"Jalan satu-satunya kalian harus menikah!!"
Pria paruh baya itu akhirnya mengambil keputusan yang menurutnya paling benar di situasi saat ini.
"Apa Pa??!!! Aku nggak mau nikah sama dia!!" Tunjuk gadis berparas ayu, namun tatapannya yang memicing tajam penuh kebencian itu menunjukkan wajahnya tak seayu sifatnya.
"Tidak ada penolakan Raisa!! kamu mau melihat Papa lebih hancur daripada sekarang ini?? Karena berita ini, bukan hanya Papa saja yang akan di rugikan, tapi juga partai yang Papa pimpin. Apalagi pemilihan umum akan segera di adakan awal tahun ini. Semua sudah berjalan dengan baik sebelum berita ini menghancurkan semuanya"
Pria yang sudah sangat lelah menghadapi masalah besar yang baru saja menerimanya itu hanya bisa mengusap kasar wajahnya. Dia sama sekali tak menyangka jika putrinya sendiri akan menghancurkan semuanya.
"Belum lagi kalau kamu hamil. Mau di taruh di mana muka Papa??"
Glek...
Raisa menelan ludahnya dengan kasar. Dia melupakan satu kenyataan yang mungkin saja terjadi.
"Tapi Pa. Aku sudah bilang kan, kalau aku itu di jebak. Ada orang yang dengan sengaja membawaku ke kamar pria ini. Kalau dalam keadaan sadar tentu saja aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku ke kamar menjijikkan miliknya itu. Menatap wajahnya saja aku muak, apa lagi bersentuhan dengannya, aku tidak sudi!!!"
"Kalau aku hamil pun, aku akan pergi jauh dari sini dan bersembunyi untuk sementara waktu, atau mungkin bisa menggugurkannya saja"
Gadis dua puluh dua tahun yang begitu angkuh itu terus berusaha membela dirinya meski harus menginjak-injak harga diri orang lain.
"Cukup Raisa!! Papa tidak menyangka jika pikiran kamu bisa sekeji itu!! Kamu tidak usah menambah dosa dengan menyingkirkan janin yang tidak bersalah" Bentak Satya wicaksana, seorang ketua umum dari sebuah partai politik terbesar di negeri kita tercinta ini, ryang tak lain adalah Ayah dari Raisa wicaksana. Salah seorang yang sedang menjadi tokoh dalam perdebatan di ruangan kerja Satya itu.
"Walau Papa tau kalau kalian memang sengaja di jebak tapi mau tidak mau, kalian tetap harus menikah!! Foto-foto dan video kalian sudah tersebar luas. Hanya ini jalan satu-satunya!!" Satya menunjukkan wajah merah padamnya. bertanya jika pria itu benar-benar sedang dalam puncak kemarahannya.
"Bagaimana dengan mu Adam?? Kau setuju kan??" Satya menatap pria yang sejak tadi hanya diam di hadapannya itu.
"Seperti yang Pak Satya katakan tadi. Walau kejadian malam itu memang murni di jebak, tapi saya tetap bersedia bertanggung jawab" Jawab pria berwajah datar itu masih tanpa ekspresi apapun. Hal itu tentu saja semakin membuat Raisa murka.
"Hey, miskin!! Kenapa lo gampang banget ngomong kaya gitu?? Jangan-jangan lo ikut andil dalam maslaah ini!! Lo sengaja kan jebak gue tidur sama lo, supaya lo bisa lebih leluasa masuk ke dalam keluarga gue?? Lo mau manfaatin Papa gue yang percaya banget sama lo kan?? Gue yakin lo pasti ada di balik semua ini supaya bisa menguasai harta Papa gue kan??" Tuduhan demi tuduhan itu di berikan Raisa kepada pria yang menjadi bodyguard sekaligus tangan kanan Papanya itu.
"RAISA!!!!"
Raisa sampai tersentak karena bentakan keras dari Papanya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia di bentak oleh Satya.
"Papa benar-benar kecewa sama kamu!! Dari dulu Papa membesarkan kamu penuh kasih sayang bukan untuk membuat mu menjadi wanita kurang ajar seperti ini!!"
Satya menyesali caranya mendidik Raisa selama ini. Sepeninggalnya sang istri sejak Raisa berumur 10 tahun, Satya memang begitu memanjakan putri semata wayangnya itu. Satya melakukan itu, untuk membuat putrinya tak merasakan kesedihan yang mendalam karena harus hidup berdua saja dengannya. Memang Satya memilih menduda selama ini hanya demi menjaga cintanya pada mendiang sang istri.
Namun semua kasih sayang yang di berikan Satya itu justru membuat Raisa menjadi gadis yang pembangkang dan susah di atur. Raisa tak pernah bisa bersikap lembut dan menghargai orang-orang di sekitarnya.
Satya juga sudah berkali-kali memperingati putrinya itu untuk berubah, namun gadis keras kepala itu tak pernah mau mendengarkan nasehatnya.
"Papa tega membentak ku hanya karena dia??" Tunjuk Raisa pada Adam. Gadis berambut panjang itu sudah berlinang air mata hanya karena suara keras Papanya.
"Raisa benci sama Papa!!" Raisa berlari keluar dari ruangan Papanya. Meninggalkan Satya dan juga Adam yang masih terdiam sejak tadi.
Baginya, hinaan yang atau cacian yang ia dengar dari Raisa adalah hal yamg biasa. Telinganya sudah sangat tebal untuk itu.
"Maafkan sikap Raisa Dam. Aku juga sudah menyerah dengan sikapnya itu" Satya ambruk dengan kasar ke sofa yang terlihat empuk itu.
"Tidak Papa Pak, itu sudah hal biasa" Adam masih berdiri dengan tubuh tegapnya di hadapan Satya.
"Aku minta maaf Dam, karena ancaman-ancaman dari partai pesaing ku, kau harus menjadi korbannya" Hanya di hadapan Adam, Satya bisa terlihat sebagai pria yang lemah seperti itu.
Adam adalah bodyguard yang telah mendampinginya selama delapan tahun. Bagaimana kinerja Adan dan juga sifat Adam sudah sangat Satya hafal. Maka dari itu, Satya sangat percaya kepada pria tiga puluh tahun itu.
"Tapi saya juga telah menghancurkan masa depan Nona Raisa walau secara tidak sadar Pak. Saya tetap ingin bertanggungjawab"
Satya menghela nafasnya dengan kasar. Dia lalu mengangguk dengan pasrah. Ketulusan Adam juga sudah ia lihat dari sorot mata yang terkadang tanpa ekspresi itu.
Sementara di dalam kamarnya, Raisa hanya bisa menangis tersedu-sedu. Dia masih syok dengan foto-foto vulgarnya yang tersebar sejak pagi hari tadi semakin di buat stres dengan paksaan Papanya untuk menikah dengan Adam. Belum lagi bentakan dari Papanya yang baru pertama kali ia terima. Dadanya rasanya sesak saat ini. Papanya bisa membentaknya hanya karena Adam, pria yang begitu ia benci sejak dulu.
Raisa membuka media sosialnya, meski sangat takut dengan berbagai tanggapan negatif dari netizen, tapi Raisa tetap bertekad untuk membukanya.
Notifikasi yang sejak tadi tidak di pedulikannya mulai ia buka satu persatu.
"Hiks..hiks.."
Sesuai dengan dugaannya, hujatan-hujatan itu begitu pedas Raisa terima dari orang-orang yang tidak tau kebenaran dalam masalahnya sama sekali.
@xxxxxxx123 "Anak kalau di kasih makan uang haram ya begitu"
@123678 "Nggak pernah ngerasain hidup susah, sekalinya berulah, malah nyusahin bapaknya"
@ssssscccc26 "Semakin kaya, semakin liar"
@dhhktkm "Ternyata murahan juga"
@sskyrbkakk "kelakuannya nggak secakep mukanya"
@aaaa1637 "Kasihan banget bapaknya, udah kerja keras demi anaknya, eh anaknya malah nggak tau diri"
@tititiii "Ini beneran lo??"
@doaleki "Parah sih"
@dhrko "AIB"
@Nadills "Tapi lakinya ganteng amat, badannya juga bagus, pantesan aja dia rela jadi j*lang kaya gitu"
@jkryoam "Bentar lagi di coret dari KK"
@alribdkl "Amit-amit punya anak kaya gitu"
@lallaurb "Ancur nih pasti partai bokapnya"
@djdbdmm "Wah, padahal partainya mau nyalon lagi, gagal dong"
@jdufkm " Bokapnya bisa gila kayanya"
"B***sek!!" Umpat Raisa.
*
*
*
*
Selamat datang di karya baru otor...
Karya ini tetap nggak jauh-jauh dari yang sebelum-sebelumnya yaa, sad romance masih yang utama....
tapi walaupun begitu, otor tetap berharap kalian suka...
Karya ini tidak akan ada apa-apanya tanpa dukungan readers ku tercinta..
Jadi mohon doa dan dukungannya ya supaya otor semangat mengantarkan Raisa sama Adam sampai akhir nanti...
Selamat membaca....😘😘😘😘😘😘
Pagi harinya Raisa keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. Wajah ayunya itu juga tak pernah luput dari sentuhan make up meski masib terlihat agak sembab karena menangis semalaman.
Gadis yang baru saja menyelesaikan kuliahnya itu berjalan melewati meja makan tanpa sudi menoleh sedikitpun ke samping. Di mana ada Papanya dan juga Adam yang berada di sana.
"Mau kemana kamu Raisa??" Suara Satya menghentikan langkah Raisa.
"Keluar, suntuk di rumah" Jawabnya acuh dan tak mau berbalik sedikitpun.
"Sarapan dulu, tadi malam kamu juga melewatkan makan malam kan?? Apa kamu tidak lapar??"
Raisa tersenyum sinis meski kedua orang di belakangnya tak melihatnya sama sekali.
"Papa tidak udah sok perhatian seperti itu. Bukankah Papa sudah tidak menyayangiku lagi??"
"Apa yang kamu katakan Raisa. Papa tentu sangat menyayangi mu. Maafkan Papa tadi malam, Papa sedang kalut sayang"
"Sudahlah Pa, aku juga nggak mau makan satu meja dengan orang miskin itu"
Raisa langsung kembali melangkah setelah satu kalimat penghinaan ia berikan kepada Adam yang sejak tadi tak pernah menyentil Raisa sedikitpun.
"Raisa!! Tunggu Raisa!!" Teriakan Satya sama sekali tak menghentikan Raisa.
"Apa lagi Pa!!!!" Kali ini Raisa menatap Papanya dengan kemarahan.
"Jangan berulah di luar sana karena besok hari pernikahan mu!!"
"Apa!!!" Raisa tak habis pikir, setelah penolakannya tadi malam, ternyata Papanya itu masih terus saja memaksanya menikah dengan pria yang tak pernah masuk dalam list pria idamannya.
"Raisa udah bilang Pa, kalau Raisa tidak akan pernah menikah dengan pria sialan ini!!"
Mata Raisa yang memerah karena amarah tak sengaja bersinggungan dengan mata tajam milik Adam.
Raisa segera memutus kontak mata itu. Raisa begitu membenci sorot mata tajam penuh intimidasi itu. Raisa benci semua yang ada pada diri Adam.
"Terserah apa yang katakan Raisa, yang jelas kamu akan tetap menikah besok atau kamu tidak akan pernah bisa keluar rumah lagi karena malu!!"
Satya memilih pergi sebelum menerima bantahan dari putrinya lagi. Menurutnya keputusan yang dia ambil sudah sangat benar.
"Heh!!"
Adam masih diam dan hanya melirik Raisa tanpa ekspresi.
"Bisu lo ya?? Kenapa lo diam aja?? Kenapa lo nggak berusaha menolak pernikahan ini??"
"Untuk apa saya harus menolak?? Saya memang harus bertanggung jawab"
Satu kalimat yang baru keluar dari bibir Adam membuat Raisa mendengus dengan kesal.
"B****sek belagu banget nih laki!!"
"Gue semakin yakin kalau lo terlibat dengan semua ini" Raisa melirik sinis pada Adam lalu kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda beberapa menit dengan pembicaraan yang memuakkan menurutnya.
Raisa mengendarai mobilnya menuju cafetaria, kedua sahabatnya sejak di bangku SMA juga sudah menunggu dia sana. Dia memang sengaja meminta bertemu dengan kedua sahabatnya itu karena ingin mengurangi sedikit saja beban yang ada dalam pikirannya saat ini.
"Sorry, gue telat. Tadi ada maslah dikit" Raisa duduk dengan asal dekat Stevia.
Suasana di sana masih sepi, jadi Raisa merasa sedikit aman tanpa harus menutupi wajahnya karena malu.
"Ya elah, lama banget lo Sa. Gue udah nggak sabar pingin dengar cerita lo. Berita itu nggak bener kan Sa?? Lo nggak mungkin sama dia emmm, itu beneran kan??"
Raisa memejamkan matanya dengan malas karena dia saja baru datang namun pertanyaan Fany menjurus ke akar permasalahan Raisa saat ini.
"Tapi emang kenyataannya begitu" Jawab Raisa dengan malas namun berhasil membuat Stevi dan Fany menganga tak percaya.
"Kenapa bisa?? Kok nggak cerita sama kita??Atau kalian sama-sama su.."
"Enggak!! Mana sudi gue sama laki-laki miskin kaya dia!! Gue di jebak!! Makanya gue nggak mau cerita sama kalian"
Stevi dan Fany yang sudah beberapa kali bertemu dengan Adam justru beranggapan sebaliknya.
"Dijebak??" Kompak mereka berdua.
"Hemm, ini semua ulah saingan bokap gue. Bokap juga udah tau tapi besok dia tetap maksa gue nikah sama tu laki s*alan" Raisa meraih minuman milik Fany lalu menyeruputnya begitu saja.
"Hah?? Kalau di jebak kenapa nggak lapor polisi aja??" Stevy masih sedikit tak percaya dengan apa yang di ceritakan oleh Raisa.
"Lo nggak ingat siapa bokap Raisa Stev?? Bisa makin hancur dong partainya. Lapor polisi justru akan semakin memperkeruh juga masalahnya akan melebar kemana-mana" Ujar Fany yang ternyata sedikit menyentil Raisa.
Raisa diam sejenak, membenarkan apa yang di pikirkan Fany itu. Papanya bukanlah orang sembarangan, pastinya Papanya itu sudah memikirkan dengan matang atas keputusannya itu.
"Terus, lo besok beneran mau nikah sama dia gitu Sa??" Tanya Stevy lagi. Mengingat dia tau betul kalau Raisa sangatlah membenci Adam.
"Tapi kalau gue jadi lo Sa, gue terima aja. Mau gimana lagi, Mas Adam tuh cakep, badannya bagus, karismanya tuh beehhhhhh. Bikin meleleh tau nggak" Fany yang membayangkan bagaimana paras Adam yang Tanon itu sampai pipinya merona dengan sendirinya.
"Benar Sa, terima aja. Kalau lakinya kaya Mas Adam, gue juga mau. Jangan kan di jebak, gue malah dengan suka rela menyerahkan diri" Imbuh Stevy.
"Dasar murahan lo!!" Sinis Raisa.
"Lah, daripada lo di hujat sana-sini. Ngeri baca komen Instagram lo dari semalem. Belum lagi kalau lo hamil"
Deg..
Raisa kembali di ingatkan dengan satu hal itu. Sungguh di dalam hatinya sangat berharap jangan sampai benih dari pria kaku itu tumbuh di rahimnya.
Namun kejadian malam itu membuatnya berpikir kembali.
FLASHBACK ON
Malam ini Raisa tampil begitu cantik dengan gaun hitam yang memamerkan punggung mulusnya. Raisa hadir di pesta itu tentu saja untuk menemani Papanya karena malam ini adalah hari ulang tahun partai Makmur Sentosa. Partai yang di pimpin oleh Papanya sendiri.
Ratusan tamu undangan juga sudah hadir di sebuah auditorium yang sangat besar dalam sebuah gedung yang memang menjadi kantor pusat partai besar itu.
Acara yang di di hadiri petinggi-petinggi partai itu tampak berjalan dengan lancar meski telah memakan waktu beberapa jam. Raisa yang terus menemani Papanya hingga pesta itu berakhir oun tampak begitu kelelahan.
"Kita pulang besok pagi saja. Ini sudah terlalu larut"
"Iya Pa, aku juga sudah sangat lelah"
"Kamu bisa pakai kamar yang bisanya, Papa sudah mengutus orang untuk memberikannya. Kamu juga Dam, beristirahatlah"
"Baik Pak"
Mereka bertiga masuk ke kamar masing-masing. Sudah beberapa kali juga Raisa menginap di sana di saat ada acara sampai larut seperti malam ini.
Raisa melempar tasnya ke ranjang begitu saja, melempar hells yang membuat tumitnya sakit dengan asal.
Kaki polosnya itu melangkah menuju lemari pendingin. Mengambil sebuah botol air mineral yang dingin kemudian meneguknya hingga beberapa kali tegukan.
"Akhhh, akhirnya kerongkongan ku basah juga"
Sejak tadi Raisa memang menahan haus dan lapar karen terus saja meladeni obrolan tamu-tamu Papanya.
"Kenapa dengan kepalaku"
Kepala Raisa terasa berkunang-kunang, bahkan bayangannya di cermin saja terlihat terbelah menjadi beberapa.
Brukk..
Raisa yang sudah tak bisa menyeimbangkan tubuhnya akhirnya terjatuh di ranjang yang empuk di belakangnya.
Meski sudah sangat susah untuk menggerakkan tubuhnya, namun Raisa masih bisa melihat seorang pria berbaju hitam masuk ke dalam kamarnya.
Raisa yang sudah tak berdaya itu tak bisa memberontak saat pria itu menariknya, kemudian memapahnya ke dalam sebuah kamar yang berada di samping kamarnya sendiri.
Setelah itu, pandangan Raisa sudah gelap. Tak lagi bisa melihat sosok pria yang membawanya itu. Dia hanya bisa merasakan di baringkan di sebuah kasur yang empuk dengan bau parfum seseorang yang sangat ia kenali.
Sampai akhirnya di pagi hari, dia harus di kejutkan pada kenyataan jika dirinya berada di ranjang yang sama dengan Adam. Bodyguard sang Papa yang begitu ia benci dengan keadaan yang sama-sama polos tanpa sehelai benangpun.
FLASHBACK OFF
"Heh, Sa!! Ngelamun aja lo!!" Stevy menyadarkan Raisa dari kilasan malam yang terkutuk itu.
"Terus gimana keputusan lo??" Raisa menoleh pada Fany yang menunggu jawabannya.
"Gue tetep nggak mau nikah sama dia!! Lebih baik gue kabur ke luar negeri atau kemana kek, asal nggak hidup sama pria menjijikkan kaya dia"
"Ck, keras kepala" Sahut Fany tanpa di pedulikan oleh Raisa.
"Hey lihat, dia kan Raisa anak politikus itu??"
Raisa yang masih berada di depan cafe langsung menunjukkan wajahnya karena malu.
"Bener banget, masih berani keluar setelah videonya tersebar ternyata"
Dengan sangat jelas Raisa mendengar gunjingan itu di telinganya.
Bukan hanya satu atau dua, kini bahkan beberapa orang mulai mendekati Raisa dengan kamera ponsel mereka yang sama-sama menyala.
"Gimana mbak rasanya?? Enak kan, apalagi pacarnya kekar gitu badannya. Pasti mantap kan servicenya"
Raisa rasanya ingin menampar mulut wanita yang mengatakan kalimat menjijikkan itu. Tapi banyaknya orang yang merekamnya saat ini membuat Raisa diam tak berkutik. Untuk bergerak keluar dari kerumunan itu pun kaki Raisa rasanya tak bisa. Tiba-tiba Raisa seperti mengalami panik attack yang belum pernah ia rasakan. Jantungnya berdetak dengan keras, dadanya juga semakin terasa sesak. Seluruh tubuhnya mulai gemetar.
"Nggak malu videonya tersebar kaya gitu mbak?? Kok masih berani keluar??"
Raisa semakin mencengkeram erat tali sling bang miliknya. Seketika dia menyesal karena tidak keluar dari cafe bersama Stevi dan Fany tadi.
"Jawab dong Mbak, klarifikasi dong!!"
"Iya, masa diam aja"
Suara-suara itu terdengar sangat jauh dari telinga Raisa, padahal mereka semua berdiri melingkari Raisa dengan jarak yang sahabat dekat. Kepalanya mulai terasa pening di bagian pangkal hidungnya.
Di saat keringat dingin sudah keluar dari pori-pori kulitnya, hingga badannya sudah tak mampu lagi berdiri, Raisa merasakan sesuatu menutupi wajahnya.
Kepalanya di tarik menempel pada sesuatu yang keras namun begitu harum. Dan dalam fase keterkejutannya itu, Raisa di tuntun untuk menjauh dari kerumunan itu hingga suara riuh teriakan kekecewaan terdengar mulai jauh dari telinganya.
"Huuu...." Teriak mereka bersamaan.
Raisa mendongak ke atas, melihat dengan jelas siapa orang yang membawanya keluar dari situasi menakutkan yang belum pernah ia bayangkan itu.
"L-lo!!" Raisa ingin mendorong Adam yang sedang memeluknya dengan menyembunyikan wajah Raisa ke dalam jasnya yang rapi itu.
"Diam, mereka masih merekam mu!!" Ucap Adam seperti biasanya, dengan suara berat dan dingin yang begitu di benci Raisa.
Membayangkan hal seperti tadi akan terulang lagi membuat Raisa akhirnya hanya bisa menuruti Adam yang membawanya ke mobil.
Brakk..
Adam menutup pintu mobil Raisa dengan sedikit keras setelah Raisa berhasil masuk ke dalam mobilnya. Sementara pria kaku itu berputar menuju pintu lainnya untuk mengemudikan mobil milik Nona mudanya itu.
Raisa dan Adam sama-sama diam selama perjalnan hingga mobil Raisa memasuki gerbang rumahnya yang tinggi. Raisa yang masih syok atas kejadian tadi, sementara Adam yang memang irit bicara membuat keduanya sama-sama bungkam. Terlebih Raisa yang memang tak pernah sudi membuka suaranya untuk Adam.
"Bagaimana Sa?? Apa kamu masih mah menolak pernikahan kalian?? Meski sebenarnya penolakan kamu itu tetap tidak ada artinya buat Papa. Pernikahan kalian akan tetap di laksanakan besok pagi!!"
Baru saja memasuki rumahnya, Raisa sudah di hadang oleh Papanya. Situasi yang sangat jarang terjadi di mana Papanya itu berada di rumah siang hari seperti saat ini.
Raisa masih saja diam tak menyahut Satya yang sejak tadi marah karena putrinya di hujat banyak orang seperti tadi.
"Ayolah Sa, coba mengertilah. Semua ini juga bukan untuk kebaikan Papa sendiri. Tapi untuk masa depan kamu juga. Kamu sudah berbuat dosa besar"
Mata Raisa mulai mengeluarkan cairan bening untuk keuda kalinya di hadapan Adam yang memang sejak dulu pantang sekali menangis di hadapan pria kaku itu.
Masa depannya memang sudah hancur saat ini. Kehormatannya yang ia jaga sampai saat ini telah hilang terenggut oleh seseorang yang haram baginya.
Bahkan Rio, pria yang menjadi kekasihnya selama satu tahun ini tak pernah Raisa ijinkan untuk menyentuhnya lebih jauh. Hanya sebuah ciuman yang Raisa berikan, itupun hanya sebuah kecupan. Tapi pria itu juga entah di mana saat ini. Sejak berita itu muncul, Rio menghilang bak di telan bumi.
Sekarang mana ada pria yang mau menerimanya dengan keadaan yang seperti itu. Seandainya ada pun pasti akan memandang Raisa sebelah mata karena kasus ya itu. Atau hanya menginginkan Raisa demi menuruti n*fsu belaka.
"Papa mohon Sa, Papa yakin Adam akan menjadi suami yang baik untuk kamu. Papa bisa tenang melepaskan kamu kalau di tangan Adam. Terimalah dia menjadi suami kamu"
Raisa masih diam dengan tangisannya, dia tak mau mengangkat wajahnya sekalipun untuk menatap Satya apalagi Adam yang juga ada di ruang tamu itu.
"Sa, pikirkan baik-baik" Satya benar-benar menurunkan suaranya. Membujuk putrinya itu dengan selembut mungkin.
Lama mereka bertiga dalam suasana hening seperti itu hingga Raisa berani menatap mata Papanya yang sayu itu.
"Baiklah, aku akan menikah dengan dia" Raisa menatap Adam dengan penuh ketidaksukaan.
"Benarkah Sa?? Alhamdulillah" Satya mengucap sukur dengan mengusap dadanya.
"Tapi dengan satu syarat" Raisa masih menatap mata Adam dengan tajam.
"Katakan Sa, Papa akan menuruti semua permintaan kamu" Satya kembali bersemangat.
Raisa mengutuk dalam hatinya, jika bertemu dengan Adam adalah hal paling sial di dalam hidupnya. Baik dulu maupun sekarang yang akhirnya membuat dirinya harus terjebak bersama pria itu.
"Papa katakan pada bodyguard kesayangan Papa itu. Setelah kita menikah, jangan pernah mencampuri urusan pribadiku dan jangan pernah menuntut apapun kepadaku. Karena jika aku boleh memilih, aku lebih memilih menghilang dari dunia ini dari pada harus menikah dengan pria seperti dia"
Deg....
Raisa tak tau kenapa jantungnya berdebar-debar setelah mengucapkan kalimat itu. Seperti ada rasa menyesal atau sedikit rasa bersalah karena terlalu kasar kepada Adam.
Tapi Raisa tetaplah Raisa yang berhati batu jika kepada Adam. Dia langsung menepis semua perasaan itu.
"Jangan bicara seperti itu Raisa, suatu saat kamu bisa saja menyesalinya" Satya memperingati putrinya.
"Hanya itu permintaan ku, aku ke kamar dulu" Raisa tak peduli dengan apa yang Satya katakan, dia masih dengan pendiriannya. Membuat Adam menjadi orang nomor satu yang paling di bencinya.
"Maafkan Raisa Dam" Satya merasa tak enak hati dengan Adam. Pria tampan dan dewasa yang penuh tanggungjawab kepercayaan Satya.
"Tidak papa Pak"
Adam masih memandang punggung Raisa semakin jauh. Tak ada yang tau sama sekali apa yang dipikirkan Adam saat ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!