Saat aku pertama kali membuka mataku, setelah hampir dua bulan lamanya Aku koma, kini aku melihat suamiku bersama dengan seseorang yang asing bagiku.
Tunggu dulu! Aku ingat bahwa wanita itu adalah sahabat suamiku di masa dia kuliah dulu dan baru aku tahu tadi, bahwa ternyata dia adalah selingkuhan suamiku. Lebih parah lagi, mereka ternyata sudah menikah. Keterlaluan kamu Mas! Di saat aku sedang berjuang untuk mempertahankan nyawaku. Ternyata kau malah sedang asyik bercumbu dan berkhianat dengan mantan kekasihmu tanpa memikirkan tentang perasaan aku.
"Kenapa sih, Mas? Kita tidak bunuh dia sekarang saja? Aku lelah loh mas karena harus mengurus istri kamu yang tak berguna ini!" rengek Andien merasa kesal kepada suaminya yang baru sekitar satu minggu lalu telah sah menghalalkan dirinya di depan penghulu, walaupun masih pernikahan siri.
Tetapi Andein sudah merasa puas dengan hal itu setidaknya dia bisa terus bersama dengan sang suami yang telah dia cintai sejak lama.
Kalau bukan karena dulu mereka tidak direstui oleh kedua orang tuanya Mas Heru, mereka pasti sudah memiliki beberapa orang anak yang tampan dan menggemaskan seperti Mas Heru yang keren.
Pernikahanku dengan Mas Heru sendiri sampai saat ini baru dikarunia seorang calon bayi yang masih ada di dalam kandunganku.
"Kau jangan sembarangan! Saat ini Elsa sedang mengandung anakku tidak mungkin aku membunuh dia? Kalau aku melakukannya, itu sama saja aku sudah membunuh keturunanku sendiri!" sungguh kesal sekali Andien mendengar jawaban dari sang suami tercinta.
Andien misuh-misuh dan kesal luar biasa. "Mas selalu saja mengatakan hal yang sama padaku. Aku bosan sekali dengernya! Mas, aku bisa memberikan 10 anak untukmu! Lepaskan saja semua alat itu dan biarkan istri kamu itu mati!" pinta Andien merajut.
Aku melihat Mas Heru yang terlihat begitu frustasi mendengarkan keinginan istri mudanya yang ingin membunuhku dengan segera.
'Kurang ajar sekali dia! Di saat aku seperti ini masih sempat dia ingin membunuhku alih-alih yang merasa sedih melihat aku yang saat ini sedang tak berdaya. Awas kamu nenek lampir! Aku tidak akan melepaskan kamu karena sudah merebut suamiku saat aku koma dan tak berdaya!' sengitku kesal.
Aku yang tadinya hendak membuka mataku, sontak mengurungkan keinginanku. Aku ingin mendengar lebih banyak lagi semua kata-kata buruk yang mereka katakan tentang aku.
"Jangankan memberikan anak 10 buat aku. Bahkan kau tidak ingin memberikan satu anak pun untukku. Apa kau ingat kalau kau selalu menunda untuk kita segera memiliki anak? Kau selalu saja meminum pil anti kehamilan setiap kali berhubungan denganku. Aku sangsi apakah kau benar-benar ingin menjadi Ibu dari anak-anakku atau hanya menginginkan harta milik keluarga besar istriku. Sehingga kau melakukan banyak usaha dan kecurangan untuk bersama denganku?" tanya Mas Heru yang tentu saja tidak sedih kalau sampai dirinya dipermainkan.
Mas Heru tampaknya tidak ingin berbuat gegabah dengan mencabut semua alat-alat penunjang kehidupan di tubuhku yang menjadi istri sahnya lebih dari 8 tahun.
Sampai saat ini Mas Heru masih bertahan dengan statusnya sebagai suami dariku, Elsa Broto Atmajaya. Seorang pewaris dari Broto Atmajaya group yang merupakan konglomertat di negeri ini. Pria itu tampaknya masih peduli dengan harta warisan yang dimiliki oleh keluargaku, keluarga Broto Atmajaya.
Broto Atmajaya group yang bergerak di bidang properti adalah kebanggaan dari keluarga kami yang mengantarkan keluarga kami yang menjadi keluarga terpandang dan disebut konglomerat oleh orang lain.
"Aku akan terus mempertahankan hidup Elsa setidaknya sampai dia bisa melahirkan anakku dengan selamat!" putus Mas Heru pada akhirnya.
Andien terlihat begitu kesal mendengar keputusan suaminya. "Jangan-jangan kau masih mencintai istri kamu itu! Aku menyesal karena dulu tidak menyuruh anak buahku untuk langsung membunuhnya di tempat!" Andien lalu keluar dari ruanganku.
"Aku tidak mengira kalau Andien benar-benar akan melakukan hal itu sama kamu demi bisa menjadi istriku. Maafkan aku sayang, aku janji sama kamu. Aku akan berusaha untuk melindungi kamu dari Andien. Kamu sabar dulu ya, sayang. Aku akan berusaha mengeluarkan kamu dari sini dan menjauhkan kamu dari Andien. Aku tidak akan membiarkan Dia membunuhmu dan juga anak kita." aku cukup terharu mendengarkan apa yang dikatakan oleh suami sampahku ini.
Walaupun sampai saat ini aku masih belum bisa mengerti apa yang sedang terjadi kepadaku. Aku memutuskan untuk tetap berpura-pura dalam keadaan koma. Aku ingin mengetahui lebih jauh, apa yang sedang mereka rencanakan untuk diriku dan anak yang sedang aku kandung.
Pada saat Mas Heru hendak keluar dari ruanganku, terdengar ponselnya berdering. "Ya, ada apa Bella?" tanya Mas Heru yang ternyata mendapatkan telepon dari sekretarisnya.
"Pak Nyonya Andien datang ke kantor dan meminta kepada saya untuk mentransfer beberapa saham atas nama Nyonya Elsa Broto Atmajaya atas nama pribadinya. Bagaimana ini, Pak?" tanya Bella dengan nada khawatir.
Mas Heru terlihat meraup wajahnya dengan kasar. Aku bisa melihat bahwa Mas Heru sedang berpikir keras untuk bisa mengendalikan istri barunya.
"Bilang padanya untuk menunggu kedatanganku. Aku tidak akan mengijinkan dia untuk melakukan itu kepada istriku. Aku bisa dicincang habis oleh para tetua keluarga Broto Atmajaya kalau benar-benar Andien melakukan itu!" Mas Heru terlihat begitu gua dan kesal dengan kelakuan Andien.
Setelah menutup teleponnya terlihat Mas Heru yang mendekat ke arahku. "Aku pergi dulu, sayang. Aku akan berusaha untuk melindungi semua hakmu di perusahaan. Aku tidak akan membiarkan Andien berlaku sewenang-wenang. Aku sungguh menyesal karena membiarkan wanita ular itu merusak rumah tangga kita. Aku akan segera memberikan dia pelajaran." Mas Heru kemudian pergi dari rumah sakit menuju ke perusahaan Broto Atmajaya group.
Setelah kepergian Mas Heru, aku kemudian bangun dan melihat ke sekelilingku. "Rupanya dia masih memandangku sebagai istrinya. Dia menempatkan aku di ruangan VVIP. Hmmm, Walaupun dia sudah melakukan banyak kesalahan padaku, setidaknya Mas Beru sudah berusaha untuk melindungiku sampai saat ini dari kejahatan istri mudanya. Aku harus melakukan sesuatu untuk menyingkirkan Andien dari perusahaan tanpa membuat siapapun curiga dengan aku yang sudah siuman dari komaku." monologku dengan pelan.
Aku masih tetap berhati-hati dari siapapun. Karena aku tidak tahu saat ini siapa yang menjadi musuhku ataupun kawanku. Aku tampaknya harus mengandalkan diriku sendiri untuk mencapai rencanaku mendepak Andien. Aku tidak akan pernah merelakan perusahaanku dikuasai oleh wanita ular itu!" monologku tidak rela.
Aku hari itu mulai merencanakan pembalasan atas kejahatan Andien kepadaku yang telah membuat diriku koma selama berbulan-bulan lamanya.
Pov Heru
Aku langsung pergi ke kantor setelah mendengarkan laporan dari Bella tentang kelakuan istri mudaku yang dengan begitu lancang menginginkan saham milik Istriku yang saat ini masih koma di rumah sakit gara-gara perbuatannya yang sudah mencelakainya.
"Kalau waktu itu aku mengetahui tentang kehamilan Elsa, aku pasti tidak akan menyetujui rencana Andien untuk mencelakai istriku. Untung saja nyawa istriku dan calon anakku masih bisa diselamatkan. Kalau tidak aku pasti tidak akan pernah memaafkan Andien!" monologku kesal luar biasa sambil berjalan menuju ruangan Anden yang sekarang berstatus sebagai Direktur keuangan di perusahaan milik keluarga istriku.
Andien benar-benar melakukan semua yang dia katakan kepadaku untuk bisa menguasai seluruh harta milik istriku yang masih koma.
Aku mulai curiga dengan niat Andien kembali kepadaku. Setelah sekian lama dia menghilang dari hidupku. Apakah jangan-jangan, Andien tidak pernah mencintaiku? Jangan-jangan dia hanya sedang menggunakan dan memanfaatkan aku untuk mendapatkan akses agar bisa masuk ke dalam perusahaan milik keluarganya Elsa Broto Atmajaya?
"Hentikan Andien!! Segera datang ke ruanganku Aku menunggumu di sana!" ucapku kesal sambil menatap tajam ke arah Andien yang kelihatannya terkejut melihat amarahku.
Andien terlihat kesal dan terus menghentakkan kakinya ke lantai untuk melampiaskan amarahnya.
"Kamu kenapa melarangku untuk mengalihkan ataupun mentransfer semua saham milik Elsa atas namaku? Kenapa, Mas?" tanya Andien dengan tatapan tajam ke arahku.
Aku bisa melihat emosi di matanya yang tidak terkendali. Jujur saja, untuk sesaat aku tidak mengenali lagi sosok wanita yang ada di hadapanku yang tampaknya sedang menggilai harta melebihi segalanya. Aku mulai merasa tidak nyaman dengan apa yang dia lakukan di perusahaan milik keluarga istriku yang aku cintai.
Ya! Walaupun aku memiliki Andien sebagai istri mudaku, tetapi aku juga mencintai Elsa sebagai istri pertamaku yang sebentar lagi akan memberikan seorang anak untukku dan aku sudah tidak sabar untuk menantikan kehadiran anakku di atas dunia ini.
Aku dan Elsa sudah menantikan kelahirannya begitu lama. Kami sudah berjuang kesana kemari demi memiliki keturunan yang tidak mudah kami dapatkan. Elsa bahkan sampai rela menjalani begitu banyak program kehamilan yang menyakitkan demi mewujudkan impiannya menjadi seorang ibu.
Entah apa yang menjadi alasan Elsa tidak pernah memberitahukan kepadaku soal kehamilan dia. Kalau bukan karena Andien yang sudah mencelakai Elsa, dan membuat istriku itu koma, aku mungkin tidak tahu soal kehamilan istriku.
"Jawab aku, Mas! jangan-jangan kau mencintai istrimu yang sekarang menjadi mayat hidup itu. Ya kan? Ngaku kamu, Mas!" teriak Andien di depan mataku dengan keras.
Aku langsung mendekati Andien dan berusaha untuk menenangkannya. Bagaimanapun juga saat ini kami berada di kantor. Bagaimana kalau ada orang lain yang mendengarkan apa yang dia katakan?
Apalagi sampai saat ini sepupunya Elsa masih terus menyelidiki tentang kasus kecelakaan Elsa yang menurut dia sangat aneh.
"Tenanglah! Apa kau ingin semua orang di kantor ini mengetahui tentang kelakuanmu yang sudah mencelakai Elsa dan membuat dia koma hampir 2 bulan lamanya di rumah sakit?" bisikku di telinga Andien yang tadi kalap dan kehilangan akalnya.
Mendengar apa yang aku katakan, Andien kemudian diam dan duduk di depanku. Andien rupanya mulai mencerna apa yang kukatakan dengan baik.
"Kalau kamu tidak mengizinkanku untuk mentransfer semua saham milik Elsa atas namaku, maka itu artinya semua usaha kita untuk menguasai hartanya sia-sia belaka. Kamu maunya apa sebenernya, Mas?" tanya Andien dengan suara yang mulai lunak.
Aku pun hanya bisa menghela nafas berat dan mendekati istri mudaku yang tampaknya sudah tidak sabar untuk menikmati hasil kerja kerasnya yang sudah mencelakai Elsa.
"Sabarlah sebentar, sayang! Kau tidak boleh grasa grusu seperti itu. Apa lagi kau sampai melakukan sesuatu dengan begitu ceroboh yang hanya akan mengundang kecurigaan orang lain terhadap dirimu. Apa kamu tidak mengetahui kalau sampai saat ini Aska terus menyelidiki tentang kecelakaan Elsa? Kita harus hati-hati agar keamanan dan keselamatan kita tetap terjaga. Paham?" tanyaku berusaha untuk menghibur Andien yang selalu bersikap ceroboh dan lebih mementingkan emosi dan nafsunya dari pada logika dan akal sehatnya.
"Tapi aku sudah tidak tahan untuk mengurus istrimu yang sudah seperti mayat hidup itu. Mas, kenapa kau tidak mau merelakan dia untuk mati saja sih?" rengek Andien masih saja berusaha dan membujuk diriku untuk melakukan keinginannya.
Aku menggeleng dengan kuat dan menolaknya. Karena aku tidak mau kalau sampai anak yang ada di dalam kandungan Elsa akan mati juga.
"Aku mohon Andien! Please, sayang! Berilah aku kesempatan lagi, setidaknya sampai Elsa melahirkan anakku! Setelah itu terserah kau mau melakukan apa terhadapnya. Aku tidak peduli lagi!" ucapku berusaha membujuk Andien agar mau membiarkan istri dan anakku hidup aman di rumah sakit.
Sampai saat ini aku masih berharap Elsa bisa siuman dari komanya dan melahirkan anak kami dengan selamat. Aku tidak ingin keserakahan Andien malah mengubur kebahagian diriku untuk memiliki seorang anak lelaki yang saat ini sedang dikandung oleh istriku.
Andien terlihat tidak rela mendengar keinginanku. Tapi aku harus tegas kepada wanita ambisius Itu demi keamanan istri dan juga anakku.
"Kalau kamu sampai berbuat yang macam-macam kepada Elsa dan anakku, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu selamanya!" ancamku pada Andien yang sontak langsung melotot mendengarnya.
Aku tidak peduli apapun yang akan dia pikirkan tentang diriku karena melakukan hal frontal ini demi melindungi Elsa dan anakku. Bagiku sekarang, aku tidak ingin kehilangan darah dagingku sendiri gara-gara keegoisan Andien yang begitu membenci istriku.
Aku sendiri tidak mengerti kenapa Andien tampak begitu bernafsu ingin menguasai seluruh harta milik keluarga Broto Atmajaya seperti ada sebuah dendam besar yang disembunyikan dariku.
"Sayang, jujurlah kepadaku. Sebenarnya, apakah kau memiliki dendam pribadi terhadap istriku sebelum ini?" tanyaku pada Andien yang langsung gugup mendengar pertanyaanku.
"Apa sih yang kau tanyakan itu, Mas? Aneh sekali! Aku membenci Elsa hanya karena dia adalah istri sahmu. Sementara aku hanyalah istri siri kamu yang tidak memiliki kekuatan apapun di dalam hukum. Paham kamu?" aku melihat Andien yang langsung mengalihkan pandangannya dan tidak berani menatap mataku ketika mengatakan itu.
Aku yakin sekali kalau Andien selama ini telah menyembunyikan sesuatu dariku. Tetapi aku tidak mau mencari penyakit dengan terus mendesaknya. Karena aku tahu betapa berbahayanya wanita seperti Andien yang sangat nekat dan selalu melakukan hal-hal di luar batas kenormalan.
Bahkan sampai saat ini aku masih belum bisa mempercayai tentang Andien yang begitu tega mencelakai Elsa dengan memanipulasi mobil yang dia kendarai. Sehingga akhirnya mengalami kecelakaan fatal di jalan raya yang membuat istriku koma hingga saat ini. Sementara sopir pribadinya meninggal di tempat pada saat kecelakaan terjadi.
Pov Andien
Aku baru saja pulang dari luar negeri. Aku mendapatkan kenyataan bahwa Mas Heru, mantan kekasihku di masa SMA ternyata menikah dengan Elsa Broto Atmajaya. Aku marah luar biasa.
Mulai saat itu aku terus berusaha untuk mendekati Mas Heru dan membuat dia kembali jatuh cinta kepadaku. Aku tidak rela kalau pria yang amat aku cintai kini hidup bersama wanita yang paling aku benci. Elsa Broto Atmajaya!!
Sejak kecil aku dan Elsa memang tidak akur. Walaupun kedua orang tua kami dulu kenal cukup dekat dan kami sudah saling mengenal sejak dulu. Karena ayahku supir keluarga mereka. Tapi bagiku, Elsa adalah musuh yang harus aku bumi hanguskan. Aku membenci dia karena dia selalu menjadi Tuan Putri dan menjadi pusat perhatian semua orang saat dia muncul di sekitarku. Aku sangat benci hal itu.
Tetapi aku? Aku hanya bisa berdiri di pojokan dan menatap apapun yang dilakukan olehnya dengan penuh perasaan iri dan dengki.
Aku benci kedua orang tuaku yang selalu menjilat kedua orang tua Elsa yang konglomerat itu hanya untuk bisa mendapat sedikit sedekah dari keluarga mereka. Aku sangat ingat sekali, Elsa dengan begitu angkuhnya, dia sering sekali memberikan semua mainan-mainan bekasnya maupun pakaian-pakaian dia yang sudah tidak dia sukai lagi untukku.
"Mama kenapa sih membawa sampah-sampah itu ke rumah ini? Aku gak sudi Mah menggunakan semua barang bekasnya Elsa!" ucapku geram sama mamaku yang waktu itu membawa begitu banyak mainan, dan pakaian bekasnya Elsa yang di bawa pulang oleh ayahku setelah dia bekerja seharian.
Mamaku mendekatiku dan memohon padaku untuk aku mau menggunakan semua itu dan merasa bersyukur dengan kebaikan mereka pada kami.
"Andien. Kenapa kamu bersikap sombong seperti itu? Kita seharusnya berterima kasih kepada keluarga mereka yang sudah begitu baik terhadap kita dan selalu menolong apapun kesulitan keluarga kita. Andien, dengan gaji yang dimiliki oleh ayahmu selamanya pun kau tidak akan pernah bisa membeli semua barang-barang ini. Semua pakaian ini harganya mahal Andien!! Walaupun mereka semua adalah pakaian maupun mainan bekas Non Elsa. Tetapi dia hanya menggunakannya satu dua kali saja jadi bisa dikatakan semua pakaian dan mainan ini masih baru. Kamu harus menerima semua ini dan bersyukur atas kebaikan Non Elsa sama kamu." bujuk Mamaku memaksaku untuk mau menerima semua sampah yang Elsa buang untuk aku pungut sebagai berkah untukku.
Sejak saat itu Aku bersumpah kepada diriku sendiri bahwa aku pasti akan merebut semua yang menjadi miliknya. Aku berjanji itu!! Akan aku buat wanita kaya raya yang sombong itu membayar semuanya dengan air mata dan kesedihan sepanjang hidupnya.
Saat aku kembali bertemu dengan Elsa, dia sudah tidak mengenaliku lagi. Betapa sombong dia!! Dia sudah lupa kepada anak supir dari ayahnya yang selama ini selalu menerima sedekah dan juga du paksa untuk menggunakan semua sampah-sampah yang dia buang ke rumahku.
"Andien, perkenalkan dia adalah istriku." ucap Mas Heru waktu pertama kali kami bertemu tanpa sengaja di sebuah restoran mewah.
Aku saat itu memang sedang melakukan meeting dengan klienku dari Jepang. Aku berhasil kuliah hingga S1 dan semua itu dibiayai oleh keluarganya Elsa karena mereka merasa bersalah atas kematian ayahku gara-gara kecelakaan saat menjemput Elsa di sekolahan.
Mereka pikir uang mereka bisa membeli harga diri dan juga kebahagiaan kami. Ibuku mungkin hanya diam saja dan berterima kasih kepada keluarga mereka yang memberikan tunjangan begitu besar dan juga menjamin biaya pendidikan anaknya. Tapi aku? Aku menaruh dendam semakin besar kepada mereka dari dalam lubuk hatiku.
"Andien! Kamu curang banget Mas. Kok menikah tidak mau mengundangku? Apa kamu udah lupa dengan janji kita ketika dulu kita putus? Siapapun yang menikah duluan di antara kita maka akan mengundang pihak lainnya." ucapku merajut pada Mas Heru yang sontak tertawa melihatku melakukan itu. Aku lihat Elsa hanya tersenyum saja.
"Maafkan aku, Andien. Bukan niat aku ingkar janji sama kamu. Karena waktu itu aku sudah mencarimu kemana-mana dan bertanya kepada teman-teman SMA kita, tapi katanya kau pergi untuk kuliah di luar negeri." Mas Heru menjelaskan semuanya sambil tersenyum dengan begitu manis padaku.
Seketika aku merasakan tidak rela bahwa mantan kekasihku yang begitu baik seperti Mas Heru harus menghabiskan hidupnya bersama wanita seperti Elsa yang sombong, angkuh dan Arogan hanya karena merasa sebagai Tuan putri dari keluarga konglomerat di negeri ini.
"Mas, Maafkan aku ya? Karena aku harus kembali ke kantor. Dari tadi sekretarisku sudah menghubungiku. Kalian senang-senang ya? Anggap saja sebagai reunian. Oh ya, Mas. Traktir teman kamu ini dengan makanan enak ya. Sebagai permintaan maaf dariku karena tidak bisa menemani kalian lebih lama." Elsa minta izin pada kami untuk meninggalkan kami berdua di restoran siang itu.
"Ya sayang, gak apa-apa. Ya sudah kau berhati-hati saat nyetir. Ingatlah jangan mengebut di jalan. Oke?" mereka berdua kemudian berciuman bibir sekilas sebagai ucapan perpisahan mereka berdua di depan ku yang tentu saja merasa kesal luar biasa.
Tetapi aku harus menahan semua amarah itu di hatiku dan tidak memperlihatkannya dihadapan mereka. "Ya ampun kalian hanya berpisah untuk makan siang kenapa seperti akan berpisah untuk selamanya. Tenang Elsa, aku akan membantumu untuk menjaga suamimu ini agar matanya tidak peralatan melihat wanita yang lebih cantik darimu." ucapku dengan santai sambil tetap asik menyantap makan siangku.
Tapi Elsa malah tertawa terbahak dan dengan begitu percaya diri dia merangkul suaminya dan mencium bibir Mas Heru dengan lebih intens. membuat hatiku semakin terbakar api cemburu dan kesal.
"Aku percaya kepada suamiku bahwa dia tidak akan pernah menghianati pernikahan kami. Aku pergi dulu, sayang! I gatlah untuk nanti malam jangan pulang terlambat ya? Karena kita akan pergi ke kediaman utama keluarga Broto Atmajaya." Pesan Elsa dengan lembut kepada suaminya.
"Ya sayang, jangan khawatir. Aku pasti akan pulang dengan cepat dan tidak akan terlambat menghadiri pertemuan keluarga." Mereka pun kemudian berpisah dan menganggapku seperti obat nyamuk yang tak berharga.
Aku menghela nafas berat. Aku memutar otak untuk membuat Mas Heru bisa melupakan istrinya walaupun hanya sesaat. Aku ingat kalau Mas Heru sejak dulu selalu memiliki serangan panik ketika melihat aku terluka.
Oleh karena itu ketika dia sedang memperhatikan istrinya yang meninggalkan kami. Aku sengaja melukai jemariku dengan pisau sehingga terluka.
"Aww, sakit Mas!" ucapku sambil meringis kesakitan.
Mas Heru langsung panik ketika melihat darah mengalir dari telunjukku yang tadi memang sengaja aku iris menggunakan pisau daging.
"Andien?? Ada apa dengan jemarimu? Astaga, Andien! Kenapa mengeluarkan darah?" ternyata tebakanku benar. Mas Heru belumlah berubah, karena dia masih peduli.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!