NovelToon NovelToon

Janji Lily

Lily

"Bulan depan bang Dika akan bertunangan!" Ucap Abi setelah hanya tinggal dirinya dan Lily yang berada di living room.

"Sampai kapan, Ly? Sampai kapan kamu harus bertahan dengan janji itu? " Tanya Abi untuk yang kesekian kalinya. Sementara Lily hanya diam dengan pandangan lurus ke layar televisi yang ada di hadapannya, meskipun pikirannya sama sekali tidak berada di sana.

"Berhentilah Ly! Jangan memaksakan diri jika kamu tidak sanggup lagi memegangnya! apa kamu tidak lelah? " Tanya Abi lagi dan lagi-lagi tidak ada jawaban yang keluar dari bibir mungil gadis itu. Abi menghela nafas. Beberapa menit berlalu. Tapi tak ada suara lain lagi selain suara dari televisi yang menyala.

"Aku mau tidur, kamu juga tidurlah, sudah larut malam! " Ucap Abi sambil bangkit dari sofa tempatnya duduk, di raihnya remote TV yang ada di ujung meja, menekan salah satu tombolnya, dan layar TV pun menjadi gelap, lalu melangkahkan kaki menuju kamarnya.

"Aku tidak akan berhenti, sampai pada titik di mana takdir menentukan, untuk tidak pernah berakhir, atau memang dipaksa berhenti!" Ucap Lily perlahan, membuat langkah Abi terhenti, dan menoleh ke arah Lily. Ia menghela nafas, sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkah kakinya kembali.

---___---

Lily Xaviera Permana, 23 Tahun, Putri tunggal pasangan dari Irvan Permana seorang pengusaha ternama yang sukses di mana bisnisnya bergerak di bidang properti dan Sintia Bella, seorang model dan selebritis yang wajahnya sering menghiasi layar kaca. Sejak kelas 2 SMP, Lily hidup terpisah dari kedua orang tuanya. Dia memutuskan untuk hidup sendiri di rumah yang menjadi tempat tinggal mereka dulu ketika keluarganya masih hidup bersama sebagai keluarga yang harmonis. Lily ditemani oleh bibi Fatma, seorang janda yang bekerja sebagai pengasuh yang setia merawatnya selama 23 Tahun hidupnya.

Orang tua Lily berpisah karena issue orang ketiga. Pekerjaan ibunya sebagai seorang entertain tentu tak luput dari gosip-gosip yang entah dari mana datangnya, dan sering tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Semuanya di mulai saat Sintia terlibat kerjasama dalam sebuah film layar lebar. Lalu entah dari mana asalnya, berhembuslah issue jika Sintia terlibat skandal dengan salah seorang lawan mainnya, Pria pendatang baru di dunia entertain yang saat itu terpaut usia lebih muda 6 tahun darinya. Sintia mati-matian menyangkal hal itu, tapi sayang lawan mainnya memanfaatkan rumor tersebut untuk mendongkrak pamornya. Dan dari situ lah pertengkaran dalam rumah tangga orang tua Lily di mulai. Walau Sintia sudah berusaha menjelaskan dan bersumpah dia tidak melakukan hal kotor seperti itu, Permana tetap tidak percaya dan menuduh Sintia selingkuh. Hingga suatu hari Sintia yang berniat mengantar makan siang untuk Irvan di kantornya malah mendapat kejutan dengan melihat Irvan yang tengah bergumul dengan sekretaris nya di ruang kerjanya. Sintia hancur melihat hal tersebut, kesetiaannya di balas oleh perselingkuhan oleh suami yang ia cintai. Ia yang di sangka suaminya berselingkuh, justru menyaksikan sendiri bagaimana penghianatan suaminya. Walaupun pada saat itu Permana meminta maaf dan mengaku khilaf karena ia tengah stress dengan permasalahan yang terjadi dalam biduk rumah tangga mereka. Dan akhirnya karena kejadian itu, Sintia berpikir bahwa rumah tangga mereka sudah tidak bisa di selamat kan lagi, sudah tidak ada lagi kepercayaan pada pasangan hingga Sintia akhirnya mengajukan gugatan perceraian. Dan sejak itu, rumah tangga orang tuanya benar-benar sudah tidak dapat terselamatkan.

Setelah perceraian terjadi, Lily yang diminta memilih untuk tinggal bersama ibu atau ayahnya justru memilih untuk hidup sendiri di rumah yang meninggalkan kenangan antara ia dan kedua orang tua nya. Bagi Lily, sama saja sakitnya bila ia harus memilih salah satu dari orang tuanya, dia merasa jauh lebih baik untuk tinggal sendiri. Dan kedua orang tuanya sepakat untuk tidak menjual atau membagi rumah yang dulu mereka bangun berdua dan menyerahkan rumah itu sepenuhnya untuk Lily. Dan ayah atau ibunya pun tak pernah berhenti untuk memberikan nafkah kepada Lily hingga saat ini. Bersyukur, mereka masih mengingat Lily. Bagaimana pun, Lily tetaplah anak mereka berdua walau pernikahan mereka telah usai, dan tetap menjadi tanggung jawab mereka berdua.

Di rumah yang mewah dan besar berlantai tiga tersebut, sering kali Lily merasa kesepian. Hingga tercetus ide untuk membuat kos kosan di lantai dua rumah itu saat ia mulai memasuki bangku kuliah.

Awalnya, hanya beberapa teman-teman kuliahnya saja yang menumpang ngekos, karena di lantai dua itu hanya ada 4 kamar, Tapi saat ini sudah ada 12 kamar yang yang tersedia, karena Lily merombak beberapa ruangan menjadi kamar kos.

Dan saat ini, bukan hanya anak kuliah saja yang tinggal di sana, bahkan mereka yang sudah bekerja pun ngekos di rumah Lily. Lily juga cukup selektif dalam memilih siapa yang bisa mengekost di tempat nya. Tidak semua orang ia terima ngekost di sana, karena ini juga demi kenyamanan dirinya dan orang-orang yang tinggal di tempatnya.

Lily memfasilitasi sarapan pagi, makan siang dan malam untuk penghuni kost. Bahkan mengizinkan para penghuni untuk menggunakan fasilitas yang ada di rumah itu, ruang karaoke dan home theatre, ruang gym, dapur dan living room yang ada di lantai 1, kolam renang dan roof top, sementara 1 kamar utama yang ada di lantai 1 Lily biarkan kosong, dan setiap hari bibi Fatma selalu membersihkan kamar itu. Sementara 1 kamar untuk tamu yang akan menginap, dan 3 kamar di belakang untuk ART yang bekerja dengannya.

Sementara Lily sendiri tinggal di lantai tiga, Hanya ada kamarnya di sana, tempat paling privasi untuk Lily, juga di sana lah Lily bertemu papa dan mama nya saat mereka berkunjung.

Rumahnya yang berdiri di tanah yang luas memiliki lahan kosong di bagian belakang. Lily memanfaatkan lahan tersebut dengan menanam pohon buah-buahan. Beberapa jenis pohon mangga, jambu, jeruk ada di sana, tak ketinggalan pohon kelapa varietas batang rendah ada di sana.

Berbagai jenis tanaman lili yang berwarna warni tumbuh subur di halaman rumah. Lily memang sangat menyukai bunga Lili.

Lily menyelesaikan kuliahnya di usia 21 tahun. Saat ini dia memilih bekerja dari rumah sebagai interior design free lancer. Sebenarnya, Permana sering kali meminta Lily untuk bekerja di kantornya, sekaligus belajar bagaimana menjalankan perusahaan properti milik ayahnya itu, karena bagaimanapun Lily seorang ahli waris yang nantinya turut mengemban tanggung jawab untuk melanjutkan memimpin serta menjalankan bisnis ayahnya itu. Sejauh ini, Permana sangat yakin dengan kemampuan Lily. Beberapa ide rancangan Lily sudah ia pasarkan, dan costumer nya cukup antusias dengan hasilnya. Lily hanya perlu sedikit belajar dan berkerja keras serta meningkatkan keseriusannya lagi, maka Permana yakin, Lily bisa membantunya di perusahaan agar semakin berkembang.

---____---

Penghuni Rumah Lily

"Pagi kak Lily!" Sapa Adita, atau biasa dipanggil Adit. Gadis berusia 19 tahun itu menyapa Lily yang tampak sibuk di dapur bersama bibi Fatma dengan suara riangnya.

"Hai, Dit, pagi juga!" balas Lily sambil menoleh sekilas pada gadis itu. Tampak gadis itu sudah berpenampilan rapi dan segar.

"Mau ke mana Dit? tumben udah rapi pagi-pagi gini? bukannya sabtu gak ada jadwal kuliah? " Tanya Lily sambil tetap fokus menata hidangan di wadah saji.

"Harusnya sih gak, karena minggu lalu dosennya gak masuk, jadinya jadwalnya di ganti hari ini, mana di rapel ampe siang lagi! " Keluh gadis yang saat ini kuliah di semester empat.

Lily hanya tersenyum mendengar keluhan gadis itu. Dia mengangkat wadah saji yang telah di isi beragam isian soto untuk menu sarapan pagi ini ke meja makan.

"Wahhh, soto!! Segar banget ni! " Mata Adita langsung berbinar melihat sarapan pagi ini. Soto ayam adalah menu sarapan favorit nya saat masih bersama orang tuanya. Adita berasal dari Sumatera. Orang tuanya adalah pengusaha sawit.

"Mana isiannya komplit banget lagi!!" serunya saat memindai isi wadah saji, ada bihun rebus, ayam suwir, telur rebus, toge, irisan tomat, irisan kentang dan wortel yang di rebus, daun bawang dan seledri, irisan jeruk nipis, sambal, pergedel kentang daging dan toples-toples yang berisi kacang tanah goreng, teri goreng, serta bawang goreng. Tak membuang waktu lagi, Adita langsung mengambil sebuah mangkok dan mengisinya dengan dengan bahan-bahan soto.

"Nah, ini kuahnya ya, Non!" Kata Bi Fatma sambil meletakan mangkok kuah soto yang masih panas dengan asap yang mengepul.

"Hmm! Wangiiinyaa!! " Ucap Adita lagi, Tak sabar ia meracik semua isian soto di dalam mangkuk dan segera menikmati sotonya walaupun harus sambil meniup-niup dahulu sebelum di suap ke mulutnya.

"Pagi semua!! Sarapan apa ni? " Sapa Rey yang baru saja turun dari lantai dua sambil menarik salah satu kursi makan yang masih kosong. Aroma maskulin langsung tercium saat pria itu bergabung. Wajahnya tampak segar dengan rambut sedikit basah dan glossy. Rey Ezhard Elvano adalah seorang pemuda berusia 24 tahun, berkulit putih, tinggi, ganteng, hidung mancung, mata tajam. Dia memiliki sifat ramah dan mudah bergaul. Pekerjaan Rey?? Hmm, dia lebih senang disebut sebagai pembalap. Apakah dia pembalap nasional? No!!! Rey hanya sesorang yang hobi mengendarai motor. Balapan yang sering dia ikuti adalah balapan liar yang sudah sering kali di uber-uber polisi.

"Sho-tho kak!!! Eh-nyak ba-nget, Huh hah huh!!!" Jawab Adita dengan mulut yang mengunyah soto.

"Ya ampun Dit, tunggu dingin baru dimasukin ke mulut, entar meletup tu lidah baru tahu! " Nasihat Rey sambil mengambil mangkok dan mengisinya dengan ragam isian soto.

"Justru soto itu enaknya pas lagi panas, di kasih sambal yang banyak sama jeruk nipis! Uuuuhhh nikmattt!! " Ujarnya lebai. Rey hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. Tak lama penghuni kamar yang lain pun satu persatu turun untuk sarapan. Dan yang terakhir datang adalah Abi.

"Wah enak banget ni pagi-pagi sarapan soto!" Ucap Abi sambil duduk di kursi yang tersisa. "Dari tampilan isiannya pasti kamu yang masakan kan, Ly? " tebak Abi yakin.

"Bi Fatma, aku cuma bantu doang! " Jawab Lily sambil mengambil sekotak susu UHT dari lemari.

"Non Lily yang buat sama nyiapin semua, bibi mah cuma bantu den! " Jawab Bi Fatma.

"Hebat ih kak Abi bisa benar nebaknya!" Sahut Adita yang memang tak bisa diam. Abi mengabaikan gadis pecicilan itu.

"Kamu udah sarapan Ly? sarapan bareng sini!" Ajak Abi.

"Aku udah kenyang, sambil masak sambil ngemil. Aku mau balik ke atas lagi. Bye semua! " Ucap Lily sambil melangkah meninggalkan dapur dengan membawa sekotak susu dan sepiring sandwich di kedua tangannya..

"Dit, itu kotak bekal biru di meja dapur buat kamu ya. kuliah kamu hari ini lama kan? " Ucap Lily lagi sebelum kakinya melangkah menaiki tangga. Adita menoleh ke meja dapur, segera dia mengambil kotak bekal tersebut, dan melihat isinya. Dua buah sandwich dengan isian selada, telor dadar, beef slice, tomat, kol ungu, dengan mayones pedas. Gadis itu tersenyum senang.

"Kak Lily makasih yaaa!!!! " Teriaknya pada Lily yang sudah menghilang di balik tangga dan segera mendapat pelototan dari penghuni lain yang menjadi pengang gara-gara teriakan gadis itu dan di balasnya dengan cengiran.

---___---

Sudah jam dua siang saat Lily baru saja mematikan laptopnya. Dia membuang nafas dengan pipi mengembung. Lily baru saja selesai mengirim rancangan desain interior salah seorang client dan memaparkan mengenai gambar rancangannya tersebut.

Lily memejamkan matanya sesaat lalu mengerjab-ngerjab untuk melemaskan otot matanya.

Lily merasakan perutnya yang sedikit perih karena tidak menyentuh nasi dari pagi. Tadi pagi, ia hanya memakan 1 pergedel kentang, 2 potong sandwich, dan sekotak susu. Lily berjalan keluar kamar, membuka pintu utama lantai 3 yang terdiri dari kaca embos. Sengaja dibuat seperti itu, untuk membatasi pandangan ke ruangan pribadinya saat ada anak kost yang melintasi lantai 3 untuk menuju rooftop. Lily yang tengah malas, memilih menggunakan lift yang berada tak jauh dari tangga untuk mengantar nya turun ke bawah.

Di Living room, tampak Naura, mahasiswi semester 6 yang tengah mengerjakan tugas di laptop di temani oleh Arkana. Pria berusia 27 tahun yang merupakan salah seorang karyawan di sebuah perusahaan Smart phone yang merknya menguasai pasar Indonesia. Sementara tak jauh dari sana, tampak vani dan Richi yang tengah bersantai pada Bean bag dengan ponsel di tangan masing-masing sambil sesekali mereka berdiskusi dan menunjukkan layar ponsel masing-masing. Richi merupakan salah seorang manager pemasaran di suatu anak cabang produsen makanan yang terkenal sekali, yang iklannya selalu wara-wiri di TV. Sementara Vani adalah seorang gadis berusia 24 tahun dan pekerjaannya sebagai seorang Teller di sebuah bank swasta.

Lily terus memasuki ruang makan yang menyatu dengan dapur bersih. Ada Nathan di meja makan tengah menyantap makan siang. Lily mengambil piring dan mengisinya dengan nasi yang berada di rice cooker. Kemudian duduk di salah satu sisi meja yang berhadapan dengan Nathan.

"Baru makan juga, Ly? " Basa basi Nathan.

"Iya, keasyikan kerja jadi gak lihat jam lagi! " Jawab Lily.

"Kamu sering telat makan Ly? Hati-hati, kalau udah kena maag itu sama sekali gak enak! " Ucap Nathan.

"Siap, Dok!!Tapi obat nya ada kan dok?" Ucapan Lily, membuat Nathan menghentikan makannya, dan fokus menatap Lily.

"Walaupun ada obatnya, tapi namanya sakit itu tetap gak enak, karena itu penting menjaga kesehatan sebelum sakit! " Terang Nathan.

"Selagi ada obat, masih aman lah dok. Yang ribet itu, sakit yang bener-bener sakit banget sampai gak kerasa lagi rasa sakitnya tapi gak tau obatnya ada apa gak! " Jawab Lily sambil menyendokkan nasi ke mulutnya. Nathan hanya geleng-geleng mendengar perkataan Lily.

Nathan adalah seorang dokter yang bekerja di rumah sakit swasta yang terkenal. Dokter muda yang cerdas dan tampan itu baru saja berumur 27 tahun. Terkadang, saat libur pun dia harus segera ke rumah sakit jika ada kondisi darurat. Nathan ini mirip banget sih penampakannya mirip kaya ceo-ceo yang di drakor. Wajah imut, calm, tak banyak omong. Saat kerja, biasa dia selalu menggunakan kaca mata, yang menambah ke gantengannya. Itu kata Adita tentang dokter Nathan.

"Dokter juga tumben baru makan jam segini? " Tanya Lily. Nathan tak langsung menjawab. Dia fokus mengunyah makanannya. Setelah tertelan, baru beliau kembali berbicara.

"Saya ketiduran, tengah malam dapat panggilan darurat, saya baru pulang setelah subuh! " Terang Nathan. Lily hanya mengangguk - angguk. Lalu mereka kembali makan tanpa ada yang berbicara lagi sampai keduanya beranjak dari ruang makan.

---___---

"Kak Lily!! Ikut ke kebun belakang yuk, kita mau rujakan nihh! " Terdengar suara Adita dari doorbell yang di pasang Lily di pintu lantai 3 saat Lily tengah malas-malasan di room nya.

"Iya, Dit! Duluan aja, nanti aku nyusul! " Sahut Lily.

"Di tunggu ya kak!! " Teriak gadis itu lagi.

Tak lama, Lily pun beranjak dari ruangannya, tak lupa dengan membawa ponsel di tangan. Ia turun ke lantai bawah dan keluar dari pintu samping menuju gazebo yang ada di kebun belakang. Tampak anak-anak kos sudah pada berkumpul.

Tampak Rey dan Rino yang tengah memanjat pohon Mangga, sementara Adita bersorak - sorak di bawah menunjuk-nunjuk lalu memungut buah yang jatuh. Sementara yang lain berada di gazebo tengah memotong buah atau hanya sekedar menumpang makan tau beres. Rino adalah free lancer desain grafis. Kebanyakan waktunya hanya di habiskan di kamar ketika pekerjaannya menggunung. Tapi ia akan membuat riuh saat free dari pekerjaan.

Di sudut lain, ada pula adelia, gadis cantik berwajah blesteran Indonesia-jerman, wajah blesteran ia dapat dari ibunya yang merupakan wanita campuran Indonesia-jerman, karena neneknya adelia menikah dengan bule asal jerman, yang tengah berpose ria dengan Aric sebagai fotografer nya. Aric pria gondrong itu memang berprofesi sebagai fotografer.

Lily mengambil posisi di gazebo, duduk tak jauh dari Nathan dan Abi.

"Gak ke cafe, Bi? " Sapa Lily. Abi merupakan pemilik Coffe Caffe yang tengah viral. Cabang dari cafenya sudah ada beberapa titik di kota ini.

"Gak, nanti malam. Lagi pula disana udah ada yang urus. Aku tinggal cek dan control doang! "

Lily hanya mengangguk.

"Yee!! Kak Kiran datang!!! Kak Kirannnn!!!! " Teriak Adita yang selalu heboh. Dia segera mengejar Kiran yang tengah menenteng kantong-kantong makanan dan mengambil alih kantong-kantong tersebut.

"Baru pulang kerja, Ran?" Sapa Lily.

"Iya, Ly, dari pagi nungguin konferensi pers kasus viral itu, eh gak taunya abis tengah hari baru mulai!". Kirania berprofesi sebagai reporter televisi swasta. Gadis manis berambut pendek itu harus selalu siap kapan pun saat ada kejadian atau berita terkini untuk di liput bersama rekannya yang lain. Lily baru akan membuka mulutnya kembali saat ponselnya bergetar memberi tahu kan sebuah pesan masuk. Lily tertegun sesaat setelah membaca pesan tersebut.

"Kak Kiran, makasih ya banyak banget ini makanannya, kita pesta kebun nih!" Seru Adita yang tengah menyusun gorengan dan jajanan lain yang tadi di bawa Kiran. Namun belum selesai di tata gorengan itu sudah hilang di raih oleh masing-masing tangan, sehingga Adita ngambek dan membiarkan makanan tersebut tetap di dalam kantong-kantongnya dan Lily tak mau ketinggalan turut serta meramaikan kehebohan makan-makan tersebut.

---___---

With Andika (1)

"Mau kemana Ly? " Tanya Abi tiba-tiba saat Lily baru saja keluar dari ruangan pribadinya dan membuat gadis itu sedikit terperanjat.

"Ya ampun, Bi!!! Kamu ngagetin aja! Sejak kapan kamu berdiri di situ?? " Tanya Lily kaget sambil mengelus pelan dadanya.

"Mau kemana? " ulang Abi.

"Aku mau jalan sebentar! " Jawab Lily.

"Sama bang Dika? " Tembak Abi. Lily mengerjap sesaat sebelum akhirnya ia mengangguk.

"Hubungi aku kalau ada apa-apa!" Ucap Abi, kemudian berlalu menaiki tangga menuju rooftop meninggalkan Lily yang sempat terpaku beberapa saat.

---____---

"Haii cantik!! " Sapa Andika dari dalam mobil dengan jendela setengah terbuka saat melihat Lily baru saja melewati pintu rumahnya. Andika segera membuka pintu kursi penumpang di sampingnya untuk Lily tanpa keluar dari kursi pengemudinya. Lily segera masuk dan menutup pintu di sampingnya.

"Kak Dika apa kabar? tumben banget tiba-tiba chat langsung ajak ketemu?" Tanya Lily begitu ia sudah duduk di kursi penumpang. Andika terkekeh pelan. Dia menghidupkan mesin mobil, kemudian menjalankannya.

Pria itu adalah pria yang telah hadir di masa kecil Lily, yang selalu menemani dan mengisi hari-hari Lily kecil hingga beranjak remaja. Lalu mereka berpisah saat Andika menempuh kuliah kedokteran di luar kota. Walau awal-awal Andika masih sering menghubungi dan menanyakan kabarnya. Rutin pulang saat libur semester. Namun, semakin lama kesibukan dan jadwal kuliah Andika yang semakin padat membuat mereka jarang berhubungan dan bahkan Andika pun jarang pulang saat libur.

Saat Abi mengabari bahwa sebentar lagi Andika akan diwisuda sebagai sarjana, Lily bahkan membujuk Abi untuk mengajaknya, beruntung orang tua Abi tidak keberatan, karena sudah lama mereka mengenal sosok Lily dan keluarganya. Apalagi sebelumnya mereka memang tetangga komplek sebum keluarga Abi memutuskan untuk pindah ke rumah baru mereka saat itu yang kini mereka tempati.

Lily sangat antusias ketika akhirnya Abi mengabarkan jika Lily boleh ikut, bahkan keluarga Abi sudah memesankan tiket pesawat dan juga hotel untuk Lily, agar mereka bisa berangkat dan menginap bersama. Tapi di sanalah ternyata, untuk pertama kali, Lily merasakan yang namanya patah hati.

"Emang sekarang kalau mau ajak kamu jalan harus buat janji dulu?" Tanya Andika.

"Yaa gak sih! Tapi kan mana tau kalau ada lagi gak bisa!" Jawab Lily sambil melihat sekilas Andika yang tengah fokus menyetir.

"Ya nggak lah, emangnya kakak gak tau kamu gimana? mau lagi rapat sama presiden sekalian juga bakal kamu cancel kan kalo kakak minta ketemuan! " Jawab Andika pede sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ih pede banget sih, ya nggak segitunya juga kali! "

"Ih beneran lagi, apa coba yang enggak kamu lakukan buat kakak? dari dulu juga kamu bakal nurutin semua kemauan kakak! Nggak pernah tuh sekalipun kamu nolak kakak! Bener kan? Coba ingat lagi , Kapan kamu pernah menolak kakak? Nggak pernah tuh! " Jawab Andika pede.

Lily cemberut mendengar semua ucapan Andika, karena semua hal itu benar. Andika tertawa senang melihat ekspresi Lily saat sedang kesal seperti itu.

"Ya udah, jangan cemberut lagi dong! Gak enak loh diem-dieman gini!" Andika mengacak rambut Lily gemas setelah Lily sama sekali tidak mengeluarkan suara lagi. Bahkan ia membuang pandangan ke luar jendela yang ada di sampingnya. Andika tertawa pelan, gadis ini tidak pernah berubah, sangat mudah ngambek. Tapi bukan Andika jika tidak berhasil membuat gadis ini kembali menoleh padanya.

Andika menghentikan laju kendaraannya saat traffic light berwarna merah. Andika meraih tangan kanan Lily dengan tangan kirinya, lalu mencium punggung tangan gadis itu, lalu membawa kedadanya.

Lily tersentak, menatap Andika yang juga menatapnya.

"Maaf, jangan marah lagi ya, kita jarang ketemu, masa sekali ketemu malah ngambekan?" Rayu Andika.

Lily menarik dan membuang nafasnya kasar.

"Siapa yang ngambek? "

"Oh, jadi tadi bukan ngambek? " Goda Andika. Dia tertawa kembali. Sambil melepaskan tangan Lily, kembali fokus pada kemudinya saat traffic light berganti warna.

"Kakak mau ngajak kemana sih sebenarnya? " Tanya Lily.

"Ya ampun, dari tadi ke mana aja Non? udah jauh baru nanya mau ke mana?"

"Ya, gak ke mana-mana, cuma kan aku lupa nanya!" Jawab Lily dengan cengiran.

"Hmm, Dasar!!! Ya udah kamu lihat aja nanti! "

"Kak.." Panggil Lily lirih setelah tadi mereka kembali terdiam.

"Hmm.." Andika melirik Lily sekilas. Tampak gadis itu menggigit bibirnya.

"Kenapa Lily? "

"Hmm, kak Dika tumben banget ngajak jalan? biasanya kakak sibuk mulu, kadang pesan aku juga jarang di balas." Andika menoleh sesat.

"Kok tumben? Beratikan sekarang kakak emang sedang ada waktu, makanya kakak pengen jalan sama kamu! "

"Ooh" Lily hanya menjawab singkat, gadis itu menggigit bibir bawahnya, ciri khas Lily banget jika sedang ada sesuatu yang sedang ia pikirkan. Andika mengangkat tangan kanannya mengacak pelan rambut Lily.

"Udah, jangan mikir aneh-aneh, kakak pengen puasin kangen sama kamu! Kita udah nyampe! Yuk turun!" Ajak Andika sambil melepas seat belt. Lily menatap sekeliling. Mereka berada di parkiran sebuah cafe berlantai dua.

"Eh, iya! " ucapnya sambil melepas seat belt nya. Andika hanya tersenyum sembari menggeleng kepala. Dia keluar dari mobil terlebih dahulu. Kemudian membuka pintu di samping Lily. Lily masih di dalam, merapikan rambut di puncak kepalanya yang sedikit kusut karena beberapa kali di acak Andika.

Andika segera menggandeng tangan Lily saat Lily sudah keluar dari mobil dan membawanya memasuki cafe. Memperlihatkan chat reservasi kepada pelayan cafe, kemudian mengikuti pelayan tersebut ke tempat yang telah Andika reservasi.

Meja yang Andika reservasi berada di lantai dua, bagian balkon belakang yang terbuka beratap langit, tampat yang cukup nyaman untuk melihat keindahan langit malam. di setiap sudut di biasa dengan lampu-lampu hias yang bercahaya redup, dengan taman bambu yang cukup menjulang di bagian bawah, sehingga benar-benar terasa berada di alam terbuka.

Tak lama, dua orang pelayan kembali datang dengan membawa nampan.

"Loh, kakak udah pesan makanannya sekalian? "

"Iya, takut rame kelamaan nunggu, tuh kamu lihat aja meja bawah sama balkon depan rame kan?"

"Tapi ini banyak banget loh kak? mana kesukaan aku lagi, kan jadi bingung mau makan yang mana? " Andika terkekeh mendengarnya. Di hadapan Lily terhidang nasi goreng seafood, ekado, French fries, spaghetti beef bolognese.

"Itu ngeluh apa senang sih? kan gak habis bisa di bungkus bawa pulang!"

"Hihi, bener juga yaa, tapi aku bingung mau makan yang mana dulu, kan jadi pengen cicip semua.. " Andika tergelak, iya tau seperti apa Lily lihat saja nanti.

"Ya udah, cicipan aja semua! " ujarnya sambil menggeleng kepala. Dia mengambil sendok dan garpu, kemudian mengelapnya dengan selembar tisu, dan memberikannya kepada Lily.

Kak, sharing yaa!" pinta Lily, yang di balas Andika dengan anggukan.

---____---

"Ya, ampun, kenyang banget, perut aku jadi sesak banget! " Keluh Lily mengusap perut sambil menyandarkan punggungnya. Andika terkekeh mendengarnya. Semua menu yang Andika pesan habis dilibas mereka berdua.

"Gak jadi di bungkus, Ly? " Goda Andika. Lily memutar bola matanya.

"Jangan nyindir! " Rajuknya.

Andika tertawa kecil. Satu hal yang membuat Andika nyaman bersama Lily, dia akan selalu merasa bahagia, lebih banyak tertawa dengan segala hal yang di tunjukan gadis itu.

"Masih sanggup jalan? " Tanya Andika.

"Sanggup lah! ngapain coba pake nanya gitu? " ketusnya.

"Ya kali aja mesti di gendong!" Ledek Andika. Yang langsung diberikan tatap sinis oleh Lily.

"Kayak yang kuat aja! Kakak aja lebih kurusan dari yang aku lihat terakhir kali! "

"Kelihatan banget ya? " Tanya Andika sambil melirik tubuhnya sendiri.

"Makanya, kalo kerja itu diimbangi sama makan nya juga! pasti kakak makannya gak teratur!"

"Ya udah ah, yuk cabut!! " Ajak Andika sambil mengulurkan tangannya kepada Lily.

"Emang kita mau kemana lagi? " Tanya Lily.

"Ya udah, ikut aja, nanti juga kamu tau, di jamin bakalan buat kamu senang!"

"Oke!" Senyum Lily, segera menyambut tangan Andika dan bangkit dari duduknya mengikuti kemana Andika membawanya.

---_____---

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!