Boom!
Ledakan dahsyat merobohkan Mall dan bebarapa bangunan di sekitarnya . Banyak orang yang menjadi korban.
Dari sekian banyak orang yang menjadi korban, ada seorang agent cantik yang turut menjadi korban.
Agent itu bernama Mikha. Dia merupakan seorang agent yang sangat genius. Sudah banyak misi penting yang berhasil ia selesaikan.
Contohnya menangkap jaringan narkoba se Eropa, menangkap mafia penculik dan penjualan anak, menyelamatkan data negara dan masih banyak lagi misi-misi penting lainya.
Mikha mempunyai wajah yang sangat cantik. Tidak sedikit pemuda yang menyukainya. Begitupun dengan teman yang seprofesi dengannya, namun belum ada seorang pun yang berhasil menarik perhatiannya.
Mikha saat itu sedang berbelanja bersama sahabatnya. Dia mendapatkan informasi jika Mall yang Ia kunjungi telah dipasang bom dengan berkekuatan tinggi.
Mikha menyuruh sahabatnya untuk pulang terlebih dahulu . Setelah itu ia membantu para aparat untuk mencari dimana lokasi bom diletakkan.
Namun sangat disayangkan saat bom itu berhasil di temukan, tidak ada waktu lagi untuk menjinakkannya. Mikha dan beberapa aparat yang masih berada di gedung itu pun meledak.
Bukan hanya gedung itu saja yang meledak namun beberapa gedung di sekitarnya juga ikut terkena dampaknya. Ada puluhan orang yang menjadi korban.
Namun Mikha masih mendapatkan keberuntungan. Meskipun tubuhnya hancur namun jiwanya berpindah ke tubuh seseorang. Hanya saja tubuh yang ia tempati saat ini masih anak-anak.
Mikha berpindah ke masa lampau. Dimana masih banyak kerajaan yang berdiri dengan kokoh.
Tuk!
"Aduh!" pekik seorang gadis kecil.
Dia merasa kesakitan saat sebuah batu kerikil mengenai keningnya. Meskipun batu itu kecil, namun jika terkena kening anak kecil pasti rasanya sakit.
"Hei monyet! jangan tidur disana. Pohon itu bukan punyamu!" teriak anak kecil dari bawah.
Gadis kecil itu melihat kebawah. Ada beberapa anak kecil yang seusia dengannya sedang berkumpul disana. Di antara mereka ada yang membawa ketapel beserta batu kerikil.
Mikha merasa asing dengan bahasa yang digunakan anak-anak itu namun anehnya dia memahaminya.
"Siapa yang kalian bilang Monyet? " tanya gadis kecil itu tak terima.
Dia masih belum menyadari jika dia bukan lagi Mikha si agent cantik yang berusia dua puluh lima tahun. Saat ini Ia hanya seorang gadis kecil yang berusia sembilan tahun.
"Ya kamu lah. Memangnya siapa lagi yang dengan santainya tidur di atas pohon," sindir salah satu dari mereka.
Gadis kecil itu bingung. Kenapa dia bisa ada di atas pohon. Bukankah tadi dia sedang berupaya untuk menjinakkan bom. Jangan-jangan...
"Hei Monyet... Kok malah diam! " teriak anak itu lagi.
Gadis kecil itu langsung berdiri, kemudian melompat ke bawah.
Bruk!
Dia mendarat dengan sempurna di depan sekumpulan anak kecil yang tadi menyorakinya . Kemudian sambil berkacak pinggang ia memarahi anak-anak itu.
"Hei anak kecil...yang sopan sama orang yang lebih tua. Apa kalian tidak pernah diajari sopan santun di sekolah kalian?"
Bukannya menjawab anak-anak itu malah menertawakannya. Hingga gadis itu bingung sendiri.
"Memangnya kamu sudah tua, Nyet?"
"Pasti otak si monyet bergeser akibat lemparan batu tadi ha ha ha ha ha. "
"Iya...jangan-jangan dia jadi gila. "
"Wah Monyet gila dong."
"Monyet gila.... Monyet gila... Monyet gila!"
"What!!" pekik gadis itu dengan mata melotot. Seumur-umur baru kali ini, ia dihina sedemikian rupa.
Anak-anak itu tidak berhenti menghina si gadis kecil. Bahagia diatas penderitaan orang lain itulah yang mereka rasakan saat ini.
Mikha masih belum sadar jika jiwanya telah memasuki tubuh seorang gadis kecil, kumuh dan dekil. Pakaian yang ia pakai pun sudah lusuh dengan tambalan dimana-mana.
Dia mencerna semua omongan anak-anak yang masih bersorak di hadapannya.
"Memangnya kamu sudah tua, Nyet?"
"Pasti otak Si Monyet sudah tergeser akibat lemparan batu tadi."
Deg!
Mikha melihat jari-jari tangannya yang kecil. Kemudian melihat pakaian yang saat ini dikenakannya.
"Tidak!!" teriak mikha histeris.
"Hei....Si Monyet gila ngamuk. lari!" teriak anak yang paling kecil.
Anak-anak itu pun berlari meninggalkannya sendiri. Dia masih bingung dengan kondisi yang dialaminya.
Tidak ingin lebih dianggap gila, Mikha mencoba mengatur emosinya. Dia harus berpikir secara jernih agar tahu apa yang sebenarnya terjadi dengannya.
"Dimana ini?" gumamnya serius.
Dia melihat ke area sekitarnya. Ada banyak pohon mangga yang sedang berbuah. Termasuk pohon yang tadi ia panjat.
"Bukankah tadi....bom nya meledak. Apakah jiwaku memasuki tubuh gadis kecil ini. Kok bisa? "
Mikha masih memikirkan bagaimana bisa dirinya berada di dalam tubuh gadis kecil ini. Namun tubuhnya terus melangkah ke depan.
Mikha terus berjalan hingga tiba di perkampungan. Dahinya mengernyit begitu melihat tampilan rumah di depannya.
Rumah-rumah itu seperti yang pernah ia lihat di serial televisi. Meskipun ia jarang berada di rumah, namun disela-sela waktunya masih suka menonton drama korea melalui ponsel pintarnya.
Seperti gadis lainya Mikha juga salah satu K-lover. Sudah banyak drama korea yang ia tonton.
"Wah wah wah dimana ini?" gumam Mikha dengan mata berbinar.
"Hyun!"
Ada teriakan gadis kecil yang memekakkan telinga. Namun karena tidak merasa terpanggil jadi dia terus saja berjalan.
"Hyun!"
Gadis kecil itu berlari dan berhenti di depannya. Nafasnya ngos-ngosan. Sebelum berbicara gadis itu mengatur nafasnya.
"Kamu kenapa sih...di panggil bukannya menghampiri malah terus berjalan. Capek tahu nyari kamu dari tadi," oceh gadis itu dengan satu tarikan nafas.
Mikha menatapnya dengan bingung. Kenal saja tidak. Bagaimana mau berhenti?
"Kok malah bengong sih. Ibumu mau pergi ke hutan. Adikmu tidak ada yang mengurus. Jadi kamu disuruh cepat pulang."
"Kamu berbicara dengan ku? " tanya Mikha sambil menunjuk kearah tubuhnya.
"Tentu saja. Memangnya dengan siapa lagi?"
"Kamu kenal denganku?"
"Tidak usah bercanda. Sejak kecil kita selalu bermain bersama. Bagaimana bisa tidak kenal? "
"Oh... "
"Oh?
"...?"
"Sudahlah...lebih baik sekarang kamu pulang. Kasihan adikmu."
"Baiklah...tapi kamu mau antar aku kesana kan?"
"Ha? Kamu tidak tahu dimana rumahmu?"
"Tadi ada anak yang sudah melempar batu kerikil ke kepala ku. Jadi sekarang aku agak pusing dan beberapa hal tidak bisa aku ingat,"jawab Mikha memberi alasan.
"Waduh... Kok bisa? "
"Ya bisa lah. Sekarang antarkan aku sekalian tolong bantu ceritakan tentang ku. "
Mau tidak mau gadis kecil itu membawa Mikha ke tempat yang ia yakini sebagai rumah pemilik tubuh ini.
Gadis kecil itu bercerita jika tubuh yang ia tempati bernama Hyun Ok . Sedangkan gadis yang sedang bercerita bernama Seo Ah.
Hyun Ok saat ini berusia sembilan tahun. Sedangkan Seo Ah lebih tua tiga bulan darinya.
Tidak ada yang spesial dengan kehidupan Hyun. Dia tinggal bersama ibu dan kedua adiknya. Sedangkan ayahnya pergi bekerja ke ibu kota. Namun hingga dua tahun berlalu ayahnya belum pernah kembali ke rumah.
Adik Hyun yang pertama seorang perempuan bernama Hyejin. Hyejin berusia enam tahun . Sedangkan adik bungsunya laki-laki bernama Hwan. Saat ini Ia berusia tiga tahun.
Ibu Hyun bernama Hana. Usia Hana masih dua puluh enam tahun. Dia menikah di usia empat belas tahun dan melahirkan di usia tujuh belas tahun.
Meskipun usia Hana masih terbilang muda, namun disebabkan karena situasi dan kondisi membuatnya terlihat lebih tua dari umurnya. Meskipun begitu kecantikannya masih terpancar dari wajahnya yang lusuh.
Ayah Hyun bernama Kwang. Usianya tiga tahun lebih tua dari Hana. Dia berperawakan tinggi, putih dan gagah.
Setibanya di rumah, Hyun sudah ditunggu oleh ibunya dengan wajah masam. Kedua adiknya sedang duduk di depan rumah sambil memainkan tanah.
"Kamu dari mana saja? " tanya sang ibu dengan masam.
"Main."
"Sudah ibu bilang, jaga adikmu. Tetapi kerjaanmu main terus."
"Maaf."
"Sudahlah. Sekarang ibu mau pergi ke hutan. Jaga kedua adikmu dengan baik . Jangan sampai membuat ulah!"
"Baik."
Dari tadi Mikha yang saat ini dipanggil Hyun hanya menjawab pertanyaan ibunya dengan singkat. Sebenarnya hal itu membuat ibunya bingung. Namun karena hari semakin siang ibunya langsung berangkat.
Sekarang tinggallah Hyun bersama kedua adiknya. Seo Ah juga sudah pulang kerumahnya. Tidak jauh dari rumah yang Hyun tinggali.
"Kalian buat apa?" tanya Hyun pada kedua adiknya. Dari tadi keduanya sibuk dengan tanah yang sudah mereka beri air.
"Gunung," jawab keduanya dengan kompak.
"Oh...mau kakak buatkan?"
"Memangnya kakak bisa?"
"Menurut kalian kakak bisa tidak?"
Keduanya menggeleng. Menurut mereka kakaknya itu bisanya hanya membuat onar dan biang masalah. Sebab sudah membuat ibu mereka sering marah.
"Baiklah... Sekarang akan kakak buktikan jika kakak bisa membuatkan gunung yang lebih bagus dari punya kalian. "
Kedua adiknya hanya menghendikkan bahunya acuh. Terserah dengan apa yang diperbuat sang kakak.
Hyun bukan hanya membuat gunung. Dia juga membuat benteng, serta istana dengan menggunakan tanah di depan rumah mereka.
Kedua adiknya merasa terpukau dengan hasil buatannya. Keduanya meninggalkan gunung buatan mereka dan menghampiri sang kakak.
"Wah...Kakak kok bisa buat seperti ini?"
"Bagus tidak?"
"Bagus. Lebih bagus dari punya kami," jawab Hyejin dengan jujur.
Wajah polosnya membuat Hyun terpesona. Begitupun dengan Hwan yang bersorak kesenangan.
Hyun mengajak kedua adiknya bermain bersama. Hyun yang sebelumnya merupakan gadis yang berusia dua puluh lima tahun, kini merasakan kebahagian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Mikha telah kehilangan orang tua sejak kecil. Masa kecilnya ia gunakan untuk belajar. Bermain pun hanya di dalam rumah. Sang kakek menjaganya dengan sangat ketat.
Orang tua Mikha meninggal karena dibunuh oleh musuh mereka. Daddy Mikha merupakan seorang pengusaha yang sukses. Banyak yang iri dengan kesuksesannya.
Orang tua Mikha meninggal tapat di depan matanya. Mereka berdua di bunuh dengan cara di tembak. Untung dia bisa selamat dalam tragedi itu.
Mikha kecil mengalami trauma yang cukup serius. Bahkan dia harus menjalani menjalani terapi bersama psikiater untuk waktu yang lama.
Sejak kecil Mikha berlatih berbagai jenis keahlian. Mulai dari bela diri, hecker, menggunakan berbagai jenis senjata, ilmu kedokteran dan masih banyak lagi.
Menginjak usia remaja Mikha bergabung dengan DGSE. Lembaga tersebut ditugaskan untuk kontra intelijen dan pengumpulan intelijen serta melakukan operasi khusus di tanah asing, dan dioperasikan langsung di bawah Kementerian Angkatan Bersenjata Prancis.
Badan ini juga berspesialisasi dalam spionase ekonomi seperti informasi operasional (strategi R&D) dan mengumpulkan pengetahuan tentang kekayaan intelektual (teknik, produk industri, ide) terhadap negara lain.
( Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Rabu, 21 Juni 2023 - 11:48 WIB oleh Andika H Mustaqim dengan judul "11 Badan Intelijen Terbaik di Dunia, Nomor 3 Paling Ditakuti karena Kekejamannya | Halaman 4")
Mikha ingin mengusut tuntas tentang kematian orang tuanya. Sebab hingga ia remaja pelaku pembunuhan orang tuanya belum ditemukan.
Awalnya sang kakek tidak mengijinkannya. Namun sejak kakeknya juga meninggal karena dibunuh, dia meninggalkan semua kekayaan yang ia punya dan bergabung dengan DGSE.
Mikha mendapatkan pelatihan yang cukup berat. Bahkan ia juga harus berlatih hidup secara sederhana. Memasak, bersih-bersih merupakan hal mudah namun belum pernah ia lakukan sebelumnya.
Mikha juga berbaur dengan semua kalangan. Mulai dari pemulung hingga presiden.
Mikha melakukan misi ke berbagai negara. Sehingga ia sering bepergian ke luar negri.
Hingga usia yang ke dua puluh dua tahun, Mikha berhasil memasukkan pembunuh keluarganya ke balik jeruji besi.
Mereka mendapatkan hukuman yang sangat berat. Bahkan otak dibalik pembunuhan itu mendapatkan hukuman mati.
Meskipun pembunuh keluarganya sudah terbunuh, tidak membuat Mikha meninggalkan organisasi DGSE. Dia membatu aparat dalam menegakkan kebenaran.
Mikha yang saat ini telah berubah menjadi Hyun ingin menikmati hidupnya seperti yang lain. Masa kecil yang dulu ia lewati akan ia jalani dengan semestinya.
"Kak...Hwan lapar," ucap si adik bungsu sambil mengusap perut ratanya. Wajahnya yang imut membuat Hyun ingin sekali menciumnya.
"Hyejin juga," sambung adik keduanya.
Mau tidak mau Hyun mengajak keduanya masuk kedalam rumah. Namun sebelum itu ia mengajak kedua adiknya ke samping rumah.
Dia mengajak keduanya untuk membersihkan kedua tangan dan kaki mereka. Setelah bersih ketiganya masuk kedalam rumah.
Rumah mereka tidak terlalu besar. Hanya berukuran empat kali enam meter persegi. Namun ada bangunan tersendiri untuk dapur dan kamar mandi.
Di bangunan yang berukuran empat kali enam meter itu terdapat dua kamar dan ruang tamu. Satu kamar ditempati Hana dan sang suami. Namun saat ini Hana tidur bersama si bungsu.
Sedangkan Hyun satu kamar dengan Hyejin. Meskipun rumah yang ia tempati saat ini sudan tua namun Hyun masih bersyukur.
Mikha berjanji akan membuat keluarga yang tubuhnya saat ini ia tempati menjadi lebih baik.
Setibanya di dapur tidak ada sedikitpun makanan yang tersisa. Sebab sang ibu memang memasak secukupnya. Sekarang pun Hana pergi ke hutan untuk mendapatkan makanan.
"Bagaimana kak...apa ada makanan yang bisa kita makan?" tanya Hyejin.
Hyun menggelengkan kepalanya. Kemudian ia mencari sesuatu yang bisa ia masak. Ternyata bahan makanan pun tidak ada. Bagaimana dia mau memberi makan adik-adiknya?
Dengan terpaksa mereka menunggu Hana kembali dari hutan. Namun hingga matahari hampir tenggelam tidak ada tanda-tanda Hana kembali.
"Kenapa ibu belum kembali kak?" tanya si bungsu sambil menangis.
Hyun sudah memandikan kedua adiknya beserta dirinya. Kini ketiganya sudah bersih meskipun harus memakai pakaian yang sudah lusuh.
"Hiks... Hwan pengen ibu. Hiks...ibu mana kak?"
Hyun tidak pandai menghibur anak kecil. Jadi dia hanya bisa membawa sang adik kedalam gendongannya.
Hyejin tidak menyangka jika sang kakak bersedia menggendong Hwan. Sebab dia belum pernah sekalipun digendong olehnya.
"Diam dulu ya...sebentar lagi ibu pasti pulang," bujuk Hyun dengan lembut.
Tak lama kemudian Hwan tertidur dalam gendongannya. Dia membawanya ke dalam kamar diikuti Hyejin dari belakang.
Hyun meletakkan Hwan dengan lembut ke atas ranjang. Semua tindakannya tidak luput dari perhatian Hyejin. Ada rasa iri melihat perlakuan Hyun pada Hwan.
"Kita istirahat dulu ya. Semoga saja ibu segera pulang," ucap Hyun pada Hyejin yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya.
"Tidak mau! Aku mau menunggu ibu pulang!" tolak Hyejin dengan suara yang agak tinggi.
Setelah mengucapkan hal itu, Heyjin berlari keluar. Hyun tidak menyangka jika Hyejin bisa bertingkah seperti itu.
Hyun memberi selimut pada Hwan sebelum menyusul Hyejin keluar.
Ternyata Heyjin duduk di depan rumah. Dia duduk sambil memandang jalan yang dilalui Hana saat pergi ke hutan.
Suasana cukup sunyi. Selain sudah malam, tidak ada penduduk yang keluar di malam hari disaat seperti ini. Sebab udara dimalam hari sangat dingin.
"Masuklah kedalam rumah. Biar kakak mencari ibu," ucap Hyun saat ia sudah berada disamping Hyejin.
"Mau cari kemana? Memangnya kakak berani ke hutan malam-malam begini?"
"Mau bagaimana lagi. Sekarang sudah larut, tapi ibu belum kembali juga. Jadi biar kakak yang cari ibu. "
"Tidak perlu. Nanti kakak malah hilang."
"Kalau begitu, mari kita tunggu ibu di dalam rumah. Kalau disini kamu bisa sakit nanti," bujuk Hyun dengan lembut.
"Tapi _"
"Apa kakak harus menyusul ibu?"
"Jangan!"
Hyun tersenyum. Ternyata sang adik mempunyai kepedulian yang tinggi.
Hyejin masuk kedalam rumah dengan cemberut. Hyun mengikutinya dari belakang sambil tersenyum.
Keduanya duduk di kursi yang ada di ruang tamu. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Hyejin tertidur dengan posisi duduk.
Sejak kecil Mikha mempunyai kekuatan untuk mengangkat barang yang beratnya melebihi tubuhnya. Ternyata kekuatan itu terbawa ke tubuh barunya. Sehingga Hyun menggendong Hyejin kedalam kamar dengan mudah.
Hyun menyelinap keluar saat Hyejin tertidur pulas. Dia bukan orang yang bisa tidur dengan nyenyak, selagi pikirannya tidak tenang.
Hyun berjalan mengikuti jalur yang sebelumnya di lalui oleh Hana. Ternyata tebakannya sangat tepat. Jalur itu merupakan satu-satunya jalur jika ingin pergi ke dalam hutan.
Hyun berjalan dengan santai. Meskipun saat ini masih dalam kondisi gelap, namun dengan adanya cahaya rembulan membuatnya lebih mudah dalam berjalan.
Suasana hutan cukup menyeramkan. Banyaknya pohon yang menjulang tinggi membuat cahaya rembulan tidak terlalu terang. Sehingga suasananya jauh lebih gelap dari sebelumnya.
Hyun yang sudah pernah hidup di dalam hutan, nampak tidak terpengaruh dengan kondisi tersebut. Selama pelatihan menjadi seorang agent, Mikha pernah hidup di dalam hutan selama dua bulan.
Mikha berada dalam hutan tanpa bekal makan atau tenda untuk bernaung. Dia hanya dibekali berbagai senjata untuk melindungi diri serta bertahan hidup.
Di dalam hutan Mikha dilatih ketahanan dan kemampuan untuk bertahan hidup. Dia belajar berburu, mengidentifikasi berbagai tumbuhan obat, serta melawan berbagai jenis hewan buas.
Saat ini pun Hyun berjalan sesuai insting. Di tengah perjalanannya, ia mendengar suara yang cukup lirih. Maklum selama menjadi agent dia dituntut untuk selalu fokus dan hati-hati.
Ia fokuskan pendengaranya ke sumber suara. Ternyata suara itu membawanya kesebuah lubang.
" Tolong!" teriak seseorang yang berada di dalam lubang itu.
Suaranya agak serak. Bisa dipastikan jika orang itu sudah lama terjebak di dalam lubang.
Hyun mencari alat yang bisa ia gunakan untuk menolong orang itu terlebih dahulu. Namun setelah mencari sekian lama belum juga mendapatkannya.
Hyun merasa frustasi. Orang yang berada didalam lubang juga tidak lagi mengeluarkan suara.
"Andai ada tali, pasti tuh orang sudah selamat," gumam Hyun sambil menatap kedalam lubang.
Hyun duduk di pinggir lubang. Bisa saja ia langsung loncat kedalam. Tapi bagaimana dia membawa orang itu naik ke atas?
Tiba-tiba muncul seutas tali di tangannya. Tentu saja hal itu membuat Hyun kaget. Dari mana tali itu berasal?
Tidak ingin terjadi sesuatu dengan orang itu, Hyun mengikat ujung tali ke sebuah pohon yang tidak jauh dari lubang.
Setelah memastikan ikatan tali itu tidak akan terlepas, Hyun turun kebawa menggunakan tali tersebut.
Ternyata orang yang terjebak dalam lubang itu tak lain ibu dari si pemilik tubuh asli. Hana terperosok kedalam jebakan yang dibuat oleh seseorang untuk menjebak hewan.
Hana yang sudah tidak punya tenaga merasa senang ada yang datang untuk menolongnya. Namun betapa terkejutnya ia saat Hyun tiba di bawah.
"Hyun!" pekik Hana dengan mata melotot.
Melihat reaksi sang ibu membuat Hyun terkekeh. Dia mendekati Hana yang masih terkejut akan kedatangannya.
"Apa Ibu baik-baik saja?" tanya Hyun sambil membantunya berdiri.
"Kenapa kamu bisa ada disini?"
Bukannya menjawab Hana malah mempertanyakan kedatangannya. Dia menatap Hyun meminta penjelasan.
"Tentu saja mencari Ibu yang tidak pulang," jawab Hyun apa adanya.
"Bagaimana dengan kedua adikmu?"
Beginikah reaksi seorang ibu?
Padahal dirinya sendiri masih dalam kesulitan, namun masih memperhatikan kondisi anaknya.
"Tadi mereka sempat nangis. Selain lapar mereka juga menunggu kepulangan ibu dengan cemas. Tapi sekarang keduanya sudah tidur dengan lelap. Ibu sendiri bagaimana bisa berada disini?"
" Tadi ibu mengejar kelinci hingga terperosok kedalam lubang ini, " jawab Hana sambil menunjukan kelinci yang ikut masuk kedalam jebakan.
" Terus apakah keadaan ibu baik-baik saja? "
Hana tidak menyangka jika Hyun akan mengkhawatirkannya. Sebab sejak kepergian ayahnya dia mulai berubah. Hyun yang awalnya anak yang penurut menjadi anak yang cuek dan seenaknya sendiri.
Hyun memang sangat dekat dengan ayahnya. Apalagi sejak dia memiliki adik.
Hana lebih sering mengurus Hyejin dan Hwan. Sedangkan Hyun sering terabaikan. Sehingga Hyun sering bermanja dengan ayahnya.
Hana terlalu larut dalam lamunanya hingga tidak menyadari saat Hyun memanggil nama nya.
"Bu...ada yang sakit tidak?"tanya Hyun namun tidak mendapat tanggapan.
"Bu!" teriak Hyun degan suara yang lebih keras.
"Astaga naga...tidak usah teriak! telinga ibu sakit dengarnya," omel Hana sambil menutup telinganya.
"Habisnya...Hyun panggil dari tadi nggak dengar," elak Hyun yang tidak terima dirinya disalahkan.
"Ada apa?"
"Apakah tubuh ibu ada yang sakit? "
"Kaki ibu terkilir, " jawab Hana dengan jujur. Namun dia tidak menyebutkan luka memar yang ada di tubuhnya.
Hyun langsung melihat kaki Hana yang mulai membengkak. Kemudian memegang kaki itu dengan lembut. Meskipun begitu Hana masih saja terkejut.
" Apa yang akan kamu lakukan?"
"Tenang saja. Hyun akan memijat kaki ibu agar bisa kembali sehat."
"Jangan aneh-aneh kamu. Bisa-bisa kakiku tambah parah."
"Memangnya dengan kondisi kaki seperti ini, ibu bisa naik ke atas?"
"...."
"Biarkan Hyun memijat kaki ibu. Siapa tahu dengan pijatan Hyun, kaki ibu bisa segera sembuh, " bujuk Hyun dengan lembut.
"Baiklah. "
"Bagaimana kalau Ibu duduk dulu?"
Dengan pasrah Hana menuruti keinginan Hyun. Dia kembali duduk dan meluruskan kedua kakinya.
Kaki yang terkilir nampak lebih besar karena bengkak. Hyun pun langsung memeriksa kondisi kaki Hana sebelum memijatnya.
Bukan sekedar pijat. Hyun memijat kaki itu tepat di syaraf yang terluka.
"Aduh!" teriak Hana dengan sangat keras.
"Maaf...pasti sakit banget. Sekarang coba Ibu gerakkan. Kalau bisa tolong ibu berdiri."
Hana menurut. Dia bangun dan berdiri dengan perlahan. Kemudian melangkahkan kakinya yang terkilir.
"Wah...luar biasa. Sejak kapan kamu pandai memijat? "
Hana tidak menyangka jika Hyun mampu menyembuhkan kakinya yang terkilir. Dia menatap Hyun dengan penuh kekaguman.
"Jawabannya nanti saja. lebih baik sekarang kita naik dulu keatas! "
Hana mengangguk. Hyun meminta Hana untuk mengikat tubuhnya dengan tali yang ujungnya sudah ia ikat dengan pohon.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!