...🌸🌸🌸...
..."Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh. Salam sehat semua, Othor hadir dengan kisah baru nih....
...Siapa di sini yang masih ingat Gus Ilham anak nya Ustadz Ilyas dan juga Nyai Mayra?? Kalo masih ada yang ingat berarti kalian adalah pembaca sejati setiap karya Othor. Terima kasih loh....
...Dalam kesempatan ini Othor akan mulai nyicil kisah para anak anak di karya yang Othor buat sebelumnya. Dan kali ini akan di mulai dengan kisah Gus Ilham dan Myesaha Syaferra Kusuma Wijaya. Ada yang ingat dengan nama Myesha??...
...Hayoh, kalau pembaca setia karya Othor pasti tidak asing dengan nama itu. Dan di sini Othor akan menceritakan kisah Gus Ilham dan juga Meysha....
...Oh iya tambahan, berhubung kisah sebelumnya kurang sesuai dan ada kesalahan karena kelalaian Authot. Maka, kisahnya pun Author revisi ulang ya....
...Mohon maaf bila ada ketidak nyamanan bagi pembaca semua. Dan semoga setelah di revisi kisahnya semakin seru dan tidak membosankan untuk di baca....
Lanjut...markica, MariKitaBaca.
...🌸🌸🌸...
*
.
"Aku suka sama kamu, kamu mau kan jadi pacarku?"
Seketika ruangan kantin yang tadinya agak sepi kini menjadi riuh karena ulah seorang gadis yang baru saja mengutarakan perasaannya pada seorang pria.
Pria yang tengah fokus menyantap makan siangnya itu pun sampai menghentikan pergerakan tangan nya yang hampir saja memasukan sendok berisi nasi serta lauknya ke dalam mulutnya.
Pria itu lantas mendongakkan kepala nya untuk melihat ke arah si gadis saat ini tengah mengutarakan isi hatinya dan minta si pria untuk menjadi kekasihnya.
Gadis yang saat tengah magang di perusahaan yang tengah dipimpin oleh si pria itu. Nekad, itulah satu hal yang saat ini Myesha lakukan.
Iya, gadis itu adalah Myesha Safeera Kusuma Wijaya, gadis yang sudah menaruh hati pada sang pria sejak pertama kali dia magang di perusahaan itu.
Dan kini, Myesha pun akhirnya memberanikan diri untuk mengutarakan perasaan nya pada atasan nya sendiri yang bernama Ilham Abdulrahman tepat di hari terakhir dia magang di perusahaan itu.
Ilham pun hanya menatap sejenak lalu kembali menundukkan kepala nya. Tanpq menjawab pertanyaan dari Myesha, Ilham pun segera mengemas piring kotor yang dia gunakan, lalu beranjak pergi begitu saja dari hadapan Myesha tanpa sepatah kata pun terucap dari bibirnya.
"Uuuuuu, uuuuu,"
Seketika ruangan itu kembali riuh karena Myesha mendapatkan penolakan dari pria yang biasa di panggil Pak Ilham itu. Dengan wajah yang cemberut, Myesha pun akhirnya ikut melangkah pergi meninggalkan kantin dan bergegas menuju ke ruangan kerjanya.
"Tunggu Sha," seru seorang gadis menghampiri Myesha yang baru saja akan masuk kedalam lift.
"Apa? Jangan bilang kalau kamu juga mau mengejek aku? Ck, menyebalkan kalian semua," gerutu Myesha saat melihat raut wajah sang sahabat yang menurutnya saat ini tengah mengejeknya juga sama seperti rekan rekan kerja yang lain nya.
"Soudzon mulu Mbak, lagian aku kan sudah bilang kalau Pak Ilham itu bukan penganut asas berpacaran. Lah ini, datang datang ngajak pacaran aja. Apa nggak bunuh diri nama nya itu?" cibir sang sahabat yang bernama Mela.
"Ya habis gimana, aku udah jatuh cinta banget sama tu Cowok. Gimana dong? Bukannya dapat pacar malah dapat malu," keluh nya lagi mengingat kejadian memalukan tadi di kantin.
"Ya tanggung resiko lah Neng, lagian ini kan hari terakhir kita di sini. Udah cuekin aja, mau di omongin ampe berbusa juga itu mulut mereka ya biarin aja. Toh kita nggak akan dengar karena kita ga akan datang kemari lagi," jawab Mela santai.
"Iya sih, tapi aneh deh. Ini bukan pertama kali gue ungkapin perasaan sama Pak Ilham. Tapi respon nya tetap aja sama, bilang nolak kek, biar aku tuh nggak ngarep lagi,"
"Mungkin dia mau jaga perasaan sama martabat kamu Sha. Apalagi di depan umum kaya tadi, bisa jatuh harga diri kamu kalau Pak Ilham menolak secara terang terangan di sana. Lagian, udah tahu respon nya bakalan kaya gitu. Masih aja nekad, ngeyel, kecewakan akhirnya,"
"Ya habis gimana, udah cinta mati aku sama dia. Berbagai cara udah di lakuin tapi tetap saja tidak mampu menggoyahkan hati nya. Sakit banget deh jadi aku,"
"Nggak usah men drama. Udah tahu dari awal hasilnya begini, masih saja ngeyel. Sakit kan jadinya?"
"Habis aku tuh udah ga tahu banget harus gimana lagi buat bisa dapatin dia Mel. Aku sayang dan cinta banget sama dia,"
"Sudah coba jalur langit belum? Pak Ilham itu pria sholeh yang nggak akan tergoda sama cewek cantik dan seksi. Coba deh kamu rubah haluan,"
"Maksudnya? Rubah haluan gimana?"
"Berubah jadi cewek muslimah yang sholehah. Siapa tahu dia jadi tertarik,"
"Maksud nya gimana sih? Bingung aku?"
"Berubah jadi ukhti ukhti Sholehah Shasa cantik dan baik hati. Ngerti nggak sih? Coba deh kamu masuk tuh ke pondok pesantren yang di bangun dan di kelola oleh Pak Ustadz Ilyas, Abi nya Pak Ilham. Siapa tahu, kalau lewat jalur dalam kamu bisa langsung mendapatkan anaknya lewat jalur restu kedua orang tua nya, gimana? Ide bagus kan?"
"Jadi maksudnya aku masuk pesantren gitu?"
"Iya lah, masa masuk bioskop? Mau dapat jodoh apa mau nonton film neng? Kalau mau dapat jodoh Pak Ilham ya ke pesantren, tapi kalau mau nonton baru ke bioskop."
"Tapi, kamu yakin ini akan berhasil?" tanya Myesha meragu.
"Mohon maaf calon ukhti cantik, si neng Mela ini belum jadi cenayang. Jadi belum bisa lihat apakah cara ini akan berhasil apa tidak. Tapi setidaknya nggak ada salah nya di coba, untuk hasilnya serahkan pada keputusan yang maha kuasa. Toh sekeras apapun usaha kita kalau bukan jodoh nggak akan bisa bersama. Meski begitu, tidak ada salah nya mencoba dan setidaknya, kita juga sudah berjuang semampu kita kan."
"Iya kamu benar, baiklah. Akan aku pertimbangkan lagi nanti, ya sudah yukk ah lebih baik kita masuk. Nanti malah kena omel lagi gara gara keasyikan ngobrol sampe lupa waktu."
"Iya, iya. Sudah cocok nih jadi ibu boss,"
Keduanya pun terkekeh bersama dan lalu bergegas menuju ke ruangan kerja mereka. Dimana mereka belajar untuk terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.
Dan tanpa terasa hari ini pun akan menjadi hari terakhir mereka magang di sana setelah beberapa bulan mereka habiskan waktunya dengan pekerjaan kantor yang begitu menyita waktu, tenaga dan pikiran.
*
*
Sementara di sebuah ruangan.
Tok!
Tok!
"Assalamu'alaikum Pak Ustadz, masih sibuk ya?" tanya seorang pria yang baru saja masuk kedalam ruangan sang atasan.
"Ada apa?" tanya Ilham tanpa mengalihkan perhatian nya dari laptop yang ada di depan nya.
...🌸🌸🌸...
*
Ada apa?" tanya Ilham tanpa mengalihkan perhatian nya dari laptop yang ada di depan nya.
"Nggak ada. Cuma mau memastikan aja, kabarnya ada yang habis di tembak nih sama anak magang. Cieee Pak Ustadz, laku juga ternyata. Tapi ngomong ngomong kamu jawab apa sama tuh gadis? Hebat loh, butuh keberanian yang extra buat lakuin apa yang dia lakuin tadi," tanya Ikhsan pada Ilham.
"Jangan mulai deh San, aku lagi sibuk nih,"
"Tinggal jawab aja kenapa sih Ham, pelit amat."
"Nggak ada yang perlu di jawab. Semua orang sudah tahu kalau aku tidak bisa berpacaran dengan wanita manapun, kecuali dia sudah halal untukku."
"Jadi, kamu nggak jawab apa apa atas pengakuan nya?" tanya Ikhsan yang di angguki oleh Ilham.
"Ente emang bener bener Ente. Ilham, Ilham harus nya kamu tolak aja. Jangan buat dia berharap lebih dengan diam nya kamu," ucap Ikhsan yang membuat Ilham terdiam.
*
*
Beberapa bulan kemudian.
.
"Pokoknya aku tetap mau masuk pesantren itu Ayah dan keputusan ku ini tidak bisa diganggu gugat lagi," seru seorang gadis yang saat ini tengah berdebat dengan sang ayah karena menolak melanjutkan kuliah s2 di luar negeri dan malah memilih untuk masuk ke sebuah pondok pesantren.
"Ayah bukan nggak setuju kamu masuk kesana Shasa, hanya saja. Di Sana itu aturan nya sangat ketat, Ayah hanya khawatir kalau kamu tidak bisa mengimbanginya. Setiap hari kamu akan diwajibkan bangun jam 3 pagi untuk sholat malam berjamaah, sedangkan kamu? Dibangunkan jam 4 untuk makan sahur aja susah nya nggak ketulungan," jelas sang ayah yang meragukan putrinya sendiri.
"Tapi aku yakin jika aku bisa melakukan nya Ayah, aku mohon ya. Ijinkan aku kesana, aku ingin belajar ilmu agama yang jauh lebih baik lagi. Apa aku salah kalau aku ingin jadi wanita yang sholehah?"
"Bukan begitu sayang, Ayah hanya___,"
"Cukup Ayah," sela sang istri melerai perdebatan antara suami dan juga putri sulung nya itu.
"Tapi Bun,"
"Kita coba saja Ayah, kita lihat bagaimana putri sulung kita yang manja ini menjalani kehidupan dengan aturan yang super ketat yang ada di pondok itu. Bunda senang kok, kalau putri Bunda ini memiliki keinginan untuk berubah menjadi lebih baik."
"Benarkah itu Bun? Bunda mengijinkan aku tinggal di sana dan belajar agama di sana?"
"Tentu sayang, jika itu untuk kebaikan tidak ada alasan untuk Bunda melarang apalagi menghalangi mu. Jika kamu memang sudah yakin dengan keputusanmu itu. Pergilah, dan kembalilah dengan akhlak dan iman yang jauh lebih baik dari saat ini,"
Seketika binar bahagia begitu terpancar dari wajah cantik seorang gadis bernama Myesha Saferra Kusuma Wijaya. Putri sulung dari pasangan Ardiansyah Kusuma Wijaya dengan sang istri yang bernama Realyn Kurniawan.
Anak yang hadir dari kisah cinta sepasang adik Kakak yang terjebak dengan hubungan terlarang di awal pernikahan mereka. Namun, seiring berjalan nya waktu, kini kisah mereka sudah menjadi sebuah kisah manis yang cukup indah untuk di kenang.
Kisah seorang adik yang rela hamil anak dari kakaknya sendiri demi menyelamatkan harga diri sang kakak yang kerap di hina dan di pojokkan oleh keluarga istrinya.
Hingga akhirnya, kejadian demi kejadian yang mereka lalui bersama menumbuhkan benih benih cinta yang kini sudah bermuara pada sebuah pernikahan yang langgeng hingga tanpa terasa 24 tahun berlalu dari kisah pilu Ardi dan Realyn dulu.
*(Meminjam Rahim Adikku)
*
*
Dan akhirnya kini, keluarga kecil itu sudah berdiri di depan sebuah bangunan yang berdiri kokoh dan juga besar dengan halaman yang cukup luas.
Ayah Ardi turun lebih dulu dari dalam mobil untuk membukakan pintu mobil untuk istri dan anaknya yang akan dia titipkan di dalam gedung itu mulai dari saat ini sampai sang putri siap untuk kembali pulang kerumah mewah mereka.
Myesha atau biasa di panggil Shasa itu, menatap takjub pada bangunan yang ternyata jauh lebih besar dari bayangan nya. Banyak santriwan dan santriwati berlalu lalang di sana.
Ada dua bangunan besar di sana yang di bagi menjadi dua bagian. Bagian santriwati dan juga bagian santriwan. Myesha bersama kedua orang tuanya berjalan menuju ke arah gedung utama dari bangunan besar itu.
Kehadiran mereka sudah di tunggu oleh seseorang yang merupakan pemilik dari pondok pesantren Al Abdurahman itu. Pondok pesantren yang kini sudah cukup besar dan memiliki predikat sebagai pondok pesantren terbaik setelah berpindah kepengurusan dan digantikan oleh Ustadz Ilyas yang merupakan putra sulung Kyai Yusril.
"Assalamu'alaikum Kyai, maaf kami terlambat," ucap Ayah Ardi saat masuk kedalam sebuah ruangan di mana mereka sudah di tunggu oleh seorang pria paruh baya yang menjadi orang nomor satu di pondok itu.
"Waalaikumsalam warahmatullaahi wabarakatuh. Tidak apa apa Pak Ardi, mari silahkan duduk," jawab Kyai Yusril yang saat ini tengah menyambut kedatangan keluarga Ardi.
Ke empat nya pun kini berjalan beriringan menuju ke arah sofa panjang dan besar yang ada di sana.
"Jadi bagaimana Pak Ardi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Kyai Yusril setelah mereka semua duduk dengan nyaman di sofa.
"Begini Pak Kyai, putri saya bersikeras ingin masuk ke pondok. Dan setelah saya lihat lihat, sepertinya pondok pesantren ini cukup bagus dan terpercaya untuk saya menitipkan putri saya di sini. Dan ini, Myesha Syafeera putri sulung saya yang mulai hari ini akan saya titipkan di sini. Semoga Pak Kyai berkenan menerima dan membimbing putri kami ini untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi." jelas Ayah Ardi sembari memperkenalkan putrinya Myesha.
"Wah jarang jarang loh ada anak muda yang datang kemari atas keinginan sendiri, kebanyakan itu pasti karena di paksa oleh orang tua. Sungguh salut padamu Nak. Semoga betah selama tinggal di sini ya," ucap Kyai Yusril mencoba mengajak komunikasi calon anak didik baru nya itu.
"Iya Pak Kyai, Aamiin." jawab Myesha merasa cukup sungkan saat berkomunikasi dengan pria paruh baya yang cukup berwibawa yang ada di depan nya itu.
Namun, tiba tiba saja obrolan itu terhenti saat seseorang masuk lalu menyerukan salam.
"Assalamu'alaikum,"
Deg
Seketika, jantung Myesha langsung berdetak kencang saat mendengar suara yang menyerukan salam itu.
Suara bariton yang selama beberapa bulan ini begitu di rindukan oleh seorang gadis yang duduk dengan di apit oleh kedua orang tuanya yang masih ada di sana.
Seorang gadis yang nekad masuk ke sebuah pondok hanya demi menarik perhatian dari si pria yang sejak lama dia sukai dan dia inginkan untuk bisa jadi pasangan hidupnya.
...🌸🌸🌸...
*
Baik Myesha maupun Ilham sama sama dibuat tertegun saat netra kedua nya saling bertemu dan saling menatap satu sama lain selama beberapa saat.
Sebelum akhirnya, Ilham lebih dulu memutus pandangannya dengan mengalihkan perhatiannya ke arah sang Abah, yaitu Kyai Yusril.
Pemuda yang masih berpenampilan rapih ala kantoran itu kini berjalan memasuki ruangan dan berjalan mendekati Abah Yusril.
Pemuda yang membuat seorang gadis bernama Myesha dibuat tertarik. Bahkan gadis itu sampai nekad, untuk masuk ke sebuah pondok pesantren yang bernama Al Abdulrahman.
Tempat dimana pemuda itu tumbuh besar hingga menjadi seorang pengusaha muda dan juga menjadi salah satu pengajar di sana.
"Wa'alikumsalam warahmatullaahi wabarakatuh. Tumben sudah pulang Ham? Oh iya, perkenalkan ini Pak Ardi yang akan menitipkan putrinya di pondok kita," jawab Kyai Yusril sembari memperkenalkan tamu nya.
"Iya Bah, kebetulan kerjaan nya selesai lebih awal. Oh iya, selamat siang Bu, Pak, Dek. Selamat datang di pondok kami, semoga betah ya Dek," ucap Ilham menyapa ramah dengan mengatupkan tangan di dada saat berhadapan dengan Bunda Realyn dan juga Myesha.
Myesha sendiri hanya diam terpaku menatap wajah tampan yang saat ini tengah tersenyum hangat pada keluarga nya.
"Kenapa dia cuek begitu ya? Padahal kita kan saling mengenal. Bahkan aku sudah mengutarakan perasaanku padanya, tapi kenapa malah seperti orang asing begini?"
Gumam Myesha saat melihat sikap Ilham yang seolah olah tidak mengenalnya. Padahal, mereka saling mengenal bahkan Myesha terus menerus mengungkapkan perasaan nya dan meminta Ilham untuk jadi pacarnya.
*
*
Usai menitipkan putri sulungnya itu, Ayah Ardi dan juga Bunda Realyn pun pamit untuk pulang. Myesha tampak mengantarkan kedua orang tuanya dengan wajah yang sendu.
Sementara Gus Ilham sendiri langsung bergegas menuju ke gedung utama. Dimana para santriwan dan santriwati menimba ilmu tengah menunggu kehadiran nya.
"Jaga diri baik baik, ingat belajar dengan sungguh sungguh. Pulang lah dengan akhlak yang sudah jauh lebih baik dari sekarang. Ayah dan Bunda akan mengunjungimu di waktu senggang." ucap Ayah Ardi saat berpamitan pada putrinya itu.
Dan dengan sangat berat hati meninggalkan putri sulung nya di pondok Al Abdulrahman untuk belajar menjadi peribadi yang jauh lebih baik lagi.
"Iya Ayah, doakan semoga Shasa bisa betah dan bisa belajar lebih baik lagi selama di sini,"
"Aamin sayang, itu yang Ayah sama Bunda harapkan. Kalau begitu, kami pulang dulu ya. Jaga diri baik baik."
"Iya Ayah, akan aku usahakan."
Dengan langkah berat, akhirnya Ayah Ardi dan Bunda Realyn meninggalkan Myesha di sana seorang diri. Rasanya tidak tega meninggalkan putrinya hidup seorang diri di tempat asing.
Namun, mereka harus berbesar hati. Toh ini adalah keinginan Myesha sendiri, semoga dengan hidup di tempat asing. Myesha bisa jauh lebih mandiri dan tidak lagi bersikap manja dan semau nya sendiri.
Gadis yang saat ini berusia 23 tahun itu menatap nanar ke arah mobil kedua orang tua nya yang perlahan mulai menjauh, lalu menghilang di balik gerbang besar dan tinggi milik pondok Al Abdulrahman.
"Kamu baik baik saja kan Nak?"
Seketika Myesha dibangunkan dari lamunan nya oleh sebuah suara lembut dan bersahaja milik Nyai Aida. Wanita paruh baya yang merupakan istri dari pemilik pondok itu sendiri.
Nyai Aida menghampiri Myesha yang masih berdiri di teras rumah Kyai Yusril dengan raut wajah yang begitu sedih saat kedua orang tua nya pulang dari sana.
Untuk pertama kalinya Myesha hidup jauh dari keluarganya jadi pantas saja jika Myesha tampak begitu sedih.
"Aku baik baik saja kok Nyai, hanya saja memang sedikit aneh karena ini pertama kalinya aku pisah sama Ayah dan Bunda." jawab Myesha mencoba tersenyum meski itu sangat terlihat di paksakan.
"Tidak apa apa, itu hal yang normal. Nanti juga akan terbiasa, dari pada sedih sedih. Bagaimana kalau sekarang Ikut Nyai saja, untuk lihat lihat situasi di dalam pondok? Bagaimana, mau kan?" tawar Nyai Aida mencoba menghibur Myesha.
“Boleh Nyai, kebetulan saya juga penasaran bagaimana dengan keadaan pondok yang akan saya tempati ini,” jawab Myesha kini tersenyum penuh dengan ketulusan.
“Masya Allah, senyum kamu cantik sekali Nak. Semoga kamu bisa terus tersenyum seperti ini ya,”
“Terima kasih Nyai, Aamiin.”
Nyai Aida pun langsung membawa Myesha berkeliling sembari menjelaskan fasilitas apa saja yang ada di dalam pondok itu.
Selain pusat belajar dan mesjid tentu nya, di sana juga ada bangunan asrama yang di peruntukan untuk para santri nya tidur selama mondok di sana.
Di Samping bangunan utama, ada juga beberapa ruko yang diperuntukan untuk menjajakan hasil karya tangan para santri yang memiliki kreatifitas
Di sana juga ada satu swalayan yang menyediakan semua kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh para penghuni pondok dan warga sekitar.
*
*
Setelah beberapa saat mengelilingi pondok, akhirnya Nyai Aida dan juga Myesha pun tiba di sebuah gedung yang merupakan asrama putri yang akan di tempati oleh Myesha saat ini.
Ceklek
“Assalamu’ alaikum,” ucap Nyai Aida di ikuti oleh Myesha saat memasuki sebuah kamar yang cukup luas yang berisi kan 6 ranjang dan 6 lemari pakaian berukuran sedang.
Semua tampak tertata sangat rapi, namun kamar saat itu tengah kosong karena memang tengah jam pelajaran masih berlangsung.
“Nah, mulai saat ini Nak Myesha akan tinggal disini bersama penghuni lain nya. Tidak apa apa kan berbagi kamar? karena di sini memang seperti ini, kita belajar untuk saling berbagi,"
“Tidak apa apa Nyai, tapi kalau boleh tahu. Yang satu kamar dengan saya siapa saja ya Nyai?” tanya Myesha sambil membawa koper miliknya masuk kedalam kamar itu.
“Di sini ada yang bernama Nurma, Amina, Indah dan juga Khotifah. Mungkin sebentar lagi mereka akan datang karena sebentar waktunya istirahat sebelum tahfidz atau hafalan dimulai,”
“Oh begitu, baiklah. Terima kasih Nyai atas bantuannya, karena Nyai sudah mau di repotkan dengan mengajak saya berkeliling dan juga mengantarkan saya sampai kemari,”
“Tidak apa apa karena kebetulan Nyai Mayra dan Ustadz Ilyas nya tengah pergi keluar kota jadi sebagai ganti nya Saya yang menggantikan. Baiklah, sekarang istirahatlah nanti ikut dengan anak anak lain nya untuk mengikuti hafalan ya,”
“Baik Nyai, terima kasih.”
“Sama sama, Nyai pamit ya. Jika butuh bantuan dalam bentuk apapun jangan sungkan untuk mengatakan nya pada Nyai atau pada Nyai Mayra nanti jika beliau sudah kembali dari luar kota nya ya Nak,”
“Baik Nyai, terima kasih.”
Nyai Aida pun meninggalkan Myesha di kamar yang akan menjadi kamar nya sekarang. Sepeninggalan Nyai Aida, Myesha membawa koper miliknya ke salah satu ranjang yang tampak nya masih kosong dan belum ada penghuni nya.
Karena di meja yang ada di samping ranjang itu masih tampak kosong belum terisi oleh apapun. Tidak seperti empat meja yang lain yang sudah terisi oleh buku buku dan beberapa hiasan meja belajar ala anak anak gadis.
Myesha pun mendudukkan dirinya di ranjang yang akan dia tempati. Berulang kali Myesha kembali menghela nafas panjang dan berat manakala teringat jika mulai saat ini dia akan memulai kehidupan tanpa Ayah dan Bunda nya.
Beberapa saat kemudian terdengar suara orang tengah berbincang mulai mendekat ke arah kamar itu. Tampak nya penghuni kamar itu sudah kembali untuk istirahat sejenak sebelum kembali ke pusat pembelajaran untuk melakukan hafalan rutin.
“Assalamualaikum,” seru ke empat gadis yang baru saja masuk kedalam kamar itu secara bersamaan.
“Waalaikumsalam, kalian sudah kembali?” jawab Myesha langsung bangkit dari duduknya.
Seketika keempat gadis itu diam terpaku saat mendapati seorang gadis muda yang cantik ada di dalam kamar yang mereka tempati.
“Kamu, siapa?” tanya salah satu dari keempat gadis itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!