NovelToon NovelToon

Zuarenz Galaksa Part 2

Episode 1

Bugh!

Bugh!

"Maksud lo apa anjing?! Jangan pernah lo ikut campur urusan gua, ngerti lo?! Lo gak berhak buat ikut campur ataupun mengadu dombakan gua sama temen-temen gua yang lain! Karena mereka semua gak akan pernah percaya sama omongan lo, karena mereka hanya percaya sama gua! Paham, hah?!" seru Zuarenz seraya mengangkat kerah baju seragam Troy dengan kasar yang disertai dengan wajahnya yang terlihat menyala, sementara rahangnya terlihat mengeras.

Troy tersenyum kecut sebelum akhirnya dengan santai ia menjawab, "Tapi satu hal yang harus lo tau, sebentar lagi lo bakalan lengser dari jabatan lo sebagai ketua geng motor, ngerti!"

"Bangsat!" Zuarenz berseru marah sebelum akhirnya ia pun langsung melayangkan satu bogeman mentah tepat di wajah Troy, lalu ia pun memukuli perut Troy menggunakan lututnya secara bertubi-tubi.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Argh!" Troy meringis kesakitan seraya memegang perutnya yang terasa begitu nyeri, kemudian Zuarenz pun langsung mendorong tubuh Troy dengan kasar hingga membuatnya langsung tersungkur pada aspal jalan.

Sebelum Zuarenz beranjak pergi, ia tersenyum sinis setelah ia melihat Troy yang kini sudah tak berdaya kemudian tanpa rasa belas kasihan ia pun langsung pergi begitu saja meninggalkan Troy yang sedang mengaduh kesakitan dengan ulat lehernya yang timbul.

"Cabut!" seru Zuarenz pada anggota gengnya lalu mereka pun langsung melajukan sepeda motor mereka masing-masing.

Bromm...

Bromm...

"Argh... argh..."

Troy meringkuk kesakitan seraya meronta-ronta, ia tak menyangka bahwa pukulan Zuarenz sangat begitu dahsyat hingga membuatnya sama sekali tak bisa bangkit dari posisinya dan bahkan rasa nyeri itu malah semakin terasa intens dan tak dapat ia tahan.

Sampai akhirnya muncul lah seorang gadis bernama Mey yang tengah mengayuh sepeda dengan raut wajahnya terlihat sangat begitu ceria, ia bersenandung pelan pada sore ini setelah sepulangnya ia dari sekolah.

"Lalala… lalala… hem… hem… hem..."

Namun detik berikutnya Mey pun tiba-tiba dikejutkan dengan sosok siswa yang tengah meringkuk di pinggir aspal jalan seraya berguling-guling memegang perut, ia mengaduh kesakitan dengan suaranya yang cukup lantang.

"Aduh sakit, argh!" teriak Troy di ujung sana.

Mey mengerjap lalu ia pun menghentikan laju sepedanya dengan raut wajahnya yang berubah panik dan ia merasa bahwa ia mengenali siapa siswa itu, sampai akhirnya ia pun langsung turun dari sepedanya dan berlari untuk menghampiri siswa itu.

"Ya ampun, kamu kenapa?!" panik Mey seraya mengangkat kepala siswa itu seraya meletakkannya di pangkuan.

Mey melihat wajah siswa itu yang ternyata merupakan kakak kelasnya di sekolah, ia mengenal siapa siswa itu yang terkenal tampan seantero sekolah SMA Nusa. Dan kini wajah tampannya itu dipenuhi dengan banyak luka memar hingga membuat Mey benar-benar sangat begitu mencemaskannya.

"Kak Troy?" kejut Mey setelah ia melihat wajah Troy yang sudah mulai pias.

Pandangan Troy mulai mengabur, namun sebelum ia pingsan ia pun sempat berkata dengan suara tenggorokannya yang seperti tercekat, "To-tolong."

Mey kalang kabut setelah melihat Troy pingsan dan ia sama sekali tak ingin terjadi sesuatu padanya, maka dengan panik ia pun langsung berteriak sekeras mungkin untuk meminta bantuan.

"Tolong! Tolong!" pekik Mey sekuat tenaga.

—----

Suara brankar didorong dengan cepat, sementara Mey mengikutinya dengan nafas terengah-engah. Troy dibawa ke salah satu ruangan untuk diperiksa oleh Dokter, sementara dengan Mey, ia hanya bisa menunggu di luar dengan wajah khawatirnya yang terlihat kontras.

"Aduh... gimana caranya aku hubungi keluarga Kak Troy, ya? Aku juga nggak punya nomor keluarganya Kak Troy, lagi." Mey bermonolog sendiri seraya berjalan mondar-mandir dengan wajah yang terlihat harap-harap cemas.

Mey tak ada pilihan lain selain harus menggantikan posisi keluarga Troy, maka ia pun memilih untuk menunggunya siuman meskipun ia harus pulang terlambat ke rumah.

Troy adalah kakak kelas tampan dan pintar yang cukup populer seantero sekolah karena banyaknya kaum hawa yang mengidolakannya, termasuk Mey sendiri.

Dan ia sendiri sama sekali tak menyangka bahwa ia akan menolong seorang lelaki yang ditaksirnya selama ini. Tapi bukan alasan semacam itu ia menolong Troy, ia menolongnya karena ia benar-benar khawatir dengan kondisinya dan itu bukan semata-mata karena ia hanya ingin mendapatkan simpati darinya.

Berkali-kali Mey menghela nafas panjang, ia berdoa semoga Troy baik-baik saja. Bahkan untuk duduk pun ia sama sekali tak tenang sampai akhirnya ia pun kembali bangkit lalu berjalan mondar-mandir seraya menggigit ujung kukunya gelisah.

Sedari tadi ia menunggu dokter keluar dari ruangan, namun sampai detik ini sang dokter sama sekali belum muncul. Bahkan pikiran nya pun mendadak overthinking karena penanganan sang dokter terbilang cukup lama.

Klek!

Akhirnya suara pintu ruangan terdengar di buka, hingga membuat Mey langsung berbalik cepat dan ia pun menghampiri sang dokter dengan panik.

"Dok, bagaimana keadaan pasien?" tanya Mey harap-harap cemas.

"Keadaannya tidak terlalu parah, sekarang pasien sendiri sudah siuman." jawab sang dokter seraya tersenyum, hingga membuat Mey langsung bernafas lega.

"Ah, syukurlah. Jadi saya boleh masuk, Dok?"

Dokter mengangguk. "Boleh. Oh ya, kalau begitu saya permisi dulu ya Dek, mari."

"Iya, Dok. Terimakasih ya, Dok." ucap Mey sebelum akhirnya sang dokter pun pergi.

Mey tersenyum penuh rasa syukur, kemudian ia pun langsung masuk ke dalam ruangan untuk melihat secara langsung kondisi Troy.

Dengan sedikit ragu-ragu Mey pun berjalan menuju brankar Troy, sampai akhirnya ia pun menyadari kehadiran Mey.

"Kak Troy," sebut Mey seraya melempar senyum canggung.

Dahi Troy mengernyit lalu dengan perlahan ia pun beringsut duduk di atas brankar.

"Lo siapa?" tanyanya dengan suara yang masih parau dan bercampur bingung karena ia tak mengenali siapa gadis yang kini ada di depannya itu.

"Ah, kenalin aku Mey adik kelas kakak di SMA Nusa. Tadi pas aku mau pulang, aku liat kakak meringkuk kesakitan dan aku langsung bantuin kakak. Lalu aku bawa kakak ke rumah sakit karena kakak pingsan." ujar Mey seraya mengenalkan diri lebih dulu lalu ia pun menceritakan kronologisnya seperti apa, hingga membuat Troy terdiam untuk sepersekian detik sebelum akhirnya ia kembali membuka suara.

"Oh, jadi lo yang udah bantuin gua?"

Mey mengangguk seraya tersenyum lembut.

"Oh thanks ya kalo gitu, sorry kalo gua malah ngerepotin lo." kata Troy, lalu ia pun tersenyum lebar ke arah Mey.

Saat itu juga, sepasang mata Mey langsung berbinar cemerlang menatap Troy karena untuk pertama kalinya ia bisa melihat Troy tersenyum padanya. Karena terus terang saja, untuk mendapatkan senyuman Troy tidaklah mudah. Jadi tak heran kalau bagi Mey senyuman Troy adalah suatu keberuntungan untuknya.

"Hei, are you okay?" Troy melambaikan tangan tepat di depan wajah Mey, hingga membuatnya langsung mengerjap dan tersadar dari lamunannya.

Mey hanya bisa tersenyum kikuk sebelum akhirnya ia menatap Troy dengan malu-malu. "I-iya, aku baik-baik aja kok," akhirnya ia menjawab.

Troy tersenyum geli melihat tingkah Mey yang menurutnya terlihat sangat begitu menggemaskan. Lagi-lagi Mey pun langsung dibuat salah tingkah saat ia melihat Troy tersenyum, bahkan sekarang jantungnya pun sedang berdetak tak terkendali karenanya.

"Mey," panggil Troy lembut.

"Hem," Mey menyahut antusias dengan satu alisnya yang terangkat.

"Sekali lagi thank you, ya?" ucapnya tulus.

Mey mengangguk seraya tersenyum. "Iya, Kak sama-sama."

"Um, boleh gak kalo gua bales kebaikan lo?"

Mendengar pertanyaan semacam itu kening alis Mey pun langsung menyatu di tengah.

"Bales kebaikan aku?" Mey membeo tak mengerti.

Troy mengangguk mantap dengan wajahnya yang terlihat berseri. "Iya, gua pengen bales kebaikan lo karena lo udah nolongin gua." jelasnya sekali lagi.

Seketika itu Mey pun langsung menolak lembut. "Ya ampun, nggak usah Kak. Lagian aku nolong kakak bukan buat pamrih. Aku ikhlas kok nolongin kakak, beneran deh." ucap Mey dengan sungguh-sungguh.

Troy tertawa kecil mendengarnya. "Nggak, pokonya gua pengen bales kebaikan lo." Troy bersikeras. "Lo mau gak kencan sama gua?" ajak Troy saat itu juga.

"Hah?" kejut Mey sambil terperangah seketika.

Episode 2

Mey terlihat senyum-senyum tak menentu seraya berbaring di tempat tidur saat ia mengingat kembali bayang-bayang Troy yang tersenyum ke arahnya lalu mengajaknya berkencan. Mey menerawang langit-langit kamar dan bayangan wajah Troy pun malah semakin terpatri jelas di ingatannya, sampai akhirnya suara notifikasi WhatsApp pun terdengar.

Mey beringsut duduk seraya meraih ponselnya dari samping tempat tidur, sampai akhirnya ia pun dibuat bahagia karena yang mengirimkan chatting adalah Troy. Sebelumnya Troy memang meminta nomor ponselnya saat masih di rumah sakit, namun Mey sama sekali tak menyangka bahwa Troy akan menghubunginya secepat ini.

Troy : Hai, Mey lo udah tidur?

Buru-buru Mey pun langsung membalas chatting itu dengan senyuman yang sama sekali tak berhenti merekah.

Mey : Belum,

Troy : Loh, kenapa? Ini, kan udah malem

Mey : Gak tau aku sama sekali gak bisa tidur, Kak.

Troy : Ada yang lo pikirin?

Mey : Um, nggak ada sih

Troy : Terus kenapa gak bisa tidur?

Mey : Belum dapet ngantuk nya kali hehe.. Kak Troy sekarang udah mendingan?

Troy : Udah

Seketika itu pula Mey pun langsung dibuat kaget tak kepalang saat ia mendapati layar ponselnya berubah menjadi panggilan video call dari Troy tanpa meminta kesepakatan darinya lebih dulu.

"Aaa... ya ampun, Kak Troy ngapain pake video call segala, sih?" pekik Mey yang langsung berubah pias.

Krining... Krining...

Mey pun langsung bangkit dari posisi sebelumnya, menghampiri meja rias lalu mulai memoles wajahnya dengan bedak tipis-tipis dan juga lipstik. Kemudian ia pun berjalan mondar-mandir seraya menggigit jari telunjuknya seakan ia ragu untuk mengangkat panggilan video call dari Troy.

Namun detik berikutnya Mey pun langsung menggeser simbol berwarna hijau, jujur ia sangat begitu deg-degan sekarang terlebih lagi saat wajah Troy muncul di layar dengan pesonanya yang begitu luar biasa.

"Hai, Mey?" sapa Troy dengan lembut diseberang sana.

"Hai, Kak." balas Mey menyapa seraya tersenyum kikuk.

"Lo mau kemana?" tanya Troy beralasan hingga membuat dahi Mey langsung mengernyit tak mengerti.

"Maksudnya?"

"Iya, lo mau kemana, kok pake lipstik menor banget." kekeh Troy terlalu jujur, hingga membuat Mey langsung salah tingkah.

"Hah? Serius?" buru-buru Mey pun langsung menghapus lipstik dari bibirnya dengan begitu salah tingkah, sementara Troy malah tertawa geli karenanya.

"Abis lipstikan?"

"Ah, enggak-enggak." elak Mey seraya menggeleng kuat-kuat.

"Itu buktinya,"

"Iya, tadi aku emang abis dari luar bentar, terus aku belum sempet cuci muka jadi make up yang kupakai belum aku bersihin." kilah Mey berbohong seraya tertawa kikuk.

"Oh, gitu." goda Troy berlagak percaya seraya mengulum senyum geli.

"Iya," sahut Mey kikuk.

"Um, oh ya … kira-kira besok mau jalan jam berapa?"

Glek!

Mey menelan saliva nya spontan.

"Hah, gimana?" ulang Mey berlagak tak mengerti.

"Gua jemput jam berapa besok? Lupa kalo gua ngajak lo kencan?"

Mey pun mendadak melting saat itu juga, ia tampak berpikir seraya duduk di bibir kasur seakan ia masih belum percaya dengan ajakan Troy untuk mengajaknya kencan.

"Ah, gimana kalo jam tujuh aja." kata Mey akhirnya, seraya tersenyum malu-malu.

Troy manggut-manggut. "Oke, oh ya kalo gitu nanti lo sherlock ya? Gua gak tau rumah lo soalnya,"

Mey mengangguk semangat. "Oke,"

"Oh ya, lo satu sekolahan, 'kan sama gua?" Troy bertanya dan Mey pun mengangguk. "Tapi, serius deh gua sama sekali belum pernah liat lo di sekolah."

"Ah, masa sih, Kak?"

"Iya, serius."

Mey tersenyum kecil. "Mungkin karena aku nggak terlalu menonjol kali, jadi kakak nggak tau aku."

"Kalo gitu lo kenal gua dari mana? Maksudnya kenapa lo bisa tau gua?"

Mendengar pertanyaan semacam itu Mey pun langsung tergelak saat itu juga. "Ya ampun, siapa sih yang gak tau siapa kakak. Kakak tuh populer banget disekolah tau gak." jawab Mey dengan begitu menggebu-gebu.

Dahi Troy mengernyit seraya tersenyum miring. "Populer? Kok, gua nggak ngerasa kalo aku populer, sih?"

"Hah? Kakak sama sekali nggak ngerasa populer? Ya ampun, kakak kok bisa-bisanya sih merendah gitu."

"Emangnya gua populer gara-gara apa?" pancing Troy yang ingin tahu dari cara pandang Mey terhadapnya.

"Kakak itu populer gara-gara kakak itu sering dicap cowok tampan gitu seantero sekolah, kakak juga pinter lagi. Emang kakak nggak sadar ya kalo kakak ganteng banget dan pinter banget? Siswi mana sih yang nggak suka sama kakak dan nggak kenal kakak." cetus Mey panjang lebar dan juga dengan gayanya yang super ekspresif, hingga membuat Troy setengah mati mengulum tawa.

"Dan lo juga suka sama gua?"

Deg!

Seketika itu pula Mey pun langsung tercenung, jantungnya berdetak jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Entah mengapa ia terlalu ceplas-ceplos mengatakan hal tersebut pada Troy, sampai akhirnya ia harus menerima akibatnya jadi salah tingkah.

"Um, gimana-gimana?" Mey berlaga bodoh.

"Lo juga suka sama gua kayak yang lain?" ulang Troy tanpa ragu dengan satu alis terangkat.

Seluruh wajah Mey seketika saja berubah sangat panas dan ia yakin pasti wajahnya kini pasti sudah terlihat sangat merah. Semerah tomat busuk.

"Um, aku..." Mey gugup seraya menggigit bibir bawahnya pelan.

Troy tergelak saat itu juga setelah melihat ekspresi Mey yang sangat begitu menggemaskan.

"Lo, kok gemesin sih? Boleh gak sih nanti pas gua ketemu lo, gua cubit pipi lo?" celetuk Troy disela tawanya hingga membuat pipi Mey semakin terbakar.

"Janganlah, Kak. Nanti pipiku sakit,"

"Nggak bakalan sakitlah, nyubit nya pelan kok."

"Hehe, jangan deh Kak."

"Ya udah, gimana nanti aja ya?"

"Gimana nanti apa, Kak?"

"Nyubitnya," kekehnya sementara Mey hanya tersipu. "Oh ya udah dulu ya VC nya, gua udah mulai ngantuk. Lo juga harus tidur udah larut nih, apalagi besok sekolah, 'kan?"

"Iya, aku nanti bakalan langsung tidur." Mey mengangguk patuh. "Eh, keadaan kakak udah bener-bener mendingan, 'kan sekarang?" tanya Mey yang benar-benar ingin memastikan lagi.

"Iya, udah mendingan, kok."

"Udah diminum obatnya?"

"Udah,"

"Syukurlah," Mey tersenyum lega.

"Iya, Mey." sebut Troy lembut dengan sepasang matanya yang berbinar cemerlang menatap Mey lewat layar ponselnya, hingga membuat jantung Mey semakin tak karu-karuan. "Lo perhatian banget, btw." imbuhnya.

"Hehe," cengir Mey tersipu.

Troy tersenyum lebar. "Gua tidur ya, lo juga tidur, bye and good night," tukas Troy.

"Good night juga, Kak." balas Mey dengan sepenuh hati.

Troy melambaikan tangan begitupun dengan Mey sebelum akhirnya sambungan video call itu berakhir.

Tut …

"Yes!" Mey berseru dengan semangat dan ia pun langsung naik ke atas tempat tidur lalu loncat-loncat penuh kegirangan."Oh Tuhan makasih banyak karena akhirnya apa yang aku inginkan satu tahun yang lalu kini terkabul dan aku bisa deket sama Kak Troy, yes! Yes!" jerit Mey seraya tertawa bahagia, kemudian ia pun menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur hingga terbaring dengan perasaannya yang sangat begitu berbunga-bunga.

Mey memeluk ponselnya dengan erat seakan ia merasa sudah tak sabar dengan hari esok saat ia dan Troy akan pergi berkencan. Ia membayangkan kencan yang begitu romantis dengan Troy tanpa gangguan dari apapun.

"Aku merasa dewi keberuntungan memang sedang berpihak padaku, karena aku bisa kencan sama Kak Troy!" Mey bermonolog sendirian seraya cekikikan.

Jujur saja Mey sama sekali belum pernah sebahagia ini mengingat dalam hidupnya ia tak pernah dekat dengan lelaki manapun. Dan ia berharap bahwa suatu hari nanti Troy akan mengubah status hidupnya menjadi seorang pacar. Meskipun hal itu memang tidaklah mungkin, mengingat ia merasa tak percaya diri karena banyaknya saingan yang mengidolakan sosok Troy.

Episode 3

Esok paginya …

"Aaaaaa… Stop!"

Ckiittt!

"Oh, Shitt!"

Brak!

Suara ban sepeda motor berdecit, sementara sepeda motor gadis itu tergelincir hingga membuatnya jatuh. Seorang lelaki langsung mengumpat pelan setelah seorang gadis yang sedang mengayuh sepeda lalu menyebrang jalanan tanpa aba-aba tepat di depan sepeda motornya hingga membuatnya harus mengerem secara mendadak kalau ia tak ingin menabrak. Dan gadis itu adalah Mey dan ia sama sekali tak berhenti berteriak seraya memejamkan matanya di tengah guyuran hujan yang membasahi bumi setelah ia terjatuh pada aspal jalan.

"Aaaaaa…"

Dan lelaki itu adalah Zuarenz Galaksa si ketua geng motor yang sangat gagah dan tampan saat ia membuka helm full face nya hingga membuat Mey terkejut.

Dengan sangat marah Zuarenz pun langsung turun dari sepeda motor untuk berniat menghampiri Mey.

Zuarenz berdecak kesal setelah ia menghampiri Mey, gadis yang tak dikenalnya itu.

"Ck, Oy! Lo punya mata gak sih?! Lo bisa, 'kan kalo sebelum nyebrang jalan itu liat-liat dulu?!" teriaknya dengan nada tinggi karena suaranya teredam oleh derasnya hujan.

Mey mendongak dan menatap lelaki yang tak dikenalnya itu dengan perasaan kesal. Ia baru saja pulang dari sekolah dan secara bersamaan hujan turun hingga membuatnya terjebak, maka ia pun harus buru-buru untuk mengayuh pedal sepedanya untuk menyebrang jalan guna berteduh.

Sampai akhirnya ia tak menyangka bahwa jalanan yang dilaluinya yang semula terlihat kosong tiba-tiba saja dari arah depan muncul sepeda motor milik Zuarenz yang tengah mengebut. Tapi untung saja Zuarenz bisa mengendalikan laju sepeda motornya dengan handal. Meskipun Mey harus terjatuh tapi setidaknya ia tidak tertabrak.

"Lo itu gimana sih, kalau gua nabrak lo gimana? Lo udah bosen idup? Pengen mati?!" sentaknya lagi hingga membuat Mey langsung bangkit dengan susah payah meskipun lututnya terluka.

"Astagfirullahaladzim!" seru Mey hingga membuat Zuarenz kembali menatapnya dengan sengit.

"Ck, maksud lo apa ngucap kayak gitu, hah?!" decaknya tak terima.

"Iya-iya, aku minta maaf. Tapi lain kali kamu juga nggak usah ngebut-ngebut. Apalagi pas ujan-ujan gini! Lagian yang salah itu kamu, bukan aku!" Mey berkacak pinggang dengan bibir mencang-mencong karena geram.

"Maksudnya apa nih?" Zuarenz berlaga tak mengerti seraya berjalan satu langkah mendekat ke arah Mey, hingga membuat Mey langsung berantisipasi dan bergerak mundur.

Zuarenz merasa tak terima dengan perkataan Mey, gadis yang sama sekali tak dikenalinya itu yang menurutnya sedang berlaga membela diri hingga membuatnya semakin terpancing emosi.

"Eh, lo mau ngajak ribut gua? Jelas-jelas lo yang salah, bukan gua! Emangnya ini jalanan punya Nenek moyang lo, apa?!" sengitnya langsung, yang disertai dengan tatapan tajam penuh intimidasi.

"Hah?" Mey terperangah mendengarnya, ia merasa bahwa kalimat itu lebih pantas diutarakan darinya untuk si lelaki di hadapannya itu, bukan malah sebaliknya.

Jelas-jelas Mey merasa bahwa yang salah itu adalah Zuarenz yang kebut-kebutan, tapi dengan begitu percaya dirinya Zuarenz malah membela diri.

"Kenapa, lo?" tanya Zuarenz tajam, karena ia sama sekali tak menyukai cara Mey berekspresi saat ia menatapnya.

Akan tetapi Mey memutuskan untuk meredam emosinya, ia merasa bahwa lelaki di depannya sangatlah tempramental dan ia sama sekali tak ingin memperpanjang masalah dan juga memancing keributan.

"Kalo gua ketemu lo lagi dan lakuin hal yang sama, awas aja! Gua gak akan segan-segan nandain lo!" ancam Zuarenz terlihat sungguh-sungguh.

"Idih, aku harap aku gak bakalan ketemu sama orang yang kayak kamu lagi! Ogah banget aku kalo harus ketemu sama kamu lagi! Bisa-bisa darah tinggiku malah naik!" oceh Mey dengan kedua tangan bersilang di dada.

"Oh ya?!" sewot Zuarenz sedikit membuang muka.

"Dasar cowok nyebelin!" gerutu Mey geram.

"Dasar cewek malah buang-buang waktu gua aja!" sindir Zuarenz kecut. "Mendingan gua pergi, daripada debat sama lo yang gak tau cara nyebrang! Pinggirin sepeda butut lo, motor gua mau lewat!"

"Cih, sombong!" komentar Mey mencibir, kemudian dengan satu kaki terpincang-pincang ia pun langsung mengangkat sepedanya.

Akhirnya Zuarenz pun memutuskan untuk segera pergi meninggalkan Mey yang menurutnya tak penting untuk dilayani. Sementara Mey hanya tersenyum kecut.

"Dasar cowok nyebelin, bukannya minta maaf malah ngomel-ngomel! Nyebelin! Nyebelin!" gerutu Mey kesal sementara satu kakinya terhentak-hentak di aspal jalan.

Dan ketika Mey hendak naik ke atas sepeda, seketika saja ia merasa bahwa salah satu sepatunya seperti menginjak sesuatu. Ia menundukkan pandangan lalu ia pun mengangkat sepatunya yang ternyata menginjak sebuah dompet.

Dahi Mey mengernyit dan ia pun langsung merunduk untuk mengambil dompet itu.

"Eh, ini dompet siapa?" gumamnya seraya membolak-balikan dompet berwarna hitam itu.

Karena hujan semakin deras maka Mey pun memutuskan untuk berteduh lebih dulu, kemudian ia pun segera mengayuh pedal meskipun lututnya masih terasa sakit.

Mey memutuskan untuk berteduh di pinggiran toko yang tutup, kemudian ia pun langsung duduk di tempat yang tersedia seraya memeluk tubuhnya yang menggigil kedinginan, sampai akhirnya ia pun kembali tersadar dengan dompet yang ada di saku rok seragamnya.

Karena merasa penasaran, akhirnya ia pun membuka dompet itu dan ia pun langsung terkejut setelah ia melihat isi dompet itu yang terdapat banyak lembaran dollar dan juga lembaran rupiah seratus ribuan, serta beberapa kartu penting berupa kartu ATM, kartu kredit, kartu debit, kartu ktp, kartu stnk dan masih banyak kartu-kartu penting yang lain.

"Ya ampun, semua isinya penting banget. Kasian kalau pemiliknya cari-cari dompetnya, coba deh aku cari kartu tanda pengenalnya siapa tau aku bisa dapat informasi biar aku bisa kembaliin dompetnya." tutur Mey sedikit panik, kemudian ia pun mencari-cari kartu tanda pengenal di dalam dompet itu. Sampai akhirnya ia pun terperangah lebar dengan sepasang matanya yang membeliak setelah ia mengetahui bahwa pemilik dompet itu adalah lelaki tadi.

"Hah?" kejut Mey saat itu juga.

"Mey?!"

Seseorang memanggil Mey dengan berteriak, hingga membuat sang empunya langsung mengangkat kepala dan ia pun melihat Troy yang sedang turun dari sepeda motornya lalu berlari menghampiri.

"Kak Troy" buru-buru Mey pun langsung memasukan dompet itu ke dalam tas, sebelum akhirnya ia bangkit berdiri dari posisi sebelumnya.

"Mey, baju lo basah kuyup. Lo ujan-ujanan?" tanya Troy setelah menghampiri Mey sembari menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Aku kehujanan, Kak." Mey menjawab seraya tersenyum manis, hingga membuat Troy enggan berkedip saat menatapnya.

"Kak?" Mey memanggil Troy berulang kali seraya mengibaskan tangannya tepat di depan mata Troy, hingga membuat pikiran Troy kembali tertarik pada dunia nyata.

"Eh," Troy langsung mengerjap secepat mungkin seraya tersenyum kikuk lalu menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal itu. "Oke, tadi sampai dimana?" Troy bertanya akhirnya karena tiba-tiba saja ia mendadak lupa dengan perbincangan mereka sebelumnya.

Mey yang semula mengulum senyum akhirnya tawanya pun pecah juga, melihat ekspresi Troy yang sangat begitu menggemaskan dan tentu saja membuat selera receh Mey dalam sebuah humor langsung menguap begitu saja.

"Aku kehujanan, bukan hujan-hujanan, Kak." ulang Mey yang kembali memperjelas ucapannya disela tawanya yang masih tersisa.

Troy terkekeh lalu ia pun manggut-manggut seraya tersipu malu.

"Oh, iya-iya."

"Kakak sendiri sengaja hujan-hujanan atau pengen hujan-hujanan?" tanya Mey dengan binar mata terlihat begitu cemerlang.

Troy menggeleng. "Sebenarnya gua juga lagi buru-buru, jadi gua sengaja nggak neduh dulu, terus gua malah liat lo di sini. Jadi gua langsung pinggirin motor."

"Kenapa?" tanya Mey dengan polosnya, hingga membuat Troy lagi-lagi terkekeh.

"Kok, Lo malah nanya nya gitu sih? Masa gua tega liat lo disini dengan badan menggigil tapi gua malah pergi gitu aja. Lagi pula kita satu sekolah dan saling kenal juga." ucap Troy apa adanya, hingga membuat Mey sedikit salah tingkah mendengarnya.

"Oh, iya." sahut Mey seraya menundukan kepala seakan ia berusaha untuk menghindari kontak mata dengan Troy, sekaligus ia yang sedang berusaha sembunyi untuk menutupi wajahnya yang terasa panas.

Mey yakin pasti kedua pipinya sudah terlihat merah merona sekarang dan jujur ia sama sekali tak ingin Troy melihat perubahan wajah yang sedang dialaminya.

"Kita tunggu sampai hujannya reda, abis itu kita pulang bareng." putus Troy seketika, hingga membuat kepala Mey kembali terangkat.

"Hah, maksudnya?" Mey bertanya tak mengerti dengan kening alis menyatu di tengah.

"Iya kita pulang bareng, pas ujan reda. Kalo gua tinggalin lo sekarang, gua khawatir bakalan terjadi apa-apa sama lo, setau gua di wilayah ini rawan kejahatan, apalagi pas ujan kayak gini nih, sepi gak ada orang." ujar Troy seraya mengembangkan senyuman andalannya, senyuman manis yang siapapun melihatnya akan meleleh seketika, namun sekuat tenaga Mey yang berusaha untuk mengontrol diri dengan cara kembali menundukan kepalanya. "Gak apa-apa, 'kan?" tanya Troy memastikan dengan kepala tertunduk seraya mencari-cari kedua mata Mey.

Sesaat Mey hanya diam lalu detik berikutnya ia pun langsung mengangguk. Senyuman Troy pun kembali terbit dengan ekspresi wajah yang terlihat bersemu dan juga terlihat sangat begitu antusias.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!