NovelToon NovelToon

PANGERAN KAMPUS

Eps 1. Hari Pertama

°°°•••

"Ngenggg .... ngenggg ... ngenggg ..."

Suara kendaraan pun berlalu lalang di depan jalan raya dekat kostku. lalu Aku bangun ternyata pagi sudah terang. Aku baru ingat bahwa hari ini adalah hari pertama Aku untuk kuliah. Aku kemudian bergegas ambil peralatan untuk mandi.

Setelah beberapa menit di dalam kamar mandi Aku keluar dan segera memakai baju baru, sepatu baru, dan celana baru yang telah kusiapkan sebelumnya.

Setelah Aku siap, lalu buru-buru untuk berangkat ke kampus karna waktu sudah mulai menunjukan pukul 07:20 Wib. sebentar lagi akan masuk les pertama yaitu pukul 07:30 Wib. Dengan semangat dan rasa kecewa sedikit, saya pun cepat-cepat berjalan kaki menuju kampus yang jaraknya dari tempat tinggal saya kurang lebih 300 meter.

Setiba Aku di Kampus, lalu masuklah Aku di dalam ruangan yaitu ruang 1. yang dimana di kampusku ini sudah diatur ruangan kelas untuk setiap jurusan,  ruang 1, 5 dan 8 tempat mahasiswa-mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan kebetulan Aku ambil Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pas Aku tiba di pintu ruangan. ehh ternyata ... Aku melihat semua teman-teman mahasiswa sudah ada di dalam ruangan beserta dengan Dosen. Dosen itu adalah Bu Yarni, ia mengampu mata kuliah Linguistik hari ini.

Lalu Aku mengetuk pintu, dan berkata, “Apakah saya bisa masuk di dalam bu y?”

“Kamu mahasiswa baru y!” Dengan nada yang keras.

“iya bu.” Sambil menunduk.

“Kok bisa-bisanya kamu terlambat y, ini kan hari pertama kalian masuk di mata kuliah saya,” ujar bu Yarni.

“Maaf bu, saya tadi lupa. saya kira bahwa hari ini tidak masuk kampus.” Dengan suara yang agak lembut dan halus.

“Kamu ini, ada-ada saja y alasanmu.?,” ujar bu Yarni.

“Mohon maaf sekali lagi bu,” ujarku.

“Baik lah, karna kamu anak baru juga di kampus ini saya maklumi, tapi lain kali jangan di ulangi lagi,” ujar bu Yarni.

“Baik bu,” ujarku.

“Sebelum kamu duduk, silahkan perkenalkan nama kamu terlebih dahulu karena tadi semua teman-temanmu sudah memperkenalkan diri,” ujar bu Yarni.

“Ok ... siap bu.” Dengan nada yang agak keras dikit.

Lalu Aku masuk ke dalam ruangan dekat dengan meja dosen sambil menyapa semuanya.

“Selamat pagi semuanya,” ujarku.

“Selamat pagi,” jawab serentak.

Perkenalkan nama saya Andi Setiawan Kardy Hulu, biasa dipanggil Kardy. Saya tinggal di Jl. Yos Sudarso No. 110 Gang Air Bersih. Saya Alumni dari SMA Negeri 1 Angkasa. Asal saya dari Desa Loloana'a, Kecamatan Alasa, Kabupaten Nias Utara. Status Single, dan umur saya sekarang 25 tahun.

Setelah Aku memperkenalkan diri, lalu Aku disuruh sama dosennya untuk duduk di belakang dan melanjutkan bicaranya yang tertunda tadi. Selama duduk di kursi bagian belakang, yang ada di pikiranku adalah rasa malu tak tertahan karna masa baru hari pertama masuk kampus sudah terlambat. Aku melihat semua lirikan teman-teman dikelas tertuju padaku.

Sambil merenungkan nasib yang sial, akhirnya pergantian les pun tiba. dilanjutkan dengan mata kuliah yang lain dengan dosen yang berbeda. Seketika ruangan ditinggal sama dosennya, tiba-tiba ada suara. Haaaaaaaa ... haaaaaa ... (secara serentak).

Aku melihat semua orang di dalam ruangan menertawakan, dengan berbagai kata-kata ejekan dan sindiran. “Eh lo sih kalau mau kuliah yang benar dong, jangan bikin malu deh. udah tau ini hari pertama, masih mau terlambat deh." Ucap salah seorang teman dalam kelas yang tak kenal. Dengan rasa ganas dan malu sekali, Aku langsung mendatangi anak yang ngejek barusan.

“Nama lo siapa bro?” tanyaku.

“Ohh … nama saya Wiber bro, kenapa y?” tanya Wiber balik.

“Bro, emang masalah buat lo kalau gua terlambat,” ujarku.

“Iya sih masalah buat gue, emang lo gc malu tadi y bro pas didepan itu,” ujar Wiber.

“Bukan urusanmu y bro, yang penting Aku ingatkan kamu jangan terlalu sombong dan songong deh disini, karna kita sama-sama mahasiswa disini,” ujarku.

“Emang kamu punya nyali berapa bro, sampai ngomong begitu sama aku.” Ujar Wiber sambil berdiri.

“Saya tidak banyak nyali bro, yang penting belum Aku tinggalkan nyawaku dikampung bro, kalau mau silahkan saja,” ujarku tegas.

“Ohh. kamu nantang fight y. ok kalau itu maumu.” Ujar Wiber sambil bersiap-siap.

“Saya tak nantang kamu fight bro y, tapi kalau mau juga silahkan dimulai,” ujarku sambil bersiap-siap juga.

Seketika Aku menonjok Wiber tiba-tiba datang seseorang menarik tanganku di belakang sambil melerai kami dan berteriak.

Stop!

“Kalau kalian tetap berantem di dalam ruangan ini aku akan laporin kalian ke pihak kampus supaya kalian di keluarkan dari sini.”

Lalu ia membawaku keluar dari dalam ruangan itu dengan memegang tanganku yang sudah mulai gemetar. menyuruhku untuk menenangkan hati dan jangan emosi. Setelah semua detak jantungku mulai pelan dan darah panasku reda, ia pun memberiku minum yang ada di dalam tasnya.

“Nama kamu siapa?”

“Kardy ka.”

“Kamu asli orang mana?”

“Saya dari Alasa ka, Nias Utara.”

“Ohh ya.”

“Kenapa bisa berantem sama anak itu tadi ya?”

“Panjang nih cerita ka.”

“Ayok dong ceritain.” Sambil merayu dengan tatapan yang sedikit menggoda.

“Begini ka ceritanya, tadi tuh Aku terlambat masuk ke dalam ruangan karna Aku kira hari ini tak masuk kampus. truss anak-anak di dalam ruangan itu menertawakanku dan anak itu tadi bilang sama aku kalau Aku tuh tak becus untuk kuliah, makanya Aku emosi ka,” ujarku.

“Ohh itu y ceritanya.”

“Iy ka.”

“Nah, begini biar Aku yang ngomong nanti y sama anak itu, supaya dia tidak dendam sama kamu.”

“Iy ka, terimakasih banyak ya.”

“Iy sama-sama dek.”

“Habis ini kamu kemana dek?”

“Langsung pulang ke kost aja ka.”

“Siapa temanmu?”

“Gak ada sih ka, Aku sendirian kok udah biasa.”

“Gimana kalau anak itu tadi dia menunggumu diluar untuk balas dendam?”

“Yahh, terserah sih, yang penting Aku tak ada salah sama dia, dan kalau dia sudah niat untuk cari masalah terpaksa saya harus ladenin.”

“Begini y, bagaimana kalau kk antar kamu sampai di kost? kk, kan bawa motor tiap hari ke kampus.”

“Janganlah, entar merepotkan kak,” ujarku.

“Gak, kamu santai aja kok namanya manusia yah harus saling membantu.”

“Serius ka.” ujarku.

“Yah serius lah masa aku bohong sih sama kamu.”

“Makasih banyak ya. Btw nama kk siapa ya?” tanyaku sambil menatap wajahnya.

“Oh iya, nama saya Cindi dek.”

"Oh."

Kami pun berjalan menuju tempat parkiran sambil jalan melambaikan tangan.

“Kamu bisa bawa motor y?” tanya Cindi seperti khawatir gitu.

“Bisa sih kak,” ujarku.

“Bagaimana kalau kamu yang bawa dan kamu bonceng kk,” ujar Cindi.

“Iya kak," ujarku.

Dengan senang hati, Aku pun baru kali ini berboncengan dengan perempuan yang barusan Aku kenal dan langsung ditawari untuk diantar pulang. Di perjalanan menuju kost Aku sangat bahagia sekali.

“Eh btw kk orang mana y?” tanyaku.

“Orang Lotu dek,” ujar Cindi.

“Marga Apa ka?” tanyaku lagi.

“Harefa dek,” ujar Cindi.

“Ohh ... ”

“Semester berapa dan jurusan apa kk y?” tanyaku sambi pelan gas motor.

“Semester 7 dek jurusan Bahasa Indonesia juga, sama seperti adek,” ujar Cindi.

“Ohh y, berarti tinggal menyusun skripsi dong ka?” ujarku.

“Iy dek, mudah-mudahan tahun ini segera meja sidang skripsi,” ujar Cindi.

“Amin ka,” ujarku.

“Iy dek,” ujar Cindi.

“Boleh nanya sesuatu ka?” tanyaku.

“Apa tuh?” tanya Cindi balik.

“Kk udah ada pacar y?” tanyaku.

“Kok nanya gitu sih dek?” tanya Cindi balik.

“Mau tau aja sih ka, mana tau ada yang mau, kan bisa saya perkenalkan sama Kaka,” ujarku.

“Ohh ... hmmmm … kamu itu, kan masih adek ku aku kan udah semester 7 sementara adek baru semester 1,” ujar Cindi.

“Emang umur kk berapa y?” tanyaku.

“23 tahun dek,” ujar Cindi.

“Masih adekku lah, saya aja udah umur 25 tahun sekarang lo ka,” ujarku.

“Masa sih.” Ujar Cindi seperti tidak percaya gitu.

“Iy lo ka, kk gak percaya coba lihat aj KTP saya deh. Saya ini sudah menganggur kurang lebih 5 tahun deh pokoknya,” ujarku dengan suara halus.

“Adek gak lagi canda kan?” tanya Cindi.

“Masa saya canda sih ka, Saya serius lo,” ujarku.

“Emg adek tahun berapa?” tanya Cindi.

“Tahun 97 ka,” ujarku.

“Buset dah,” ujar Cindi.

“Kenapa ka, kok kaget,” ujarku.

“Aku aja tahun 2000 udah semester 7, kok kamu baru lanjut?” tanya Cindi.

“Yah, karena ekonomi orang tua tidak sanggup membiayai, terpaksa deh saya harus menganggur dulu,” ujarku berusaha membuat dia percaya.

“Oh ... ya, baru tau aku kalau ada semester 1 yang sudah umurnya 25 tahun y, karena setau aku tidak ada umur 25 teman kami yang seangkatan sih, makanya saya kaget tadi,” ujar Cindi.

“Hahahaha ... nah sekarang bukan panggil kk lagi dong panggil adek y?” tanyaku.

“Bisa jadilah, kalau di kampus panggil senior aja, truss kalau diluar terserah mau panggil apa aja deh yang penting sopan,” ujar Cindi.

“Siap adek senior,” ujarku.

“Hahahaha ... ”

“Kembali ke topik pembahasan tadi ya? udah punya pacar y?” tanyaku.

“Belum sih, sekarang panggil abang aja y,” ujar Cindi.

“Siap senior. kok belum sih dek pasti bohong, kan?” tanyaku.

“Saya serius bang, karna malas kalau hanya pacaran terus tanpa ada kepastian,” ujar Cindi.

“Emangnya adek mau yang pasti-pasti y?” tanyaku.

“Baiknya sih begitu,” ujar Cindi.

“Bagaimana kalau misalkan saya suka sama kamu, mau gak kira-kira jadi pacarku?” tanyaku.

“Jangan dulu lah, kita kan baru kenal. gpp nanti kalau kita sudah lama kenal yahh bisa lah,” ujar Cindi.

“Tapi gpp lo dek, kita jalani aja dulu,” ujarku.

“Ahh … bukannya gak mau sih bang. Cuma berilah waktu sekitar 2-3 hari untuk berpikir dulu bisa, kan?” tanya Cindi sambil menggerakkan tangannya.

“Iy sih betul juga, dan lagian saya juga belum tau sifat kamu yang sebenarnya,” ujarku.

“Nah, itu kan tau,” ujar Cindi.

“Iy dong,” ujarku.

Akhirnya kami pun tiba di kost tempat tinggalku, dan Aku segera matikan motor dan cabut kuncinya, lalu ku serahkan kembali sama Cindi. Aku membuka pintu kamar kostku, dan masuk ke dalam. Di dalam sudah berantakan karena tak sempat di beresin tadi pagi karna buru-buru ke kampus.

Aku meminta Cindi untuk masuk ke dalam, dengan perlahan-lahan Cindi pun masuk ke dalam kostku dan melihat semua kamar yang sudah berantakan.

“Kok kamarmu berantakan begini?” tanya Cindi.

“Tadi saya buru-buru ke kampus dek, gak sempat diberesin sih,” ujarku.

“Oh ... y, Begini aja, kita beresin bersama-sama dulu. baru kita lanjutkan bercerita nanti, bisa kan?” tanya Cindi sambil bertanya.

“Janganlah dek, entar kalau ada tetangga kost yang lihat gak enak saya,” ujarku.

“Kamu jangan banyak cerita lah, kan pintunya gak ditutup,” ujar Cindi.

Lalu Cindi menaroh tasnya diatas meja, dan mengambil sapu. Aku membereskan semua peralatan yang sudah berantakan dan menaruh di tempatnya semula. Akhirnya......

•••°°°

Eps 2. Pacar Baru

°°°•••

Akhirnya pekerjaan pun siap, dan saya meminta Cindi agar tetap stay di sini karna sebentar lagi saya hidangkan makanan serta minuman untuknya Sore pun tiba, akhirnya Cindi dan saya makan berdua di kost setelah semua hidangan sudah disajikan. sekitar pukul jam empat sore lewat lebih, Cindi ijin untuk ke toilet sebentar.

Setelah beberapa menit dari toilet, akhirnya Cindi  keluar dan sambil duduk di sampingku di atas ranjang.

“Bang, mana tempat cucian piring kotor ya?” tanya Cindi.

“Kenapa Cin, buat apa?” tanya Saya balik.

“Sini, biar kucuci sebelum aku pulang ke rumah dehh,” ujar Cindi.

“Jangan lah Cin, gak enak saya. biarin saya aja yang nyuci nanti,” ujar Saya.

“Ah, gpp kok bang. saya juga udah terbiasa nyuci kok.” Sambil mengayunkan tangannya ke ember pakaian kotor.

“Jangan Cin!” Sambil memegang ember.

“Gpp kok bang, biar aku yang nyuci aja. kamu istirahat aja,” ujar Cindi.

Ketika tanganku memegang ember yang dipegang Cindi eh ... ternyata salah pegang, malah yang kupegang adalah tangan Cindi. Dengan penuh tatapan yang agak sedikit salah tingkah dan malu, Cindi pun akhirnya melepaskan tangannya.

“Kok pegang tangan aku sih bang?” tanya Cindi.

“Eh ... sorry Cin saya kira tadi ember yang kupegang,” ujar Saya.

“Hmm ... ambil kesempatan dalam kesempitan y.” Agak sedikit marah dan malu.

“Gak lah, masa saya begitu sih. saya, kan orangnya baik dek,” ujar Saya.

“Karna situasi lagi sepi kamu mau nakal y,” ucap Cindi dengan tegas.

“Sumpah Cin, saya gak ada maksud kayak gitu,” ujar Saya.

“Yah, iya lah saya maafin, tapi lain kali jangan begitu lagi y,” ujar Cindi.

“Iy dek,” ujar Saya.

Lalu Cindi pergi ke tempat cucian sambil membawa ember yang ada di dekat kamar kost ku. Saya menunggunya sampai ia balik lagi sambil rebahan. Akhirnya, setelah kurang dari sepuluh menit Cindi balik dengan membawa cucian yang sudah bersih. Saya lagi santai tidur di ranjang sambil bermain game haigh domino, yang dimana game itu lagi tranding saat ini.

“Kok kamu belum tidur sih bang, malah main game,” ujar Cindi sambil menaroh ember.

“Iy dek, bentar lagi kok,” ujar Saya.

“Oh ... iya lah.” Sambil meletakkan cucian.

“Cin, kamu langsung pulang y?” tanya Saya.

“Gak, bentar lagi kok. biar kususun rapi dulu ini,” ujar Cindi.

“Oh.”

Setelah semua pekerjaan Cindi selesai akhirnya ia pun pamit untuk pulang.

“Bang, mau pulang dulu ya, besok lagi kita ketemu dikampus.”

“Oh ... iya dek. makasih banyak ya karna sudah bantu saya. hati-hati di jalan y jangan ngebut.”

“Ok ... siap bang.”

Akhirnya Cindi ambil tasnya, memakai sepatu, dan  menaiki motornya lalu ia sambil klakson.

“Pulang aku bang y, kamu istirahat jangan main game mulu.”

“Oh ... iya dek, hati-hati.”

“Ok bang.”

Setelah Cindi pulang ke rumahnya, saya mengunci pintu kost dan kemudian tidur sampai nyenyak. tak terasa Ayam sudah mulai berkokok membangunkan tidurku. Akhirnya saya bangun sambil melihat handphone, ternyata sudah menunjukan pukul 06:15 Wib.

Saya segera bersiap-siap pergi ke kampus, di dalam hati berkata, “jangan sampai terulang seperti hari pertama.” Beberapa menit kemudian, saya tiba di kampus dan masuk ke dalam ruangan. ternyata saya yang paling cepat datang dikelas hari ini, belum ada orang di dalam.

Sekitar pukul tujuh lebih,  semua teman-teman di dalam ruangan itu hampir semua datang. tinggal beberapa lagi yang masih bangku kosong. pada saat yang bersamaan, Cindi datang dan masuk ke dalam ruangan. saya yang tadinya main HP dan menunduk muka dibawah, pas dipanggil Cindi aku kaget sedikit dan pas melihat.

Eh ... ternyata hari ini Cindi cantik sekali tak seperti biasanya. Cindi mendekatiku di kursi samabil bersalaman.

“Eh Bang gimana kabarnya?” tanya Cindi sedikit senyum.

“Sehat dek, kamu g mna juga kabarmu Cin?” tanya Saya balik.

“Sehat juga bang.”

“Oh y, kalian masuk hari ini y?”

“Gak bang.”

“Truss, kamu ngapin di kampus?”

“Mau ketemu sama dosen pembimbing untuk revisi.”

“Oh.”

“Jam berapa nanti datang dosennya dek?”

“Entah lah bang.”

“Tadi sih saya chat bapak itu di Wa, katanya pagi ini dia masuk les pertama.”

“Oh y, mungkin dia lagi di perjalanan dek, kamu sabar aja.”

“Iy bang.”

Beberapa menit kemudian, masuklah chat di Wa Cindi. ternyata pak dosen yang ia tunggu-tunggu barusan sampai di kampus dan katanya dia tunggu di ruang prodi.

“Ijin dulu bang y. Bapak itu sudah datang, dia lagi menunggu aku.”

“Ohh, baik dek semangat y.”

“Iy bang pasti kok.”

Selang beberapa menit kemudian, datang lah dosen masuk kedalam ruangan kami.

“Selamat pagi.”

“Selamat pagi.” Secara serentak.

“Bagaimana kabarnya?”

“Sehat pak.” Secara serentak.

“Nah sekarang, karena ini baru perdana kita ketemu maka yang kita bahas adalah tentang kontrak mata kuliah di RPS. sebelum itu bapak perkenalkan diri dulu, baru kalian nanti.”

“Iya pak.” ujarku

Perkenalan akhirnya selesai. Tak terasa waktu terus berjalan, les pertama pun habis dan kami pulang. Saya  langsung bergegas untuk pulang kekost. Ternyata di ruang tunggu tamu didepan ada Cindi yang lagi merenung sendirian.

“Cin, udah siap y?”

“Udah sih bang, tapi masih ada revisi untuk besok karena ada tadi yang salah.” Sambil memperlihatkan proposalnya.

“Oh y dek.” Sambil melihat lembaran yang di perbaiki.

“Kamu pulang juga sekarang y?” tanya Saya.

“Bentar lagi sih bang, karena ada temanku yang lagi revisi tadi di atas katanya nungguin dia.”

“Ohh ... y dek, berarti aku duluan pulang y?” tanyaku sambil memandang wajahnya.

“Kok buru-buru bang. Ini, kan masih pagi bentar lagi lah.”

“Emang kenapa dek?” tanya Saya.

“Gak apa-apa sih bang, cuma gak ada temanku di sini sih.”

“Nah ... gitu dong, bilang dari tadi kok,” ujar Saya.

“Mau nemanin gak nih bang?” tanya Cindi.

“Yahh, mau lah dek, tapi janji y antar saya pulang nanti. bentar lagi terik matahari nih mulai panas,” ujar Saya seperti manja gitu.

“Ohh iya bang, aman kok.”

Beberapa menit setelah hening di kursi panjang itu, akhirnya Cindi menoleh ke arahku.

“Bang gimana kuliahnya hari ini?” tanya Cindi.

“Yah ... puji tuhan lah dek lancar selalu,” ungkap Saya.

“Amin bang, tetap semangat y,” ujar Cindi.

“Iy lah dek pasti semangat, apalagi ada adek yang selalu nemani saya,” ujar Saya.

“Hmmm ... ada apa nih?” tanya Cindi seperti takut gitu.

“Gak ada maksud apa-apa sih sih dek, emang begitu kok kenyataanya,” ujar Saya.

“Iya lah,” ujar Cindi.

“Btw, Gimana yang kemarin saya bilang dek samamu,” ujar Saya.

“Apa tuh?” tanya Cindi.

“Hmmm … pura-pura lupa y?” tanya Saya.

“Iy bang saya serius, gak ingat lo,” ujar Saya.

“Kok bisa gak ingat sih dek?” tanya Saya sambil menatap tajam wajahnya.

“Habis semalam pas pulang dari tempatmu, aku langsung melanjutkan perbaikan proposalku, nih yang kubawa sekarang,” ujar Cindi.

“Ohh ... iya dek y,” ujar Saya.

“Iy lo bang, makanya saya gak ingat,” ujar Cindi.

“Gini lo dek, saya kan kemarin nanya sama adek, apakah adek itu udah punya pacar y, truss adek jawab masih belum sih. truss saya lanjut lagi bertanya bagaimana kalau misalkan aku suka sama adek, mau gak kira-kira jadi pacarku. gitu lo dek,” ujar Saya sambil merayu Cindi.

“Ohh ... iya bang baru ingat sekarang,” ujar Cindi.

“Yah karna sudah kukasih tau, makanya ingat,” ujar Saya.

“Yaialah, kan aku benar-benar lupa bang,” ujar Cindi.

“Nah sekarang gmna nih jawabannya?” tanya saya sambil memegang tangannya.

“Gimana ya bang? Aku juga gak tau,” ujar Cindi sambil melepaskan tanganku.

“Kok nanya Saya sih g mna, kan Saya nanya kamu,” ujar Saya.

“Biar ku pikir-pikir bentar aja dulu bang y,” ujar Cindi.

“Gak sampai seminggu kan?” tanya Saya sambil buang muka.

“Gak lah bang, masa sampai seminggu,” ujar Cindi.

“Truss gmna nih diterima apa gak?” tanya Saya seperti kesal deh.

“Iyah lah bang, saya mau kok,” ujar Cindi.

“Hmm ... benaran nih gak bohong, kan?” tanya Saya sambil memegang tangannya kembali.

“Masa aku bohong sih bang, aku serius mau kok,” ujar Cindi.

“Iya lah dek, mulai sekarang kita sah jadian y,” ujar Saya.

“Iya bang,” ujar Cindi.

“Jangan panggil abang lah, kan tadi barusan jadian,” ujar Saya.

“Truss panggil apa dong?” tanya Cindi.

“Panggil ayank aja,” ujar Saya.

“Panggil ayank … gak mau ah, malu kalau ada orang yang lihat,” ujar Cindi.

“Kok malu sih dek, justru itu membuat hubungan lebih pada keseriusan kok,” ujar Saya.

“Iya lah, terserah kamu aja,” ujar Cindi.

“Sayang ... kok kayak gitu sih jawabnya?” tanya Saya.

“Iya sayang,” ujar Cindi.

“Nah gitu dong, baru akrab,” ujar Saya.

“Bawel kamu yank, masa baru jadian beberapa menit udah langsung dipaksain panggil ayank,” ujar Cindi.

“Nah itu, kan … gak ikhlas,” ujar Saya.

“Ikhlas lo yank,” ujar Cindi.

“Ok yank,” ujar Saya.

Terlihat dari jauh, yang ditunggu-tunggu pun datang dan mendekat.

“Cin, siapa y?”

“Kenalin dong.” Sambil melirik ke saya.

“Oh iya. nama saya Kardy ka,” ujar Saya.

“Oh. Nama saya Dewi dek. kamu siapanya Cindi y?”

“Hmm ... bukan siapa-siapa sih. cuma tadi pas saya lewat dan melihat Cindi lagi sendirian truss saya ajak untuk ngobrol aja sih,” ujar Saya.

“Oh y,” ujar Dewi.

“Cin, aku langsung pulang aj y, karna bapak sudah datang menjemputku,” ucap Dewi seperti buru-buru gitu.

“Ohh … iy Wi,” ujar Cindi.

“Hati-hati dijalan y,” ujar Cindi.

“Ok siap. kalian pulang juga y barengan,” ujar Dewi.

“Iya Wi, kebetulan searah tempat tinggal kami,” ujar Cindi.

“Ohh .... gitu, aku duluan pulang y,” ujar Dewi.

“Ok Wi. sampai jumpa besok,” ujar Cindi.

Setelah beberapa menit kemudian......

•••°°°

Eps 3. Ketika Kerja Kelompok

°°°•••

Setelah beberapa menit kemudian, Saya dan Cindi ke parkir untuk ambil motor dan segera pulang. Setelah sampai di kost, Cindi tak mampir dulu. Ia mengatakan bahwa hari ini ada kepentingan mendadak yaitu mengantar mamanya ke pasar untuk belanja.

Sepeninggal Cindi, saya langsung ganti pakaian dan tidur deh. Keesokan harinya pagi-pagi sekali, tiba-tiba saya mendengar suara pintu diketok.

"Tok ... tok … tok ..."

“Siapa y?” tanyaku sama orang yang lagi mengetok pintu.

“Cindi yank.”

“Oh ... sebentar yank.”

Saya turun dari ranjang dan langsung membuka pintu.

“Oh. kamu yank, kenapa datang kemari?” tanya Saya.

“Ayank kok lama buka pintunya sih,” ujar Cindi.

“Lagi ganti pakaian yank, karna hari ini saya pergi sama teman-teman mengerjakan tugas kelompok mata kuliah Linguistik, yang diampu ibu Yarni.” ujarku sambil duduk di kursi.

“Yuk. silakan duduk yank.”

“Iya makasih yank.”

“Kok, kamu tiba-tiba datang kemari sih yank,” ujar Saya sambil duduk.

“Ahh. ayank kok kamu gak peka sih,” ujar Cindi.

“Peka g mna yank, saya gak ngerti lo,” ujar Saya.

“Aku datang kesini mau ajak jalan-jalan berdua lo yank,” ujar Cindi.

“Ohh y, kenapa kamu gak beritahu aku duluan yank?” tanya Saya sambil menghidupkan api rokok.

“Yah namanya juga surprise yank. gak mungkin dikasih tau lah, kalau dikasih tau itu namanya bukan surprise.”

“Mkasih yank sudah perhatian. tapi g mna tuh saya hari ini gak bisa jalan sama ayank, karna pergi sama teman-teman mengerjakan tugas kelompok.”

“Iy sih yank, aku juga gak tau kalau ayank mau pergi sih. kukira tadi hari ini ayank gak ada kegiatan lain, makanya langsung datang kesini.”

“Gini aja yank, g mna kalau ayank tunggu aja di sini. ini masih pagi, kami tuh kerja kelompoknya gak lama kok. palingan satu jam sudah siap.”

“Tapi aku takut sendiri di kost lo yank.”

“Kok takut sih yank?” tanya Saya sambil berdiri di pintu.

“Aku kan gak bisa sendiri yank. entar kalau ada orang yang lihat, apa kata mereka nanti samaku.”

“Kamu tak usah mikiran itu lah yank, kubilangin nanti sama yang punya kost.”

“Gimana setuju, kah? habis dari rumah temanku nanti siang baru jalan-jalan deh.”

“Iy lah yank, terserah kamu aja.” Agak sedikit ngambek.

“Kok terserah aku aja yank, tinggal bilang setuju atau tidak kok.” Sambil menatap mukanya yang manis dan lembut itu.

“Iya deh setuju. tapi janji y cepat pulang jangan pake lama.”

“Iya lo yank, khawatir banget sih.”

“Iya lah, namanya juga pacar baru yah harus di ingatkan selalu, manatau lupa. Hahaha.”

“Hmm ... makasih yank, tapi kupake motornya y? Biar cepat nanti pulangnya.”

“Iya yank.”

Beberapa menit kemudian, Saya langsung ke rumah pemilik kost. Pemilik kost kami itu bernama Pak Anugerah. Rumahnya berhadapan dengan kost.

“Selamat pagi pak.”

“Iy, pagi juga. ada apa Kardy?” tanya Pak Anugerah.

“Pak, boleh minta ijin yah?, karna ada nih pacarku datang ke kost. truss saya tinggal dia sebentar sekitar kurang lebih satu jam aja pak, saya mau keluar.”

“Kok kamu tinggal? Bukannya dia datang untuk jemput kamu y?” Agak bercanda dikit.

“Iya sih pak, tapi ini juga kepentingan mendadak.”

“Iya lah, yang penting jangan sampai malam y.”

“Iya pak, makasih y.”

“Sama-sama.”

“Permisi pak y.”

“Iy.”

Aku melangkahkan kaki dari situ. setibanya di kost, saya melihat Cindi lagi rebahan diranjangku dan pintu belum ditutup.  pas saya tiba di pintu kost, saya berjalan pelan dikit dan melihat Cindi. ehh … ternyata Cindi lagi nonton Drakor, yang diperankan oleh Lee Men Hoo.

“Cin, lagi ngapain?” tanyaku.

“Lagi nonton Drakor yank?”

“Kok kamu tidur di ranjangku sih? gak nutup pintu lagi, g mna kalau ada orang yang lihat kamu?” tanyaku sambil duduk.

“Ahh, gpp sih yank. aku tadi tuh lagi lega, makanya pintu gak Kututup deh.”

“Oh. yaudah lah saya udah ijin tadi sama bapak kost, katanya gpp kamu tinggal d sini dulu dehh.”

“Ohh. iya yank.”

“Saya berangkat dulu y?.”

“Iya yank, hati-hati di jalan y. jangan ngebut ntar kecelakaan lo.”

“Iya yank, maksih y. Saya tinggal dulu.”

“Iy yank.”

Saya ambil tas yang berisi laptop di dalam, kunci motor dan jalan deh. Di tengah perjalanan saya tiba-tiba melihat orang yang sedang jalan kaki memakai kaos hitam oblong dan celana jeans hitam kecoklatan.

Pas motor sejajar dengan orang itu, ternyata dia adalah Santi teman kami kelompok. orangnya lemah lembut dan suka membantu. Lalu saya berhenti dipinggir jalan sambil memanggil namanya.

“San, kok sendirian sih?” tanyaku.

“Iya bang, teman-teman sudah sampai di rumah Cintia, aku tadi udah lihat chat di group Wa.”

“Ohh y dek.”

“Harus buru-buru kita nih bah, ayok lah kita bareng aja.”

“Gpp bang, duluan aja ntar marah yang punya motor nanti.” Canda dikit.

“Kok gitu sih San, biasa aja kali. masa teman gak bisa bareng. kan tinggal di jelasin aja kalau ketahuan.”

“Iya lah bang, asalkan gpp.”

“Ayok cepat naik, jangan pake lama, ntar semua teman-teman keburu pulang.”

“Ohh. iya bang makasih banyak y.”

“Iy.”

Lalu Santi naik diatas motor, sambil memegang pundakku. Saya pun segera nyaliin motor dan jalan. Di tengah perjalanan kami ngobrol-ngobrol.

“Ini motor siapa bang y?.”

“Motor Cindi dek, yang sering datang dikelas kita tuh. semester tujuh, senior kita di kampus.”

“Kok bisa kamu pake motornya bang?”

“Yahh. dia tadi pagi ke kost saya katanya sih buat Refresing aja.”

“Ohh ya bang, kalian pacaran y?” tanya Santi.

“Gak lah dek, kami tuh hanya berteman baik aja sih,” ujarku terpaksa harus boong dikitlah, karna ini juga tak kalah cantiknya dengan Cindi Montok, Putih dan Body ok lah, apalagi lebih muda di bandingkan Cindi lagi.

“Ohh, saya kira kalian pacaran lo bang, karna kalian akrab banget.”

“Gak lah dek, kami itu hanya sebatas teman kok, gak lebih dari itu.”

“Ohh. iya bang.”

“Emang abang tuh, gak ada niat pacaran y?.”

“Hmm … knp dek rupanya?”

“Nanya aja sih bang.”

“Ohh. kukirain ada sesuatu. sebenarnya sih dek, aku ada niat pacaran tapi belum ada sih yang meching gitu.”

“Ohh, y bang. Cindi bisa abang pacari kok. abang cocok dengan Cindi lo. sama-sama ganteng dan cantik,” ujar Santi.

“Ahh. kamu ada-ada aja deh, kan sudah kubilang saya sama Cindi itu hanya sebatas teman doang kok,” ujarku.

“Kan gak ada salahnya juga lah bang, kalau Cindi jadi pacar abang.”

“Gak lah dek, aku tuh gak mungkin maksain Cindi kalau dia tak mau.”

“Iya sih bang, tapi abang coba dulu deh rayu Cindi.”

“Jangan lah, entar dia udah punya pacar kali.”

“Kurasa sih bang, Cindi gak mungkin dekat-dekat sama abang kalau dia gak suka sama bang.”

“Iya sih dek. tapi kita jangan GR gitu lah, manatau Cindi dia memang suka berteman kan dan sudah punya pacar. yahh siapa tau.”

“Betul bang.”

“Yaudah lah jangan dibahas, ntar berpikiran aneh-aneh lagi.”

“Iya bang.”

“Kamu sendiri udah punya pacar atau belum?”

“Belum sih bang.”

“Kenapa?”

“Belum ada yang cocok seperti yang abang bilang tadi tuh.”

“Ohh.”

“Tapi ada niat gak?”

“Masih belum ada sih bang. takut sama orang tua, karena belum di ijinkan untuk pacaran. kalau ketahuan mati lah aku bang.”

“Oh yah dek.”

“Tapi kalau sembunyi kan bisa, dan lagian kamu kan di sini. sementara mereka di kampung.”

“Tapi tetap juga lo bang, itu namanya boong sama orang tua, dan suatu saat yang namanya aib pasti ketahuan lo.”

“Iya betul juga dek, yaudah kita mau dekat sampai nih.”

“Iya bang.”

Akhirnya, kami pun sampai tujuan di rumahnya Cintia. motor langsung aku parkir dan singkirkan di samping jalan. Kami melihat Cintia, Rehan, dan Cika sedang fokus di laptop masing-masing. mereka belum melihat kami karna mereka lagi  ada di lantai dua rumah yang megah dan mewah itu.

“Tokk ... tokk ... tok ...”

Sampai tiga kali kami ketok pintunya dengan bergantian Santi, lalu dari dalam rumah terdengar suara Cintia.

“Iya sebentar, siapa y?”

“Kardy dan Santi.”

“Ohh.” Pintu pun dibukain.

“Ehh bang Kardy, Santi,” ujar Cintia.

“Iya dek, sorry y terlambat, karna tadi macet di jalan.”

“Ohh. iy dehh gpp, silakan masuk. langsung ke lantai dua aja y. teman-teman lagi menunggu diatas tuh.”

“Ohh, iy Cin makasih y,” ujarku.

Lalu Cintia mengunci pintu lagi. Sambil memanggil adeknya yang kecil bernama Lauren untuk menghidangkan minuman.

“Kalian mau minum apa y?”

“Air putih aja Cin,” ujar Santi.

“Kok air putih sih.”

“Emang kenapa?.”

“Yahh, ini kan sudah siang maunya minum yang dingin-dingin lah.”

“Ohh. iya juga y,” ujarku.

“Ok lah, makasih.”

Lalu kami berjalan menaiki tangga rumahnya Cintia yang megah kayak istana itu. sesampai lah kami di lantai dua dan melihat Rehan dan Cika menatap kami sambil berkata, “Ehh sudah datang nih semua,” Sambil mendekati mereka lalu duduk.

“Sorry y kawan-kawan kami telat datang, karna di jalan tadi macet dehh.” Sambil menyalaminya mereka.

“Iya gpp bang,” ujar Rehan.

‘Ok deh, kita mulai aja y?” tanyaku.

“Ok,” ujar Cintia.

Selang beberapa menit kemudian Lauren pun datang menyuguhkan minuman yang tadi di bilang kknya.

“Ini minumannya ka, bang y.”

‘Iya dek, makasih y.”

“Iya.”

Setelah satu jam kemudian akhirnya pekerjaan kami semuanya selesai. kami pun ijin untuk pulang. lalu saya antar Santi ke kostnya dan saya langsung balik ke kostku. Sesampai di kost, saya melihat Cindi dan ternyata dia lagi...…

•••°°°

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!