"Saya merasa puas dengan pelayanan kamu, kalau besok saya mau lagi bagaimana?" seorang Pria berkisaran enam puluh tahun, tampak membelai rambut coklat terang milik wanita yang sedang memakai pakaiannya itu.
"Tidak Mas, saya hanya bisa dipakai sekali seumur hidup oleh, satu orang Pria," jawab Wanita itu meraih tasnya dan berdiri.
Pria Dewasa itu mengangguk, dia meraih dompetnya dan mengeluarkan amplop coklat dengan isi bernilai sepuluh juta. "Anggap saja tips, karena kamu benar-benar memuaskan saya."
"Terimakasih, tapi saya hanya mengambil apa.yang seharusnya milik saya," wanita itu tampak membuka isi amplop itu dan mengambil uang senilai dua juta yang menjadi tarif seharusnya. "Saya kembali, tapi terimakasih atas niat baiknya, Mas."
Wanita itu memasukkan uang tadi ke dalam tasnya yang membuat Pria dihadapannya tersenyum pelan. "Siapa namamu?"
"Haura, panggil saja saya Haura."
"Oke, Haura, nama saya Daniel, kamu mau saya antar?"
"Tidak usah, Mas," Haura berjalan keluar dari kamar hotel itu, suara heels miliknya yang melangkah memecah kesunyian di ujung malam itu, Haura melirik arloji di tangannya, sudah jam dua malam.
Dengan Gaun ungu malam itu menjadi malam terakhir Haura menjadi seorang wanita malam, dikarenakan memang dia melakukan pekerjaan ini sebagai bentuk penyelesaian dari masalahnya.
Stefani Haura Wilantara, itulah namanya, dia sebenarnya sudah menikah dengan seorang Pria bernama Loki, pernikahan selama dua tahun itu berjalan tidak baik-baik saja saat sang suami terjebak banyak hutang akibat judi online.
Dikejar rentenir, Haura harus memutar otak untuk membantu suaminya, sampai akhirnya dia harus menjadi wanita malam atas rekomendasi temannya, sudah satu bulan dia menekuni pekerjaan ini, siapa sangka dia menjadi buah bibir dari bibir ke bibir karena kecantikan dan pelayanannya.
Para Pria itu menyebutnya, Lady Corazon, tapi tidak pernah ada yang tahu bagaimana keadaan Haura sebenarnya, dia harus menebar senyum kepada semua pria tapi terkadang menangis diatas ranjang.
Setelah satu bulan bekerja, Haura sudah bisa mengumpulkan uang untuk membayar hutang suaminya, sehingga ia menjadikan ini malam terakhirnya karena dia memang tidak ingin larut dalam dunia malam.
"Makasih Bang," ujar Haura turun dari ojek yang dia tumpangi saat tiba di depan rumahnya.
Haura segera membayar ojek itu, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah, keadaan rumahnya gelap. "Mas Loki, belum pulang yah?"
Haura menatap sekeliling, tidak ada tanda-tanda kehadiran suaminya, memang Haura bekerja dari sore jadi dia tidak tahu kalau kondisi rumahnya gelap begini.
Haura berjalan masuk ke dalam rumah dan mulai menyalakan lampu, setelahnya Haura segera bersih-bersih untuk tidur, dia menjadikan ini rutinitas hariannya selama sebulan belakangan.
Setelah beres-beres Haura meraih ponselnya dan memilih menelepon sang suami.
[Halo, Mas Loki dimana, kok Ndak ada dirumah?]
Itulah ucapan pertama yang Haura sampaikan saat Loki sudah mengangkat teleponnya.
[Aku lagi diluar cari kerja, gimana kamu sudah pulang Ndak? Gimana hari ini orderannya lancar]
[Iya Mas, malam ini terakhir aku ngelakuin ini, aku akhirnya bisa bebas dan bisa bayar hutang Mas Loki]
[Baguslah, kalau gitu aku matikan yah, bentar lagi aku pulang]
Sambungan telepon itu di putus sepihak oleh Loki, Haura hanya bisa diam menaruh kembali ponselnya, dia berjalan ke ranjangnya, berbicara soal wanita malam, Loki memang sudah tahu pekerjaannya dan entah kenapa Loki malah mendukungnya.
Haura meraih foto pernikahannya dengan Loki, dia mengelus foto itu dan memeluknya. "Ya Allah, maafkan aku atas kejadian ini, aku tidak punya pilihan lain, aku hanya seorang wanita biasa yang terpaksa menjalani pekerjaan ini."
Perlahan Haura melewatkan malam itu dengan penuh perjuangan, dia tertidur kali ini benar-benar nyenyak karena dia sadar, besok dia tidak harus menjalani kehidupan sebagai wanita malam lagi.
......................
[Haura, ada pelanggan ini, dia mau sekarang sama kamu]
Haura mendelik menerima panggilan dari Germo-nya yang menjadi penampung wanita malam sepertinya.
[Duh Mami, kan Haura udah bilang kemarin yang terakhir, Gak mau ah, Mi, Haura mau tobat, gak mau lagi jadi wanita malam]
[Astaga sayang, kamu tobatnya di pending aja dulu, Mami janji ini terakhir, soalnya orang ini mau bayar mahal sama kamu, lumayan kan buat modal usaha kamu setelah berhenti total]
Haura diam, pernyataan Germo-nya ada benarnya juga, berhenti dari pekerjaan ini dia harus bisa mempunyai pekerjaan yang membuatnya tetap hidup.
[Tapi janji yang terakhir, yah?]
[Janji sayang, nanti Mami kirim lokasinya yah, dia mau kamu siang ini, have fun!]
[Oke, Mi]
...----------------...
TBC
Haura kini tengah berjalan di sebuah koridor hotel untuk menemui tamunya siang ini, Haura berpikir ini akan benar-benar yang menjadi terakhir karena tamu yang satu ini tertarik membayar mahal untuk bersama Haura hari ini.
"Kamar nomor dua puluh empat?" Haura tampak menilik satu persatu kamar yang ada disana. "Yang mana yah?"
"Haura, kan?"
Haura membalikkan badannya menghadap ke arah sumber suara barusan, dan kini di hadapannya sudah ada Pria Dewasa yang mungkin berusia Tiga Puluh Tahunan, dengan rambut dan bulu halus diwajahnya yang berwarna coklat muda.
Bola mata biru dan senyum menawan dengan dua lesung pipi, dari wajah dengan kacamata itu saja, Haura bisa menebak kalau pria ini adalah blesteran Indonesia dan eropa sana.
"Pak Garret?" tanya Haura yang membuat Pria itu mengangguk.
Pria yang disinyalir bernama Garret itu langsung mengajak Haura menuju kamar yang sudah dia sewa yang ternyata berada di koridor sebelah.
"Maaf yah saya menyewa kamu siang-siang begini, soalnya saya ada acara nanti malam," ujar Garret mengeluarkan kartu dari smart door kamar hotel itu. "Silakan masuk."
Haura tersenyum, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar tersebut, didalam kamar itu tampak luas, ada ranjang king size, satu buah kamar mandi bening kaca yang transparan, dan yang membuat Haura kaget, adalah view jendela besar di kamar itu sangat indah.
"Yakin Pak, nyewa kamar ini buat satu hari aja?" tanya Haura yang merasa bahwa baru Garret lah penyewanya yang menyewa kamar semewah ini.
"Iya, saya ingin membuat kesan yang indah dengan kenangan pertama kita," jawab Garret pada Haura.
Haura merasa bahwa wanita yang akan menjadi istri Garret adalah wanita yang beruntung, suami seloyal Garret tidak akan banyak di muka bumi ini.
"Mau langsung aja, Pak?"
Haura menaruh tasnya dan hendak melepaskan pakaiannya tapi Garret langsung menghentikan aksinya. "Tidak usah, saya menyewa kamu bukan untuk melakukan itu."
"Maksudnya?"
"Yah, saya cuma pengen ngobrol sama kamu," jawab Garret berjalan ke arah sofa yang ada di kamar itu dan duduk disana, Garret menepuk sisi sofa tempat dia duduk bermaksud menyuruh Haura duduk disana. "Saya cuma butuh teman curhat, boleh kan?"
Haura tersenyum dan mengangguk. "Boleh, kok."
Garret tersenyum pelan, dia menghela napas panjang kemudian menatap Haura sejenak. "Saya dengar-dengar kamu itu hebat dalam melayani pelanggan, tapi dari mata kamu tampaknya kamu tidak bahagia dengan pekerjaan ini?"
"Ah, masa sih, saya fine-fine aja kok," jawab Haura mengembangkan senyum.
"Tapi hati kamu tidak baik-baik saja, Haura, btw jangan panggil Bapak yah, panggil Om aja gapapa, umur kamu berapa?"
"Aku dua puluh dua tahun Om, aku udah nikah, tapi belum punya anak sih," jawab Haura yang membuat Garret meliriknya sejenak.
"Suami kamu tahu, kamu menjadi wanita malam?" Garret mengajukan pertanyaan yang membuat Haura mengangguk.
Garret diam sejenak, dia mengusap wajahnya sendiri kemudian menyandarkan badannya ke punggung sofa.
"Saya tuh punya masalah disfungsi seksual, Haura, makanya saya tidak bisa berhubungan badan, saya cuma mau ngeluarin isi hati saya aja, saya harap kamu adalah orang yang tepat buat mendengarkan cerita saya," ujar Garret yang membuat Haura mengalihkan pandangan ke arah Garret.
Haura tersenyum, dia meraih tangan Garret dan menatapnya dalam. "Itu gak jadi masalah, kalau aku lihat-lihat, Om itu orang baik, mungkin ini ujian dari Tuhan untuk Om, terkadang kehidupan itu gak akan sesuai dengan apa yang kita mau."
"Maksud kamu?"
"Yah kayak aku, aku nikah muda sama suami aku, dan aku pikir kehidupan rumah tangga kami bakal baik-baik aja, tapi nyatanya masalah Financial memaksa aku untuk mengambil jalan ini, siapa sih yang mau menjadi seorang wanita malam?"
Garret terdiam. "Suami mana yang menginginkan istrinya di pakai oleh pria lain."
"Aku tahu itu Om, tidak ada suami yang ingin istrinya dipakai oleh pria lain, tapi ini sudah menjadi keputusanku, hanya lulusan sekolah dasar, aku sama sekali tidak memiliki basic pendidikan untuk mendapat pekerjaan bergaji besar untuk waktu singkat," bisik Haura menyandarkan kepalanya di bahu Garret.
"Kamu tahu, saya tidak pernah sejujur ini pada orang lain," jawab Garret. "Saya senang bertemu kamu, apakah lain kali saya bisa memesan kamu lagi?"
Haura tidak menjawab, ia menatap Garret sejenak. "Sebagai pelanggan mungkin tidak akan, karena Om Garret adalah costumer terakhirku, tapi sebagai teman, mungkin bisa saja."
Garret tersenyum, dia menaruh tangannya di belakang kepala Haura dan memaksa kepala Haura untuk mendekat kepadanya.
"Betapa beruntungnya, orang yang memiliki kamu," bisik Garret perlahan mencium bibir Haura.
"Om yakin gak mau ngelakuin hal itu?" ujar Jia saat ciuman mereka terlepas.
"Kalaupun saya normal, saya tidak akan menodai kamu, Haura," bisik Garret pelan.
......................
Haura kini berjalan di trotoar jalan menuju rumahnya, setelah dia menemani Garret tidak ada yang terjadi diantara mereka, keduanya hanya menghabiskan waktu mengobrol tanpa melakukan hubungan badan.
Dia tidak tahu itu akan menjadi pertemuan pertama atau terakhirnya dengan Garret karena setelah ini Haura akan benar-benar meninggalkan pekerjaannya.
Sesampainya di depan rumah, Haura melihat pintu rumahnya terbuka, dia berpikir, Loki suaminya sudah pulang tapi ternyata apa yang dia ekspestasikan tidak seperti harapannya.
"Astaga, rumah kok berantakan."
Perasaan Haura mulai tak tenang, dia sudah berpikiran buruk, mungkin ada maling atau semacamnya, Haura segera berjalan menuju kamarnya dan mendapati lemarinya sudah terbongkar.
"Uang Tabunganku!" Haura bergegas mencari uang Tabungannya tapi dia tidak menemukan apapun disana, bahkan kotak tempat dia menyimpan uang itu hilang.
Haura kini kalut kebingungan, dia berusaha menelepon suaminya tapi sama sekali tidak terhubung, disaat Haura kalut dia melirik sebuah kertas di atas ranjangnya.
"Apa ini?"
Haura membuka kertas itu, dia mulai membaca istri kertas itu dan mendapati sebuah pesan dari Loki suaminya.
[Haura, maafkan aku harus pergi meninggalkan kamu, aku tidak bisa hidup terus-menerus begini, selingkuhanku tengah hamil sekarang dan aku harus menikahinya, aku membawa semua uang tabungan, aku harap kamu mengerti, dan suatu hari nanti, aku akan kembali untuk menceraikan kamu secara hukum]
Deg!
Seketika air mata Haura jatuh, sebuah pengkhianatan baru saja dia dapati di depan matanya setelah banyaknya pengorbanan, Haura terduduk lemas di lantai, air matanya mulai memudarkan hiasan wajahnya.
"Ah! Kenapa Mas!" Haura meraih seprei ranjang dan mulai menghamburkan semuanya.
Setelah semua pengorbanannya malah ini yang dia terima, suaminya secara terang-terangan akan menikah lagi membawa hasil kerja kerasnya.
"Kamu jahat, Mas," bisik Haura meraih foto pernikahannya dan melemparkan foto itu ke tembok sehingga hambur sudah kaca dan papan bingkainya.
...----------------...
TBC
Sudah Dua Bulan berlalu semenjak kejadian yang menimpa Haura, kehidupannya seperti hancur seketika mengetahui fakta bahwa suaminya telah menikah dengan wanita lain.
"Haura, kamu ditunggu Pak Arash," Sela salah satu sahabat Haura sesama wanita malam tampak menatap Haura dalam. "Ra, kamu gapapa kan, dua bulan kini kamu diam banget, kamu gausah mikirin tentang suami kamu itu."
"Gapapa kok, La, kalau gitu aku temuin Pak Arash yah."
"Tapi Ra, kamu yakin gak mau berhenti aja jadi wanita malam, kamu kan gak suka pekerjaan ini," ujar Sela yang membuat Haura menghela napas sejenak.
"Gatau deh La, kayaknya takdirku emang harus begini yah," jawab Haura pada sahabatnya.
Haura berdiri dari duduknya, dia meraih tasnya kemudian berjalan menuju kamar dimana dia akan melayani tamunya.
Berhenti menjadi wanita malam, sungguh kejadian yang seharusnya Haura lakukan tapi batal dikarenakan depresi yang menyerangnya.
Dia memilih melanjutkan pekerjaan ini demi biaya hidup karena modal usaha yang seharusnya sudah dibawa kabur oleh Loki, sedang uang terakhir yang dia punya adalah uang yang Garret bayarkan padanya, itu dipake untuk melunasi sisa hutang suaminya.
"Permisi!"
"Masuk!"
Haura meraih handel pintu kamar itu dan mulai membukanya, dia menatap ke dalam kamar yang tampak remang itu sosok Pria yang sudah menunggunya.
"Pak Arash, bukan?"
Pria itu hanya berdehem pelan kemudian berdiri dari duduknya, dia menarik tangan Haura kemudian mendorongnya ke lantai.
"Pak, jangan main kasar dong!"
"Diam!" Arash membentak Haura kemudian berjalan menutup pintu kamar. "Saya sudah membayar kamu, jadi kamu harus mengikuti kemauan saya."
"Tapi-"
"Buka baju kamu dan berdiri di tembok!"
"Kalau Bapak main kasar saya, tidak mau!"
Haura bersikeras dengan pendiriannya, walaupun dia wanita malam dia tidak mau diperlakukan kasar oleh pria manapun.
"Berani kamu yah!" Arash berjalan ke arah Haura kemudian menampar wajah Haura dan menarik kasar rambutnya. "Masih mau melawan sama saya!"
Haura meringis kesakitan karena Arash langsung mendorongnya ke lantai yang membuat kepalanya terbentur tembok dan mengeluarkan darah.
Arash tampak membuka tali pinggangnya kemudian tersenyum sinis kepada Haura. "Buka baju kamu!"
Haura masih meringis tidak bergerak dari tempatnya terjatuh tadi, Arash yang terbawa emosi kemudian mulai menghantamkan tali pinggangnya ke badan Haura yang membuat Haura merasakan sakit dipunggungnya.
"Kalau saya suruh kamu! Tuh nurut!" Arash menarik rambut Haura kemudian memaksa Haura untuk menatapnya.
"Saya, tidak mau!"
"Dasar perempuan sialan!" Arash mendorong Haura ke arah meja yang membuat dahi Haura terkena ujung meja dan tampak memar.
Arash meraih sebuah tali tambang dan bersiap untuk mengikat Haura, Haura yang memikirkan bagaimana cara kabur dari sana segera melirik sebuah vas bunga di meja itu dan saat Arash mendekat Haura langsung menghantamkan vas bunga itu.
PRANG!
Seketika wajah Arash mengeluarkan darah beriringan dengan pecahan vas bunga yang berhamburan di lantai.
"Argh!"
Arash tampak meringis, Haura mengambil kesempatan itu, dia meraih tasnya kemudian memukul kepala Arash dengan tasnya.
Setelah melakukan itu, Haura bergegas kabur dan keluar dari kamar itu.
"Bodyguard!" Arash yang kesakitan tampak menelpon bodyguardnya yang berada di pintu masuk hotel tersebut. "Tangkap wanita malam yang keluar dari bangunan itu, buat dia mati malam ini juga!"
Sementara itu Haura yang sedang dalam keadaan kacau tampak berjalan menuju living room hotel tersebut.
"Loh, Ra, kamu kenapa, kok berdarah, memar gitu?" tanya Sela pada Haura.
"Sela, Tolongin aku, Pak Arash itu kejam, dia mau bunuh aku, orientasinya aneh!"
"Astaga Ra! Terus kamu apain si Pak Arash?" tanya Sela khawatir kepada sahabatnya itu.
"Aku pukul pake Vas Bunga, La, sekarang harus gimana, aku takut," Haura tampak menangis memeluk Sela.
"Udah tenang yah, tenang, kamu harus kabur dari kota ini sekarang Ra, Pak Arash tuh terkenal punya aliansi yang banyak, dia gak bakal biarin kamu tetep hidup!" jawab Sela yang membuat Haura panik. "Kamu harus pergi, kita lewat pintu belakang hotel, pasti di depan ada Bodyguardnya Pak Arash."
Mendengarkan itu, Haura bersama Sela segera berlari menuju pintu belakang hotel tersebut, sesampainya di pintu belakang, Haura dan Sela berhenti.
*Kamu harus kabur yah Ra, kabur yang jauh," ujar Sela merogoh tasnya dan mengambil beberapa lembar uang. "Ini ada uang dua juta, ini aja yang aku punya Ra, kamu gausah pulang ke rumah kamu, gak ada waktu, kamu langsung cari transportasi buat kabur aja."
Haura menangis sejadi-jadinya, dia langsung memeluk sahabatnya dan menangis bersama. "Maafin aku udah ngerepotin kamu."
Sela mengangguk, dia mengusap air mata Haura dan tersenyum. "Ini ujian dari Tuhan untuk kita, Ra, suatu saat nanti kamu pasti bahagia."
Haura menatap Sela sejenak tapi saat mereka sedang berada di posisi itu, terdengar suara teriakan bodyguard Arash yang membuat Haura harus segera kabur.
Sementara itu Sela memilih kabur dari sana kembali ke living room agar tidak dijadikan saksi kunci kaburnya Haura.
"Kejar, dia!"
Kondisi saat ini sedang hujan deras, malam semakin kelam, tampaknya hujan pun tahu ada satu anak manusia yang tengah di rundung masalah.
Haura masih tetap berlari menuju ke arah jalan raya, dua orang Bodyguard mengejar Haura dengan cepat, Haura yang kebingungan tidak melirik ke kiri dan kanan lagi saat menyebrang, tanpa sadar sebuah mobil melaju dengan kencang ke arahnya.
Suara klakson bersahutan membuat Haura membeku ditempat, mobil itu berhenti tepat di depan Haura.
"Loh, kamu! Kamu kenapa?" Haura mengangkat kepalanya, dia mengenal sosok suara itu, itu adalah Garret.
"Om, Om Garret tolongin aku, aku dikejar orang jahat," jawab Haura yang membuat Garret diam sejenak.
Garret tersadar saat mendengar suara teriakan, tanpa pikir panjang lagi ia langsung menarik tangan Haura untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Kamu sembunyi disini dulu yah," bisik Garret menutupi tubuh Haura dengan jas miliknya dan menyuruhnya menunduk diantara kursi mobil.
Tok!
Suara ketukan dari jendela mobilnya membuat Garret membuka kaca mobilnya.
"Permisi Pak, apakah bapak melihat seorang wanita ke arah sini?" tanya bodyguard Arash pada Garret.
Garret diam sejenak, dia tampak berpikir. "Liat, saya hampir nabrak dia, dia lari ke arah sebrang jalan sana."
Garret menunjuk area gelap di seberang jalan yang membuat Bodyguard Arash mengangguk dan berjalan ke arah sana.
Setelah dirasa cukup aman, Haura lekas bangkit dan menghela napas lega. "Makasih yah Om, kalau gitu aku pergi dulu."
"Tunggu," jawab Garret menahan tangan Haura. "Kamu mau kemana, banyak orang yang mencari kamu diluaran sana."
Haura terdiam, dia juga tidak punya tujuan sekarang.
...----------------...
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!