NovelToon NovelToon

Benih Yang Tak Diketahui

Bebas

Siang ini udara terasa panas, namun tidak dirasakan oleh seorang gadis yang baru keluar dari tahanan. Dengan senyum yang khas dengan lesung pipinya serta kaos oblong dan celana yang penuh dengan robekan di lututnya.Berlari kegirangan menyambut temannya yang sudah lama menunggu di luar.

"Aya akhirnya kamu bebas juga." ujar Sisil sambil memeluknya erat.

"Iya dong,gue kan ga salah.Kok Lo sendirian,mana bokap gua kok ngga ikut jemput sih?tanyanya sambil celingukan mencari keberadaan ayahnya.

"Mungkin dia sedang ada kerjaan,udah jangan nanyain yang ngga ada.Mending kita makan kamu pasti laper kan!'ucap Sisil sambil merangkul sahabatnya.

"Lo tau aja kalau gue laper." ucap Cahaya.

"Bang baksonya dua ya makan sini." ucap Sisil pada penjual bakso.

"ngga jadi bang,jangan dua tapi tiga." ucap Cahaya sambil tersenyum kearah Sisil.

"Ya ampun Aya satu aja belum di makam mau minta dua."ujar Sisil sambil geleng geleng kepala.

"Habis gue laper banget,disana tuh boro-boro makan enak.Dikasih makan aja untung,liat nih tangan gue."ucap Cahaya sambil menunjukan sikunya yang terluka.

"Kok bisa sih,gimana ceritanya kamu bisa sampe kayak gitu.Terus ini kenapa?"tanya Sisil sambil menunjuk kening Cahaya.

 "Ceritanya nanti deh tunggu aku makan dulu aku laper." sahutnya sambil menyantap bakso di depannya dengan rakus.

"Aya makannya pelan pelan saja,kayak orang kesetanan.Memangnya kamu disana nggak dikasih makan apa?"tanya Sisil sambil menelan air liurnya karena merasa heran dengan cara makan sahabatnya.

"Bang dua mangkok lagi ya?" ucap Cahaya.

" Apa,dua mangkok lagi." ujar Sisil keheranan.

Sisil menatap heran cahaya sambil memasukan bakso kedalam mulutnya.

"Udah Sil ayo buruan kamu bayar habis itu kita pulang."ujar Cahaya sambil memasukan bakso terakhir ke dalam mulutnya

"Apa aku yang bayar?"tanya Sisil keheranan.

."Ya Elo lah,masa gue sih.Gue mana ada duit.Gue kan habis jadi tahanan." ujar CAhaya sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Aduh Aya duit gue mana cukup paling untuk bayar tiga mangkok aja.Habis itu pulangnya jalan kaki."ucap Sisil merasa tidak enak pada Cahaya.

"Ya udah sini duitnya biar itu jadi urusan gue." ujar Cahaya sambil merebut uang yang ada ditangan Sisil.

"Jangan,biar aku aja.Kamu diem aja disitu." ucap Sisil sambil menemui penjual bakso.

"Maaf ya bang totalnya jadi berapa ya."tanya Sisil.

"Oh kamu yang pesan Lima mangkok makan sendiri.Totalnya jadi seratus ribu." ujar Abang penjual bakso.

"Kok banyak banget bang,lagian teman saya cuma tiga mangkok kok jadi seratus ribu." ucap Sisil keheranan.

"Tuh liat tumpukan mangkok temen kamu,terus di tadi pakai bakwan sama ketupat.Tuh liat bakwan yang ada di mangkok ludes kan!!"

"iya juga ya bang kok aku ngga nyadar ya." ujar Sisil merasa tidak enak.

"Teman kamu kesurupan apaan sih,Cewe kok makannya kayak gitu.Cantik sih cantik tapi bikin kantong kering."

"Ih Abang ngga boleh gitu tau.Ngomong ngomong boleh ngga ngutang dulu."

ujar Sisil.

"Apa,cantik cantik kok ngu..." Sisil lalu menutup Abang penjual bakso dengan dua jarinya.

"Jangan kenceng kenceng bang nanti kedengaran yang lain.Sebenernya dompet aku ketinggalan nih ada cuma lima puluh ribu.Itu pun sebenarnya buat ongkos pulang.Tolong lah bang nanti aku balik lagi kok buat lunasi." ujar Sisil dengan muka memelas.

"Baiklah,gini aja.Kalian berdua bantuin Abang jualan dan nyuci piring.Dengan begitu utang kalian lunas.Dan uang yang kamu pegang itu simpan untuk kalian.Kebetulan bakso ini sudah dipesan orang dan sebentar lagi yang mesen datang.Gimana mau ngga?"

"Gimana ya apa Aya mau.Tapi kalau ngga mau gimana bayarnya.Ah aku ada ide."gumam Sisil dalam hati.

"Iya bang saya mau bentar ya mau kasih tau teman saya dulu ya." ucap Sisil.

"Kemudian dia menemui Cahaya yang tengah terduduk dan menyender pada kursi sambil menegang perutnya yang kekenyangan.

"Aya kamu mau ngga nolongin aku." ucap Sisil.

"Nolongin apaan!!" sahut Cahaya.

"Jadi gini,aku tuh baru ingat kalau keponakan aku mau ulang tahun.Aku lupa beliin kado,kan uang aku ngga cukup.Kebetulan siabang bakso ini butuh bantuan kita katanya bentar lagi yang pesan datang sedangkan dia ngga ada yang bantuin.Nih aku tadi dikasih depe buat kamu nih." ujar Sisil sambil menyerahkan limapuluh ribu miliknya.

"Buat Lo aja,ayo aku mau bantuin kamu." ucap Cahaya bangkit dan menuju depan.

"Ya ampun ini anak,kesambet apa.Gara gara dipenjara jadi berubah kayak gini." gumamnya dalam hati.

Kemudian mereka membantu Abang penjual bakso.Sisil dan Cahaya membantu membungkus bakso kemudian mencuci mangkok yang kotor.

"Alhamdulilah akhirnya kelar juga." ujar Cahaya sambil duduk selonjoran di lantai.

"Ya ampun Aya,aku seneng banget." ucapnya sambil memeluk Cahaya.

"Belum aja di bayar Lo udah kesenangan gitu" ucap Cahaya.

"Bukan,bukan itu.Tapi kamu bisa bilang Alhamdulilah.Kamu sudah banyak berubah Aya." ujar Sisil sambil melepas pelukannya dan mencubit pipi Cahaya.

"Oh itu,aku kan belajar ngaji disana." ucap Cahaya.

"Nih bayaran buat kalian,ini juga bakso buat kalian.Makasih ya udah di bantuin." ucapnya sambil menyodorkan dua lembar seratus ribuan dan dua bungkus bakso.

"Ya bang sama sama.Kami permisi dulu." ucap Sisil.

Kemudian keduanya berjalan karena Cahaya menolak naik angkot.

"Oh iya Aya lukamu itu sebenarnya kenapa?' tanya Sisil sambil menunjuk kening Cahaya.

"Oh yang ini.Kebentur paku waktu berantem,lalu yang ini waktu lagi rebutan makanan."

jawab Cahaya sambil menunjukan lukanya.

"Ya ampun Aya kau kasian banget.Kalau aku jadi kamu aku bisa mati dipenjara kali." ujar Sisil sambil memandangi tangan Cahaya.

"Dipenjara itu banyak orang jahatnya,tapi ada juga orang baiknya.Bahkan ada yang ngga bersalah tapi malah dihukum sedangkan orang yang bersalah malah enak enakan diluar." ucap Cahaya sambil mengingat pahit manis dipenjara.

"Tapi kok kamu bisa dibebaskan sih Aya.Gimana ceritanya?" tanya Sisil penasaran.

"Jadi orang yang mencuri sudah tertangkap,masa iya orang yang nolongin pencuri dituduh mencuri malah dijebloskan penjara lagi kan sadis." jawab Cahaya.

"Ya udah ayo mampir ke rumah.Udah sampai mungkin ayah sudah nungguin aku." ucap Cahaya.

"Ngga usah Aya aku langsung balik aja nih buat kamu."ujar Sisil sambil menyerahkan satu lembar uang merahnya.

"Nggak usah Lo lebih membutuhkan.Ya udah gue masuk dulu ya.Daa Sisil.." ucap Cahaya sambil melambaikan tangannya.

"Ayah...Aya pulang.ucapnya sambil berteriak namun tidak ada sahutan.Dia mencari seisi rumah dan dia begitu kaget melihat ayahnya berada di gudang.

"Ya ampun ayah,apa yang terjadi dengan ayah ." ucapnya sambil berlari menghampiri ayahnya.

Berantem di sekolah

Cahaya berlari menghampiri ayahnya yang tergeletak di lantai dan melempar bakso yang dibawanya mengenai tempat setrika.

"Aduh ayah berat banget." ujar Cahaya sambil menyeret tubuh ayahnya kedalam kamar dan meletakan diatas kasur.

"Yah bangun yah,ini Aya sudah pulang." Ucap Cahaya sambil menggoyang goyangkan baju ayahnya.

"Aya ini kamu nak,ayah kangen sekali."ucapnya sambil memeluk Cahaya.

"Kenapa ayah tidur di gudang?kok sepi sekali dimana semua orang?" tanya Cahaya sambil membetulkan baju ayahnya.

"Tadi ayah kepeleset,mbok Jum lagi mudik ibu dan adik kamu pergi." sahut Anton

sambil memegangi kepala.

"Mana yang sakit yah,biar Aya obati?" tanya Cahaya sambil memandangi ayahnya dari atas sampai bawah.

"Ayah nggak apa apa,lebih baik kamu istirahat dikamar sana.Kamu pasti kecapean,maaf ya ayah nggak bisa jemput kamu." ujar Anton.

"Ya nggak papa,tadi Aya juga dijemput Sisil kok." ujar Cahaya.

"Aya...Kamu bener benar keterlaluan.Baru aja pulang udah bikin masalah,kamu harus ibu hukum." ucap Sandra sambil melemparkan baju ke muka Cahaya.

"Maaf Bu tadi Aya nggak sengaja." ucap Cahaya santai.

"Apa kamu bilang,nggak sengaja enak saja.Kamu tau ngga itu baju ibu mahal loh,ibu pesan khusus dari langganan ibu dan itu mau di pakai arisan hari ini pokoknya kamu harus ganti.Liat itu yah kelakuan anak kamu."ucap Sandra geram.

"Sudah sudah jangan diperdebatkan lagian cuma baju ini.Kamu kan bisa beli lagi.Kasian Aya dia kan baru bebas,biarkan dia istirahat." ucap Anton.

"Permisi ibuku yang cantik,Aya mau bobo siang dulu".ucap Cahaya sambil menjawil dagu ibunya.

"Dasar ini anak mesti aku kasih pelajaran,belum cukup apa kemarin aku jebloskan kedalam penjara." gumamnya dalam hati.

Cahaya yang langsung masuk kamar dan merebahkan dirinya kekasur.lsngsung terbuai dalam alam mimpi hingga tanpa sadar hari telah petang.

"tok tok tok."

"Ih siapa sih gangguin orang tidur" ucapnya sambil membuka pintu.

"Maaf non Bu Sandra menyuruh non buat makan malam." ujar Siti

" Lo siapa sih kok gue baru liat." ujar Cahaya sambil melihat penampilannya dari atas sampai bawah.

"Maaf non saya Siti pembantu baru." ucap Siti nampak ketakutan.

"Ya udah Lo boleh pergi,nanti gue nyusul." ujar Cahaya sambil masuk kedalam dan berganti pakaian.

"Eh kak Aya udah bebas,aku kangen kakak." ucap Mentari sambil memeluk Cahaya.

"Ya gue juga kangen Lo." ucap Cahaya kemudian bergabung dengan mereka.

"Mentari ayah dimana kok ngga keliatan?' tanya Cahaya sambil melihat kursi yang biasa ayahnya duduki kosong.

"Ayah ada tugas di luar kota,tadi udah bangunin kamu.Tapi kamu tidurnya kaya orang mati dibangunin susah banget." ucap Sandra sambil memasukan makanan kedalam mulutnya.

Suasana begitu hening mereka hanya makan bertiga kedua kakak Cahaya belum pulang dan biasa menginap dirumah temannya.

"Kak,aku kesepian banget selama nggak ada kakak.Apa lagi ibu pergi terus,nggak pernah dirumah." ucap Mentari sambil memeluk Cahaya.

"Kakak juga kangen dek,udah malem kamu tidur geh besok kan sekolah." ucap Cahaya sambil mengelus rambut Mentari.

"Iya kak,kakak juga istirahat.Aku kamar duluan ya." ucap Mentari sambil berjalan kekamarnya.

Cahaya hanya akrab dengan adiknya,karena kedua kakaknya sangat membencinya.Mereka iri dengan wajah cahaya yang lebih cantik darinya.Bahkan kedua kakaknya sering memfitnahnya.

"Kak ayo bangun ini udah siang,nanti kakak terlambat." ucap Mentari sambil menggoyang goyangkan tubuh Cahaya.

"Aduh dek,kakak tuh malas ke sekolah.Kakak tuh udah sebulan nggak masuk apa kata ibu guru nanti.Emang dia mau nerima murid bekas napi."ucap Cahaya sambil beranjak duduk.

"Sebentar lagi ujian kakak harus ikut paling tinggal betapa bulan lagi please kakak harus berangkat." ucap Mentari sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Iya gue berangkat demi Lo.Gue mau siap siap dulu."ucap Cahaya sambil menuju kamar mandi.

Setelah keduanya selesai sarapan segera berangkat diantar sopir.Cahaya dan Mentari hanya terpaut usia tiga tahun saja.

"Eh Aya kamu udah bebas,gimana rasanya dipenjara enak nggak.Kerjanya cuma makan tidur,bukannya enak disitu ngapain keluar harusnya kamu disitu aja nggak usah balik lagi kesini." ucap Santi teman sekelasnya yang melihat Cahaya turun dari mobil.

"Ya nih,kan aku jadi ada saingannya lagi.Harusnya kamu membusuk aja di penjara,dasar maling." ucap Dewi sambil tersenyum mengejek.

Cahaya berjalan melewati mereka berdua seolah tidak mendengar hinaan dari kedua temannya.

"Apa,kenapa Cahaya diem aja dan nggak bales kita sih.Ini beneran kan bukan mimpi!!"ujar Dewi tidak percaya.

"Plakkk"

"Loh aku ditampar sih!"ucap Dewi Sambil memegangi pipinya yang terasa panas.

"Tadi kamu bilang ini bukan mimpi,ya aku tampar lah biar kamu percaya." ujar Santi merasa tidak enak.

"Ya tapi jangan kekencangan,sakit tau." ucap Dewi sambil bergegas berlari menyusul Cahaya yang berada di dalam kelas.

"Lo ngapain ngikutin gue,kelas Lo kan bukan disini." ucap Cahaya sambil memandang wajah Dewi.

"Hay teman teman lihat ini.Kalian harus hati hati ya malingnya barusan keluar dari penjara.Nanti uang kalian ilang dicuri sama wanita ini." ucap Dewi sambil menunjuk ke arah cahaya.

"Iya yah,padahal bokapnya aja tajir masa ngambil duit orang.Kalau aku sih nggak Sudi punya teman maling kayak gitu." ucap Santi yang tiba tiba berada di pintu.

"Atau jangan jangan dia itu nyuri duit buat beli barang haram lagi." ucap Dewi.

"Diem Lo,ini semua juga gara gara Lo." ucapnya sambil menjambak Santi

"Lepasin kamu mau masuk penjara lagi,atau aku teriak nih." ucap Santi ketakutan.

"Ya udah teriak aja,sebelum lo teriak gua udah bunuh Lo terlebih dahulu." ucap Cahaya sambil mencekik leher Santi dan membenturkan kepalanya ke tembok.

"Ampun Aya,maafin aku tolong lepasin ini sakit banget.Aku cuma disuruh ibu kamu." ucap Santi sambil menangis.

"Brakk"

Sebuah kursi dihantamkan seseorang ke kepala Cahaya,namun gadis itu tetap berdiri kokoh sambil melepas Santi dan mendekati Dewi yang ketakutan sambil berjalan mundur.

"Sekaran giliran kamu." ucap Cahaya sambil mengelap darah yang menetes di lengannya.

Cahaya membuka ikat pinggangnya dan mencambuk ke arah Dewi hingga tak sadarkan diri. Tidak ada yang berani menolong Dewi dan Santi.Sementara teman sekelasnya hanya menontonnya tanpa ada yang menghentikannya.

"Aya,ayo aku antar kamu pulang.' ucap Doni berusaha membantu Cahaya.

Namun dia tidak memperdulikannya dan keluar dari kelasnya dan berjalan sempoyongan.Kepalanya terasa berat dan pandangannya kabur kemudian dia terjatuh dan tidak sadarkan diri.

.

Hamil

Setelah peristiwa di sekolah kemarin Cahaya memutuskan untuk berhenti sekolah.Saat ini dia berada dikamarnya.Katena kehausan dia menuju dapur hendak mengambil minum,namun samar samar dia mendengar suara erangan dari seseorang.

Karena penasaran dengan suara tersebut dia mencari sumber suara yang ternyata berasal dari kamar Sinta.Perlahan Cahaya membuka pintu kamar sedikit dan menempelkan kedua telinganya di pintu.

"Ayo sayang lebih cepat lagi,aku sudah tidak tahan.Sebentar lagi aku keluar."ucap seseorang wanita yang Cahaya sangat kenali suaranya.

"Iya sayang aku juga,tunggu sebentar lagi ya." ucapnya sambil melanjutkan aktivitasnya diatas tubuh Sinta.

"Ya ampun laki laki itu,gue kenal banget itu teman ayah."gumamnya lirih sambil membuka pintu lebih lebar lagi sehingga tubuh si lelaki terlihat jelas.

"Sungguh keterlaluan beraninya Kak Sinta berbuat serendah itu.Sebaiknya gue Vidio aja." ujarnya sambil mengambil ponsel dari sakunya.

"Ohhhh aaahhh ." ucap Sinta sambil memejamkan matanya.

"Sekarang gantian kamu yang diatas sayang." ucap Bayu sambil membalikan tubuhnya sehingga kini gantian Sinta yang berada diatas.

"Tentu om,dengan senang hati." ucap Sinta sambil sesekali mencium Bayu.

"Kamu sangat menggodaku sayang" ucap Bayu sambil meremas gunung kembar miliknya.

"Ya ampun ini menjijikan sekali,kurasa ini sudah cukup menjadi bukti." gumam Cahaya dalam hati sambil meninggalkan kamar Sinta dan turun ke lantai bawah.

Namun belum sampai bawah dia melihat pemandangan yang membuat dirinya kembali tercengang.

"Sayang kamu gimana sih,kok anak itu bisa keluar dari penjara dengan cepat.Aku kan penginnya dia dipenjara selamanya.Pokoknya aku pengin dia keluar dari sini secepatnya berapapun bayarannya akan aku berikan." ujar Sandra sambil bergelayut mesra.

"Kamu tenang saja,semua akan menjadi urusanku.Biar anak buahku yang urus,sekarang aku minta bayaran yang lain padamu." ucapnya sambil menggendong Sandra ke kamar.

"Ya ampun ibu sama anak ngga ada akhlak, lebih baik gue rekam lagi." gumam Cahaya lirih dan mencoba membuka pintu namun tidak berhasil.

"Sialan malah di kunci,ya udah lah ngga papa gue masih punya bukti ini." ucapnya sambil berlalu pergi meninggalkan kamar Sandra.

* * *

Sudah satu bulan ini,Cahaya tidak berangkat sekolah.Beruntungnya Anton merupakan pengusaha terkenal dan dia penyumbang dana terbesar disekolah Cahaya.Sehinnga dengan mudah dia bisa melakukan ujian susulan.

Sudah satu Minggu ini Cahaya merasakan mual dan pusing.Karena tidak suka obat dia tidak meminum obat apapun.

"Hoek "

Cahaya berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.

"Ya ampun kenapa muntah lagi sih,padahal udah cape ngunyah." ujar Cahaya sambil menyenderkan tubuhnya di ranjang tempat tidurnya.

"Kak Aya kenapa kok pucat gitu mukanya." ucap Mentari sambil memegang kening.

"Ngga papa,mungkin kakak masuk angin."

ucap Cahaya.

"Akhir akhir ini kakak aneh deh.Masa habis makan malam langsung tidur,ibu juga masa aku ngga boleh masuk ke kamar kakak.Katanya kakak lagi tidur ngga boleh di ganggu dan aku disuruh tidur cepat.Padahal masih jam delapan." ucap Mentari.

"Entahlah kakak juga tidak tau,habis makan malam tiba tiba mengantuk padahal biasanya selalu tidur malam.Dan anehnya badan kakak terasa sakit,pegel dan lemas.Dan yang lebih aneh lagi beberapa Minggu yang lalu ************ kakak terasa perih dan buat berjalan susah." ucap Cahaya.

"Apa kakek tidak merasa aneh dengan ibu,kenapa dia bisa tiba tiba baik dengan kakak ya?" tanya Mentari sambil memandangi wajah kakaknya.

" Entahlah kakak juga tidak tau,tiap hari ibu masak masakan kesukaan kakak." sahutnya sambil berlari menuju kamar mandi sambil menutup mulutnya.

"Hoek"

Cahaya kembali muntah di kamar mandi.Setelah tidak merasa mual dia keluar menemui adiknya.

"Kakak tidak papa." ucap Mentari menghampiri kakaknya.

"Gue lemes ba.."belum selesai ucapan Cahaya tubuhnya sudah tergeletak dilantai.

"Kak bangun kakkak kenapa." ujar Mentari yang memegangi tubuh Cahaya.

Kemudian Cahaya terbangun dan dia sudah berada di kasur dan didepannya tampak Ibu dan ayahnya tengah berdiri dan seorang dokter tengah memeriksa perutnya.

"Begini pak Anton,kondisi cahaya masih lemah dia kekurangan asupan makanan.Dan ini merupakan hal yang wajar bagi seorang ibu yang tengah mengandung di trisemester pertama.Selamat ya pak anda akan menjadi seorang kakek." ucap Dokter Hendra sambil menjabat tangannya.

"Apa hamil,dokter jangan bercanda.Anak saya itu belum menikah bagaimana dia bisa hamil dokter jangan bercanda?" tanya Anton yang nampak terkejut.

"Iya dok tiap hari aja dirumah.Lagian gue juga kagak punya pacar.Ini pasti akal akalan ibu aja." ujar Cahaya sambil melirik kearah Sandra.

"Maaf itu menurut saya,untuk lebih jelasnya kalian coba menggunakan tes kehamilan atau langsung kerumah sakit saja untuk USG.Kalau begitu saya permisi pak Anton."

ucap Dokter Hendra.

"Ya dok mari saya antar ke depan." ucap Anton sambil berjalan keluar bersama Dokter Hendra.

Sementara Cahaya memandangi Sandra yang nampak biasa saja tanpa menunjukan wajah sedih atau kecewanya.

"ini semua ulah ibu ya,katakan atau gue bunuh Lo sekarang juga." ucap Cahaya sambil mencekik leher Sandra dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya mengeluarkan pisau dari dalam laci.

"Aya tolong lepasin ibu nak,i itukan baru menurut dokter belum tentu benar.Ayo turunkan pisaumu nak kita cek dulu dengan ini barang kali itu salah." ucap Sandra sambil menunjukan test pack ditangannya.

"Nggak akan gue lepasin sebelum pisau ini mengenai wajahmu dan tepat di jantungmu." ujar Cahaya sambil memainkan pisaunya di wajah Sandra dan mulai mengenai pipinya.

"Aya lepasin itu ibu kamu,ayo lepasin nak kita bisa bicara baik baik.Mungkin dokter itu salah." ucap Anton yang berada di pintu.

"Auw sakit,hentikan Aya.Yah ini tolongin ini anak kamu jangan diem saja." ucap Sandra sambil bergetar.

"Brakkk."

Cahaya mendorong Sandra Sampai terjengkang dengan darah yang menetes diwajahnya.

"Auw sakit banget ayah,ayo bawa ibu ke rumah sakit." ujar Sandra sambil menahan perih di wajahnya.

Anton segera membawa Sandra ke rumah sakit dengan menggunakan mobilnya.Sementara Cahaya hanya tersenyum sambil memungut test pack yang terjatuh dilantai.

"Baiklah gue akan coba,tapi gimana makainya?" ujar Cahaya sambil menepuk kepalanya sendiri.

"Sini kak biar Mentari bantu.Aku yakin ini semua nggak benar ini hanya akal akalan ibu saja.Ayo kakak kencing disini." ucap Mentari sambil memandang wajah kakaknya yang nampak kebingungan.

"Buat apa kencing disitu." ucap Cahaya sambil menerima wadah kecil.

"Udah kakak nurut aja buruan ntar itu kencingnya bawa kesini." ucap Mentari sambil duduk di ranjang.

"Nih kencing gue." ujar Cahaya sambil menyodorkan wadah kecilnya.

"Nah tunggu lima menit nanti bisa dilihat,aku mau minum dulu." ujar Mentari sambil menuju dapur.

"Apa ini udah lima menit apa bedanya dengan yang tadi." ujar Cahaya sambil membolak balikan test pack nya.

"Sudah kak gimana hasilnya negatif kan?" tanya Mentari sambil menaruh dua gelas es jeruk di meja.

"Negatif apaan sih gua ga ngerti.Coba deh Lo liat sendiri gue aja bingung." ujar Cahaya sambil menyodorkan test pack nya.

"Ya ampun kak ini garis dua,Kaka beneran hamil." ujar Mentari sambil menjatuhkan test pack nya.

"Apa hamil,nggak mungkin gue nggak pernah ngapa ngapain sama cowok." ucap Cahaya kaget dan merosot di lantai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!