikalahkan," bisiknya di telinga Damon.

Dorr

"Letakkan senjata kalian,tempat ini sudah di kepung!"teriak seorang polisi sambil membawa pistol.

Zia menghela napas kasar. "Gue nggak ada pilihan," gumamnya. Akhirnya, Zia membantu Gabriel dan membawanya ke rumahnya.

...~♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡~...

"Jijik banget gue lihatnya!"

"Keluar aja sana dari kampus!"

"lo aja sana yang keluar!"geram Zia menatap satu per satu gadis yang berjarak tidak jauh darinya.

Venezia zerlyn Shaqueena seorang gadis cuek dan selalu merasa bodoamat,dia hidup sendirian tidak mempunyai keluarga.Bahkan saudara saudaranya pergi meninggalkan gadis itu,hanya karena benci.

Meski populer di kalangan laki-laki karena kecantikannya, teman-teman kuliahnya tidak suka padanya karena dia berpacaran dengan seorang pemimpin gang motor.

"Udahlah sikat aja,habisi satu satu!"teriak Melodi,sahabat Zia sejak,"Mulut mulut minta di geprek!".

"WOY SIAPA YANG JELEK JELEKIN SAHABAT GUE TADI,MAJU SINI!"murka Caca menghampiri Zia sambil menggulung lengan bajunya sebatas siku.

Zia tersenyum sinis,"Udahlah biarin aja,kita lihatin aja dulu"celetuknya sambil melirik sekitar.

"Zia gue nggak bisa kalo cuma diem gini,sekali dua kali okelah.Tapi ini setiap hari Zia!"ucap Caca menghembuskan napasnya kasar.

"Gue baik baik aja"balas Zia menepuk nepuk pundak Caca,"Makasih ya"

"Oh iya,kalian mau ikut nggak?"lanjut Zia,menatap dua sahabatnya bergantian.

"Kemana?"tanya Melodi dan Caca bersamaan.

...~♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡~...

"Zia,ini benar tempatnya?"tanya Melodi melirik sekeliling.

Zia berencana mengajak kedua temannya menemui Davin di markasnya. Namun, saat mereka sampai, Davin tidak ada. Salah satu teman Davin bilang bahwa Davin sedang bersama anggota gang lainnya di gedung tua.

Zia ingin tahu apa yang dilakukan Davin di gedung tua itu.Padahal Davin sudah berjanji akan menemui Zia dan mengajaknya jalan jalan,hari ini.

"Ya memang ini sih tempatnya"

Melodi mencekal lengan Zia,"Tapi nih tempat sepi,nggak ada siapapun disini,cuma kita bertiga?!"

"Diem deh,gue kaya denger suara orang berantem"ucap Caca menempelkan telunjuknya di bibir Melodi,"Suaranya dari sebelah sana,ayo"lanjut Caca menggandeng kedua temannya,seperti akan menyebrang jalan.

Zia mengendap endap perlahan,begitu juga dengan kedua temannya,mereka ingin tahu apa yang sedang terjadi.

"Pantes Zia,dia nggak ada waktu buat lo,kerjaannya berantem terus"sentak Melodi mengintip dari balik tembok.

Bugg .

"BRENGSEK!"murka Davin,memukul lawannya dengan tongkat bisbol,"HABISI DIA!"pintanya pada anggota draxlionz.

Anggota draxlionz mematuhi perintahnya,mereka mengeroyok seorang lelaki,yang dari dulu mereka incar.

"Kaya nggak asing wajah laki laki itu"cetus Zia melirik kedua sahabatnya,secara bergantian.

Caca kembali mengamati seorang lelaki yang dikeroyok anggota draxlionz,"Bu-bukannya itu yang pernah deketin lo Zia?"

Deg

...~♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡~...

Zia keluar dari tempat persembunyiannya,

setelah Davin dan anggotanya pergi.Dia meminta dua sahabatnya untuk membawa Fello ke rumah sakit,karena sudah tidak sadarkan diri sebab pengeroyokan yang dilakukan Davin dan anggota.

Zia sendirian di gedung tua,Dia berjalan keluar,sembari berpikir keras,"Apa sih maksud Davin menyerang tuh cowok?!"kesalnya bersedekap dada.

Srrt

"Aaaaaa!".

Zia berteriak,pergelangan tangannya dicekal oleh seseorang yang tidak dia ketahui.Perlahan namun pasti,Zia menunduk melirik ke bawah.

"Bantu saya, jika tidak, saya akan melaporkan kamu ke polisi.Disini sudah ada sidik jari kamu"ancam Gabriel,terduduk lemas di tanah,tubuhnya berlumuran darah.Dia menggenggam sebuah pisau,menempelkan ujung pisaunya di telapak tangan Zia.

Zia menghembuskan napas kasar,"Gue nggak takut dengan ancaman itu!"Geram Zia melepaskan cekalan Gabriel,dia beranjak pergi.

Gabriel bergegas menarik pergelangan tangan Zia,gadis itu mundur beberapa langkah lalu terjatuh di pangkuan Gabriel,"Sungguh? Dengan sidik jari ini kamu bisa di penjara"bisik Gabriel di telinga Zia.

Mereka berdua saling bertatapan, hembusan napas Gabriel membuat Zia merinding,dia menelan salivnya kasar.

...~♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡~...

Gabriel duduk di atas ranjang,dia melepas kemeja putihnya.Memperlihatkan bahunya yang lebar dengan pinggang yang ramping,tercetak jelas perut berbentuk kotak kotak.

Dengan ancaman pria itu,Zia terpaksa,membantu Gabriel dan mengizinkan untuk tinggal di rumahnya.

Zia menutup matanya dengan kedua tangan,"Kenapa harus buka baju sih!".

"Jika tidak saya buka,kamu tidak bisa mengobatinya"balas Gabriel mendongak ke atas menatap Zia.

"Ya-ya tapi-"balas Zia dia mengambil obat merah yang terletak di atas meja,dengan mata yang tertutup.Semoga saja tidak salah ambil.

"Mana sih yang luka?!"sentak Zia menyentuh perut kotak kotak Gabriel,dia memejamkan kedua matanya.

Sentuhan Zia,membuat Gabriel tertegun di tempat,dia mengerjab merasakan sentuhan tersebut.

Grepp

"Ehh?!"

Gabriel menarik pinggang Zia agar duduk di pangkuannya,"Memangnya kamu bisa mengobati luka dengan mata tertutup seperti itu?".

Zia membuka matanya perlahan,jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya.Jarak dia dengan Gabriel begitu dekat,hidung mereka bisa bergesekan.

"Lancang banget sih lo?!"sentak Zia ingin berdiri,tidak nyaman dengan posisinya.

Gabriel menelan salivnya kasar,dia hanya iseng ingin mengoda gadis itu,tetapi mengapa dirinya yang merasa tergoda?.

Gabriel menahan Zia,dengan melingkarkan kedua tangannya di pinggang gadis tersebut,"Cepat obati sekarang,atau kamu senang berlama lama dengan posisi ini?"ejek Gabriel lehernya berkeringat.

"Cih ngga jelas"dengus Zia mengobati luka Gabriel,membersihkan lukanya,memberi obat merah,lalu membalut lukanya dengan perban.

Gabriel menatap Zia dalam,bola matanya tertuju pada bibir marun Zia,"I like your lips"gumamnya.

Zia merinding dengan ucapan Gabriel,dia buru buru menyelesaikannya agar dirinya bisa segera keluar.

"Selesai!"pekik Zia dia berdiri dari pangkuan Gabriel,lalu berlari kecil keluar dari kamar tamu.

Zia mengambil fakultas kedokteran,jadi dia paham apa yang harus dia lakukan dengan luka tusukan.Terlebih Gabriel tidak ingin dibawa ke Rs,dia tidak bisa memaksanya.

Two chapter

Keesokan hari,Zia sudah bersiap untuk berangkat ke kampus.Dia menuruni anak tangga sembari menenteng ranselnya.

Zia membuka ponselnya dan melihat masih ada waktu untuk sarapan.Dia menaruh barang barangnya di atas meja,lalu berjalan ke dapur,untuk membuat nasi goreng yang hanya membutuhkan waku sebentar.

Setelah masakkannya matang,Zia menaruhnya di atas piring dan memilih duduk di ruang makan untuk menikmatinya.

"Ash iya gue baru inget!"ucap Zia di suapan terakhirnya.

Zia segera mengambil nampan dan menaruh sepiring nasi goreng serta segelas air mineral di atas nampan.

Dia menunju kamar Gabriel dengan membawa nampan itu,karena dia lupa memberi Gabriel makan.

Tok tok

"Hm"

Zia mengetuk pintu kamar Gabriel,dan setelah mendengar jawaban dari Gabriel,dia masuk.

"Makan!"perintahnya sambil menaruh nampan tersebut di atas ranjang.

Gabriel duduk menyender,"Semoga saja tidak kamu beri racun"ujar Gabriel mengambil sepiring nasi goreng.

"Lo tinggal disini aja udah ngerepotin gue,sekarang malah nuduh yang enggak- enggak!"sentak Zia,"Pergi aja sana!"usirnya sambil bersedekap dada.

"Kamu boleh keluar"balas Gabriel dingin.

"Siapa juga yang mau lama lama disini!"sahut Zia sambil keluar dari kamar tamu,menutup pintunya dengan keras.

"Ngeselin banget sih tuh orang,udah di bantuin juga!"cemoohnya mengambil ransel yang ada di atas meja dan segera pergi ke kampus.

"JAGA RUMAH GUE,GUE MAU KE KAMPUS!"teriak Zia lalu menutup pintu rumahnya.

Zia menaiki ninjanya yang berwarna putih dan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata rata.Dia bisa telat ke kampus!.

...~ꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤ~...

"Zia?!"panggil Davin berlari kecil menghampiri Zia.

Zia berbalik badan ketika namanya dipanggil,"ya?"jawabnya.

"Cuek banget sih pacar aku,padahal ada yang mau aku tanyain sama kamu"balas Davin menyender di tembok kampus.

"Yaudah tanya aja,ada apa?!"

Davin menggandeng tangan Zia dan mengajaknya keluar dari kampus, "Tapi nggak disini".

Zia menyentak,melepaskan gandengan Davin,"Ish kenapa harus keluar sih? Bentar lagi dosen masuk!".

"Kemarin kamu dimana?"tanya Davin berdiri,bersedekap.

"Harusnya gue yang tanya,dari kemarin lo kemana?!"balas Zia duduk di kursi taman,dekat kampus.

"JAWAB ZIA BUKAN BALIK TANYA!"geram Davin.

"Memangnya kenapa? Apa peduli lo?"sahut Zia bersedekap dada menatap arah lain.

Davin menghembuskan napasnya kasar,"Temen aku lihat kamu ada di gedung tua,waktu di markas,Arlo juga bilang kalo kamu cariin aku.Apa kamu ada di gedung itu?"tanya Davin lembut.

"Iya gue lihat semuanya,lo aniaya Fello dengan anggota gang brengsek lo itu!"

Davin berjongkok,mengelus pucuk rambut Zia,"Itu namanya,aku cemburu sayang"

Zia menepis tangan Davin yang berada di atas kepalanya,"Dih modelan lo,bisa cemburu juga?".

"Punya cewek satu,nggak ada romantis romantisnya"dengus Davin berdiri.

"Mau lo berapa,lima?!"

"Enggak,bukan gitu"

"Setelah pulang dari kampus,jenguk Fello dan minta maaf"perintah Zia.

Davin ikut duduk di samping Zia,"Harusnya dia yang minta maaf,karena udah berani mendekati pacar gue".

"Draxlionz gang bukan digunakan untuk membalas dendam"

...~ꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤ~...

Seperti biasanya,setelah pulang dari kampus Melodi dan Caca selalu bermain kerumah Zia.Entah hanya bermalas malasan,atau menonton drama bersama.

"Zia cemilan lo cuma ini?!"teriak Caca membuka lemari,yang biasanya digunakan Zia untuk menaruh cemilannya.

"Gue belum sempat belanja lagi,habisin dulu kenapa sih"balas Zia menaiki anak tangga dan membawa laptop.

"Kenapa tadi nggak bilang,kita kan bisa beli dulu!"ucap Caca membawa nampan berisi tiga gelas jus jeruk dan membawanya ke kamar Zia.

Melodi hendak menaiki tangga,namun dia memberhentikan langkahnya saat mendengar suara bersin seorang lelaki.

"Kenapa Mel?"tanya Caca berbalik badan.

Zia ikut berbalik badan menatap Melodi,"Lo kenapa?!".

Melodi menggaruk tengkunya yang tak gatal,"Hah enggak,gue kaya denger suara cowok".

Zia tertegun,membeku di tempat.Dia sudah meminta agar Gabriel diam dan tidak berisik,dia tidak ingin teman temannya mengetahuinya.

"Lo salah denger mungkin,orang cuma ada kita bertiga"balas Zia.

"Haha iya juga mungkin gue salah denger!"celetuk Melodi mengikuti Caca menaiki anak tangga.

"Telinga lo bermasalah!"kekeh Caca.

Hari sudah semakin sore,Zia melirik sekitaran kamarnya.Snack yang berceceran di lantai,sprei yang terlepas dari kasurnya,dan juga jus yang tumpah mengenai bantalnya.

"Udah selesai nih dramanya,besok kita cari drama yang baru"ujar Caca menutup laptop Zia.

Melodi duduk di samping Zia,"Dah sore,pulang yuk!".

"Heh enak aja,bantuin bersihin kamar gue dulu!"pinta Zia menarik pergelangan tangan Caca dan juga Melodi.

"Iya iya gue bantuin,tapi lepasin dulu tangan gue!"ucap Caca tersenyum melirik Melodi.

Zia melepaskan cekalannya perlahan,"Tapi boong,kita pulang dulu Zia!"teriak Caca dan Melodi bersamaan,mereka ingin berlari keluar.

Melodi membuka pintu kamar Zia,namun ternyata pintu tersebut sudah Zia kunci sejak mereka masuk kedalam.

"Gue udah antisipasi,kalau kalian kabur"jawab Zia tersenyum.

Dengan keterpaksaan,Melodi dan Caca membantu Zia membersihkan kamar yang terlihat seperti kapal pecah.

Setelah selesai membersihkan kamar,Zia mengizinkan kedua temannya keluar dari kamar.

Zia meletakkan gelas kosong di dapur lalu dia berpas-pas an dengan Gabriel yang keluar dari toilet.

"Zia,taruh mana sampahnya?"pekik Melodi menuruni tangga sambil menenteng dua kantong plastik.

Dengan cepat,Zia menarik pergelangan tangan Gabriel dan kembali masuk kedalam toilet.

"Dimana sih Zia?!"sentak Melodi melirik ke sekitar ruangan.

Di dalam toilet,Gabriel memandangi wajah cantik Zia dari jarak yang begitu dekat.

Gabriel menyender di tembok,sedangkan Zia berdiri di hadapannya dengan kedua tangan yang mengepal di atas pundak Gabriel.

Zia tidak menyadari posisinya sekarang.Dia menatap pintu,khawatir Melodi dan Caca akan membukanya paksa.

"ZIA!"

"Udah,taruh dapur aja"saran Caca.

"Zia kita pulang ya!"pamit Melodi dan tidak mendapatkan jawaban dari Zia.

"Kita pulang"putus Caca,meninggalkan rumah Zia.

Zia menghembuskan napasnya lega,dia sudah tidak mendengar suara Melodi dan Caca,artinya mereka berdua benar-benar sudah pergi.

Saat Zia memiringkan kepala, jantungnya berdetak kencang. Ia bertatapan dengan Gabriel dan merasakan napas hangat Gabriel menyapu wajahnya.

"Te-temen temen gue,u-udah pergi"ucap Zia terbata bata.

"Lalu?".

"Gu-gue,gue harus-".

Keringat dingin membanjiri wajah Zia dan jantungnya berdetak kencang,membuat dirinya tidak fokus.

"Harus?"

"GUE ADA KEPERLUAN!"teriak Zia,menepis tangan Gabriel yang memeluk pinggangnya lalu berlari keluar.

"Mengemaskan"ucap Gabriel tersenyum smirk.

Three chapter

Karena hari ini Zia tidak ada mata kuliah,begitu juga dengan Davin.Mereka berdua menghabiskan waktu bersama.

Zia duduk bersebelahan dengan Davin dan menikmati steak yang dia pesan.

"Sayang,aku punya sesuatu buat kamu"kata Davin merogoh saku hoodienya,dan menggambil sebuah kotak kecil berwarna merah.

Zia menengok ke Davin lalu mengambil kotak merah tersebut,"Apa ini?"tanya Zia dengan tersenyum.

"Buka coba"jawab Davin.

Zia membuka kotak tersebut,dan tersenyum manis saat melihat sebuah gelang berbentuk hati yang dikelilingi mutiara putih.

"Wah bagus banget!"seru Zia langsung memeluk Davin dan mencium pipinya.

Davin tersenyum dan membalas pelukan Zia,"Kamu suka?"

"Tapi,kenapa lo jadi baik banget? Biasanya nggak kaya gini,"balas Zia mengerutkan keningnya menatap Davin.

Davin membantu Zia memakai gelang tersebut,"Permintaan maafku,karena kejadian kemarin"jawab Davin sambil mencubit pipi Zia yang semakin berisi.

"Biasanya,kalo baik gini,ada sesuatu yang di sembunyiin"tuduh Zia.

Davin merangkul pundak Zia,dan mencium keningnya,"Setelah ini,mau ke markas nggak? Teman- teman mau ketemu sama kamu".

"Boleh,tapi ke rumah sakit dulu,"sahut Zia.

"Ck.dia yang salah,kenapa harus aku yang minta maaf?!".

"Lo yang nyerang Fello,masa dia yang minta maaf!"kesal Zia.

Davin menghembuskan napasnya kasar,"Iya iya, aku yang minta maaf,aku yang salah"putusnya.

~𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳~

Sesuai dengan permintaan Zia,Davin menjenguk Fello yang masih dirawat di rumah sakit karena ulahnya.

Walaupun gengsinya tinggi,dia tetap meminta maaf kepada Fello karena permintaan dari Zia yang tidak pernah bisa dia tolak.

"Gue dan anggota minta maaf karena udah mengeroyok lo"ucap Davin dingin.

"Ada kesalahpahaman,jadi maafin Davin ya"timpal Zia.

Davin menggandeng erat tangan Zia,"Tapi bukan berarti gue akan biarin lo mendekati cewek gue lagi"

"Davin?!"gerutu Zia melirik menatap Davin.

"Sekali lagi lo deketin Zia,lo habis di tangan gue"ancam Davin menarik tangan Zia keluar ruangan.

"Fello bukan gitu,maaf ya".

"Gue baik baik aja,thanks"jawab Fello menatap Zia dan Davin yang pergi sambil bergandengan tangan.

"Davin!"teriak Zia berlari mengejar Davin,yang meninggalkannya.

"Jangan berteriak ya kak,ini rumah sakit"ucap suster yang lewat.

"Hehe maaf sus"balas Zia kikuk.

Zia berhenti sejenak,lalu melepas salah satu sepatunya dan melemparnya mengenai kepala Davin,"Rasain lo!".

"Ash!"ringis Davin mengambil sepatu tersebut lalu berbalik badan menatap Zia.

Zia menarik telinga Davin hinga merah,"Minta maaf lagi nggak!"sentak Zia.

"Shh sakit sayang"gerutu Davin.

"Apa bedanya coba,lo minta maaf abis itu ancam dia yang enggak enggak!".

"Siapa coba yang nggak marah kalau cewenya digoda? Dan sekarang disuruh minta maaf,harusnya dia yang minta maaf!"sentak Davin sembari menepis tangan Zia yang menarik telinganya.

"Siapa yang goda,dia cuma bantuin gue ngerjain tugas!".

"Bantuin ngerjain tugas kok setiap hari"sindir Davin sambil berjongkok membantu Zia memakai sepatu.

"Dih!".

"Kalian disini juga?"tanya Melodi menatap Zia dan menunduk menatap Davin yang sedang mengikat tali sepatu Zia.

"Kalian berdua mau jenguk Fello juga?"tanya Zia.

"Lo nggak lihat gue bawa buah buahan?"sahut Caca menunjukkan buah-buahan yang dia bawa untuk Fello.

"Dah,jangan marah lagi"kesal Davin menggandeng tangan Zia.

"Lo berdua lama sih-!".

"Ayo sayang"celetuk Davin memotong ucapan Zia.

~𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳~

Zia melambai lambaikan tangannya menatap kepergian Davin,"Hati hati"ucap Zia.

"Kamu masuk dulu"pinta Davin menaiki ninjanya.

"His,gue masuk sekarang.Hati hati ya!"seru Zia menutup gerbang rumahnya.

"Bye!".

"Siapa itu?"tanya Gabriel berdiri di belakang Zia.

Zia berbalik badan dan terkejut melihat Gabriel yang entah sejak kapan dia berdiri di belakangnya,"Bukan urusan lo!"sentak Zia meninggalkan Gabriel di luar.

Zia melempar ranselnya sembarangan,dan merebahkan tubuhnya di atas sova.

Menghabiskan waktu dengan Davin memang melelahkan,akan tetapi dia menyukainya.Dia jarang sekali bermain dengan Davin seharian,hanya di ajak makan dan bertemu anggota draxlionz sudah membuat dirinya bahagia.

Zia terus memandangi gelang pemberian Davin,dia tersenyum bahagia dan membayangkan wajah Davin.

Gabriel berdiri menyender tembok sambil bersedekap dada menatap Zia,"Hanya diberi gelang saja sudah seperti orang gila"celetuk Gabriel.

Zia merubah posisinya menjadi duduk,dia menatap Gabriel kesal,"Biarin,yang penting punya effort buat beliin!"sentak Zia.

Drtttdrttt

Zia mengambil ponselnya yang bergetar di atas meja,dia mendapatkan panggilan dari Caca.

"Zia,gue jemput sekarang ya? Lo udah siap-siap kan?"tanya Caca.

"Siap-siap,kemana?"tanya Zia binggung.

"Lo lupa sama birthday temen lo sendiri?!".

"Birthday-".

"Birthday party! Besok Melodi ulang tahun,lo lupa?".

"Argh iya gue lupa,jemput gue satu jam lagi!"putus Zia mematikan telepon.

Zia menghembuskan napasnya kasar dan raut wajahnya berubah dari ceria menjadi gelisah.Dia merenung sejenak.

"Ada apa?"tanya Gabriel yang menyadari perubahan raut wajah Zia.Dia ikut duduk di samping Zia.

"Hah enggak,gue harus siap-siap".

~𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳𖠳~

Pyar

"Aaaaaaa!"

Seorang gadis berdiri di depan mereka,dia mengepalkan tangannya kuat,dengan tatapan tajam kearah mereka dia melemparkan sebuah vas bunga ke arah dua insan yang sedang bercumbu.

"Sayang?".

"Enggak ini semua salah paham sayang,dengerin penjelasan aku dulu".

Plak

Plak

Zia menepis tangan Davin,dia menghampiri Melodi lalu menampar kedua pipinya secara bergantian.

"Zia dengerin aku dulu"ucap Davin mencekal kedua tangan Zia.

Zia berbalik badan,lalu menonjok wajah Davin berkali kali hinga sudut bibirnya berdarah.Tidak hanya itu,dia juga menendang perut Davin sampai Davin terjatuh di lantai.

Lalu,Zia mengacak acak semua property yang telah Melodi siapkan untuk acara birthday nya.

"Sayang?".

"JANGAN PANGGIL GUE DENGAN SEBUTAN ITU LAGI!"teriak Zia.

"Ini semua salah,kamu salah paham".

"Kita bicara di luar ya?".

"Zia?"panggil Caca.

"Gue muak sama kalian semua dasar brengsek!".

"Lo pasti tahu kan tentang semua ini hah?!"pekik Zia menunjuk wajah Caca.

"Kalian semua sembunyiin perselingkuhan mereka berdua,dari gue?!".

"Zia,gue nggak mungkin melakukan hal itu!"seru Melodi.

Plak

Zia menampar wajah Melodi untuk kesekian kalinya,"ITU TADI APA HAH,LO TEMEN GUE ANJING,BRENGSEK LO DASAR JALANG!"

"KALIAN BRENGSEK!"

"KITA PUTUS!"teriak Zia berbalik badan,dan melangkahkan kakinya dari klub tersebut.

"Enggak aku nggak mau Zia"

Melodi merubah raut wajahnya menjadi tersenyum penuh makna,"Bagus deh kalo kalian putus"batin Melodi.

"Semua rencana gue berjalan dengan lancar"lanjutnya dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!