Olivia berdesa-desakan menghampiri papan pengumuman, setibanya di depan papan pengumuman Olivia mencari nama nya.
"Yey!" lulus teriaknya sambil berjingkrak-jingkrak.
"Asik lulus!"
"Gue juga lulus Liv, kamu mau kuliah di mana?" tanya Zeta.
Olivia menundukkan wajahnya. "Gue gak kuliah, sekolah saja sebernarnya mak gue ngak ngizinin. Gue mau kerja saja."
"Yang sabar ya LiV."
Olivia tersenyum kecut ." Iya gua dari dulu juga sudah sabar kok, dan sekarang waktunya gue tentuin hidup gue sendiri."
"Iya lah. Yuk, kita udah lama nggak ketemu, aku traktir kamu ke kantin deh. ngobrol di sana saja."
Olivia dan Zeta berjalan menghampiri kantin, sambil bercerita.
"Gue rencananya setelah lulus sekolah mau kuliah di London liv. Lo mau ke mana masih mau tinggal di tempat ...?"
Arzeta tidak melanjutkan kata-katanya .
"Aku rasanya mau kabur dari rumah ?nggak tahan lagi gue lihat kelakuan Mak gue. Mau merantau aja gue.
"Ya, lu kan nggak punya keluarga, Lu mau ke mana? lagi pula gadis cantik seperti lo, bahaya kalau pergi merantau sendirian."
"Ya kalau nggak merantau, bisa-bisa gue terjebak seperti emak gue."
"Ya udah deh, kita makan dulu sambil ngobrol ngobrol, lo ceritain apa rencana lo, siapa tahu gue bisa bantu."
Olivia mengangguk mereka memesan makanan ringan dan minuman rasa buah .
'Rencana lo apa?" tanya Arzeta sambil mengaduk-aduk minumannya
"Gue mau ke kota, cari bapak gue."
uhuk uhuk ..Arzeta seketika tersedak mendengar ucapan dari Olivia.
"loh serius? Emang lu tahu siapa nama bokap lu? Apa lu punya fotonya?"
lagi-lagi Olivia hanya menggelengkan kepalanya.
"Nggak tahu, setiap menanyakan nama dan keberadaan bokap gue, emak gue langsung aja emosi! entah kenapa dari dulu sampai sekarang gue rasa kalau gue itu nggak pernah diinginkan oleh mak gue."
" Dia selalu menganggap gue sebagai beban, sebagai pembawa sial. Hanya kata-kata penyesalan yang terus terlontar dari bibirnya."
Arzeta melihat kesedihan di wajah Olivia.
"Yang sabar ya Liv."
"Iya Zeta. Untuk sementara gue modal nekat aja Zet."
"Ya udah kalau begitu gue, berikan untuk saku untuk lo 10 juta untuk ongkos lo ke kota, bagaimana?"
Olivia mengganggukan kepalanya." Yah nanti suatu saat gue ganti deh. doain gua biar sukses, biar ketemu sama bokap gue."
"Iya, gue selalu berdoa untuk lo."
***
Mobil Arzeta berhenti di sebuah ruko tepi jalan.
"Thanks ya Zet, sampai bertemu lagi. hati-hati di jalan ya."
"Iya Liv, lo juga ya sampai berjumpa lagi, kabarin gue."
Mereka pun bercupika-cupiki sebelum berpisah.
Olivia pun turun dari mobil.
Arzeta melihat ke arah ruko yang berada di tepi jalan yang merupakan tempat tinggal Olivia tersebut.
Tiba pupil mata Arzeta terbuka lebar, membuat Olivia menoleh ke arah belakang di mana Arzeta memandang.
Pupil mata Olivia juga ikut melebar melihat pemandangan yang menjijikan itu.
"Dasar gak tau malu! Perempuan murahan!"cacar Olivia ketika melihat Revita berciuman dengan seorang pria paruh baya di depan rumahnya.
"Ya udah gue duluan." Arzeta melambaikan tangannya ke Olivia ketika mobil perlahan meninggalkannya.
Setelah kepergian Arzeta Olivia berjalan menghampiri pintu rumahnya.
"Nanti malam jangan lupa jemput aku ya Mas."
"Iya tenang saja, kita akan kencan selama dua hari dua malam di Bali."
Revita tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah pria berperut buncit itu."Bye!"
"Bye!"
Olivia melewati Revita sambil menatapnya dengan tatapan sinis.
Setelah kepergian teman kencannya, Revita menghampiri Olivia .
"Sudah lulus sekolah kan?' tanya Revita.
"Bukan urusan Mami!"
Mendengar jawaban ketus dari Olivia Revita langsung membelalakkan bola matanya, ia pun menghampiri Olivia dan menjambak rambutnya.
"Kamu bilang apa tadi?" tanyanya dengan bola mata yang melotot.
"Lepasin gue!" Olivia berusaha melepaskan cengkraman tangan Revita.
"Lo gak berhak ikut campur urusan gue!'teriak Olivia sambil memberontak.
"Eh dengar ya anak pembawa sial! lo dari kecil itu sampai sebesar ini, itu karena gue tahu! jadi sudah sepatutnya lo harus balas Budi ke gue! umur loh juga sudah depan belas tahun kan, waktunya lo dapat pelanggan pertama!"
Revita semakin kuat menjambak rambut Olivia membuat gadis itu menangis menahan sakit.
"Ngak mau! hiks, gue gak mau jadi seperti Lo!' dasar perempuan murahan!"
Mendengar hinaan itu Revita semakin emosi, ia pun menarik rambut Olivia dengan sangat keras, kemudian mendorong tubuhnya hingga Olivia tersungkur membentur pintu.
Akh! teriak Olivia, seketika itu dia menangis sambil menatap wanita yang telah membuatnya terlahir di dunia.
Olivia masih kesulitan untuk bergerak karena benturan yang mengenai bagian pinggang dan punggungnya.
"Lo harus ikut kemauan gue! lo harus layani salah seorang pelanggan gue malam ini! Percayalah, jika satu kali kau merasakan sentuhan laki-laki, kau akan ketagihan dan kau bisa menghasil uang lebih banyak. haha!'
Olivia memandang Revita dengan rahang dan gigi yang bergerak karena bergetar.
Dia dendam! dia membenci ibunya. Olivia memperlebar pupilnya ketika Revita berjalan menghampirinya.
Kring ...dering telepon tiba-tiba menghentikan langkah Revita.
"Halo madam," sapa suara di seberang telepon
"Iya joko? bagaimana kau sudah dapat pelanggan yang bisa membayar mahal anak gadis ku?''
"Oh tentu Nyonya, silahkan anda bicara sendiri dengan tuan Daniel. Sebentar saya berikan handphone ini padanya.
Revita tersenyum, sambil menunggu seseorang di sambungan telepon, Revita menyala korek api untuk membakar rokoknya.
Beberapa saat kemudian sambungan telepon terhubung lagi.
"Halo Nyonya Revita."
Revita tersenyum sambil menghembuskan asap rokoknya.
"Iya Tuan Daniel."
"Berapa harga yang Anda tawarkan ?"
"Haha, Saya senang dengan pelanggan yang langsung to the point seperti Anda tuan Daniel."
Haha
Tawa renyah juga terdengar di seberang sambungan telepon.
"Saya memang tidak suka berbasa-basi Nyonya Revita, jadi katakan saja berapa harganya untuk bisa membuka segel putri cantik mu?"
"Anda frontal sekali, tapi saya suka.Baiklah untuk malam pertama dan unboxing seratus lima puluh juta, Setelah itu, anda hanya anda perlu membayar 30 juta per malam."
"Waw! harga yang fantastis, tapi jika tawaran Anda sesuai dengan kriteria saya, berapapun akan saya bayar."
"Sip! tenang saja anda akan lihat sendiri malam ini, saya bukan menjual kucing dalam karung, jadi begitu anda setuju transaksi baru akan dimulai."
''Baiklah. jam 08.00 malam saya akan menemui anda di tempat biasa."
"Setuju." Revita mengulas senyum puas. diliriknya Olivia yang baru saja bangkit setelah tubuhnya terhempas ke lantai akibat perbuatan kasarnya.
"Beristirahatlah, nanti malam kau harus ikut aku! dan kali ini jika kau berani melawanku, maka aku akan merusak wajah cantikmu itu! Percuma punya wajah cantik, tapi tidak bisa menghasilkan uang untukku!"
Olivia berjalan sempoyongan, tak memperdulikan ucapan Revita, ia menghampiri pintu kamarnya, kepalanya terasa begitu berat. Namun, ia harus tetap berpikir keras, bagaimana bisa pergi dari rumah ini, tanpa sepengetahuan Revita.
Olivia mendaratkan bokongnya di atas tempat tidur, kemudian ia menarik lututnya dan membenamkan wajahnya seraya menangis tergugu.
"Hiks, jika saja aku tahu malam ini aku akan di jual oleh Mami, maka aku tak akan pernah pulang," tangis Olivia meringkuk menahan sakit kepala akibat dijambak terlalu kuat oleh Revita.
Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 sore, Revita baru saja berbelanja untuk kebutuhan Olivia malam ini.
Anda tas, sepatu, dan gaun seksi yang akan membuat putrinya semakin cantik.
"Olivia? buka pintunya Olivia!"teriakan Revita terdengar menggelegar seiring dengan gedoran pintu yang kuat dan nyaring.
Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan Revita melihat wajah Olivia yang terlihat sembab.
"Eh cepat lo mandi sana! gue akan dandanin lo, secantik mungkin, ada tas sepatu dan gaun yang akan lu kenakan malam ini."
Revita mendorong tubuh Olivia yang berdiri di depan pintu agar tak menghalanginya masuk.
Revita kemudian melempar barang-barang yang sudah dibelinya itu ke atas tempat tidur.
"Ayo cepat sana mandi!"
"Aku nggak mau Mi! Kalau Mami butuh uang, aku punya uang 10 juta silakan Mami ambil, tapi jangan jual kesucian ku." Olivia mencoba tawar-menawar. yang mengeluarkan uang yang diberi oleh Arzeta kepadanya.
Revita hanya tersenyum sinis menatap segepok uang yang disodorkan oleh Olivia.
"Olivia sayang, uang kamu itu nggak seberapa jadi lebih baik kamu sekarang siap-siap dan pergi mandi."
"Tapi aku gak mau Mi! Aku gak mau seperti Mami! Lihatlah mencari uang setiap hari, tapi juga tidak membuat Mami kaya kan ? Coba Mami renungkan apa yang Olivia katakan! Apakah mami merasa bahagia dengan hidup seperti ini?"
Plak ...tamparan kembali mendarat di pipi Olivia, tamparan keras Revita itu membuat wajah Olivia memerah.
"Berani-beraninya kamu mengajari aku !"
"Hiks Mami jahat ! Sebenarnya aku ini anak kandung atau anak pungut mami sih?! Kenapa mami tega menghancurkan masa depan aku! Emangnya aku salah apa Mi?!"
bola mata Revita seketika membelalak dengan sempurna, karena mengingat kejadian 19 tahun yang lalu.
Revita mengepal tangannya dengan tubuh yang gemetar, ditatapnya Olivia dengan tatapan yang garang.
"Karena melahirkan mu itulah, aku harus berada di tempat hina seperti ini! Kau juga harus merasakan apa yang aku rasakan!' batin Revita seraya menatap tajam ke arah Olivia.
Olivia menatap Revita dengan lembut, ia berusaha untuk meluluhkan hati Revita yang sedang marah.
Namun, seperti biasanya tatapan lembut Olivia, tak pernah membuat hati Revita tersentuh sedikitpun. Seperti memiliki dendam kesumat, Revita terus saja memandang Olivia dengan tatapan kebencian, tanpa pernah menatapnya dengan kasih sayang.
"Sekarang kau cepat mandi!"Revita menarik tangan Olivia membawanya ke kamar mandi!"
"Lepaskan aku! aku nggak mau !"
"Percuma kamu menolak Olivia, nggak akan ada yang bisa menolong kamu. Jadi kamu nggak punya pilihan kecuali mengikuti perintah Mami."
Revita menarik tangan Olivia hingga kamar mandi. Setibanya di depan shower , Revita langsung menghidupkan shower seketika kucuran air shower membasahi tubuh Olivia.
Revita menuang sampo ke kepala Olivia kemudian menggosok-gosok tubuhnya dengan sabun secara kasar.
"Kamu lanjutin mandinya, Mami tunggu di kamar!"
Olivia melanjutkan mandinya setelah selesai, ia keluar dengan menggunakan jubah mandi .
"Kamu duduk sini, biar Mami yang dandanan, tapi sebelum itu.kamu pakai gaun kamu dulu!"
Lagi-lagi Olivia hanya bisa mengikuti perintah Revita sambil mencari cara agar bisa kabur melarikan diri.
Olivia memakai gaun yang dibelikan oleh Revita, setelah itu ia duduk di meja rias.
Revita mulai mengeringkan rambut Olivia agar mudah ditata. setelah itu ia mulai memoles moisturizer ke wajah Olivia. Revita mulai mendandani Olivia sementara rambut Olivia dibiarkan tergerai sambil menunggu rambutnya benar-benar kering.
Karena wajah Olivia yang memang sudah cantik, tak butuh lama bagi Revita untuk merias wajahnya.
Revita tersenyum melihat hasil ukiran tangannya di wajah cantik Olivia.
"Sempurna! kini tinggal menata rambut kamu!'
Revita mulai mengeluarkan hair spray dan meletakkannya di atas meja rias
ia mengambil sisir untuk mulai menata rambut Olivia.
Telepon berdering ,membuat Revita mengalihkan pandangannya pada handphone yang terletak di atas meja rias.
Revita langsung mengangkat telepon itu dan ternyata telepon itu dari Daniel.
"Hallo Tuan Daniel."
"Halo, nyonya Revita."
'Iya Tuan ada apa ya?"
" Nyonya Revita saat ini saya tengah dalam perjalanan menuju rumah anda."
"Cepat sekali Ini baru jam 06.00 sore."
"Iya tiba-tiba saja saya ada urusan mendadak yang mengharuskan saya ke luar kota. Karena itulah saya bermaksud menyewa putri anda untuk menemani saya selama seminggu di luar kota."
"Oke Tuan. Anda langsung menjemput Olivia kan?"
"Iya jadi persiapkan Olivia sekarang juga."
"Baik Tuan. Saya pastikan ketika Anda datang, Olivia sudah siap, dan tolong siapkan juga uangnya."
" Haha Tentu saja nyonya ." Daniel pun memutus sambungan teleponnya.
Olivia mendengar dengan jelas pembicara antara Revita dan Tuan Daniel.
"Ayo kita lanjut lagi, sebentar lagi Tuan Daniel akan menjemputmu. Ingat kau harus menuruti kata-kata Tuan Daniel dia punya banyak Bodyguard, Jika kau berani macam-macam padanya maka kau akan Menjadi santapan para bodyguard-nya," bisik Revita dengan penuh penekanan.
Bola mata Olivia bergerak cepat mencari sesuatu, Ia menjadi begitu panik karena takut di bawa oleh tuan Daniel.
Tak sengaja Olivia melihat hair spray di hadapannya, tanpa berpikir lagi, Olivia mengambil hair spray itu, kemudian menyemprotkannya ke wajah Revita dengan garam hingga tangannya gemetar.
"Ah dasar anak tidak berguna!"teriak Revita ketika Olivia menyemprot wajahnya dengan sprei.
Revita tidak bisa bergerak, ia menahan wajahnya agar hair spray itu tidak mengenai matanya
Setelah menyemprotkan haie spray itu ke wajah, Revita. Olivia langsung berlari. Ia menyempatkan diri untuk menarik tas yang berisi uang 10 juta .
Revita segera berlari ke kamar mandi, beberapa kali ia menabrak dinding karena tak bisa melihat, setelah itu yang membasuh wajahnya sampai bersih.
Anak tidak tahu diri! dari awal lahirnya dia sudah membuat kesialan dalam hidupku! Lihat saja jika mataku jadi buta karenanya, akan ku habisi dia!" Revita sambil terus mengomel sambil mencuci wajahnya karena matanya terasa begitu perih.
Olivia terus berlari hingga keluar dari rumah itu, Karena panik dan ketakutan ia langsung menyebrang tanpa melihat kanan dan kiri.
Brug.. tiba-tiba saja Olivia terjatuh di bahu jalan, beruntung mobil itu hanya menyenggol Olivia.
Sret ... mobil mengerem mendadak dan menepi di pinggir jalan raya.
Seorang pria tampan berpostur tubuh tegak menghampiri Olivia.
Olivia terbaring beberapa saat sambil mengusap punggungnya yang terasa sakit akibat benturan di aspal. padahal baru saja tadi siang punggungnya itu terbentur lagi.
Namun karena Olivia tidak ingin dikejar oleh Revita, ia segera beranjak dan ingin berlari tak memperdulikan apa yang terjadi pada dirinya.
Pria yang menabraknya menahan tangan Olivia.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya pria itu.
Olivia melihat tatapan teduh dari pria yang usianya mungkin dua kali lipat darinya itu.
Dalam satu kali pandangan, Olivia seperti bisa menebak jika pria itu adalah pria baik.
"Om tolong bawa saya lari dari sini Om. saya dikejar oleh orang jahat," ucap Olivia dengan panik.
"Siapa tanya?" pria itu sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari siapa yang dimaksud oleh Olivia.
"Tolongin saya Om, ayo kita pergi dari sini saya menumpang di mobil Om, setelah jauh saya akan turun."
Tanpa sungkan Olivia menarik tangan pria itu.
Tibanya di pintu mobil, pria itu membukakan pintu untuk Olivia.
"Masuklah!"
Tanpa menunggu lagi, Olivia masuk ke dalam mobil, begitu pun dengan pria yang menabraknya tadi.
Ayo Om segera pergi dari sini perintah Olivia. pria itu hanya menuruti ucapan Olivia karena dilihatnya Olivia seperti sedang ketakutan
Mobil pun melaju meninggalkan tempat tersebut.
Setelah membersihkan wajahnya, Revita berlari mencari keberadaan Olivia.
"Olivia! Olivia! di mana kamu!" teriak Revita
"Tunggu saja jika aku menemukanmu! akan kutarik rambutmu, dan ku arak ke jalan Raya!"
Revita terus saja mencari keberadaan Olivia. Namun tak juga mendapatinya.
Setelah berkeliling rumah dan tak mendapati mendapati jawaban Olivia Revita langsung berlari menuju jalan Raya.
Ia berlari keluar mencari keberadaan Olivia.
Namun, tak menemukan jejak Olivia sama sekali
"Sial! bisa-bisanya dia kabur!"
Mobil tuan Daniel perlahan memasuki halaman rumah Revita.
Revita kaget, dan panik ia tidak tahu harus berkata apa ketika melihat Tuan Daniel turun dari mobilnya.
Tuan Daniel tersenyum membuat Revita semakin gugup.
"Selamat sore Nyonya," sapanya dengan lembut.
"Selamat sore Tuan Daniel!" Revita menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Anda kenapa? kenapa sepertinya bingung seperti itu?"
" Ehm kalau begitu masuk dulu Tuan Daniel."
Revita berjalan melewati tuan Daniel yang bingung melihatnya.
Mereka duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
"Mana olivianya?" tanya Tuan Daniel.
Revita menyimpul ujung blus yang ia kenakan.
"Olivia ...Olivia sudah melarikan diri tuan ."
'Apa katamu ?!'
"Iya tuan, Olivia bahkan berani menyemprot wajah ku dengan hairspray."
Tuan Daniel menatap geram Revita .
"Saya tidak mau tahu alasan anda nyonya, sungguh anda sudah sangat mengecewakan saya! "
"Ma-maaf tuan, saya tidak bermaksud mempermainkan Anda, tap Olivia sendiri melarikan diri"
"Sudahlah, saya tidak mau mendengar alasan anda, kalau begitu saya permisi, dan ini terakhir kalinya saya.datang ke tempat ini!"
"TuanDaniel." Segera beranjak dari tempat duduknya, menuju mobil mewahnya
Revita hanya bisa menghela nafas panjang, karena kepergian Olive membuatnya tidak bisa pensiun dari panggung dunia malam.
Sebenarnya Revita ingin memanfaatkan Olivia agar dirinya tidak lagi melayani pria hidung belang, karena saat ini dia sudah merasa bosan dan lelah menjadi penjaja Cinta.
Revita masuk dan menutup pintu rumahnya "Huhf lihat saja Livia, aku akan mencari keberadaanmu."
Revita kemudian meraih handphonenya mencoba menghubungi seseorang.
Dalam beberapa saat saja, sambungan telepon terhubung.
'Hallo ada apa nyonya?"
"Joko, Olivia melarikan diri itu berarti kita kehilangan uang kita. kamu segera cari Olivia! Dia pasti masih berada di sekitar sini karena dia tidak tahu jalan."
"Baik nyonya! saya akan kerahkan orang-orang untuk mencari keberadaannya."
"Bagus! kau harus segera menemukan Olivia," kata Revita seraya memutus sambungan telepon.
***
Setengah jam sudah Oliver berada bersama gadis asing yang di sampingnya .
Gadis itu masih terlihat bingung, karena ia selalu melihat ke arah luar jendela.
"Kau mau ke mana?" tanya Oliver seketika memecahkan kebisuan di antara mereka
"Saya mau ke kota Om, mau cari kerja."
"Cari kerja? Apa kau sudah izin sama orang tuamu?" tanya Oliver, karena ia tidak melihat gadis di sampingnya membawa pakaian ataupun koper .
Olivia hanya diam sembari kembali melihat-lihat ke arah luar jendela .
" Kau tidak dengar pertanyaanku?" tanya Oliver yang merasa terabaikan.
Pertanyaan Oliver kedua kalinya itu membuat Olivia tersentak kaget.
"Dengar Om, tapi aku nggak tahu harus menjawab apa."
" Sepertinya kau ingin kabur melarikan diri dari orang tuamu ya. kalau begitu aku antar kau ke rumah orang tuamu, tidak baik gadis sepertimu berkeliaran sendiri di jalanan."
Oliver hendak memutar mobilnya.
'Tunggu Om! jangan om jangan! pulangkan saya ke rumah orang tua saya."
"Kenapa? orang tua kamu pasti mencari kamu kan?"
Olivia menunduk sedih.
"Saya melarikan diri dari ibu tiri saya yang jahat. Saya mau mencari keberadaan ayah kandung saya,Om."
Oliver melirik wajah Olivia yang terlihat sedih.
"Ayah kandung Kamu tinggal di mana?"
lagi-lagi Olivia tidak menjawab.
"Gak Tau Om."
"Kamu nggak tahu?! tanya Oliver dengan heran.
"Iya Om," jawab Olivia lirih.
"Kalau begitu Siapa nama ayah kamu?"
Olivia tersenyum nyengir ke arah Oliver.
"Nggak tau juga Om, hehe."
"Astaga Bagaimana kamu bisa tidak tahu nama ayah kamu?! Bagaimana kamu bisa mencarinya?"
Olivia juga menggaruk-garukkan kepalanya, sepertinya memang suatu hal yang mustahil mencari keberadaan ayahnya, sementara ia sendiri tidak tahu nama dan alamat ayahnya.
Keadaan hening beberapa saat Oliver bisa menerka apa yang terjadi pada Olivia Karena itulah ia tidak ingin banyak bertanya tentang orang tuanya.
"Umur kamu berapa sekarang?"
"18 tahun Om."
"Kamu beneran mau kerja? atau mau kuliah.
Olivia tersenyum nyengir.
Sebenarnya mau kuliah Om, tapi nggak punya biaya.
kalau kamu mau kuliah saya bisa kuliahkan kamu.
'Jangan om kita kan baru kenal, nanti aja aku kuliahnya tunggu dapat kerja."
Oliver tersenyum. "Kalau begitu kita kenalan dulu," kata Oliver seraya menyodorkan tangannya.
"Olivia!"
Oliver sedikit kaget mendengar kemiripan nama mereka.
"Om siapa namanya?"Olivia balik bertanya.
"Oliver."
Olivia membelalakkan bola matanya kemudian ia tersenyum cengengesan.
"Pasti Om mau ledek aku kan? namanya dibuat mirip-mirip seperti aku."
Oliver hanya tersenyum kemudian ia mengambil sesuatu di laci dashboard mobilnya.
kemudian menyerahkan sebuah kartu tanda penduduk.
"Lihat sendiri kata Oliver."
"Oliver Gerryl," lirih Olivia membaca nama pria yang ada di sampingannya.
Olivia kembali tersenyum nyengir.
"Kenapa tersenyum?" tanya Oliver.
"Hehe ternyata Om masih bujangan."
Melihat senyum manis Olivia, Oliver ikut tersenyum.
"Emangnya kenapa kalau aku masih bujangan?"
"Hehe, Om itu umurnya hampir sama dengan Mami aku. Mami aku aja punya anak segede gini."
Oliver hanya menanggapi dengan tersenyum.
Om, Kenapa nggak nikah? tanya Olivia, ia mulai merasa asik ngobrol dengan pria yang baru dikenalnya itu.
"Belum ketemu jodoh?"
Hehe, Bener juga sih Om, orang kalau belum nikah itu berarti belum ketemu jodoh."
"Dan semoga saja hari ini aku bisa bertemu jodoh," sahut Oliver seraya lirik ke arah Olivia seraya tersenyum
Olivia langsung menoleh ke arah Oliver.
" Jangan bilang Om lagi modus ke aku, ya Om. Umur kita itu jauh berbeda, jadi sebaiknya Om nggak boleh goda-godain aku."
Haha, Oliver seketika tertawa renyah mendengar kepolosan Olivia.
"Jodoh itu tak memandang umur. Kalau sudah jodoh, pasti di satu kan Tuhan dalam sebuah pernikahan."
Oliver kembali melirik ke arah Olivia seraya tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.
"Yang penting Om kan masih bujangan."
Olivia melirik ke arah Oliver yang mengedipkan matanya, kemudian ia mencak-mencak.
"Ah Om! bisa saja!.pasti mau godain aku!"kata Olivia sambil ngapak-ngapakan kakinya.
"Haha," terdengar tawarnya dari Oliver.
"Oke sekarang kamu mau ke mana Livia?"
"Aku mau mencari kos-kosan murah, anterin ya Om," Olivia dengan nada manja.
"Ya sudah kamu nginep di apartemen Om saja, kebetulan apartemen Om kosong."
"Gak mau lah, aku mau tinggal di kos-kosan saja."
"Ya sudah sebentar Om telepon seseorang dulu untuk mencarikan kamu kosan."
Oliver menghubungi seseorang, ia menyuruh anak buahnya untuk mencarikan kosan tempat tinggal Olivia
Setengah jam kemudian mereka tiba di kosan tersebut .
Oliver dan Olivia keluar dari mobil bersamaa,n kemudian mereka menghampiri dua orang pria yang terlihat sedang berdiskusi.
Setelah melakukan pembayaran untuk kos-an olivia, Oliver langsung pulang, sementara Olivia pun beristirahat di kamar kostnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!