Sudah 27 tahun Dion Pranadja dan Amora Marco membangun rumah tangganya dengan baik. Keduanya menepati janji mereka untuk memberikan keturunan yang banyak pada orang tuanya. Dion dan Amora dikaruniai 5 orang anak, anak pertama mereka bernama Kevin 26 tahun, anak kedua Kairo 24 tahun, anak ketiga Amila 22 tahun, dan anak keempat dan kelima si kembar Gioni dan Giana 15 tahun.
Menjadi konglomerat di Indonesia, membuat Dion maupun Amora justru semakin sulit menangani anak anaknya terutama putra pertama mereka Kevin Pranadja. Putranya itu memiliki sikap arogan dan sangat pemilih, itu karena didikan Dion yang terlalu keras padanya sejak anak itu masih duduk di bangku sekolah SMA.
Menjadi pewaris pertama perusahaan dan hotel membuatnya semakin semena-mena mengambil keputusan tanpa memikirkan pendapat orang lain.
"Kau tak bisa melakukan ini terus menerus Kev, papi tahu kau mengambil keputusan yang benar, tapi apa gunanya kau mengadakan meeting jika kau tak mendengarkan mereka." ujar Dion.
"Apa gunanya pendapat mereka pi, semuanya tak jelas." jawab Kevin datar.
"Kau seorang CEO, seharusnya kau bisa menunjukkan sikap wibawamu bukan sikap aroganmu." bentak Dion.
"Salahku dimana, aku mengambil keputusan yang aku anggap benar." kata Kevin.
"Berhentilah berdebat, ini sudah sangat larut. Dan kalian berdua selalu membawa masalah pekerjaan ke rumah." ujar Amora.
"Putramu ini mi, bagaimana caraku mengatasi sikapnya?" tanya Dion.
Amora menghela nafasnya, ia pun tak bisa membuat putra pertamanya menuruti ucapannya.
"Kemasi barang barangmu, kau berangkatlah ke Inggris besok. Kau tangani Novotel disana." perintah Dion.
"Jadi papi mengusirku, baiklah aku lebih baik jauh dari kalian." jawab Kevin seraya meninggalkan orang tuanya.
Amora terkejut, suaminya tiba tiba membuat keputusan tanpa persetujuannya.
"Hanya ini yang bisa kita lakukan agar Kevin dewasa sayang, percayalah padaku kali ini." ujar Dion sebelum Amora banyak bertanya.
"Dari awal aku sangat percaya padamu, kau mendidik putramu terlalu keras, tapi lihatlah sikapnya pi, bagaimana kita bisa memiliki putra seperti itu?" tanya Amora sedih.
Dion mendekati istrinya dan menenangkannya. "Aku memang salah, akulah yang membuatnya seperti ini sekarang. Maafkan aku sayang." ujar Dion menyesal.
Amora memegang tangan suaminya. "Sepertinya ini juga kesalahanku sebagai seorang ibu, aku sangat sibuk dengan pekerjaanku sampai aku lupa anak anakku sayang."
Dion menggeleng. "Tidak Amor, kau adalah istri dan seorang ibu yang sangat baik sayang. Aku mengangumi istriku yang berhasil melahirkan 5 orang anak. Dengar sayang, hanya putra pertama kita yang memiliki sikap seperti ini. Kau lihatlah Kairo dan Amila. Mereka menangani hotel hotel dengan baik, kita juga masih memiliki si kembar yang butuh bimbingan kita."
"Aku menyayangi Kevin lebih dari apapun, tapi ia bahkan tak pernah mau mendengarkan kita." jawab Amora.
"Itulah mengapa kita harus mengirimnya ke Inggris, ia perlu pendewasaan diri sayang, biarkan putra kita berpikir betapa pentingnya keluarga dan orang di sekitarnya. Percayalah padaku, ini jalan terakhir untuk mengubah sikap Kevin." kata Dion.
Amora mengangguk. "Aku berharap seperti itu, tapi aku takut ia malah semakin liar disana pi. Seandainya papa masih ada." ujarnya.
"Kita masih memiliki papi dan mami sayang, walaupun mereka semakin tua tapi keduanya masih sehat." ujar Dion.
"Kau benar suamiku, aku akan lebih tenang jika mami Diana ada bersamaku." jawab Amora.
"Mami, papi dimana kalian?" ujar Kairo Pranadja.
"Disini sayang." jawab Amora.
Kaori menghampiri mereka. "Mengapa kalian belum beristirahat, aku akan kembali ke rumah sekarang." ujarnya.
Kairo tinggal di rumah yang dibelikan William, rumah yang seharusnya ditinggali oleh Dion dan Amora untuk hadiah pernikahan mereka. Sejak kuliah, Kairo memang sudah mandiri. Sedangkan Dion dan Amora kembali ke rumah Hengky Marco setelah pria itu meninggal dunia, putra pertama dan si kembar yang tinggal bersama mereka. Rumah besar di Citra Garden yang dibelikan Hengky Marco ditinggali anak ketiga mereka Amila.
"Kenapa terburu buru Kai? Tinggallah semalam disini." pinta Amora.
"Aku tak mau mendengarkan kak Kevin uring-uringan sepanjang malam." jawab Kairo.
"Bisakah kau lihat Amila sebelum kembali ke rumah, adikmu itu wanita. Ia malah memilih tinggal di rumah besar itu sendirian. Papi takut terjadi sesuatu padanya." pinta Dion.
"Itu pasti pi, aku selalu mampir kesana sebelum pulang. Si kembar masih betah di rumah opa dan oma?" tanya Kairo.
Keduanya mengangguk. "Biarkan saja si kembar menemani opa dan oma. Oh ya Kai, kakakmu akan kami kirim ke Inggris besok. Jadi tangani Novotel disini." ujar Dion.
Kairo terkejut. "Mengapa dadakan sekali, apa kak Kevin setuju? Apa karena masalah meeting hari ini?"
"Kai, mami dan papi tak sanggup lagi mengatasi sikap kakakmu. Kami harus mengirimnya ke Inggris agar ia mandiri. Selama ini kami terlalu memanjakannya, kakakmu sudah 26 tahun tapi sikapnya masih kekanak-kanakan tidak seperti kau dan Amila." jawab Amora. "Keputusan ini kami yang ambil, mau tidak mau kakakmu harus berangkat besok." sambungnya.
"Apa kalian sudah mengatakannya pada Amila dan si kembar? Aku yakin mereka tak mau jauh dari kak Kevin." kata Kairo.
"Papi harap kau bisa merahasiakan ini dari Amila dan si kembar, kami akan mengatakannya setelah Kevin sudah berangkat." ujar Dion.
"Sampai kapan kak Kevin disana? Bukankah Novotel di Inggris sudah ada yang menangani." tanya Kairo.
"Sampai sikap kakakmu bisa berubah, ia harus belajar menghormati orang disekitarnya. Kai berhentilah bertanya, kami juga sangat berat melakukan ini." jawab Dion.
Kairo menghela nafasnya. "Baiklah, aku akan ikut mengantar kak Kevin besok. Aku pulang sekarang." ujarnya.
Keduanya mengangguk. "Hati hatilah sayang." ujar Amora.
"Pasti mi." jawab Kairo seraya mengecup pipi Amora dan meninggalkan mereka.
"Mengapa Kevin tak seperti Kai pi? Ia lebih dewasa dari kakaknya, anak itu bahkan memiliki sikap yang sangat lembut." ujar Amora.
Dion memeluk pundak istrinya. "Yakinlah jika Kevin akan menjadi anak yang lebih baik mi. Ia putra kita, percaya itu sayang." jawabnya.
Amora mengangguk, Dion mengajak istrinya menuju kamarnya. Tapi Amora menghentikan suaminya.
"Kau masuklah kamar lebih dulu sayang, aku akan melihat Kevin sebentar." pinta Amora.
Dion mengangguk dan membiarkan istrinya menuju kamar Kevin. Amora menghampiri putranya, ia membuka pintu kamar itu yang tak terkunci. Kevin masih sibuk mengemasi barang-barangnya.
"Keluarlah, aku tak butuh siapapun." bentak Kevin tanpa melihat ibunya.
"Apa mami juga tidak kau butuhkan?" tanya Amora.
Kevin mendongak, ia menatap ibunya lalu menggeleng.
"Sayang, apa kau marah pada mami?" tanya Amora lagi.
Tapi Kevin kembali menggeleng.
"Kami hanya ingin kau tahu sayang, kau membutuhkan orang lain di sekitarmu. Ubahlah sikapmu itu Kev, mengapa kau selalu mengambil keputusan tanpa kompromi." ujar Amora.
"Apa gunanya pendapat orang lain, jika pendapat itu tak masuk akal, mereka semua bodoh. Mereka tak berpendidikan..."
"Kevin..." bentak Amora.
"Keluarlah, aku tak ingin diganggu." usir Kevin.
Amora menghela nafasnya, ia benar benar tak bisa mengatasi putra pertamanya itu. Dengan sedih Amora keluar dari kamar putranya. Ternyata Dion sudah ada di depan kamar Kevin. Pria itu segera memeluk istrinya.
"Apa kau masih tak yakin dengan keputusanku?" tanya Dion.
Amora menggeleng. "Aku sudah yakin, putra kita tak mau mendengarkan kita."
Dion membawa Amora kembali ke kamar. "Jangan bersedih sayang, beristirahatlah. Kita akan ke bandara besok." pinta Dion.
Amora mengangguk, ia merebahkan tubuhnya yang semakin tua lalu memejamkan matanya.
*****
Hai para Readerku...
Ini adalah novel season 2 "Chef Cantik Pilihanku"
Buat kalian yang belum membaca yang pertama, silahkan klik profil/fotoku ya...
Happy Reading All...😘
Ini sosok Kevin Pranadja 👇👇👇
Michael adalah orang yang menangani Novotel di Inggris, pria berumur 45 tahun itu adalah pemegang saham terbesar kedua di Novotel. Ia bekerja sudah 15 tahun disana sebagai CEO, ia mengatasi masalah hotel dan tempat rekreasi lainnya di Inggris. Dion Pranadja hanya berkunjung 6 bulan atau satu tahun sekali ke Inggris. Mendengar putra Dion akan dikirimkan ke Novotel di Inggris membuat Michael terkejut, walaupun Dion meminta putranya dijadikan pegawai biasa, tapi tetap saja Kevin Pranadja adalah pemegang saham utama Novotel.
Michael sudah tahu sikap arogan dari Kevin Pranadja, ia akan sulit mengatasi pria itu. Tapi Dion adalah sahabat sekaligus rekan kerjanya yang harus dibantu, Michael berjanji akan merubah sikap arogan Kevin selama berada di Novotel Inggris. Michael sedang mengumpulkan karyawan penting termasuk chef cantik yang sudah 3 tahun membantu Novotel semakin maju.
Wanita cantik itu adalah Veronica Jukler, wanita berkebangsaan Inggris berusia 25 tahun. Wanita yang memiliki sikap keras, dan mandiri seperti ayahnya. Itulah yang Michael dengar dari gosip di sekitarnya, walaupun ia tak tahu siapa ayah dari Veronica Jukler.
"Maaf aku mengumpulkan kalian sekarang. Kita akan kedatangan pemilik Novotel dari Indonesia. Tapi ia akan menjadi manager hotel disini, ia sedang diberi hukuman oleh orang tuanya karena selalu bersikap arogan. Tapi walaupun ia sedang mendapat hukuman, aku berharap kalian tetap menghormatinya, bagaimana pun ia ahli waris Novotel kita. Bantulah pria ini menjadi orang yang lebih baik, seperti yang diinginkan Presdir kita." ujar Michael.
"Jika ia menjadi manager hotel, lalu bagaimana denganku?" tanya Leo manager Novotel.
"Anda tentu saja tetap manager sebenarnya pak Leo, kita hanya ingin mendidik putra pak Presdir disini." jawab Michael.
"Berapa usianya, mengapa kita harus mendidiknya?" tanya Petter HRD Novotel.
Michael tertawa. "Ia bukan anak anak lagi, usianya sudah 26 tahun."
Semuanya terkejut mendengar penjelasan CEO mereka.
"Sepertinya anak konglomerat yang manja." gumam Veronica.
"Ya Vero, apa kau mengatakan sesuatu?" tanya Michael.
Veronica menggeleng. "Tidak pak." jawabnya.
"Kemungkinan lusa, ia akan sampai disini. Mohon kerjasama kalian. Meeting selesai, silahkan kalian melanjutkan pekerjaan kalian." ujar Michael. "Oh ya pak Petter, tolong siapkan kamar terbaik untuknya tinggal disini, dan Vero kemungkinan kau yang akan menangani makanannya sehari-hari, carilah tahu apa yang ia sukai dan tidak, ia juga alergi jamur sama seperti pak Presdir, jadi harap berhati-hati." sambungnya.
Semuanya mengangguk dan kembali ke pekerjaan masing masing.
*****
"Merepotkan sekali." ujar Veronica.
Ia terus mengomel setelah melakukan meeting tadi, membuat asisten dan pelayan restoran yang lain tertawa geli. Mereka sudah tahu akan ada tugas baru untuk chef cantik mereka. Tapi mereka semua menjadi penasaran sosok pria manja yang diceritakan Veronica sebagai putra Presdir Novotel itu.
"Berhentilah mengomel chef Vero, kau kehilangan wajah cantikmu hari ini." ejek Clinton asistennya.
"Bagaimana aku tak mengomel, aku harus melayani pria manja berumur 26 tahun. Dan pak CEO tak bilang sampai kapan itu akan berakhir." jawab Veronica.
Clinton terkekeh. "Berharaplah pria itu tampan chef, jika melihat ayahnya harusnya ia juga tampan kan. Pak Presdir sangat tampan walaupun ia sudah tua."
"Apa gunanya tampan jika manja, ikh...aku sih tak mau dengan pria seperti itu." jawab Veronica.
Clinton tertawa lepas melihat sikap Veronica yang terus-menerus bergidik. Wanita itu masih lajang, bahkan ia sama sekali tak memiliki kekasih. Padahal ia sangatlah cantik dan hampir semua tamu hotel mengagumi chef Vero.
"Ini untuk meja 11, pelanggan satu ini juga sangat cerewet. Katakan padanya aku sedang sibuk." ujar Veronica.
Pelanggan tersebut adalah tamu hotel mingguan di Novotel, pria itu selalu datang mengunjungi restoran dan ingin dilayani chef Vero langsung. Walaupun ia selalu memberikan tips yang besar, tapi terkadang Veronica merasa tak nyaman.
"Baik chef, tapi bagaimana jika ia memaksa?" tanya Clinton.
"Oh ayolah Clinton, kau pasti bisa memberi alasan yang bisa membuatnya diam." kata Veronica.
"Baiklah, aku akan mengatakan anda tak masuk." jawab Clinton.
"Kau gila, jika kau katakan itu ia akan datang ke rumahku dengan alasan khawatir." ujar Veronica kesal.
Clinton terkekeh. "Sungguh kasihan pria itu, ia sangat menyukai anda chef. Sudah 2 tahun ia terus kemari, tapi anda terus menolaknya."
"Aku tak memikirkan pasangan Clinton, aku senang bebas seperti ini." jawab Veronica.
"Kau perawan Inggris pertama yang aku temui." goda Clinton.
Veronica mengumpat, ia selalu digoda karena masih suci. Di Inggris memang seorang perawan justru akan di ejek habis habisan. Bahkan ia tak pernah mau menghadiri acara reuni teman temannya karena pasti akan diejek seperti itu.
Clinton sudah meninggalkannya, tapi ia terus saja mengumpat. Veronica sering sekali digoda pria pria, tapi ia bergeming. Ia tak pernah mau berurusan dengan cinta. Yang ia tahu, cinta hanya akan menimbulkan masalah seperti orang tuanya yang bercerai saat ia baru berusia 5 tahun.
"Chef, ia terus memaksa ingin bertemu denganmu. Ia bilang akan menunggumu sampai selesai bekerja." ujar Clinton.
"Pria gila, aku tak ingin melihatnya. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Veronica.
"Temuilah tuan Frans chef, ia juga cukup tampan dan pastinya kaya." jawab Clinton.
"Tunggu, berapa banyak yang ia berikan padamu sampai kau merayuku." ujar Veronica kesal.
Clinton tertawa seraya meninggalkan Veronica, wanita itu kembali mengumpat begitu banyak sampai orang di sekitar dapur menggelengkan kepala mereka.
"Kalian bisa berpaling dariku hanya karena beberapa dollar." bentak Veronica.
Mereka semua akhirnya tertawa mendengarnya. Veronica membersihkan dirinya, ia lebih baik cepat menemui pria itu. Ia tak ingin Frans mengantarnya pulang nanti. Veronica menemui Frans dengan senyum palsunya.
"Mengapa sulit sekali menemuimu miss." ujar Frans.
"Aku bekerja bukan bermain mister. Dan ada perlu apa anda ingin menemuiku?" tanya Veronica.
Frans mengambil buket bunga yang ada di kursi. "Ini untukmu, dan ini hadiah yang aku beli seminggu yang lalu di Paris." ujarnya seraya memberikan kotak perhiasan untuk Veronica.
"Maaf Mr. Frans aku tak bisa menerima ini semua. Dan aku sedang sibuk sekarang, selamat menikmati hidanganya." jawab Veronica.
"Tunggu miss, terimalah semuanya. Aku akan ke Jepang lusa, mungkin aku akan kembali kemari setelah 2 minggu. Aku mohon terima ini agar perjalananku lebih tenang." pinta Frans.
Aku harap kau tak kembali lagi kemari. pikir Veronica.
Terpaksa Veronica mengambil buket bunga dan hadiah itu, Frans tersenyum senang. Tapi ia segera meninggalkan pria itu kembali ke dapur. Seperti biasa, Veronica membuang semuanya ke kotak sampah.
"Kali ini apa chef?" tanya Cleo staf dapur.
"Entahlah, ambil saja jika kau mau." jawab Veronica seraya melanjutkan pekerjaannya.
Cleo adalah wanita yang bekerja di dapur juga, ia sudah berkali kali mengambil hadiah yang dibuang oleh Veronica. Hadiah dari Frans sudah hampir sekamar di rumah Cleo, dan sepertinya Cleo sangat menyukai pria itu. Veronica selalu memperhatikan raut wajah staf dapurnya itu saat mendapatkan hadiah buangan darinya. Tapi Veronica tak pernah mau perduli, ia selalu saja bersikap acuh tak acuh pada staf dapurnya.
*****
Happy Reading All...😘
Ilustrasi Veronica Jukler 👇👇👇
2 hari kemudian, akhirnya Kevin sampai juga di Inggris, ia dijemput staff hotel di bandara.
"Selamat datang tuan Pranadja." sapa Petter.
"Kevin saja, anda siapa?" tanya Kevin.
"Aku Petter, HRD Novotel tuan." jawabnya.
"Apa aku tak penting bagi Novotel disini, mengapa hanya HRD yang menyambutku." ujar Kevin sombong.
Petter bergeming, ia sudah tahu seperti apa Kevin Pranadja yang diceritakan oleh CEO mereka. "Maaf tuan, mereka semua menunggu anda di Novotel." ujar Petter.
"Aku tak mau naik mobilmu, aku akan menyewa Limosin. Sambutanmu tak sebanding dengan jabatanku sebagai pemilik Novotel." kata Kevin keras kepala.
"Maaf tuan, anda tidak bisa melakukan ini. Jika anda tak pulang bersamaku maka pak Presdir melarang anda masuk Novotel." jawab Petter.
"Jadi papi mengancamku, bisa bisanya setelah membuangku kemari, ia masih juga ingin aku menderita." pikir Kevin.
Dengan terpaksa Kevin masuk ke dalam mobil Petter. Petter hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia harus menghadapi pria arogan seperti Kevin. Padahal ayahnya tak memiliki sikap seperti ini, ayahnya hanya ingin disekitarnya bersih tapi sikapnya tak arogan seperti putra sulungnya.
Sepanjang perjalanan, Kevin terus membuang wajahnya ke luar jendela mobil, ia menatap kota Inggris yang dilewatinya. Perutnya sangat lapar, ia tak harus berhenti di sebuah mini market.
"Berapa lama kita akan sampai?" tanya Kevin.
Karena Kevin memang tak pernah mau ikut ke Inggris selama ini.
"Sekitar 2 jam tuan." jawab Petter.
"Cari mini market terdekat, aku ingin membeli sesuatu." pinta Kevin.
"Baik tuan." kata Petter.
Satu jam perjalanan, mereka baru menemukan mini market. Petter menepikan mobilnya disana. Kevin keluar dan langsung masuk ke dalam mini market, ia mencari makanan yang bisa ia makan untuk 1 jam perjalanan tersisa. Dan akhirnya ia menemukannya, sebuah sandwich. Ya hanya tinggal satu buah.
Saat ia ingin mengambilnya, sandwich itu diambil lebih dulu oleh seorang wanita.
"Hei... itu milikku." bentak Kevin.
Wanita itu tak lain adalah Veronica. "Apa anda berbicara denganku?"
"Siapa lagi." jawab Kevin seraya merebut sandwich itu dari tangan Veronica.
"Yeah... Mengapa kau mengambil sandwich ku." teriak Veronica.
"Aku yang lebih dulu melihatnya dan ingin membelinya nona." jawab Kevin.
"Kembalikan...Aku yang lebih dulu mengambilnya." bentak Veronica.
Kevin tersenyum licik. "Ambilah jika kau bisa." ujarnya seraya menaikkan sandwich itu lebih tinggi.
Veronica tak kehabisan akal, ia seketika menginjak kaki Kevin dengan keras. Pria itu seketika menjerit kesakitan, dan Veronica berhasil mengambil sandwich itu dari tangan Kevin.
"Dasar pria gila." ujarnya seraya menuju kasir.
Kevin tidak tinggal diam, ia mengejar wanita itu. "Aku pemiliknya." ujar Kevin.
"Apa sih maumu? Mengapa kau tak mau mengalah pada wanita?" tanya Veronica.
"Tak ada dalam kamusku untuk mengalah pada siapapun." bentak Kevin.
Kasir kebingungan mendengar perdebatan mereka. "Maaf tuan, nona... bisakah kalian tak bertengkar. Masih ada yang mengantri di belakang kalian." ujarnya.
"Cepat hitung, aku akan terlambat bekerja." ujar Veronica.
"Tidak untuk sandwich itu." ujar Kevin keras kepala.
Dan saat Veronica mulai ingin mendebatnya lagi, suara perut Kevin berbunyi. Bukan hanya Veronica yang mendengar, semua pelanggan mini market dan kasir mendengarnya. Suara gelak tawa akhirnya keluar. Wajah Kevin berubah menjadi merah, antara malu dan menahan amarahnya. Ia seketika mengumpat dan keluar dari mini market.
Veronica segera mengejarnya. "Tunggu tuan, apakah anda sangat lapar. Ini aku berikan gratis." ujarnya.
Kevin berhenti dan berbalik menatapnya tajam. "Kau mengejekku atau menghinaku." bentaknya.
"Aku tak bermaksud..." tapi ucapan Veronica berhenti karena pria itu sudah pergi meninggalkannya.
*****
Petter kebingungan saat Kevin masuk ke mobilnya tanpa membawa apapun, ia tak berani bertanya karena wajah pria itu seperti singa kelaparan. Sangat menakutkan bagi Petter. Umpatan demi umpatan terdengar dari mulut Kevin.
"Tak bisakah kau lebih cepat." bentak Kevin.
"Maaf tuan, kami memiliki standar kecepatan jika tidak ingin kena tilang." jawab Petter.
"Persetan dengan semua itu, aku sudah lelah. Aku ingin segera sampai." jawab Kevin.
Petter menghela nafasnya, ia menambah kecepatan mobilnya sedikit. Satu jam kemudian, mereka sampai di Novotel. Benar kata Petter, mereka semua menunggu kedatangannya. Petter membukakan pintu mobil untuk Kevin. Pria itu keluar, semuanya menyambutnya termasuk Michael.
"Selamat datang tuan Pranadja." sapa Michael.
"Kevin, dan siapa kau?" tanya Kevin.
"Aku CEO Novotel ini tuan Kevin. Namaku..."
"Aku sudah tahu." potong Kevin. Ia memang tak pernah bertemu mereka, tapi ia tahu siapa nama nama pimpinan Novotel Inggris. "Dan tidak lagi saat aku disini, kau tak bisa menjadi CEO lagi." sambungnya.
"Maaf..." ujar Michael tak mengerti.
Kevin berhenti dan menghadapinya. "Akulah CEO nya sebelum menjadi Presdir menggantikan ayahku." jawabnya angkuh.
Michael tersenyum, tapi ia tak mau berdebat sebelum mereka sampai di kamar Kevin. Seorang office boy melakukan kesalahan saat ia melewatinya, pria itu menumpahkan air pel.
"Pecat pria itu." perintah Kevin.
"Maaf tuan Kevin, anda tak bisa memecat karyawan disini." jawab Michael.
"Kenapa aku tak bisa, aku pemilik hotel ini." jawabnya arogan.
Michael menghela nafasnya, ia tak bisa menahan lidahnya lagi. "Anda tak bisa memecatnya karena anda hanya seorang manager hotel disini."
Seketika Kevin menatapnya tajam. "Kau sudah gila, bagaimana pemilik hotel hanya seorang manager." bentaknya.
"Maaf tuan, ini perintah pak Presdir." jawab Michael.
Kevin terbelalak, lagi lagi ayahnya sudah mengatur semuanya. Ia melangkahkan kakinya lagi dengan kesal menuju lift. Ia menahan pintu lift. "Kamar berapa aku tinggal?" tanyanya.
"Lantai 18, kamar 1303." jawab Michael.
"Bawakan makanan untukku, dan jangan ikuti aku." perintah Kevin seraya menutup pintu lift.
Michael dan yang lainnya menghela nafas mereka. Inilah sosok pria yang dikirimkan pak Presdir ke Inggris.
Kevin menemukan kamarnya, disana sudah ada bellboy yang menunggunya dengan barang bawaannya dari Indonesia. Pelayan kamar itu menyerahkan kartu pintu kamar pada Kevin dengan takut. Kevin mengambilnya dengan kasar dan membuka pintu kamar itu, ia menarik barangnya dan langsung menutup pintu kamar itu dengan kasar tanpa mengucapkan terima kasih sedikit pun.
Dengan kesal Kevin mengambil ponselnya, dan menghubungi orang tuanya.
"Kev, kau sudah sampai nak." jawab Amora.
"Aku sudah sampai di neraka ini mi, mengapa kalian melakukan ini padaku." jawab Kevin kasar.
"Apa maksudmu sayang, mengapa kau sangat marah?" tanya Amora karena memang tak mengerti.
"Mami benar benar tak tahu apa hanya berpura pura. Aku dijemput dengan seorang karyawan biasa dengan mobil jeleknya. Saat aku sampai di Novotel, kenapa aku menjadi manager di hotelku sendiri, bahkan aku tak berhak memecat karyawan yang melakukan kesalahan di depanku. Aku dipermalukan di hotelku sendiri, apa kalian tak cukup membuangku sampai ke Inggris." kata Kevin.
"Papi..." teriak Amora. Sepertinya Dion jauh dari Amora. Tak lama Dion menghampiri istrinya.
"Ada apa sayang, mengapa kau panik?" tanya Dion.
"Apa yang papi lakukan pada putra kita?" tanya Amora.
"Jadi anak nakal itu sudah sampai di Inggris, kemarikan ponselnya." pinta Dion seraya mengambil ponsel istrinya. "Dengarkan papi Kevin, kau papi beri hukuman disana. Berlakulah yang baik sebagai karyawan biasa, semua yang kau miliki papi ambil kembali. Jika kau menginginkan semuanya kembali seperti semula, ubahlah sikap kasar dan aroganmu. Kau anak yang cerdas, kau bukan anak kecil lagi, kau pasti mengerti apa yang papi maksud." ujar Dion seraya menutup ponselnya.
Kevin menatap ponselnya dengan nanar, kemarahannya semakin menjadi. Ia melemparkan ponselnya ke dinding hingga pecah berkeping-keping. Ia bahkan terus mengumpat, karena semuanya menjadi dunia terbalik untuknya.
*****
Happy Reading All...😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!