"Sudah menikah saja denganku, tinggalkan saja pacarmu yang tak akan pernah sadar, mungkin sebentar lagi juga akan mati," ucap Diaz.
"Apa masih kurang istrimu yang cantik itu, hingga kamu terus mengejar ku Mas?" jawab Ani sambil menangis.
Diaz menghampiri Ani dan menatapnya dengan tajam. Tangan kasarnya mencengkram dagu Ani begitu kuat.
"Diam kamu.... ingat jika kamu menolak. Kembalikan seluruh uang dan biaya rumah sakit bapakmu kepadaku sekarang. Sekalian keluarlah kamu dari rumahmu ini."
Ani terdiam dan hanya mampu menangis, Memikirkan nasib keluarganya. Ayahnya saat ini terbaring lemah dirumah sakit dan membutuhkan biaya begitu banyak.
Rumah Ani memang sudah ditebus kembali oleh Diaz saat tergadaikan dan seluruh biaya rumah sakit ditanggung juga oleh Diaz.
Diaz dulu adalah seorang pria yang selalu mencintai Ani, namun Ani selalu menolak cintanya. Diaz akhirnya menikah dengan seorang wanita cantik karena hamil duluan.
Meskipun begitu Diaz masih menginginkan Ani untuk menjadi istrinya. Kini Ani akan dijadikan istri keduanya.
Minggu ini pernikahan Ani dan Diaz akan digelar secara sederhana. Hari ini Diaz mengajaknya membeli seserahan dan pergi kerumah sakit untuk melihat kondisi Ayah Ani.
Ani memasuki mobil Diaz dengan mukanya yang masam.
"Tersenyumlah, jangan menunjukan mukamu yang cemberut itu. Ingat sebentar lagi kamu akan jadi istriku," ucap Diaz.
"Aku nggak mau jadi istrimu Mas, Aku tidak pernah mencintai kamu," jawab Ani.
"Ha.... ha... ha.... Cinta itu bisa dibeli. Ingat Ayahmu akan sembuh itu berkat uangku. Dulu kamu bisa menolak ku tapi kini kamu sudah dalam gengamanku."
"Cintamu hanya obsesi semata karena ingin memiliki aku Mas."
"Bodoh amat, terserah apa katamu, Aku sudah tidak peduli lagi."
Ani terdiam....... Mas Agus kapan kamu sadar? tolong Aku, gumam Ani dalam hatinya.
Ani melamun memikirkan nasibnya saat ini.
"Hai, kenapa kamu melamun saja," ucap Diaz sambil mengancam.
"Kamu kenapa sih Mas, dulu kamu begitu baik denganku tapi kini kamu seperti macan yang bersiap akan menerkam ku," jawab Ani.
"Ha.... ha.... ha.... ini semua salah kamu yang dulu sudah menolak ku, hingga membuatku jadi seperti ini"
Dasar pria sinting, gumam Ani sambil mengerutkan wajahnya.
"Lalu bagaimana nasib mbak Lia istri pertamamu Mas, Dia pasti akan sakit hati denganku."
"Tenang saja uang bisa membeli hati istri pertamaku. Dia juga merestui jika aku menikah lagi."
"Sudah gila kamu Mas."
"Aku memang gila. itu semua karena kamu ha.... ha... ha....".
Astaga andai Mas Agus sudah sadar pasti dia akan menolongku lepas dari orang seperti ini, gumam Ani.
...****************...
Pagi ini akad nikah akan digelar dirumah Ani. Semua urusan penghulu dan yang lain Diaz yang mengurusnya.
Diaz sudah sampai dirumah Ani jam tujuh tiga puluh. Sementara itu akadnya dimulai jam delapan pagi.
Diaz terlihat begitu bahagia dengan pernikahan ini hingga dari tadi Diaz masih tersenyum sumringah.
Akhirnya aku bisa mendapatkan kamu Ani. Akan kubalas hinaanmu waktu itu, gumam Diaz.
Penghulu sudah memasuki ruang acara. Diaz sudah duduk didepan penghulu dan tinggal menunggu kedatangan Ani.
Tak lama Ani berjalan perlahan menuju ketempat acara, Diaz berdiri dan menatap kagum wajah cantik Ani.
Sungguh cantik sekali kamu Ani, tak salah jika Aku ingin sekali memilikimu, gumam Diaz.
Ani duduk disamping Diaz, matanya mulai berkaca-kaca. Ingin rasanya dia kabur dan menolak pernikahan ini.
Dengan suara lirih dan tubuh yang masih lemas, Ayah Ani menikahkan putrinya dengan Diaz.
Bagaimana sah.... sah....?.
sah.....
Semua mendoakan pernikahan mereka.
Air mata Ani mengalir dengan sendirinya. Hatinya meronta seakan tak terima dengan pernikahan ini.
Tidak.... tidak..... ini hanya mimpi, gumam Ani.
Setelah akad nikah selesai, Ani segera masuk kedalam kamar. Dia tak kuasa menahan air matanya.
Diaz berjalan menghampiri istrinya.
Krek.... (suara pintu terbuka).
Ani segera menghentikan tangisannya dan mengusap air matanya.
Diaz tersenyum kepadanya, dan berjalan mendekati Ani. Ani mengelak mencoba menghindarinya namun Diaz terus berusaha mendekati Ani.
"Jangan takut sayang, aku ini kan sudah sah jadi suami kamu. Sudahlah jangan menangisi kekasihmu yang sebentar lagi akan mati," ucap Diaz dengan bibir yang bersentuhan dengan bibir Ani.
Ani mencoba mendorong Diaz yang terus membuat Ani terpojok hingga ke tembok.
Diaz mencoba Mencium bibir Ani namun Ani terus meronta. Tak kuasa menahan diri, Diaz meremas gunung kembar milik Ani, sambil terus mencium bibirnya hingga membuat Ani menggeliat tak karuan.
"Sungguh Ini yang selama ini ingin kurasakan darimu sayang," ucap Diaz
Ani masih berusaha menghindari suaminya itu. Ani mengangkat Kakinya dan menginjak dengan keras kaki kiri suaminya.
"Auh...... berani sekali kamu menginjakku," ucap Diaz dengan keras.
Diaz mencengkram leher Ani dengan begitu keras. Ani merasa mulai kesakitan dan memukul tubuh Diaz.
"Lepas Mas, sakit..... Auhhhh sakit Mas," ucap Ani.
Tok.... tok.... tok.... (suara ketukan pintu).
"Ani.... Diaz ada tamu untuk kalian", ucap Ibu.
"Iyah Bu sebentar," sahut Ani.
"Ingat yah, kita lanjutkan nanti malam. Bersiaplah Aku akan menikmati keperawananmu," ucap Diaz.
Diaz dan Ani kembali keluar menghampiri teman-temannya yang datang.
Banyak teman-temannya yang tidak menyangka dengan pernikahan mereka. Diaz dulu memang terkenal pria yang sangat menggilai Ani.
Hingga sore hari acara akad nikah mereka telah selesai. Diaz mengajak Ani untuk pulang kerumah yang sudah dia persiapkan.
Ani sempat menolak untuk tinggal serumah dengan Istri pertamanya namun akhirnya dia menyerah juga ketika Diaz menjelaskan bahwa Ani akan tinggal dirumah yang baru dia beli tanpa Mbak Lia.
Ani terperangah ketika melihat isi didalam rumah suaminya itu. Sungguh indah dengan hiasan bunga.
"Kenapa kamu tersenyum, indah bukan rumahku. Ini akan jadi rumahmu selama kamu tidak melawanku. cepat sana masuk ke kamar dan ganti baju yang sudah ku siapkan diatas kasur," ucap Diaz.
Ani segera masuk ke kamar, setelah selesai mandi dia membuka kotak hadiah yang berada diatas kasur.
Astaga apa aku harus benar-benar memakai baju ini, gumam Ani.
Tiba-tiba Diaz masuk kedalam kamar Ani dan hanya mengenakan celana pendek.
"Kamu mau apa Mas?", ucap Ani sambil ketakutan.
"Cepat pakai baju har"m itu", jawab Diaz.
"Tapi Mas, Aku sungguh capek hari ini. lain kali saja."
"Berani sekali kamu menolak ku. cepat pakai sekarang atau Aku yang akan memakaikannya untukmu."
Ani meneteskan air matanya dan menuju ke kamar mandi. Setelah keluar Ani sudah menggunakan baju har*m itu.
Diaz terpana melihat tubuh m"lek Ani yang sedari dulu ingin sekali dia memilikinya. Diaz langsung berdiri dan mendekati Ani.
Ani mundur beberapa langkah kebelakang hingga dia terpojok.
"Kamu sungguh cantik Ani." ucap Diaz sambil mer"mas puncak gunung kembar milik Ani.
Diaz mulai mengusap wajah Ani dan mencium aroma tubuhnya. Saat ini Ani benar-benar merasa terpojok. Sikap Diaz membuat Ani benar-benar takut.
"Mas, jangan sekarang Aku belum siap," ucap Ani.
Diaz tak memperdulikan apapun perkataan Ani malam ini. Gair**nya sudah berada dipuncak.
Diaz mem*luk Ani dan menjatuhkannya diatas kasur. Diaz mulai mer**ah dan menc**m seluruh tubuhnya.
Ani mulai mengg*liat seakan tak kuat menahan ha***nya. Ani sudah tak kuasa menolak suaminya. Malam pertama inilah yang diharapkan Diaz selama ini.
Diaz tersenyum melihat wajah Ani yang malu-malu dan terus mencoba melawan meskipun sebenarnya Ani yang mulai tertarik dengannya.
Ani mulai mengg*liat bahkan sempat menci** bibir Diaz secara spontan.
Saat mencapai puncak kenikmatan, Diaz dengan keras melepaskan miliknya.
Ani menarik selimut dan menangis setelah suaminya melakukan itu. Sementara itu Diaz merebahkan dirinya disofa sambil tersenyum melihat Ani yang sedang menangis.
Astaga ini Mas Diaz bukan Mas Agus. kenapa Aku bisa melakukan ini lagi, gumam Ani.
"Ha.... ha.... Akhirnya hal yang kutunggu sudah bisa ku nikmati," ucap Diaz sambil mencengkram dagu istrinya dengan kencang.
Dasar pria sinting, gumam Ani sambil menatap suaminya dengan tajam.
"Pagi sayang........ Kamu kok sudah keramas saja, habis ngapain semalam," bisik Diaz ditelinga Ani sambil memeluknya dari belakang.
Ani mencoba melepas pelukan suaminya itu.
"Lepas Mas, Aku lelah. Hari ini Aku akan mencari kerja," ucap Ani.
"Ha.... ha.... ha.... untuk apa kamu kerja. Aku sudah kaya sekarang. Bukankah uangku sudah berhasil membeli restu orang tuamu dan kamu sendiri," jawab Diaz dengan sombongnya.
"Mulai sekarang, Aku akan membiayai pengobatan orang tuaku sendiri."
"Kamu yakin?"
"Yakin Mas...... Jika kamu sudah puas dan bosan silahkan saja kamu boleh meninggalkan Aku."
Diaz menghampiri istrinya, hingga membuat Ani semakin terpojok. Diaz meremas gunung milik Ani begitu kuat hingga membuat Ani teriak kesakitan.
Semakin Ani berteriak, Suaminya semakin tak memperdulikannya. Diaz semakin menggila, dia menc***** bibir Ani dan mulai menggigitnya Hingga Ani tak bisa bernafas.
Ani memukul suaminya agar bisa terlepas dari gigitannya. Namun Suaminya semakin menjadi-jadi. Ani ditampar begitu keras hingga membuatnya terjatuh dilantai.
Ani menangis dengan keras. Diaz mulai mengangkat tangan Ani dan menjatuhkannya dikasur.
Kring..... kring..... kring.....
Suara handphonen Ani berbunyi sangat keras hingga menghentikan perbuatan Diaz. Ani mulai merai handphonenya dan mengangkat telponnya.
"Iyah Bu, ada apa?", ucap Ani sambil menatap wajah suaminya yang masih ingin menyiksanya.
"Ani tolong ibu, Ayahmu drop lagi. Kamu segera kerumah sakit yah," jawab Ibu.
"Iyah Bu, Aku akan kesana sekarang".
Ani berjalan menuju kamar mandi dan segera berganti baju. Namun langkahnya terhenti ketika Diaz menarik tangannya.
"Mau kemana kamu?", ucap Diaz.
"Bukan urusanmu. Lepas Mas sakit ah.....ah....."
"Ingat kamu sudah jadi istriku sekarang."
"Iyah..... Aku mau kerumah sakit. Ayah masuk rumah sakit lagi Mas."
"Ha.... ha.... ha.... kamu pasti akan membutuhkan uangku lagi."
"Tidak Aku sudah punya uang, tak perlu pakai uangmu lagi."
"Ha.... ha.... ha.... kamu pasti akan menggunakan uang mahar yang kuberikan atau menjual perhiasan."
"Terserah.... bukankah itu sudah jadi hak ku sepenuhnya, jadi terserah Aku."
Diaz memegang dagu Ani dengan begitu keras. sembari berkata dengan mengancam.
"Ingat ya, kamu sudah menjadi milikku. jangan pernah kamu lupakan itu."
Diaz mengeluarkan segebok uang dan dilemparkannya kewajah Ani. Diaz seketika pergi dengan membawa mobil sport miliknya.
Sementara itu Ani menjatuhkan dirinya ke lantai sembari berteriak begitu kerasnya.
aaaaaaaaaaaaaaaaa........ teriak Ani sambil menghamburkan uang ketubuhnya.
Ani segera berangkat kerumah sakit dengan matanya yang lebam. Dia berusaha menutupi wajahnya dengan make-up tebal dan kacamata.
Sesampainya dirumah sakit, Ani menghampiri ibunya yang sedang duduk dan menangis.
"Bu, gimana keadaan Bapak?", ucap Ani.
"Ayahmu harus dioperasi Nak, ini butuh biaya tak sedikit. Dikepala Ayahmu ada gumpalan cairan dan harus segera diambil. Ibu menunggu persetujuan kamu Nak."
"Iyah Bu, segera dioperasi saja. Aku ada uang kok, tadi Mas Diaz memberikanku uang sebelum berangkat kerja."
"Diaz baik sekali yah Nak, Meskipun kamu harus jadi istri yang kedua. Maafkan ibu ya, dulu tidak merestui hubungan kalian."
Ani tersenyum dan menahan tangisnya.
Andai ibu tahu, Mas Diaz menikahiku hanya untuk membalas sakit hatinya saja, gumam Ani.
Hingga malam hari Ani masih menemani Ibunya menjaga Ayahnya. Namun tak lama Diaz datang menjemputnya.
"Bagaimana keadaan Ayah, Bu?" ucap Diaz.
"Masih di ICU besok rencananya akan dioperasi," jawab Ibu.
"Ibu sudah makan biar saya belikan."
"Sudah Nak. kamu makan saja dengan Ani, dari tadi dia belum makan."
"Iyah Bu, nanti saja sekalian pulang."
"Tidak Mas, aku disini saja. Kamu saja yang pulang sendirian," sahut Ani.
"Sudahlah kalian kan pengantin baru. Pulang saja, ibu tidak apa-apa kok disini sendiri."
"tapi Bu?".
"Sudah tidak apa-apa. kalian pulang saja."
Selang beberapa saat akhirnya Ani dan Diaz bergegas pulang. Selama perjalanan Ani hanya diam saja. Hanya sepatah kata yang keluar dari mulutnya, itupun ketika ditanya.
Pasti malam ini Mas Diaz akan mengajakku berhubungan lagi, apa yang harus aku lakukan, gumam Ani.
Sejenak Ani terpikirkan ketika melewati depan Apotik.
"Mas, jika ada apotik lagi kamu berhenti ya," ucap Ani.
"Kamu mau beli apa?" tanya Diaz.
"Obat pusing."
Diaz menghentikan mobilnya didepan sebuah apotik yang tak terlalu jauh dari rumahnya.
"Ini uangnya," ucap Diaz sambil menyodorkan beberapa lembar uang.
"Tidak Mas, Aku masih ada uang kok. kamu tunggu disini saja."
Ani berjalan menuju ke Apotek dan berkata sangat pelan.
"Mbak, Pil KB dan testpack ya," ucap Ani.
"Iyah mbak."
Setelah menerima obat, Ani lalu memasukkannya kedalam tas agar Diaz tidak mengetahuinya.
Diaz melajukan mobilnya menuju kerumahnya. Ani keluar dari mobil dan berlari agar segera bisa meminum Pil yang dibelinya itu.
Namun belum sempat meminumnya, Diaz sudah berada didepan matanya.
"Sayang, pakai baju dinas sekarang. Setelah mandi kita lanjutkan yang pagi tadi belum kelar," ucap Diaz.
"Tapi Mas, Aku sungguh lelah sekali hari ini."
"Dengar.... Jangan pernah menolakku," ucap Diaz sambil meremas puncak gunung milik Ani dengan begitu kasar.
Ani segera meminum pil itu ketika Diaz pergi mandi. Ani bergegas menuju kekamar dan mengganti baju dinas yang dibelikan suaminya itu.
Tak lama Diaz datang dan menatap Ani dengan penuh naf*u. Dia menghampiri Ani dan mencoba memeluknya.
Perlahan Diaz menyentuh seluruh tubuh Ani, dan mulai melepaskan baju dinas yang menempel di baju Ani.
"Mas, tolong jangan dilepas. Aku malu," ucap Ani.
"Bukankah Aku suamimu sekarang. Aku ingin melihat tubuhmu tanpa apapun,"
Diaz melepaskannya dengan sedikit memaksa. Puncak gunung Ani terlihat lebam akibat perbuatan suaminya tadi pagi. Namun Diaz tetap menggitnya lagi dengan keras hingga Ani merasa hampir putus.
Melihat istrinya kesakitan, Diaz akhirnya menghentikannya. Diaz hanya mulai menyatukan keduanya hingga benar-benar masuk gawang.
Ani berusaha menolak namun bahasa tubuhnya mulai ingin melanjutkannya malam ini.
Diaz yang melihat Ani yang mulai menunjukan ha****nya membuat Diaz semakin bersemangat untuk terus mempercepat lajunya hingga Dia mengeluarkannya sekali lagi.
Ani segera berlari dan berusaha membersihkannya. Ani menatap dirinya dikaca sambil menangisi nasibnya. Ani berteriak-teriak karena Dia tidak mau punya anak dari suaminya yang kejam itu.
Ani berjalan menuju ke dapur dengan pandangan kosong dia menatap seluruh isi dapur.
Pandangan Ani tiba-tiba tertuju pada sebuah apel merah yang berada diatas meja makan beserta pisaunya.
Dia duduk sambil membawa pisau menatap apel merah itu. Ani menusuk-nusuk buah Apel itu hingga berceceran dimeja.
Perlahan dia mengelus-eluskan pisau itu ditangannya.
Praaaak......... Diaz menampar Istrinya.
"Bodoh sekali kamu, ngapain kamu memainkan pisau lengan tanganmu," ucap Diaz yang tiba-tiba datang dari belakang.
"Apa pedulimu Mas. ambil pisau ini dan bunuh saja aku Mas, agar sakit hatimu kepadaku bisa terbalaskan," jawab Ani.
Diaz berdiri dan menarik tangan istrinya dengan kuat dan mengajaknya kembali ke kamar.
"Cepat tidur," ucap Diaz sambil mendorong istrinya keatas kasur.
"Bunuh saja Aku, Mas. Daripada kamu selalu menyiksaku lahir batin."
"Diam. cepat tidur. Jangan pernah membantah perkataanku."
Diaz segera keluar dari kamar sementara itu Ani masih menangis tersedu-sedu.
Setelah beberapa hari bersama Diaz, Ani sering merasa mual dan selalu pusing.
Ani mengambil testpack yang telah dibelinya empat hari yang lalu.
Dia berdoa agar dia tidak hamil. Namun apa yang ditakutkan ternyata benar-benar terjadi.
Testpack itu bergaris dua, Ani hamil. Dia merasa sedih dan kecewa karena harus hamil anak Diaz.
Seluruh tubuhnya tiba-tiba lemas, dia memandang suaminya yang sedang tertidur lelap dikasur. Air matanya menetes dengan sendirinya.
Tuhan...... suamiku itu akan menjadi ayah dari anakku. namun hingga sampai saat ini aku tidak pernah mencintainya. Sikapnya yang kasar membuatku tak rela jika harus memiliki anak darinya.
Kenapa Aku harus hamil dengan Mas Diaz, apa Aku harus menggugurkannya? Ani terus bermonolog dengan dirinya.
"Sayang kamu sudah bangun?. Sini duduk disampingku," ucap Diaz sambil berbaring
"Tidak Mas, Aku mau pergi kerumah sakit," jawab Ani.
"Kesini cepat atau ku paksa dengan keras."
Ani duduk disamping suaminya.
"Lepaskan bajumu sekarang."
"Tapi Mas, Aku harus kerumah sakit."
"Sekaraaaaaaaang............"
Ani melepaskan seluruh bajunya hanya menyisakan pakaian dalamnya dan berbaring disamping suaminya. Dia pasrah dengan keadaannya saat ini.
Diaz kembali melakukannya pagi ini, padahal semalam dia sudah melakukannya.
Kali ini tidak seperti biasanya, Ani merasa begitu kesakitan. Perutnya mulai kram namun Diaz tidak memperdulikannya. Dia terus memompa miliknya yang begitu besar dengan begitu cepat.
Hingga mengeluarkannya sekali lagi didalam. Diaz berbaring disampingnya dengan senyuman yang lebar. Dia sungguh puas bisa menikmati milik istrinya.
Dia mengambil tas dimeja samping dan mengeluarkan segebok uang.
"Ini untukmu dan biaya rumah sakit Ayahmu," ucap Diaz.
Ani hanya menganggukan kepalanya dengan pasrah dan bergegas membersihkan dirinya.
Ani menangis didalam kamar mandi. Dia sangat menyesal menikah dengan orang seperti Diaz.
Rasanya aku seperti perempuan malam, setelah dipakai lalu diberikan uang. Kamu harus kuat Ani hingga Ayah sembuh, ucap Ani didepan kaca kamar mandi.
Setelah selesai membersihkan diri, Ani berpamitan kepada suaminya yang sedang berbaring sambil menonton TV.
"Mas..... Aku pergi kerumah sakit dulu, hari ini Ayah operasi. mungkin nanti Aku akan menginap disana," ucap Ani.
"Tidak, nanti malam Akan aku jemput kamu."
"Tapi Mas kasihan Ibu."
"Sudah sana pergi, Aku tidak suka penolakan."
Ani menundukkan kepalanya sambil berjalan keluar. Namun saat hendak menaiki ojek online tiba-tiba perutnya terasa begitu sakit namun Ani tetap melanjutkan perjalanan menuju kerumah sakit.
Sesampai dirumah sakit Ani menghampiri Ibunya yang sedang menunggu didepan ruang operasi.
"Ibu..... bagaimana operasinya," ucap Ani.
"Masih belum tahu Nak, sudah hampir satu jam Ibu menunggu disini. Kamu kenapa Nak kok pucat?, sepertinya kamu sakit," jawab Ibu.
"Tidak apa-apa Bu, mungkin kecapekan saja. Bu ini ada uang, Ibu pegang saja barangkali nanti ada keperluan mendadak. Maaf yah Bu, aku tidak bisa menemani Ibu disini."
"Tidak apa-apa Nak. Ibu mengerti kok, kamu kan masih pengantin baru. Suami kamu lebih membutuhkan kamu. Sampaikan terima kasih Ibu untuk suamimu ya."
"Iyah Bu."
Operasi selesai disore hari, Ayah sudah dipindahkan diruang perawatan, Ibu tersenyum melihat Ayah yang sudah ada dihadapannya.
Andai aku bisa mencintai Mas Diaz seperti Ibu mencintai Ayah. Mungkin Mas Diaz akan lebih menyayangiku daripada mendahulukan dendam dan naf*unya. Sabar Ani..... Diaz itu suamimu sekarang, kamu harus bisa merubah sikapnya agar jadi lebih baik, gumam Ani dalam hatinya.
"Ani tadi Ibu lihat keluarganya Agus lewat didepan sini namun mereka tidak melihat Ibu, Apa Agus juga dirawat disini Nak."
"Iyah Bu, tapi sekarang Aku sudah tidak tahu lagi kabar Mas Agus."
Apa Aku tengok saja sekarang mumpung masih jam jenguk, pasti kordennya dibuka, gumam Ani dalam hatinya.
"Bu, Aku kekantin dulu yah, Ibu mau dibelikan apa?"
"Tak usah Nak, Ibu lagi malas makan."
Ani berjalan melewati lorong rumah sakit dan segera menuju keruang HCU dengan menggunakan masker.
Alhamdulillah korden jendelanya masih dibuka, gumam Ani sambil tersenyum.
Ani berdiri tepat didepan Agus yang sedang berbaring lemas dan tak sadarkan diri. Dia hanya mampu memandangnya dari kaca saja.
"Mas bangun..... Maafkan Aku sudah menghianatimu," ucap Ani sambil meneteskan air matanya.
Sementara itu Diaz sudah berada diparkiran rumah sakit. Dia berjalan melewati lorong rumah sakit. Kamar Ayah Ani memang melewati ruang HCU.
Diaz semakin dekat dengan Ani berada saat ini. Beruntung Diaz tidak menoleh kesamping hingga tak mengetahui keberadaan Ani.
"Bu.... gimana operasinya Ayah," ucap Diaz.
"Alhamdulillah sudah selesai nak, tinggal pemulihan saja. Terimakasih ya sudah membantu Ibu."
"Ani kemana Bu?"
"Tadi bilangnya ke kantin."
"Ya sudah saya kesana juga Bu."
Diaz berjalan perlahan menuju ke kantin. Dia memang seharian belum makan.
tiba-tiba.....
"Aaaaaaaaaahhhhh...... sakit," teriak Ani saat rambutnya dijambak dari belakang.
Ani segera menoleh kebelakang sambil menahan rasa sakit. Diaz melepaskan Cengkramannya ketika Ani terus berteriak.
"Jadi ini yang kamu lakukan jika datang kerumah sakit, melihat mantan pacarmu yang sebentar lagi mau mati ini."
"Tadi Aku tidak sengaja lewat Mas, Aku mau ke kantin."
"Ayo pulang."
Diaz menyeret Ani dan memasukkannya didalam mobilnya. Ani menangis karena perlakuan Diaz yang selalu kasar kepadanya.
Sesampainya dirumah Ani segera dibawa kedalam kamar, Diaz berpikir jika Ani hamil mungkin dia akan bisa melupakan mantan pacarnya itu.
Diaz melepasakan seluruh baju Ani dengan begitu kasarnya dan hanya menyisakan pakaian dalamnya saja.
Ani menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia masih menangis begitu keras namun Diaz tiba-tiba berdiri dan mengambil sesuatu dilaci kamarnya.
Krekkkk...... Diaz memotong lakban dan ditempelkannya dimulut istrinya. Diaz menarik selimut yang dipakai istrinya. Ani mencoba mempertahankannya namun Diaz menarik tangan Ani dan memutarkan lakban itu ke tangan istrinya.
Ani terus berusaha menolaknya, namun tubuhnya yang kecil akhirnya tumbang juga.
Ani hanya mampu meneteskan air matanya. Sementara Diaz melampiaskan kemarahannya dengan menyatuhkan dirinya dengan Ani.
Diaz mulai menggigit puncak gunung milik Ani. Ani terus meronta kesakitan namun Diaz terus melakukannya. Ani hanya mampu melihat bagian tubuhnya yang mulai lebam dan kemerahan. Ani merasa begitu perih dan nyeri bekas gigitan Suaminya. Ani menyerah dan pasrah.
Jika Aku mati hari ini, tolong jaga kedua orang tuaku Tuhan, gumam Ani sambil meneteskan air matanya.
Diaz mulai memasukkan miliknya yang begitu besar dengan kasar, Ani merasa seakan miliknya mulai robek saat suaminya memompanya dengan begitu kuat.
Hingga sampai dititik puncak, Diaz melepasnya sekali lagi. Namun tak puas disitu, Diaz terus menci**i lagi seluruh tubuh Ani dan menggigit lagi puncak gunungnya.
ehmmm....ehemmm..... ehmmmm..... Ani meronta lagi karena kesakitan, namun Diaz tak memperdulikannya.
Kring.... kring.... kring.....
Diaz akhirnya menghentikan perbuatannya ketika tiba-tiba handphonennya berbunyi.
Ani hanya bisa pasrah ditempat tidurnya karena mulut dan tangannya masih diikat oleh suaminya.
Tak lama setelah menerima telepon, suaminya menghampiri Ani.
"Enak kan sayang. Jika kamu ulangi lagi menemui mantan pacarmu. Aku akan berbuat yang lebih kejam lagi," ucap Diaz sambil tertawa.
Ani hanya mampu menangis, Ani berdiri dengan terpincang-pincang. Dia melihat ada bercak darah dikasurnya.
Astaga.... Apa Aku keguguran, gumam Ani.
Suaminya hanya tersenyum melihat darah itu.
"Ha.... ha.... ha.... Akhirnya setelah hampir seminggu, Aku bisa menjebol gawang milikmu," ucap Diaz.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!