NovelToon NovelToon

Sorry, I Love You

Zella yang Keras Kepala

Sore itu cuaca di kota Jakarta mendung. Seorang gadis cantik berambut panjang diikat melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Suasana hatinya sungguh buruk setelah mendapat telepon dari ayahnya, Gunadi Hendrawan. Ia tidak akan segitu buruknya jika bukan karena ayahnya berkata calon ibu tirinya akan tinggal di rumah, bahkan sebelum ia menyetujui ayahnya menikah lagi.

"Kenapa sih Papa nyebelin banget? Gue ini kan anak tunggal. Kalau Papa nikah lagi, apalagi kalau sampai nenek sihir itu hamil anak Papa, bisa-bisa harta warisan Papa kebagi sama tu orang!" Dumelnya.

Gadis cantik berusia 23 tahun berkulit putih itu bernama Zella Putri Hendrawan. Putri tunggal dari Gunadi Hendrawan, pemilik perusahaan konstruksi ternama HD Company. Nilai kekayaannya bahkan mencapai ratusan milyar.

"Nggak ada Tante Liana, Tante Preety, Tante Sella, sekarang Tante Rindu ngerecokin gue. Gue bakal bikin nenek sihir itu nggak betah di rumah."

Ia sungguh jengah menghadapi wanita-wanita matre yang berseliweran di sekitar ayahnya.

Duda kaya yang tampan memang jadi incaran. Tapi Zella tak suka para wanita yang menjadi pacar ayahnya.

Siapa pun yang berani mendekati ayahnya, akan menghadapi Zella si biang onar.

"Baru aja kemarin Tante Sella gue usir jauh-jauh dengan komporin anaknya. Sekarang Papa udah bawa nenek sihir lain ke rumah. Jangan harap gue kasih izin!" ia menambah kecepatan motornya.

Melewati jalan besar yang sepi, sebuah motor menghadangnya membuatnya mengerem hingga terdengar suara derit ban.

Ckiiiitttttt...

"Br*ngsek! Ada yang mau cari masalah sama gue!"

Ia membuka helm dengan emosi memuncak dan turun dari motor.

"Cari mati lo ya!" Bentaknya.

Pria pemilik motor turun dan membuka helm membuatnya kaget.

"Kak Ezz??"

Arezzlar pria berusia 28 tahun, pemilik restoran, dan seorang mantan gangster. Pria tampan bertubuh tinggi atletis ini merupakan mantan pacar Zella. Mereka sudah putus seminggu yang lalu.

"Kenapa lo bawa motor kayak kesetanan gitu?" Tanya Ezz dingin.

"Apa peduli lo, Kak? Kita kan udah putus!" Balas Zella.

"Justru gue mau nanya sama lo, kenapa sih lo tega khianati gue? Emang gue bikin salah sama lo?"

Zella mendengus dingin dan buang muka. "Kurang jelas emang alasannya? Gue nggak mau nikah sama lo."

Ezz menahan emosi. "Tapi itu bukan alasan lo ngejual harga diri lo tidur dengan laki-laki yang nggak lo kenal!"

Zella mendengus kesal. "Whatever.. yang jelas, gue nggak minat married."

"La, gue sayang sama lo, jadi gue pengen jaga lo. Cuma itu."

Sejujurnya ia juga menyukai Ezz. Namun sifat Zella yang suka hura-hura, pasti terkekang jika menikah dengan Ezz. Apalagi Ezz terkenal kasar karena mantan gangster. Bisa saja ia tak selamat kalau menikah dengan Ezz.

"Udah deh Kak, lupain gue. Lo kan cuma pengen cewek baik-baik." Zella berbalik hendak menuju motornya, ketika tangannya ditarik hingga tubuhnya menubruk dada bidang Ezz.

"Kak, lepasin gue!" Zella berusaha berontak.

"Gue nggak akan lepasin. Sampe lo setuju nikah sama gue, La." Ezz keukeuh ingin menikahi Zella.

Zella mendengus sebal. Heran Ezz segitu menyukainya padahal mereka bertemu saja di tempat yang sama sekali tidak romantis.

Arena balapan.

Dan lagi Ezz sudah memergokinya dengan pria lain di hotel. Bodoh kalau Ezz masih mempertahankannya.

"Gue masih mau bebas. Bukan di rumah jadi ibu rumah tangga doank."

"Apa salahnya jadi ibu rumah tangga?"

"Ya salah banget!" Zella meronta sambil mendorong Ezz menjauh. "Gue nggak sebodoh itu mau dikekang sama pernikahan."

"Lo keras kepala banget sih, La. Gue maksud baik pengen jaga lo." Ezz tak habis pikir Zella segitu keras menolaknya.

Zella menepis tangan Ezz yang hendak menyentuhnya.

"Lo bakal nyesel nolak gue, La." Ezz menatapnya tajam.

"Bodo amat!" Zella berbalik menaiki motornya dan mengenakan helm. Langsung melarikan motornya dengan kecepatan tinggi.

Ezz memandanginya dengan gamang.

"Gue cuma pengen jaga lo, La. Jaga perempuan yang gue sayang. Tapi kenapa lo malah nyakitin gue segininya?" Tangan Ezz terkepal menahan emosi.

"Suatu saat lo bakal ngemis maaf di kaki gue. Liat aja, Zella!" tekadnya penuh kebencian.

***

Zella berusaha tidak goyah berhadapan dengan Ezz. Karena pria itu benar sulit ditebak karakternya. Ezz bisa sangat lembut dan romantis, namun bisa menjadi kasar dan garang.

Zella teringat ketika pertama kali bertemu Ezz, 6 bulan lalu di arena balap liar.

Kala itu ia dikenal sebagai pembalap perempuan yang tak terkalahkan.

Setiap malam ia ke arena balap liar, ada saja pembalap yang menantangnya.

Muncul Ezz yang menantangnya. Dengan berkata, tak mungkin kalah dengan perempuan lemah.

Dan Zella yang paling tidak suka diremehkan, menerima tantangan itu.

Tapi sayang, Zella kalah balap. Kemampuan Ezz tidak diragukan.

Sejak itu Zella dekat dengan Ezz yang berusia 5 tahun lebih tua darinya.

Ezz adalah mantan anggota geng. Di masa lalu pria itu selalu jadi pemimpin tawuran. Suka berkelahi, dan banyak musuh.

Hanya sejak ibunya sakit-sakitan Ezz berhenti menjadi anggota geng dan mulai memperbesar restoran yang dibuka ayahnya.

Mereka akhirnya berpacaran.

Namun belum lama, Ezz melamarnya.

Dan itu adalah mimpi buruk untuk Zella sendiri karena Ezz menuntutnya hanya menjadi ibu rumah tangga.

Seorang Zella yang biasa hidup berhura-hura, jelas tidak mudah memutuskan.

"Kenapa sih pake ketemu sama Kak Ezz? Bikin mood gue makin kacau aja!" Dumel Zella begitu sudah dekat rumahnya.

"Lagian aneh sih tu orang. Udah jelas gue nggak mau nikah sama dia, bahkan dia udah pergokin gue tidur sama cowok lain. Kenapa masih aja nguber gue? Segitunya dia cinta sama gue."

Ia ingat setiap ia sedang bersenang-senang di klub, Ezz selalu datang dan menyeretnya meninggalkan klub.

Baru berpacaran saja Ezz sudah banyak membatasi gerak Zella.

Bahkan Ezz meminta Zella tidak usah bawa motor lagi apalagi balap liar.

Zella yang sudah penuh aturan dari sang ayah, makin lengkap mimpi buruknya jika mengikuti aturan dari Ezz.

"Emang ya laki-laki cuma anggap perempuan itu lemah! Gue nggak selemah itu! Mana mungkin seorang Zella lemah? Cari mati aja yang berani ngeremehin gue!"

Teringat tujuan utamanya pulang cepat, ia jadi emosi lagi.

"Tante Rindu, Zella is your nightmare. Wait for me!"

Zella menambah kecepatan motornya menimbulkan suara berisik hingga dapat umpatan orang yang melintas dan kendaraan yang disalipnya.

Tapi Zella tak peduli.

Amarah sudah menguasai dirinya hingga tak ada aturan yang berlaku.

Bunyi klakson yang menggema dari setiap kendaraan malah memicu emosinya.

Mengingat bagaimana sikap sang ayah padanya selama ini, membuatnya tak rela sang ayah bahagia dengan perempuan lain.

***

Debat Dengan Papa

Tiba di rumahnya yang besar di kawasan Jakarta Selatan, ia memencet klakson.

Pak Iyo security tergopoh-gopoh membukakan gerbang.

Zella bergegas masuk dan memarkir motornya di depan garasi.

Melihat mobil sedan berwarna merah yang terparkir membuatnya naik darah.

"Baru jadi calon istri aja, matre banget mobil dibeliin sama bokap. Apartemen. Gimana kalau jadi nikah? Bisa-bisa minta ni rumah jadi atas namanya. Nggak bisa gue biarin. Papa nggak boleh nikah sama tu nenek sihir matre."

Ia melepas helm dan masuk rumah dengan wajah asam.

Tiba di ruang tengah, ia menahan diri tidak meledak melihat Gunadi sang Papa dan wanita cantik bernama Rindu sedang bermesraan.

Rindu duduk di pangkuan Gunadi begitu agresif menciumi wajah pria itu.

"Ehm.." Zella berdeham agak keras membuat dua orang itu spontan menghentikan kegiatan mesranya dan menoleh.

"Eh anak Papa." Gunadi berdiri menghampiri Zella.

"Hai Zella..." Sapa Rindu membuat Zella makin sinis aja.

"Ada apa nih aku disuruh pulang cepat?"

"Lho, kan Papa udah bilang. Malam ini kita bakal makan malam bersama. Mama Rindu bakal masak untuk kita." Kata Gunadi membuat Zella bergidik ngeri.

"Aku nggak punya Mama! Dan nggak akan setuju Papa nikah lagi!"

"Zella kamu bicara apa?"

"Kurang jelas, Pa? Aku nggak setuju Papa nikah sama wanita ini!"

"Zella! Jaga bicara kamu! Mama Rindu ini calon istri Papa dan calon Mama kamu!"

"Aku nggak sudi ngakuin wanita matre yang cuma incer harta Papa! Nggak ada bedanya sama wanita murahan!"

Rindu geram ingin sekali menampar Zella yang kurang ajar.

"Zella, kamu kok kasar gitu bicaranya?" Rindu berusaha menahan emosi. "Kamu ini nggak pernah dapat kasih sayang dari seorang Ibu. Tapi Tante janji akan memberikan itu sama kamu. Jangan berpikiran buruk sama Tante."

Ciihh... Omongannya manis ngalahin gula, gue yakin itu cuma akting di depan Papa! Batin Zella sangat muak.

"Zella, kamu harus terima. Rindu ini wanita pilihan Papa."

"Enggak!" Teriak Zella marah. "Aku nggak sudi sampai kapan pun! Kalau Papa tetep mau nikah sama wanita ini, aku lebih baik pergi dari rumah ini! Aku benci sama Papa!!"

Plakkkkk....

Tamparan keras mendarat di pipi Zella.

"Kamu sungguh tidak beretika! Apa gunanya Papa sekolahkan kamu tinggi-tinggi tapi kamu tidak punya etika yang baik? Bagaimana Papa bisa percaya kamu mengelola harta Papa?"

Zella mengusap pipinya yang memerah, menatap ayahnya marah. "Oh jadi karena Papa ragu sama aku, Papa nikahin wanita ini untuk bisa dapat pewaris lain? Gitu? Ternyata wanita yang mau Papa nikahin cuma jadi mesin pencetak anak?"

"Zella!! Yang sopan kalau bicara!!"

"Mas... Sudah Mas..." Rindu coba melerai walau tidak bisa terima perkataan Zella.

Zella berusaha meredam emosi dan berlari ke lantai atas masuk kamarnya.

Lalu membanting pintu keras-keras hingga terdengar ke bawah.

Brakkkkkk...

Gunadi begitu naik darah melihat kelakuan anak gadisnya.

"Anak itu makin tidak terkendali."

"Sudahlah Mas. Mungkin dia butuh waktu untuk menerimaku." Bujuk Rindu.

"Aku akan bujuk dia. Aku pastikan kita akan menikah."

"Iya Mas aku percaya kamu bisa meyakinkan Zella."

Rindu sungguh menantikan menjadi nyonya Gunadi Hendrawan. Setelah bercerai dengan suami pertamanya yang sudah bangkrut, Rindu melanglang buana mencari pria kaya kesepian untuk ia goda dan menjadi istri. Agar ia bisa hidup nyaman tanpa harus kerja keras.

Liat aja, Zella ... Aku akan jadi ibu tiri yang paling 'baik' untuk kamu. Aku akan pastikan kamu terusir dari rumah ini, dan hanya aku yang berkuasa, batinnya.

***

Pranggg....

Duakkkkk...

Bugggghhhh...

Suara barang pecah dan berjatuhan menggema dari kamar Zella.

Bi Inah sang asisten rumah tangga, siaga menunggu di depan pintu.

"Duuhh Neng Zella kenapa lagi? Pasti lampu tidur pecah lagi. Bingkai foto juga. Duuh Neng... Nggak sayang amat sama barang."

Sementara di kamar, Zella belum puas melampiaskan emosinya.

"Gue benci sama Papa!!" Jeritnya sambil melempar asbak kaca ke tembok, mengenai bingkai foto dirinya dan ayahnya yang tergantung di dinding.

"Dari dulu selalu aja Papa ngatur hidup gue! Semua yang gue lakuin selalu salah di mata Papa!"

Ia kuliah bussiness management di universitas terbaik di kota, bukan keinginannya. Hanya keegoisan ayahnya. Menjaga nama baik Gunadi Hendrawan.

Kebanggaan ketika ditanya putri tunggal Gunadi Hendrawan kuliah di tempat terbaik. Hanya demi harga diri.

"Kenapa sih gue lahir sebagai anak Papa?? Gue benci Papa! Gue ngerti sekarang kenapa nyokap milih ninggalin Papa, pasti yang nyokap rasain sama dengan yang gue rasain sekarang. Dikekang oleh keegoisan Papa dan tertekan! Kenapa dulu nyokap nggak bawa gue pergi?? Malah ninggalin gue sama Papa, cuma bawa sial!!"

Penuh emosi Zella mengoyak-ngoyak bantal dan menghamburkan isinya ke lantai.

"Pokoknya gue harus cari cara bongkar kebusukan nenek sihir itu! Dia nggak boleh sampai nikah sama Papa! Walau percuma sih. Gue yakin kalau mereka putus pasti Papa bawa nenek sihir yang lain. Huhhh nggak ada yang peduli sama gue!"

Zella mengatur nafas memburu.

HP-nya berbunyi.

"Halo?"

"Halo, La... Udah dapet belom uangnya?"

"Emang perlu berapa sih?"

"20 juta."

"Udah pastiin belum kualitas barangnya?"

"Dijamin kualitas terbagus pokoknya. Lo transfer sekarang biar barang bisa diterima. Kita bisa mulai produksi malam ini."

"Iya gue kirim sekarang." Zella memutuskan telepon dan memeriksa aplikasi M-banking nya.

"Br*ngsek! Pasti hasutan nenek sihir itu lagi makanya Papa blokir ATM gue!"

Zella membuka lemari dan mengambil kotak di balik baju.

Senyum sinis tersungging. "Untung gue udah kuras banyak isi ATM."

Di dalam kotak terdapat uang tunai cukup banyak.

"Gue nggak sebodoh itu. Jelas gue antisipasi kalau ini kejadian lagi. Cukup sekali Papa blokir ATM gue gara-gara gue ketahuan balap liar dan nenek sihir itu ngehasut Papa."

Ia menyimpan uang tunai senilai lebih dari seratus juta rupiah, berjaga-jaga kalau ATM nya kena blokir ayahnya.

Begitu mengambil uang yang diperlukan, ia mengambil jaket dan kunci motor.

"Daripada gila gue di sini, mending gue happy happy!"

Zella keluar dari kamar melihat Bi Inah menunggunya.

"Duh Neng, pasti lampu tidur pecah lagi. Neng kalau pengen pecahin barang, pesen dulu sama Bibi. Nanti Bibi siapin piring gelas yang murah buat Neng Zella pecahin. Jangan yang mahal dipecahin Neng.." cerocos Bi Inah membuat Zella gerah.

"Ahh bawel. Beresin kamar, Bi. Aku nggak pulang malam ini. Udah diberesin, kunci kamarnya. Bawa kuncinya sama Bibi. Jangan ada yang masuk kamarku selain Bibi. Paham??"

"Iya Neng. Paham."

Zella bergegas pergi lewat pintu dapur memasuki garasi dan pergi dengan motornya.

***

Dendam

"Ini jamin ya kualitas hasilnya bakal kayak asli."

"Dijamin. Nggak akan ada yang bisa bedain asli apa palsu kalau pake barang ini."

Begitu diyakinkan kualitas barang yang ia beli, Zella mengeluarkan amplop tebal.

"20 juta cash. Kalau hasilnya terbukti bagus, next gue bakal order lebih banyak lagi."

"Pastinya."

Begitu mobil pergi meninggalkan rumah sederhana yang menjadi 'markas' Zella, langsung 3 orang merubungnya.

"Semua udah siap, La."

"Kita siap kerja lembur."

"Pastiin semua berjalan lancar."

Zella sungguh jengah dikekang oleh ayahnya. Ia ingin kuliah desain, namun ditentang ayahnya yang ingin dirinya menjadi pembisnis seperti Gunadi Hendrawan sang ayah.

Maka ia berinisiatif untuk berbisnis sendiri agar tidak tergantung. Ia ingin membuktikan bahwa ia juga bisa sukses dengan caranya.

"Kenapa sih lo, La?" Tegur Beno, cowok kurus berkulit hitam yang jauh dari kata 'ganteng', merupakan teman Zella sekaligus asistennya.

"Perlu ditanya lagi? Lo tiap hari juga liat gue begini." Zella menyulut sebatang rokok.

"Ya tiap hari emang. Tapi kenapa lagi sekarang? Pasti masalah bokap?"

Zella mengepulkan asap rokok ke udara. "Gue pengen nunjukin sama bokap, kalau gue nggak bisa disetir terus! Bokap selalu ngatur hidup gue. Maksa gue ngelakuin hal yang nggak gue suka. Ikut pesta, jadi putrinya yang manis, kuliah dengan jurusan ditentukan Papa. Bahkan Papa nggak tanya gue dulu apa gue mau. Papa nggak peduli itu. Muak gue jadinya!"

Ia mengambil sekaleng bir. "Dan sekarang dia bawa perempuan matre itu buat jadi nyokap tiri gue. Bahkan si nenek sihir itu hasut bokap blokir ATM gue biar gue kapok bikin ulah! Baru jadi calon aja udah banyak maunya. Ya minta mobil, apartemen, perhiasan. Kalo udah nikah, bisa bisa gue ditendang dari rumah."

"Ya tapi lo juga pikirin bokap lo, La."

"Ngapain gue pikirin? Bokap cuma peduli sama nama baik, nggak peduli sama gue, anak tunggalnya."

"Maksud gue, pikirin bokap lo sebagai laki-laki normal. Apalagi bokap lo udah lama nge-duda kan. Wajar dia pengen..."

"Stop! Nggak perlu lo lanjutin!" Bentak Zella. "Selama bokap belum alihin semua aset atas nama gue, apapun alasannya, gue nggak bakalan setuju dengan pernikahan bokap. Titik!"

Beno tidak bicara lagi. Kalau sudah tentang papanya, Zella begitu sentimen dan emosian.

"Pokoknya gue pastiin bisnis kita harus berhasil. Gue bakal buktiin sama bokap, kalau gue bisa sukses tanpa campur tangan bokap."

Beno mengeluarkan HP menunjukkan bisnis plan.

"Gue udah tandain titik-titik tertentu buat kita jual produk kita. Diskotik seluruh Jakarta kita libas. Kalo sukses dan hasilnya bagus, kita akan merambah ke luar kota kalau perlu ke luar pulau."

"Atur deh sama lo." Zella membuang rokok ke tanah dan menginjaknya.

HP Zella berbunyi.

Ada chat dari Arezzlar.

#Gue tunggu di Black malam ini.#

Zella mendengus kasar. "Ada apa lagi ni cowok? Pasti mau nantang gue balapan. No, gue tinggal dulu. Pastiin semua lancar. Kalo ada apa-apa kabarin gue."

"Oke La."

Zella mengenakan helm dan menyalakan motornya.

Lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

***

Hidup Zella jauh dari kata bahagia semenjak tinggal bersama Gunadi yang otoriter.

Zella tidak pernah tahu siapa ibu kandungnya. Karena Gunadi menghindar setiap Zella menanyakan perihal ibu kandungnya.

Ia hanya diberitahu sang ibu pergi meninggalkannya dan Gunadi.

Namun identitas ibunya pun dirahasiakan.

Yang Zella yakini, ibunya meninggalkan sang papa karena sifat buruk Gunadi yang begitu temperamen.

Sejak kecil, Zella selalu menerima kekasaran. Hidup terlalu banyak aturan membuatnya menjadi sosok pembangkang.

Selalu saja salah. Nilai ulangannya dapat angka 7 saja ia dapat hukuman berhari-hari tidak boleh keluar rumah selain sekolah. Dan hanya boleh belajar. Nonton TV dilarang. Hanya karena kepala sekolah adalah kawan sang ayah. Hingga menjadi aib jika nilai Zella jelek di sekolah.

Karena itu pula Zella mencari kesenangan lain di luar sana. Tak disangka dengan sifat kasar yang didapat dari sikap sang ayah melekat padanya, Zella dipercaya menjadi ketua geng motor yang beranggotakan pria dan wanita. Di bawah kepemimpinan Zella, geng ini cukup disegani.

Sejak SMA Zella sudah membangkang perintah Papa, dengan seringkali menjadi pemimpin tawuran antar geng.

Ia jadi gadis yang kasar dan pemarah. Tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu menjadikannya dingin.

Meski ia berwajah cantik, tapi itu tidak membuatnya bangga. Ia yakin wajah cantiknya dari sang ibu.

Kalau tahu begitu ia lebih memilih ikut saja dengan ibunya.

Tapi mengingat teganya sang ibu meninggalkan ia dengan ayah yang kasar, ia jadi membenci ibunya.

***

Tiba di arena balap liar, Black.

Sudah ramai orang menggerungkan motor hingga menimbulkan suara berisik.

Zella menghentikan motor dan membuka helm.

Pria tampan yang sejak tadi menunggunya, turun dari motor dan mendekatinya.

"Mau apa lagi sih, Kak?" Tanyanya jutek sambil merapikan rambutnya.

"Gue masih nunggu jawaban lo, La. Kenapa lo tega khianati gue?"

Zella mendengus dan turun dari motor, berhadapan dengan Ezz.

"Kurang jelas?"

"Karena alasan lo nggak masuk akal. Cuma karena gue ngajak lo nikah?"

Zella menatapnya berani. "Oke. Lo perlu penjelasan sejelas-jelasnya?"

"Iya."

"Gue nggak bisa komitmen. Dan gue juga bosenan. Gue nggak bisa cuma sama satu cowok. Buat gue, cowok itu cuma sekali pake. Mana bisa gue komitmen apalagi nikah. Tiap hari harus liat wajah satu doang, mana puas gue."

Tangan Ezz terkepal menahan emosi. Harga dirinya sungguh diinjak-injak oleh gadis yang disukainya.

"Gue nggak nyangka lo murahan! Gue pengen jaga lo, ambil tanggung jawab untuk lindungin lo. Tapi, ternyata cewek yang mau gue jaga cuma cewek murahan!"

"Ya udah lo kan tau gue M-U-R-A-H-A-N! Jadi stop nuntut jawaban yang bikin lo makin enek sama gue!"

Zella berbalik namun Ezz menarik tangannya, dan menatapnya penuh amarah.

"Lo liat aja, La.. gue bakal bales perbuatan lo!"

Senyum sinis Zella tersungging membuat dendam terbit makin kuat.

Zella pergi melarikan motornya dengan kecepatan tinggi.

Ezz tidak berminat mengejarnya.

"Lo bener-bener hancurin hati gue, Zella! Gue udah jatuh cinta sejak pertama kita ketemu. Sejak lo selametin gue dari gudang itu. Tapi buat lo nggak ada artinya."

HP Ezz berbunyi, ada chat masuk. Dari ibunya.

#Tanggal 5 Oktober Ibu Bapak akan ke Jakarta. Kita temui teman Bapak untuk membicarakan tentang perjodohan kamu dan putrinya.#

Ezz mendengus malas, namun tidak bisa membantah.

#Baik, Bu. Nanti Ezz jemput ke bandara.#

***

Arezzlar seorang mantan gangster yang disegani. Balap liar dan berkelahi sudah jadi makanan sehari-hari.

Hanya sejak ibunya kena serangan jantung begitu ia kecelakaan motor, ibunya memohon agar dirinya berhenti berbuat jahat. Mengancam orang dan melukai.

Bahkan tak jarang geng nya disewa orang ternama untuk memberantas musuh-musuh. Karena kemampuan bela diri Ezz tak ada yang menandingi, bayarannya cukup mahal dan ia bisa meraup uang banyak hanya dengan menggunakan namanya sebagai gangster.

Tapi Ezz begitu menghormati ibunya. Apalagi sang ayah sudah sakit-sakitan sehingga tidak bisa meneruskan bisnis restoran.

Demi bakti anak pada orangtua, Ezz mengambil alih mengelola restoran sementara orangtuanya pindah ke Kalimantan, ke kampung halaman mereka.

Namun meski sekarang ia cukup sukses mengelola restoran yang berada di kawasan Jakarta Selatan, Ezz kerap was-was jika ada yang tidak suka dengan kesuksesannya. Apalagi citra mantan gangster sudah melekat.

Awal-awal ia memulai bisnis ini lagi, cukup sulit karena ia harus belajar dari awal. Namun semua teratasi. Dan kini restoran miliknya sudah berkembang, memiliki 10 orang pegawai. Bahkan ia bisa memperbesar restorannya dengan membeli lahan sebelah.

Ia sudah nyaman dengan hidupnya.

Namun kenyamanan itu terusik semenjak bertemu gadis cantik bernama Zella yang sudah lama membuatnya jatuh hati.

Karena ia terlalu mencintai Zella, membuatnya amat membenci Zella begitu dengan gampang Zella mengkhianatinya.

Ezz tak bisa lupa, ketika moment ulang tahun Zella, ia ingin memberi kejutan melamar kekasihnya.

Kala itu Ezz kecewa karena Zella lebih mementingkan teman-temannya ketimbang dirinya.

Sudah mengumpulkan uang untuk membeli cincin tunangan, Zella malah mengacuhkannya dan asyik ke diskotik bersama teman-temannya.

Ezz lalu memergoki Zella bersama seorang pria di kamar hotel.

Bahkan ketika Ezz memergokinya sedang tanpa busana, Zella tenang-tenang saja dan berkata ia hanya ingin senang-senang.

Zella sungguh menghancurkan semua harapan Ezz.

Yang mana luka hati itu sudah menjadi dendam.

Ezz bersumpah akan membuat Zella menyesal, berlutut memohon maaf padanya.

Membuat Zella membayar sakit hati dan malu yang diterimanya.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!