20 Juli 2030, Ibukota Negara Indonesia, Kota Jakarta, bagian Jakarta Selatan.
Di kost murah yang terletak di Jakarta Selatan, seorang remaja laki-laki terbangun dari tidurnya dalam keadaan linglung. Remaja itu melihat sekeliling dengan mata kebingungan karena melihat kalau dia bangun di ruangan yang asing.
Remaja itu memiliki penampilan yang cukup tampan, bukan karena perawatan tapi memang natural. Tubuhnya cukup atletis dengan potongan rambut pendek tanpa model.
"Di mana ini?" Tiga kata itu terucap dari mulut remaja laki-laki yang bernama Azam Pramudya.
Azam, yang sedang berpikir mengapa dia berada di lingkungan yang asing tiba-tiba merasakan rasa sakit yang parah di kepalanya.
Dia memegangi kepala yang dirasa mau pecah dengan kedua tangannya dan mencoba untuk tidak berteriak sampai banyak keringat keluar dari tubuhnya.
Serangkaian ingatan membanjiri kepala Azam secara tiba-tiba. Baru setelah setengah jam mencerna ingatan yang muncul, Azam mengerti dengan situasi yang menimpanya.
"Aku menyeberang ke dunia paralel?" Itu adalah kesimpulan yang dapat diambil setelah mencerna ingatan yang muncul tadi.
Benar, Azam adalah penduduk dari planet bumi yang menyebrang ke dunia paralel setelah dia tidur larut malam karena mengerjakan tugas kuliah yang super banyak dan super sulit.
Identitasnya sedikit berbeda dari kehidupan sebelumnya. Dulu dia adalah mahasiswa akhir semester yang akan segera lulus sedangkan sekarang dia adalah mahasiswa yang baru saja masuk universitas.
Namun selain itu, semua hal di kehidupannya sama persis mulai dari teman, kenalan, dan yang lain. Azam adalah seorang yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan di Jakarta.
Tapi sebenarnya Azam sama sekali tidak mempunyai teman ataupun kenalan yang dekat karena di kehidupannya yang dulu maupun sekarang, dia adalah seorang penyendiri.
Bukan berarti Azam tidak mau bersosialisasi dengan orang lain, tapi karena dia harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kata pengasuhnya, Azam ditinggalkan di terminal bus di dalam sebuah kardus oleh kedua orang tuanya. Karena hal ini, Azam sama sekali tidak tertarik untuk mencari tahu siapa orang tuanya.
"Hm, meskipun aku sudah bisa menerima kenyataan kalau aku menyeberang ke dunia paralel, tapi bagaimana caranya aku pindah?" Azam mengerutkan keningnya dalam-dalam namun ia tidak kunjung mendapatkan jawabannya.
Pada saat ini, pintu kost Azam diketuk dengan keras dan terdengar raungan seorang pria. "Woy, Azam! Kalau kamu tidak bayar uang sewa, lalu pergilah dari sini!"
Azam mengenali pemilik suara itu, dia adalah seorang pria paruh baya dengan perut buncit yang merupakan pemilik kost murah ini. Azam berhutang sewa 2 bulan karena dia hanya bekerja paruh waktu.
"Sial, baru saja menyeberang ke dunia paralel tapi aku langsung dikejar sewa?" Azam menghembuskan napas panjang karena tidak tahu harus bagaimana dengan situasi sekarang.
Dia beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke depan untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, muncul wajah pria yang jelek dengan banyak jerawat dan tahi lalat di pipinya yang sedang mengoceh.
"Azam, aku beri kamu waktu tiga hari. Kalau kamu tidak membayar sewa, maka segera kemasi barang-barangmu dan angkat kaki dari sini," kata pemilik kost dengan nada marah.
Azam tersenyum canggung dan hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala. Dia sudah muak dengan wajah pemilik kost tapi mau bagaimana lagi karena sewa di sini cukup murah untuk dirinya.
Alasan dia tidak bisa membayar sewa adalah karena uangnya dipinjam oleh teman SMA nya satu bulan lalu namun sampai sekarang masih belum dikembalikan yang membuat kondisi Azam seperti sekarang.
"Sialan, kalau aku bertemu dengan anak itu, akan aku hajar dia," pikir Azam dengan marah karena teman SMA yang selalu bermain bersama malah menipu dirinya dan tidak membayar hutang.
"Iya, terima kasih, Pak." Azam memaksakan senyumnya agar pemilik kost segera pergi karena raungannya cukup mengganggu.
"Huh, semoga saja ada keajaiban sehingga kamu bisa membayar sewa." Pemilik kost mendengus dan berkata dengan nada dingin.
"Hahaha." Azam hanya tertawa canggung menanggapi perkataan pemilik kost.
Setelah melihat pemilik kost pergi, Azam menutup pintu dan berbaring di atas ranjangnya. Sekarang dia sedang pusing memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang dengan cepat.
Mungkin karena di kehidupan sebelumnya Azam berbuat baik, ada sesuatu yang muncul di benak Azam yang membuatnya sangat terkejut sekaligus bahagia karena tahu apa itu.
[Terdeteksi ada keinginan asing.... Mencoba untuk mengikat... Pengikatan berhasil... Halo, Host, aku adalah Sistem Pemindai yang bisa memindai lingkungan sekitar.]
Mendengar suara di benaknya, Azam yang tertegun sejenak menjadi sangat gembira karena tahu apa itu sistem karena dia biasanya membaca novel online yang ada di aplikasi NovelToon.
"Sistem, bisakah kamu memberitahuku apa fungsimu?" Azam mencoba berkomunikasi dengan sistem karena yang ia tahu ada sistem seperti mesin ada juga sistem yang memiliki kecerdasan.
[Host tidak perlu khawatir, Sistem memiliki kecerdasan, anggap saja seperti kecerdasan buatan yang lebih canggih dari yang ada di zaman ini.]
[Jadi, fungsiku ada dua. Pertama adalah pemindaian, Host bisa memindai apa saja yang Host inginkan, tapi masih ada batasan. Jadi Host harus meningkatkan level Sistem agar bisa mencari apa yang Host inginkan.]
Azam mengangguk dengan cepat seperti burung pelatuk, dia paham dengan penjelasan Sistem tentang fungsi pertama Sistem yaitu pemindaian sesuai apa yang dia mau, tapi ini ada batasannya.
[Kemudian fungsi yangbkeuda adalah gacha, Host pasti tahu gacha, kan? Host bisa memutar gacha yang berisi skill, ini bisa diputar sekali dalam seminggu.]
"Baiklah, aku sudah paham dengan dua fungsimu. Lalu, bisakah kamu jelaskan lebih detail tentang fungsi pertama? Seperti batasan apa yang kamu maksud," kata Azam kepada Sistem.
Kemudian Sistem menjelaskan kalau batasan di fungsi pemindaian adalah jarak dan perintah. Untuk saat ini, Sistem masih level satu sehingga jarak pemindaian hanya sampai 10 meter.
10 meter ini berpusat di lokasi Azam dan menyebar seperti lingkaran sampai 10 meter entah itu ke samping, ke bawah, ataupun ke atas.
Lalu batasan perintah, untuk saat ini Azam hanya bisa memindai uang tunai saja. Jadi Azam tidak bisa memberi perintah untuk mencari barang ataupun orang.
Azam mengelus dagunya sebelum berkata, "Aku paham dengan batasannya. Lalu, bagaimana cara meningkatkan level Sistem?"
[Menggunakan poin, atau jika di dalam game, ini bisa disebut dengan experience. Exp ini dihasilkan dari sesuatu yang dipindai, poin exp acak sesuai dengan nilai dari sesuatu yang dipindai.]
"Baiklah, yang penting aku memindai sesuatu yang memiliki nilai tinggi." Azam mengangguk paham dengan penjelasan Sistem, lalu dia memberi perintah untuk memindai uang tunai dalam jarak 10 meter.
Setelah perkataan Sistem selesai, muncul layar hologram berwarna biru muda transparan di depan mata Azam. Hologram itu menampilkan sesuatu yang mirip dengan mesin radar.
[Mulai memindai... Pemindaian selesai... Silakan diperiksa.]
Muncul banyak titik merah di layar hologram tersebut. Azam bingung mengapa ada banyak uang disekitarnya dan segera bertanya kepada Sistem.
[Itu karena host mengatakan untuk mencari uang. Jadi, semua rumah di sana yang masih berpenghuni tentu saja mempunyai banyak uang. Itulah mengapa tolong berikan perintah yang rinci.]
Azam mengangguk paham. Dia pun segera berkata, "Kalau begitu, tolong cari uang tanpa pemilik dalam radius 10 meter."
[Mulai memindai... Pemindai selesai... Host, ditemukan uang tanpa pemilik di jarak 7 meter dari pintu kost Host.]
Azam terkejut dan sebesar melihat yang ditunjukkan oleh Sistem. Kemudian tiba-tiba saja layar hologram menampilkan tampilan tiga dimensi seperti permainan.
Di layar hologram yang ini, Sistem menuntun penggunanya untuk sampai ke tujuan yang dipilih. Azam melihat arahan dari Sistem dan ternyata lokasi yang tanpa pemilik ada di dekat kostnya.
Azam keluar dari kost dan mengikuti arahan Sistem. Di sana merupakan tong sampah yang sampahnya menumpuk sampai membuat warga resah saat melihatnya.
Meskipun enggan, tapi Azam ingin mencoba keefektifan Sistem yang dia dapatkan itu. Azam mengorek-ngorek isi tong sampah dengan serius sampai menemukan kertas persegi panjang berwarna merah dengan gambar dua orang sedang tersenyum di kertas tersebut.
"Ketemu!" Azam menemukan uang yang dicari oleh Sistem yang ternyata adalah uang senilai seratus ribu rupiah.
Setelah itu Azam memberi perintah yang sama kepada Sistem, yaitu memindai uang tanpa pemilik dalam jarak 10 meter dari lokasinya.
"Gila, dengan ini, aku tidak perlu khawatir akan ada barang yang hilang di masa depan, hahaha!" Azam tertawa lepas yang membuat tetangga yang lewat menganggapnya orang gila.
"Ngomong-ngomong, apakah kamu bisa memindai makhluk hidup kan?" tanya Azam kepada Sistem.
[Bisa, tapi itu perlu level yang lebih tinggi.]
"Aku tahu. Itu artinya kamu tidak hanya bisa memindai benda mati saja, melainkan segala sesuatu yang ada ya," kata Azam sambil menganggukkan kepalanya.
[Tepat sekali.]
Karena hari masih siang, Azam memutuskan untuk melanjutkan pencarian uang tanpa pemilik di sekitar area kost. Sistem langsung mencari seusai dengan perintah dari Azam.
[Ditemukan uang sebesar 100 ribu rupiah dalam jarak 7 meter dari Host.]
[Ditemukan uang sebesar 5 ribu rupiah dalam jarak 3 meter dari Host.]
[Ditemukan uang sebesar 500 rupiah dalam jarak 2 meter dari Host.]
Sistem memunculkan banyak hasil pencarian terkait uang tanpa pemilik dalam radius 10 meter. Meskipun kebanyakan adalah uang receh, tapi Azam tetap mengambil semuanya karena itu juga merupakan uang.
Namun ada satu hasil pencarian yang membuahkan hasil yang bagus. Azam segera mengikuti arahan dari Sistem untuk pergi ke lokasi 7 meter darinya yang merupakan taman yang kurang bersih karena ada banyak sampah plastik.
Azam mengabaikan lingkungan yang kotor karena saat ini perhatiannya tertuju pada uang berwarna biru ada di bawah pohon. Itu adalah dua uang pecahan 50 ribu yang terhalangi sampah sehingga kurang terlihat.
"Benar-benar 100 ribu, seperti yang diharapkan dari Sistem Hanya dalam waktu satu jam, aku berhasil mendapatkan 200 ribu yang merupakan uang yang sangat banyak bagiku," kata Azam dengan suara gembira.
200 ribu memang tidak banyak untuk kebanyakan orang di Jakarta. Tapi bagi Azam yang merupakan seorang yatim piatu, itu merupakan jumlah yang cukup banyak.
Dengan uang segitu Azam bisa makan tiga kali sehari selama beberapa hari selama dia menemukan makanan yang murah dan banyak atau memasak sendiri.
Pada saat ini, ada seorang kakek tua yang membawa gerobak sampah. Azam mengabaikan kakek tua itu dan melanjutkan pencarian yang tanpa pemilik di sekitar.
[Ditemukan uang sebesar 5 juta rupiah dalam jarak 3 meter dari Host.]
Azam sangat terkejut dengan hasil pencariannya, dia segera melihat arah yang ditunjuk oleh Sistem dan itu ternyata adalah gerobak sampah milik kakek tua tadi.
"Ada uang 5 juta di dalam gerobak sampah? Hm, sepertinya itu milik seseorang karena ya tidak mungkin ada uang sebanyak itu di dalam gerobak sampah. Tapi mengapa Sistem bisa memindainya?" Azam berpikir dengan keras.
Namun saat ini kakek tua itu kembali sambil membawa karung besar yang berisi botol plastik. Azam mengesampingkan pemikirannya dan segera menghampiri kakek tua itu.
"Permisi Kek, mari aku bantu." Azam tersenyum, dia menawarkan diri untuk membantu kakek tua itu karena ada uang yang sedang menunggunya.
"Oh, silakan. Jarang sekali ada anak muda yang memiliki sikap baik di zaman sekarang," kata kakek tua dengan nada ramah karena jarang ada anak muda yang berhati baik.
Azam tersenyum namun merasa sedikit bersalah di dalam hatinya karena dia membantu kakek itu bukan tanpa pamrih melainkan memang ada tujuannya yaitu untuk mengambil uang.
Kekek tua itu pergi untuk mengambil sampah lagi, sedangkan Azam segera mencari uang yang ada di dalam gerobak sampah. Setelah beberapa menit, Azam menemukan kantung plastik berwarna hitam.
"Ini kah?" Azam hendak membuka kantung plastiknya namun kakek tua itu sudah kembali sambil membawa karung berisi botol plastik lagi.
Jadi, Azam membantu kakek tua itu selama setengah jam karena ada banyak sekali botol plastik yang dibawa oleh si kakek tua, kemudian dia duduk di bangku yang ada di taman.
Azam membuka ikatan kantung plastik itu, dia terkejut karena melihat ada banyak sekali lembaran uang kertas berwarna merah yang merupakan uang pecahan 100 ribu rupiah.
Namun, Azam menyipitkan matanya saat melihat ada kartu nama dan sebuah foto di atas uang. Dia mengambil fotonya dan melihat kalau itu merupakan foto empat orang yang sepertinya adalah keluarga.
Lalu, Azam melihat kartu namanya. Di situ tercantum nama dan nomor telepon. Kemudian ada logo harimau berwarna emas dan tulisan yang merupakan nama perusahaannya, yaitu Tiger Construction.
"Tiger Construction? Bukankah ini perusahan konstruksi yang terkenal di Jakarta? Mengapa ada kartu nama mereka di sini?" Azam mengerutkan keningnya karena tidak tahu apa yang terjadi.
Tiger Construction merupakan perusahaan konstruksi yang terkenal di Jakarta karena kualitas material bangunan yang bagus dan pengerjaannya yang tepat waktu sesuai dengan bayaran.
Ada banyak orang dari berbagai kalangan status menggunakan jasa Tiger Construction saat mereka ingin membangun sesuatu.
"Di mana uangnya? Aduh, bagaimana bisa aku malah meninggalkan uangnya?" Terdengar suara pria paruh baya di dekat Azam yang sepertinya sedang panik.
Azam langsung mengerti apa yang terjadi, uang 5 juta yang ada di dalam kantung plastik di tangannya memiliki pemilik dan itu adalah pria paruh baya yang ada di dekat Azam.
Namun, Azam bertanya kepada Sistem. "Sistem, apa yang terjadi? Bukankah aku memberi perintah untuk mencari uang tanpa pemilik?"
[Memang benar, dan uang yang ada di tangan Host sudah tidak memiliki pemilik karena sudah hilang selama beberapa jam di tempat umum, atau lebih tepatnya di dekat tong sampah.]
Itu artinya, jika ada barang yang lepas dari tangan pemiliknya selama beberapa jam, maka itu akan dianggap sebagai barang tanpa pemilik oleh Sistem.
"Ah, jadi begitu." Azam mengangguk paham dengan penjelasan yang dikatakan oleh Sistem.
Meskipun Azam sedang kekurangan uang, dia bukanlah orang yang serakah. Dia sudah memutuskan untuk mengembalikan uang di tangannya kembali ke pemiliknya, yaitu pria paruh baya yang sedang kebingungan.
Namun, dia tidak langsung mengembalikannya. Azam menghampiri pria paruh baya itu dan berkata, "Permisi Pak, apakah Bapak lagi cari sesuatu? Soalnya tadi saya lihat Bapak sedang kebingungan."
"Oh, halo mas. Sebenarnya saya kehilangan uang, tadi saya sedang menelepon dan tidak sadar kalau uangnya tertinggal," jawab pria paruh baya itu dengan suara sedih.
"Oh, jadi begitu. Kalau boleh tahu, Bapak kehilangan uang berapa, dan Bapak menyimpan uangnya pakai wadah apa?" tanya Azam meskipun dia sudah tahu kalau pria di depannya adalah pemilik dari uang 5 juta.
"Sekitar 5 juta, dan bodohnya aku menyimpan uang di kantung plastik berwarna hitam. Tapi jika kamu menemukannya, ada kartu nama di dalamnya sehingga kamu bisa langsung meneleponku," kata pria itu.
Azam tersenyum karena mendapat konfirmasi dari pria di depannya. Dia mengeluarkan kantung plastik yang berisi uang dan memberikannya kepada pria paruh baya di depannya.
"Ah, ini!?" Pria paruh baya itu terkejut karena Azam memberikan yang miliknya yang disimpan di kantung plastik berwarna hitam.
"Maaf, saya hanya ingin mengonfirmasi saja," kata Azam sambil tersenyum cerah.
"Terima kasih banyak!" Pria itu menyalami tangan Azam dengan kedua tangannya sambil menangis bahagia karena uangnya ditemukan oleh Azam.
"Sama-sama." Azam mengangguk dan berkata dengan tenang.
Setelah berbicara sebentar, Azam akhirnya tahu siapa identitas pria di depannya. Hendra Setiawan, merupakan pemilik perusahaan Tiger Construction yang memiliki reputasi baik di dunia bisnis.
Uang 5 juta itu adalah uang miliknya yang baru saja dia ambil dari bank. Namun saat itu minuman yang dia pegang mengenai tas uangnya, itulah mengapa dia memindahkan semua uang ke kantung plastik.
Hendra membuang tas uang yang sudah basah ke tong sampah, dan bersamaan dengan itu ada telepon masuk dari bawahannya yang mengatakan kalau perlu tanda tangan Hendra di sebuah dokumen.
Lalu untuk fotonya, itu memang foto keluarga Hendra, Azam juga mempercayainya karena memang ada foto keluarga Hendra di internet.
"Maaf, tapi karena aku sedang sibuk, boleh minta nomor teleponnya?" tanya Hendra kepada Azam.
"Boleh." Azam mengangguk dan memberitahu nomor ponselnya kepada Hendra.
Setelah itu Hendra pergi dengan mobil yang diparkir di dekat taman. Sementara itu Azam melanjutkan pencarian uang tanpa pemilik karena dia perlu membayar sewa tiga hari kemudian atau dia akan menjadi gelandangan.
Dia tidak ingin jadi gelandangan di hari pertamanya menyeberang ke dunia paralel ini. Jadi Azam harus bekerja keras untuk menemukan uang tanpa pemilik di lingkungan sekitar.
Meskipun sebenarnya tadi Hendra sudah menawarkan uang kepada Azam namun ditolak olehnya karena uang tidak terlalu penting selama dia memiliki Sistem Pemindai.
Hendra salah mengartikan kalau Azam menolak imbalannya karena hatinya yang baik. Oleh karena itu kesan Azam di hati Hendra meningkat dan berpikir untuk memasukkan Azam ke dalam perusahannya.
Matahari sudah terbenam, Azam kembali ke kostnya setelah melakukan pencarian selama beberapa jam dengan penuh semangat karena dia mendapatkan hasil yang cukup banyak.
Setelah mandi dan makan roti untuk mengganjal perut, Azam mengeluarkan semua uang yang disimpan di dalam tasnya dan mulai menghitung. Setelah beberapa menit, Azam terkejut saat mengetahui totalnya.
"Kesampingkan uang 5 juta tadi karena itu bukan milikku. Total uang yang aku dapatkan dari hasil mencari selama beberapa jam adalah 1 juta!?" Azam berteriak karena sangat terkejut.
Tentu saja, dia tidak menyangka kalau jumlah uang yang dia kumpulkan merupakan dua kali lipat gaji paruh waktunya yang dia lakukan selama satu bulan tanpa hari libur.
"Seperti yang diharapkan dari Kota Jakarta, banyak uang tanpa pemilik dengan pecahan 50 dan 100 ribu," kata Azam sambil tersenyum lebar.
Benar, karena ini adalah Kota Jakarta di mana ada banyak orang kaya, maka biasanya jika mereka kehilangan uang juga tidak akan khawatir.
Karena Azam tinggal seorang diri, dia tidak tahu harus menggunakan uangnya untuk apa selain membeli makanan dan membayar biaya kuliah. Setelah berpikir sebentar, Azam memutuskan untuk menyimpannya.
Setelah menyimpan uang, Azam menyalakan ponselnya untuk memesan makanan secara online. Dia ingin memanjakan diri karena sudah memiliki cukup banyak uang di kantung nya.
"Terakhir kali aku pesan makanan online kapan ya? Haha, karena aku tidak punya uang, aku jadi tidak ingat." Azam tertawa saat memikirkan situasi di mana dia sama sekali tidak memiliki uang sepeserpun.
Setelah memesan makanan, Azam menyalakan laptop usang yang sudah digunakan selama beberapa tahun. Dia ingin melihat informasi mengenai universitasnya.
Meskipun Azam sebatang kara, dia adalah anak yang sangat cerdas. Azam berkuliah di Universitas Indonesia dengan undangan, yang mencerminkan kalau dia diperhatikan oleh Universitas Indonesia.
Azam mengambil jurusan manajemen karena dia berniat untuk membangun bisnisnya sendiri di masa depan. Namun dia tahu kalau itu mustahil karena membangun bisnis membutuhkan modal dan dia sangat miskin.
Tapi, sekarang nyala api di hati Azam kembali menyala terang setelah mendapatkan Sistem. Dia merasa kalau tujuannya bisa tercapai dengan bantuan Sistem Pemindai yang datang secara tiba-tiba.
Pada saat ini, ponsel Azam berbunyi dan bersamaan dengan itu pintu kostan nya diketuk. Azam berdiri dan membuka pintu karena tahu kalau yang mengirim pesan dan yang mengetuk pintu adalah orang yang sama, yaitu kurir makanan.
Setelah mengucapkan terima kasih, Azam kembali ke dalam dan mulai membuka makanannya. "Nasi goreng, ayam bakar, sayur-mayur, lemon tea, kapan lagi aku bisa makan seperti ini?"
Azam memang memesan banyak makanan karena dia punya uang lebih. Sebelumnya, dia hanya makan nasi dengan lauk pauk sederhana seperti tahu atau tempe, kangkung, dan sayur mudah lainnya.
Untuk daging, paling-paling Azam bisa memakannya seminggu sekali karena dia tidak punya uang. Itulah mengapa saat ini, dia sangat bahagia melihat makanan di depannya.
"Besok ada kelas pagi, aku harus berangkat lebih awal. Haruskah aku membeli pakaian baru sehabis makan? Untuk kendaraan, mari kita pikirkan itu nanti," batin Azam sambil makan malam.
Dia memakan makanannya dengan cepat karena sudah sangat lapar dan rasa dari makanannya yang sangat enak. Setelah itu, Azam mengambil jaketnya dan keluar dari kostnya setelah memesan ojek online.
Dia akan pergi ke mall terdekat untuk membeli pakaian baru. Pakaian yang dia miliki sudah sangat lama, Bahkan Azam juga lupa kapan terakhir kali dia membeli pakaian baru.
Setelah sampai, Azam masuk ke dalam mall dan pergi ke toko pakaian yang bernama Second Clothing Look atau yang biasa disingkat Scolk. Scolk merupakan merek pakaian lokal yang sangat terkenal dan sering dipakai oleh artis dan selebriti.
"Selamat datang di Toko Scolk, apakah ada yang bisa saya bantu, Kak?" Seorang pemandu belanja wanita berkata kepada Azam dengan senyum manisnya.
Meskipun pakaian Azam terlihat biasa-biasa saja atau bahkan sudah usang, pemandu belanja tidak meremehkan Azam. Hal ini mencerminkan kalau Toko Scolk memiliki pelayanan yang sangat baik.
Azam mengangguk dan berkata, "Halo, tolong bantu aku cari pakaian kasual yang cocok untuk kuliah atau waktu santai, meskipun kasual, tapi juga sopan."
"Tentu, silakan ikuti saya, Kak." Pemandu belanja mengangguk dan segera menuntun Azam pergi ke area pakaian kasual.
Di sana, pemandu belanja menunjukkan banyak sekali pakaian kasual yang cocok dengan tubuh Azam. Mulai dari kaos lengan pendek dan lengan panjang, kemeja santai, hoodie, sweater, dan lain sebagainya.
Azam memilih kemeja lengan panjang, kaos polos, celana jeans panjang, dan celana panjang hitam. Pemandu belanja sebesar mengemas pakaian yang Azam pilih dan memintanya untuk pergi ke kasir.
Setelah beberapa menit mengantre di kasir, sedang giliran Azam untuk membayar. Total harga dari empat barang yang dibeli oleh Azam sekitar 800 ribu lebih karena merek Scolk memang cukup mahal, tapi sesuai dengan kualitasnya.
"Padahal aku berencana untuk menyimpan uang ini, tapi malah menghabiskan hampir semuanya beberapa jam kemudian, haduh." Azam hanya bisa tersenyum masam dengan konsumsi di Jakarta.
Setelah membayar, Azam mengambil tas belanjanya. Kemudian dia mengelilingi mall sambil melihat-lihat karena dia jarang pergi ke sini. Azam juga membeli beberapa makanan ringan karena penasaran dengan rasanya.
Baru setelah pukul 9 malam, Azam kembali ke kostnya dengan taksi online. Setelah mandi untuk membersihkan diri, Azam berbaring di atas ranjang dan hendak tidur.
[Host, Sistem lupa memberitahu. Ada satu kesempatan bagi Host untuk memutar gacha skill.]
"Oh, ya? Besok saja, aku lelah." Azam tentu saja tertarik, tapi dia sangat mengantuk sehingga dia memutuskan untuk tidur saja.
...----------------...
Keesokan harinya, Azam bangun pagi untuk mandi dan sarapan sederhana karena dia lupa membeli bahan kemarin malam, jadi dia hanya sarapan dengan roti isi selai kacang dan segelas susu.
Hari ini, Azam mengenakan pakaian yang dibelinya kemarin. Dengan celana jeans panjang, kemeja putih lengan panjang yang dibuka dan didalamnya mengenakan kaos putih polos.
Karena tidak memiliki motor atau mobil, Azam pergi ke Universitas Indonesia dengan ojek online. Dia sampai di sana dalam waktu 15 menit karena tukang ojek onlinenya mengendarai motor dengan sangat cepat.
"Huh, hari ini, hidupku akan berubah. Dengan Sistem Pemindai, aku bakal mengubah hidupku menjadi lebih baik lagi," pikir Aksa saat melihat bangunan-bangunan di Universitas Indonesia.
Teman-teman SMA Azam ada beberapa yang di Universitas Indonesia, namun mereka tidak dekat dan jarang mengobrol, jadi bisa dikatakan kalau Azam tidak memiliki teman di sini.
"Masih ada dua jam sebelum kelas dimulai, haruskah aku mencari uang di sekitar sini?" Aksa segera memberi perintah kepada Sistem untuk mencari uang tanpa pemilik.
[Ditemukan uang sebesar 20 ribu rupiah dalam jarak 7,5 meter dari Host.]
[Ditemukan uang sebesar 500 rupiah dalam jarak 3 meter dari Host.]
[Ditemukan uang sebesar 400 ribu rupiah dalam jarak 10 meter dari Host.]
"400 ribu? Uang yang cukup banyak." Azam sedikit terkejut, dia segera pergi ke lokasi uang 400 ribu.
Dia sampai di sebuah area parkir terbuka, dan di bawah pohon di dekat sana ada sebuah dompet panjang berwarna hitam dengan resleting berwarna emas.
"Ah, jadi ini dompet." Azam menganggukkan kepalanya karena itu wajar melihat jumlahnya yang sekitar 400 ribu rupiah.
Azam membungkuk dan mengambil dompet itu, kemudian dia melihat kartu identitas yang ada di dalam dompet karena dia akan mengembalikannya.
Benar, Azam berniat untuk mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya karena yang dia cari adalah uang tanpa pemilik, bukan uang dari dompet milik orang lain.
Apalagi tidak hanya uang yang ada di dalam dompet tersebut, melainkan ada kartu ATM, STNK, dan kartu identitas seorang wanita.
"Devina Fiorenza? Bukankah dia adalah wanita yang terkenal di UI?" Azam terkejut saat melihat nama yang ada di gantungan kunci karena dia tahu siapa orang itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!