NovelToon NovelToon

Menjadi Istri Figuran Sang Jendral

Tragedi

tap tap tap

suara langkah kaki dengan keras memecah kesunyian hutan. Langit yang begitu pekat dengan hujan yang deras membuat suasana hutan sedikit senyap dari suara hewan. Hanya air hujan yang terdengar, hal ini semakin membuat jalan semakin licin. tanah serta dedaunan semakin basah dan hawa menjadi begitu dingin.

" hah.. hah" nafas keras keluar dari mulut gadis remaja yang basah kuyup berlari membelah hutan.

" kejar dia, itu di sana !" teriak lelaki dengan diikuti gerombolannya.

tap tap tap

aksi kejar kejaran kembali berlanjut, wanita itu sudah sangat lelah dan kini bersembunyi di salah satu rerumputan yang lebih tinggi.

" di mana wanita itu?"

" bukan kah dia berlari ke arah sini?" saut yang lain.

" kita berpencar. kalian teruskan pencarian ke arah sana. Yang lain segera mencari di area ini" saut sang ketua yang tidak mudah tertipu dengan siasat wanita muda itu.

tap tap tap

beberapa langsung melanjutkan pelarian.

sreg srek

semua semak- semak di area itu di tusuk dengan pedang mereka. Tak ada ampun lagi bagi wanita muda itu. Sejak awal niat gerombolan lelaki itu adalah melenyapkannya.

Dengan tubuh basah dan gemetaran wanita itu membekap mulutnya sendiri. Berdoa agar dirinya tidak bisa di temukan oleh para penjahat.

srek srek

posisinya semakin terjepit, jaraknya mereka semakin dekat. jantung wanita itu berdegup kencang.

Srek

tak di sangka salah satu pedang mengenai tangannya.

" ketua dia di sini" ucap anak buah yang dengan cepat langsung menarik paksa sang gadis dengan keras.

" akkk...lepaskan aku.. lepaskan . kalian para bajingan gilaa!" teriak gadis itu tanpa kenal takut.

" kau tikus kecil, dasar sialan!"

plak

satu tamparan dari sang ketua mendarat keras di pipinya. Panas dan perih, bahkan kulit putihnya menjadi merah merona.

" kalian pengecut,! hanya berani pada wanita lemah seperti ku. cuih" tak mau kalah, gadis itu malah membalas dengan kalimat hinaan. tak lupa dengan tatapan jijik dan penuh kebencian.

" sialan kau"

ketua itu berjongkok, meremas pipi gadis itu dan menariknya maju dengan keras.

" apa kau lupa nasib keluarga mu, hah! kalian hanya sampah, sebentar lagi juga akan di eksekusi. Kau tidak berguna, bahkan kematian mu tidak akan membuat simpati orang lain" ejek ketua.

" cuih" gadis itu meludah di wajah ketua, dan secara tak sadar cengkraman pipinya terlepas.

" dan itu semua adalah ulah tuan kalian !.. jika bukan karena tuduhan tak berdasar, mana mungkin nasib keluarga Xie akan seperti ini!" tolak gadis kecil itu.

" hahahaha, sayang sekali kebenaran ini akan terkubur bersama dengan kematian mu. ikat dia!" teriak ketua dengan masih menertawakan gadis kecil itu yang meronta meronta.

Mereka membawa gadis itu di pinggir sungai di tepi hutan.

" tolong!.. tolong.. lepas kan aku!" teriak gadis itu tak kenal lelah. Dia terus memberontak meski seluruh tubuhnya remuk redam akibat di pukul bertubi- tubi.

bugh

tubuhnya di banting dengan keras di tanah.

" kau tau, satu- satunya yang bisa kau lakukan hanyalah berdoa. karena apa? ini akan menjadi hari terakhir mu. Besok pagi tubuhmu akan di temukan gantung diri dengan surat wasiat yang menjelaskan semuanya, hahaah"

" bedebah, kalian binatang. Kau tunggu saja semua ini tidak akan berakhir seperti ini, aku akan.."

" cepat gantung dia.. !" potong sang ketua yang sudah tidak peduli lagi dengan bocah ingusan ini.

" lepaskan aku.. kalian pasti akan menyesal...!" gadis itu tetap berontak saat tubuhnya di tarik paksa dan tali gantungan sudah bertengger di lehernya.

" hahahaha," ketua itu menatap dengan senang, karena sebentar lagi misinya akan selesai dan dia akan mendapatkan bayaran yang besar atas hal ini.

Gadis itu hanya bisa pasrah sambil menatap ke langit yang gelap. Tidak di sangka hari ini bisa terjadi pada keluarga Xie. Saat ibu dan ayahnya terkurung di penjara peradilan, kediamannya di serang orang. Semua ini tak pernah dia bayangkan.

" Tarik !" ucap Ketua dan mulai dari itu perlahan dadanya terasa sesak. Pasokan udara langsung tercekat di lehernya. Rasanya begitu sakit, lelehan air mata bahkan tidak bisa mengungkapkan rasa sakit atas penghinaan serta jeratan tali. Sampai semuanya gelap.

Bersamaan dengan itu, di sebrang sungai lainnya ada seorang gadis muda yang berjalan mendekati tepi sungai.

Dengan wajah sendu dan air mata yang tersamarkan akibat guyuran air hujan, wanita itu berjalan lunglai.

" aku tidak kuat lagi, aku menyerah. Selamat tinggal Xu, ku harap dengan kematian ku, kau akan sudi menatap wajah ini"

byuurrrr

wanita itu melompat dan terbawa arus sungai. Dia menikmati rasa dingin dan sakit yang menerpa bersamaan pada tubuhnya.

Inilah yang dia inginkan, meninggal dalam status yang dia impikan.

Membuka Mata

" bangun..." elusan lembut menyentuh pipinya. Wanita itu perlahan membuka mata. Terang, cahaya langsung membuat penglihatannya bunar.

" emh.." dia mencoba bangkit.

Samar-samar dia melihat sosok wanita yang menatapnya dengan wajah senyum tipis. Sayangnya dia tidak mengenali sosok yang berdiri di depan nya.

" di mana ini? siapa kau?"

hanya tetap tersenyum.

" bantu aku.. " tiba-tiba suara halus mengalun. sayangnya dia yakin jika ini bukan perkataan wanita yang ada di depan nya, pasalnya wanita yang ada di depan nya sama sekali tidak membuka mulutnya. tapi suara siapa.

" siapa kau ?" tanyanya sekali lagi.

sosok itu perlahan mengecil seakan mundur dan menghilang.

Gadis Xie itu menoleh ke sana kemari. Tapi semuanya hanya putih.

" nyonya..nyonya" suara lain terdengar lembut. namun tak ada wujudnya.

" siapa?..." gadis itu terus menoleh, dia ingin beranjak . Namun tubuhnya terasa berat.

" eh.." dia terus meronta, sampai tiba-tiba cahaya putih berganti dengan hitam. Dan..

" nyonya..." seorang pelayan duduk di sampingnya dengan wajah cemas.

gadis Xie itu semakin bingung dan tidak mengerti apa yang sedang dia alami.

" siapa kau?" tanya nya

" nyonya.. akhirnya nyonya sadar, saya akan memanggil tabib untuk memeriksa anda" pelayan wanita itu langsung pergi begitu saja.

Gadis itu menatap sekelilingnya, dia berada di kamar dengan nuansa yang bersih dan terlihat begitu mewah.

tap tap tap

suara langkah kaki mendekat pandangan langsung teralihkan ke arah pintu.

" silahkan tuan " ucap pelayan itu.

seorang tabib lelaki tua masuk dan berdiri di samping ranjangnya.

" maaf nyonya, saya akan periksa kembali" ucapnya dengan sopan. Gadis itu hanya diam saja. Dia mencoba mengingat apa yang membuatnya terbaring di sini.

" nyonya.." panggil pelayan itu, dia tidak sadar jika tabib itu sudah pergi.

" ah, iya"

" nyonya, makanlah sedikit bubur ini "

"kau siapa?" tanya nya.

" apa nyonya lupa? saya ini pelayan anda"

" memangnya siapa aku?"

" astaga, tabib tidak mengatakan apapun mengenai kepala anda. Tapi kenapa..." pelayan itu kembali terlihat panik.

" ini dimana?" tanya lagi.

" nyonya, jangan menggoda saya. Apakah nyonya benar-benar tidak mengingat apapun?"

" tidak.. "

" aku siapa?"

" anda nyonya kediaman, Nyonya Xu. "

Gadis Xie masih tidak ingat, seolah dia baru terlahir hari ini. tak ada kenangan yang dia punya selain sosok wanita yang meminta bantuannya.

" siapa namaku?"

" emmm.. anda.. Liu Xianlun, putri tunggal keluarga Liu.. " jawab pelayan itu sedikit ragu. Sebenarnya memanggil nama nyonya bagi pelayan adalah hal yang tabu. Namun situasi saat ini berbeda. Pelayan itu tidak memiliki pilihan.

" Liu Xianlun?" ulang gadis Xie.

Hari itu kedua wanita itu terus melanjutkan tanya jawabnya. Gadis Xie malah tidak banyak bicara, giliran pelayannya yang menjelaskan semuanya. Mulai dari siapa itu Liu Xianlun sampai bagaimana kondisi.kediaman saat ini.

Tak terasa malam mulai datang, Gadis Xie masih berbaring di ranjang. Setelah berendam air panas wanita itu pergi tidur. Tubuhnya memang terasa lelah sekali.

" jika nyonya membutuhkan sesuatu, kamar saya ada di belakang bangunan ini"

" iya, Bao " jawab Gadis Xie yang sudah merasa dekat dengan pelayannya. Meski dia ingatannya masih belum kembali, tapi dia merasa jika Bao adalah orang yang baik dan semua ceritanya bukankah sekedar kebohongan semata.

tak lama kamar mulai redup dan Bao pergi keluar. Gadis Xie terlelap perlahan.

' bantu aku..' Gadis Xie memimpikan hal yang sama.

' siapa kau ?'

' aku adalah kamu saat ini, bantu aku'

mendadak gadis Xie berpindah tempat, wanita itu berada di tengah hutan, tengah malam disertai hujan lebat.

' lepaskan aku..'

' ikat dia!..' suara lelaki

Dia semacam menjadi penonton di sana. Hanya saja tubuhnya sama sekali tidak terkena air hujan.

' kau akan mati, gadis sialan... hahaha' suara tawa itu, tidak asing baginya. Gadis Xie mendadak merasa kepalanya sakit.

Kini satu demi satu kejadian terulang dalam pikirannya. Gadis Xie benar- benar tidak bisa mengentikan semua ingatan yang memasuki pikirannya.

" tidakkkk!!" teriak Gadis Xie.

wanita itu langsung terduduk dengan nafas tersengal-sengal. dia masih belum menyadari keadaan sekitar.

" nyonya ada apa?..." pelayan Bao masuk dengan wajah panik.

" Bao, aku.. aku .." Gadis Xie bingung antara mimpi dan kenyataan. Seharusnya ini adalah mimpi, tapi kenapa sosoknya yang asli malah menghilang.

" ada apa nyonya?" tanya Bao sekali lagi.

" emm bawakan cermin itu.." ucap Gadis Xie cepat.

" baik nyonya" jawab Bao dan langsung beranjak dari tempat tidur.

" ini, nyonya "

Gadis Xie langsung mengambil benda itu dan menatap wajahnya.

' benar, wajah wanita ini yang aku lihat, tapi bagaimana bisa??'

ucap Gadis Xie dalam hati.

" berapa lama aku terbaring dan sadar ?"

" em, nyonya terbaring sekitar 1 pekan, dan baru sadar kemarin" jawab Bao sambil mengerutkan keningnya. Kenapa perilaku nyonya nya kembali menjadi aneh.

" gawat.. tidak.." gumam Gadis Xie.

" apa nyonya?" Bao ingin memastikan.

" aku akan pergi sebentar"

Gadis Xie itu akan beranjak dari ranjang, dia akan pergi ke tempat tinggalnya.

" nyonya mau kemana??"

" aku akan keluar sebentar..!"

brakk

pyarr

Gadis Xie itu berlari dengan cepat sampai-sampai tidak hati-hati dan menabrak seseorang yang baru saja masuk ke kamar.

" nyonya....!" teriak Bao sambil berlari menuju Nyonya nya.

Selir Pertama

bugh

Gadis Xie itu jatuh terduduk dengan makanan yang tumpah berserakan di lantai. Bahkan beberapa mengenai pakaian gadis Xie.

" nyonya tak apa?" tanya Bao dan membantu Gadis Xie berdiri.

Mereka belum menyadari jika di depan mereka ada seorang wanita yang berdiri dengan wajah meremehkan.

" tak apa.." jawab lemah Xie.

" dasar tidak berguna" lirih wanita angkuh itu tapi masih terdengar dengan jelas di telinga kedua lawan bicaranya.

Gadis Xie mengangkat kepalanya dan melihat wanita di depannya. Tanpa mengatakan apapun gadis Xie menilai penampilan wanita itu dati atas ke bawah.

plak

" ceroboh sekali" ucap wanita itu dengan wajah datar.

" astaga selir Jing Mi.." ucap Bao lirih

Xie kini tau, wanita inilah yang Bao ceritakan dan menyuruhnya agar menjaga sikap.

" menurutmu begitu? bukankah wanita yang tidak mengetahui posisinya malah jauh lebih ceroboh?" ucap Gadis Xie tanpa rasa takut.

Hu Jing Mi mengerutkan keningnya, ini pertama kalinya Liu Xianlun berani membalas tatapan bahkan melawannya dengan kalimat pedas. Jelas sekali ucapan Liu Xianlun adalah untuk dirinya.

" apa kepalamu terbentur saat tenggelam ? "tanya Hu Jing Mi dengan nada meremehkan.

" tidak, kepalaku baik-baik saja, dan ku harap kau tidak merasa kecewa selir" gadis Xie memberikan penekanan di kata terkahir. Bao menyentuh tangan nyonya nya untuk mengingatkan agar tidak usah mencari masalah.

" kau...! " lirih Hu Jing Mi.

" ck ck ck , bukankah aku adalah nyonya kediaman, bagaimana bisa sebagai selir berani membelalakkan matanya pada istri sah?" tantang Gadis Xie. sejak kecil dia paling tidak suka dengan orang yang mencari masalah dengannya.

" jangan mentang-mentang karena kau di bawa oleh tuan kau berbesar kepala dan berani menantang ku" ucap Hu Jing Mi.

Gadis Xie belum mengerti maksud tuan yang selir Jing Mi katakan.

" mau di kediaman manapun selir dan istri sah sudah seharusnya memiliki status yang berbeda, apa selir Jing Mi tidak mengerti? apa perlu aku panggilkan seseorang dari keluarga Hu untuk mengajari mu sopan santun?" balas Gadis Xie semakin mematik emosi Hu Jing Mi. Sedangkan Hu Jing Mi yang mendengarnya langsung naik pitam, nafasnya menderu kasar dan tanpa pikir panjang wanita itu mengangkat tangannya berniat menampar Gadis Xie lagi.

hap

kali ini Gadis Xie menahannya dengan kuat.

" aku tidak mengira jika di keluarga Hu ada yang begitu bodoh .."

" kau,...!" desis Hu Jing Mi menarik tangannya namun gagal, karena cengkraman Gadis Xie sangat kuat. kedua wanita itu saling tarik menarik dengan tatapan mata yang tak kalah tajam.

tap tap tap

langkah kaki mendekat, keduanya menoleh dan mendapati sosok lelaki dengan beberapa pengawal berjalan menuju ke arah mereka. gadis Xie menatap dengan pandangan menilai. Kesempatan ini di gunakan selir Jing Mi untuk menarik tangannya dan mundur beberapa langkah.

" tuan.." ucap Hu Jing Mi dengan suara lembut.

gadis Xie diam saja sambil menatap tanpa rasa segan. Bao menarik lengan baju nyonya nya, wanita itu memang tidak berbicara apapun mengenai tuan Xu Zhang Jiangwu, suami Liu Xianlun. Karena dia merasa jika mana mungkin nyonya nya melupakan suaminya.

" ada apa ini?" ucap tuan Xu Zhang Jiangwu dengan suara maskulinnya.

" maafkan saya tuan, saya hanya berniat menjenguk nyonya dan membawakan makanan sehat, tapi nyonya sepertinya tidak menyukainya dan menumpahkan semua makanan ke lantai" bohong Hu Jing Mi. Dia memang sudah terbiasa memutar balikkan fakta.

gadis Xie menarik nafas panjang, wanita di depannya ini tidak lelah mencari masalah dengannya.

" apa benar begitu Xianlun? " tanya Xu Zhang Jiangwu menyelidik. Lelaki itu sudah terbiasa mendapat aduan perilaku buruk dan tidak masuk akal tentang istri sahnya. melelahkan sekali.

" tuan bisa melihat sendiri pakaian siapa yang kotor, jadi jelas siapa yang melempar semua makanan ini ke lantai" jawab Gadis Xie malas. Hu Jing Mi meremas gaunnya sesaat, kenapa Liu Xianlun kini menjadi pintar berbicara.

" jadi maksud mu selir Jing Mi yang melempar makanannya sendiri?"

" tidak mungkin saya menyiram makanan ini ke pakaian saya sendiri bukan?" balas Gadis Xie.

" selir?" Xu Zhang Jiangwu kini berganti menatap Hu Jing Mi dengan tatapan meminta penjelasan.

" emm.. itu.. itu.." Hu Jing Mi kebingungan membalikkan perkataan gadis Xie.

" maafkan saya tuan, tadi saya yang ceroboh dan membuat makanan ini terjatuh" pelayan Hu Jing Mi langsung bersimpuh di kaki tuan Xu Zhang Jiangwu.

dia melakukan itu adalah untuk menyelamatkan nyonya nya, Hu Jing Mi.

plak

tamparan tangan gadis Xie terdengar sangat keras mengenai pelayan itu.

" lain kali katakan dengan jelas pada selir, jangan membuat kesalahpahaman, mengerti?" ucap Gadis Xie dengan tegas.

" i.. iya nyonya" jawab pelayan itu dengan bersimpuh di bawah kaki gadis Xie.

" sudah kau segera bersihkan lantai ini" Xu Zhang Jiangwu langsung menengahi. Perselisihan ini begitu membuatnya lelah.

" baik tuan" jawab pelayan dengan cepat sambil menganggukkan kepala berkali- kali.

Setelahnya lelaki itu melanjutkan langkahnya dan masuk ke kamar.

Gadis Xie diam saja. Lalu tak lama Bao memberikan isyarat agar nyonya nya segera masuk dan mengikuti tuan.

" bagaimana keadaanmu?" tanya tuan Xu Zhang Jiangwu. lelaki itu duduk di sebuah kursi di depan ranjang.

" saya baik- baik saja" jawab Gadis Xie datar. wanita itu berdiri tak jauh suaminya.

" tubuhmu tak merasakan sakit atau keluhan?"

" tidak, saya baik-baik saja" jawab Gadis Xie dengan nada yang sama. tidak ada emosi apapun yang terkandung dalam jawabannya.

" siang nanti tabib kerajaan akan datang lagi untuk memeriksa mu"

mendengar kata kerajaan, mendadak Gadis Xie kembali mengingat kehidupannya dulu. Dan mulai sekarang wanita itu sulit percaya dengan kerajaan.

" tidak perlu, saya baik- baik saja"

Xu Zhang Jiangwu menatap istri lekat, ini pertama kalinya Liu Xianlun menolak ucapannya.

" kau yakin?"

" iya tuan"

" baiklah kalau begitu"

merasa tidak ada yang perlu dia bicarakan lagi, dan Xu Zhang Jiangwu juga tidak suka basa-basi. Akhirnya lelaki itu beranjak dan pergi dari kamar Liu Xianlun. Liu Xianlun tidak menahan malah langsung memberikan salam penghormatan.

" nyonya... kenapa nyonya menolak tawaran tuan?" tanya Bao sedikit menyalahkan.

" memangnya kenapa? aku merasa baik-baik saja" jawab Gadis Xie malas. wanita itu malah duduk di kursi dan menuang teh. Tenggorokannya haus setelah bertengkar dengan selir Jing Mi tadi.

" tuan sangat jarang sekali kemari dan memberikan perhatian pada anda.."

" begitu? dia suamiku bukan? " Gadis Xie malah balas tanya.

" iya, tapi tuan kan sibuk. menjadi pengawal kerajaan sangat menyita waktu tuan"

" dia pengawal kerajaan?!"

" nyonya lupa?" cicit Bao. nyonya nya bertanya dengan nada kaget.

" sudah memang lebih baik lelaki itu jangan sering-sering datang ke kamarku" lanjut Gadis Xie dengan nada tak suka. Bao yang melihatnya seakan tidak percaya. Setahunya nyonya nya begitu mendambakan sosok suaminya, tapi kenapa saat ini di mata nyonya malah terlihat kebencian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!