NovelToon NovelToon

Suamiku Kekasih Sahabatku

Perkenalan

Seperti hari biasanya, Alanda selalu bangun pagi untuk membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga ayahnya. Ia hanya tinggal berdua dengan ayahnya karna ibunya sudah meninggal sejak Alanda masih menginjak usia lima tahun. Dan sejak itu ayahnya juga tidak pernah menikah lagi karna khawatir, putrinya akan kekurangan perhatian darinya.

"Gimana yah, masakan Al hari ini?" Pertanyaan itu selalu saja ditanyakan oleh Alanda kepada ayah tercinta, setiap kali Alanda mencoba resep baru.

Alanda memang suka sekali memasak, ia kerap mencoba menu baru supaya dirinya dan juga ayahnya tidak merasa bosan dengan masakan yang itu-itu saja. Selain itu Alanda juga mempunyai cita-cita ingin membangun rumah makan yang sangat besar dengan masakan hasil racikan dia sendiri. Sebab itu Alanda suka belajar berbagai macam resep masakan.

"Eum, sangat lezat sayang. Putri Ayah memang sangat pandai memasak seperti mendiang Bunda. Walaupun Bunda belum sempat mengajari kamu memasak tapi masakan kamu persis sekali dengan masakan Bunda." Ucap Ayah Alanda sambil menyendok dan menyuapkan makanan ke dalam mulut dengan ekspresi sangat puas dengan hasil masakan putri semata wayangnya itu.

Alanda tersenyum puas dengan penilaian ayahnya. Penilaian baik ayahnya selalu membuat Alanda semakin percaya diri dan juga bersemangat. Ayahnya selalu jujur dengan penilaiannya. Jika kurang enak maka ayahnya juga akan mengatakan kurang ini atau itu, dan esoknya Alanda akan memperbaiki cita rasa masakan nya sampai ayahnya bilang mantap dengan menunjukan dua jempol tangannya.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Alanda sudah sampai di sekolah. Ia pergi ke sekolah dengan mengendarai motornya. Motor bekas yang dibelikan ayahnya sebagai hadiah saat ia berulang tahun yang ke tujuh belas.

Meskipun Alanda termasuk siswi yang tidak mampu, tapi Alanda beruntung bisa bersekolah di sekolah elit dengan modal kecerdasannya. Dan meskipun sembilan puluh persen murid-murid di SMA Citra Bangsa berasal dari keluarga orang kaya raya, tapi kebanyakan dari mereka sangat menghargai Alanda dan banyak yang ingin berteman dengan Alanda.

Hanya beberapa saja yang sangat tidak menyukai Alanda dan seringkali menghina Alanda, bahkan sudah beberapa kali mencoba memfitnah Alanda. Fara salah satunya.

Seperti biasa, anak-anak kelas IPS akan selalu menyapa ramah dan menyambut Alanda dengan suka cita dan ceria saat Alanda memasuki ruang kelasnya. Terutama sahabatnya yang paling dekat dengan Alanda, yaitu keisya dan Fani. Mereka sudah bersahabat sejak masuk bangku SMP.

"Kok tumben baru dateng? Kirain nggak masuk." Ucap Keisya bertanya sambil beranjak dari tempat duduk milik Alanda.

"Iya nih, soalnya motor aku sempet mogok, jadi telat deh. Untung cuma bentar doang." Jawab Alanda sembari mendudukkan bokongnya pada bangku belajarnya dan menaruh tas pada sandaran kursi.

Tak lama kemudian guru pelajaran pertama memasuki kelas. Anak-anak langsung diam dan mengikuti pelajaran pertama dengan sangat fokus. Sebab hari ini ada ulangan Matematika.

Di kelas lain, seorang siswa tampan yang kerap dipanggil Reno, sedang sibuk mengotak-atik ponselnya seperti sedang mencari sesuatu info yang sangat penting. Beruntung sedang jam kosong, jadi tidak ada guru yang menegurnya dan siswa lain juga sibuk sendiri dengan aktifitas masing-masing.

Tiba-tiba ada satu panggilan dari nomor yang tidak dikenalinya. Tanpa pikir panjang, Reno langsung menggeser tombol hijau keatas dan berharap mendapat info penting dari nomor yang akan menghubunginya.

"Jadi Bapak sudah berhasil menemukan alamat sahabat papa?" Tanya Reno dengan ekspresi lega dan bahagia.

Ternyata yang menghubungi Reno adalah orang suruhan asisten kepercayaan almarhum papanya. Beberapa Minggu lalu, ia ditugaskan untuk mencari keberadaan sahabat papanya Reno.

Sepulang sekolah, Reno langsung pergi menuju alamat rumah sahabat papanya. Ia mendapat alamat tersebut dari orang suruhan asisten almarhum papa Reno. Namun sesampainya disana, ternyata rumah tersebut kosong tidak ada orang. Tetangga yang melihat Reno celingukan dirumah tersebut langsung bertanya.

"Mas cari siapa ya?"

Bersambung...

Pertama dan Terakhir Bertemu

Setelah menelusuri daerah yang ditunjuk tetangga sahabat papanya, akhirnya Reno berhasil menemukan sahabat papanya, tapi sayangnya pertemuan itu dalam keadaan yang tidak menyenangkan.

"Awas nak!!" Seseorang tiba-tiba berteriak sambil mendorong tubuh Reno dari belakang, hingga Reno terjatuh karna kehilangan keseimbangan.Tidak lama kemudian seseorang itu berteriak seperti merasa kesakitan, bersamaan itu juga terdengar suara seperti benda berat yang terjatuh.

Reno yang sempat terkejut karna di dorong tiba-tiba langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata ada seorang Bapak-bapak tertindih material bangunan yang jatuh dari atas. Bapak-bapak tersebut telah menyelamatkan Reno dari kecelakaan yang disebabkan dari kelalaian anggota pekerja bangunan proyek yang salah satu pekerjanya adalah Bapak-bapak yang menolong Reno.

Tanpa pikir panjang Reno langsung berusaha menolong Bapak tersebut. Sedangkan Pekerja lainnya terdengar ramai, berusaha untuk menolong Bapak tersebut. Yang ternyata bernama pak Andi.

Reno yang mendengar para pekerja memanggil nama Bapak itu dengan sebutan Pak Andi pun langsung merasa lemas seketika. Kemudian ia memperhatikan wajah Bapak itu dengan seksama dan benar saja, wajah dan namanya sama persis dengan orang yang selama ini ia cari yaitu Pak Andi sahabat Papanya yang foto nya sudah berkali kali Reno lihat didalam ruang kerja Papanya.

Setelah berhasil menyingkirkan benda berat yang menimpa Pak andi. Reno meminta para pekerja untuk membantu membawa Pak Andi ke rumah sakit dengan mobilnya.

"Terimakasih Bapak-bapak semua, saya izin antar bapak ini ke rumah sakit dulu ya." Ucap Reno kepada para pekerja sambil masuk ke dalam mobil bagian kemudi. Para pekerja menjawab dengan sedih, khawatir pak Andi yang menurutnya baik itu tidak terselamatkan.

"Iya mas sama-sama, hati-hati juga! Semoga pak Andi segera ditangani dan sehat kembali." Semua orang mengaminkan ucapan salah satu pekerja proyek tersebut.

Dalam perjalanan menuju Rumah sakit, pak Andi tak hentinya menyebut-nyebut nama seperti nama perempuan dengan terbata-bata. Sebab ia sambil menahan rasa sakit yang luar biasa. Yang ada dipikiran Reno mungkin pak Andi lagi menyebut nama istrinya.

"Sus tolong sus cepat sus!" Teriak Reno sesampainya di lobi rumah sakit, berharap para perawat segera menangani pak Andi.

Reno benar-benar takut jika nyawa pak Andi tidak terselamatkan. Selain karna amanah Papanya yang belum disampaikan, Reno juga merasa berhutang nyawa karna kecelakaan pak andi terjadi karna menolong dirinya.

Satu jam kemudian setelah pemeriksaan dan keadaan Pak Andi mulai membaik, Reno mencoba menyapa Pak Andi untuk mengucapkan banyak terimakasih dan menceritakan maksud kedatangannya.

"Ja di ka mu anaknya Do ni Satya Ang gara?" Tanya Pak Andi dengan suara yang masih terdengar lemah dan terbata.

"Iya om, saya datang ke proyek tadi sengaja mencari om karna ada amanah dari almarhum papa yang ingin saya sampaikan." Jawab Reno dengan menatap sedih ke arah sahabat dari almarhum sang Papa.

Betapa terkejutnya Pak Andi mendengar Reno menyebut Papanya dengan sebutan Almarhum. Tapi belum sempat bertanya lagi, Pak Andi sudah merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepalanya. Reno yang merasa panik melihat Pak Andi yang seperti menahan sakit langsung berteriak memanggil dokter sambil menekan tombol emergency.

Di depan ruang UGD Reno merasa bingung dan khawatir. Pikirannya trauma akan kabar buruk beberapa bulan yg lalu saat papanya dinyatakan meninggal dunia setelah menjalani operasi Jantung. Ia takut hal serupa akan terjadi lagi, walaupun pak Andi baru saja dikenalnya tapi dialah yang sudah menyelamatkan Reno dari kecelakaan itu.

Beberapa menit kemudian dokter dan perawat keluar dari ruang rawat pak Andi dengan ekspresi berduka.

"Maaf sekali ya mas, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi ternyata takdir berkehendak lain. Pak Andi tidak bisa kami selamatkan karna benturan keras di kepala dan dada mengakibatkan pembuluh darah pecah parah dan sulit untuk ditangani." Ucap dokter yang menangani Pak Andi.

Reno merasa syok bukan main, apa yang dikhawatirkan dan ditakutkan serta tidak diharapkan itu terjadi kembali dalam hidupnya.

Setelah menjelaskan semuanya. Dokter tersebut pamit pergi ke ruangan nya dan perawat tersebut tidak lupa memberikan secarik surat kertas kepada Reno.

"Tadi pak Andi sempat menulis surat di kertas ini dan menitipkan kepada saya agar diberikan ke pada mas yang sudah mengantar beliau kesini." Ucap salah satu perawat dengan menyodorkan sepucuk kertas ke arah Reno.

EUM, KIRA-KIRA APA YA ISI SURAT DARI PAK ANDI UNTUK RENO?

JANGAN LUPA BACA DI BAB BERIKUT YA, HAI PARA READERS "SUAMIKU KEKASIH SAHABATKU 😊

Berduka Cita

Sore itu Alanda baru pulang dari belajar kelompok hendak membuka pintu rumahnya, tapi terhenti ketika mendengar panggilan dari seseorang. Orang itu adalah Tia teman sebaya Alanda tapi berbeda sekolah.

"Al gimana kabar Ayah kamu? Baik-baik saja kan? Nggak ada yang parah kan?" Ucap Tia memberondong beberapa pertanyaan pada Alanda. Sebab Tia pikir Alanda sudah tahu tentang kecelakaan Ayahnya ditempat kerja. Makanya sore hari baru pulang, mungkin saja habis menjenguk Ayahnya di rumah sakit. Begitu pikir Tia.

Alanda merasa bingung dengan pertanyaan Tia, tapi belum sempat ia menjawab atau pun bertanya tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan suara sirine ambulance yang melaju ke arah rumah Alanda.

Alanda yang tadi merasa bingung dengan pertanyaan Tia pun sekarang paham. Ia begitu syok saat ambulance dibuka dan terlihatlah wajah ayahnya yang sangat ia sayangi, sudah berwajah pucat dan sudah mengenakan kain kafan.

"Nggak, ini nggak mungkin" Ucap Alanda dengan tangis histeris, merasa masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini adalah nyata. Tubuhnya mendadak lemas tak berdaya. Dengan sekuat tenaga Alanda mencoba untuk mendekati jenazah ayahnya dan memeluknya sambil menangis menjerit memanggil sang Ayah.

"Ayah, jangan tinggalin Al sendiri! Alanda takut Ayah. Bangun yah!" Alanda terus saja menangis memohon pada jasad Ayahnya agar membuka matanya kembali dan tidak meninggalkannya sendirian di dunia ini. Walaupun Alanda sadar apa yang di inginkannya sangat mustahil tapi saat ini hanya itu yang mampu ia ucapkan.

Tia yang sangat akrab dengan Alanda dan pak Andi sejak Alanda masih anak-anak turut merasa sedih. Tapi ia sadar Alanda tidak punya keluarga disini, jadi ia berusaha untuk kuat supaya bisa menghibur Alanda.

"Udah ya Al, yang ikhlas yang sabar! Om Andi sekarang sudah bahagia bertemu Bunda kamu di syurga." Ucap Tia berusaha menghibur Alanda sambil mengusap-usap bahu Alanda supaya lebih tenang.

Esoknya di tempat pemakaman umum, semua teman dekat Alanda dan beberapa tetangga juga beberapa guru turut hadir di acara pemakaman pak Andi.

Keisya mencoba menguatkan Alanda dengan memeluk tangan kanan Alanda dan Fani memeluk tangan kiri Alanda, sedangkan Tia berjaga-jaga dibelakang Alanda. Khawatir Alanda akan pingsan lagi, seperti semalam.

Prosesi pemakaman selesai. Satu persatu, mereka pamit meninggalkan area pemakaman. Hingga tinggallah Alanda dan ketiga teman dekatnya. Alanda masih saja terus menangis. Ia benar-benar kehilangan sandaran satu-satunya, rasanya hidupnya juga seperti sudah berakhir.

"Kamu tenang saja ya Al! Kamu masih punya kita. Kita akan selalu ada untuk kamu. Jadi kamu jangan takut ya untuk kehidupan kedepannya!" Ucap Tia sambil mengelus-elus rambut Alanda.

"Iya Al, anggap saja kita saudara kandung kamu. Kalo butuh apa-apa jangan sungkan untuk bilang ke kita." Sambung keisya yang baru datang dari dapur dengan membawa empat gelas minuman dingin. Posisi mereka berempat sudah kembali ke rumah Alanda.

Ditempat lain, Reno lagi merasa kacau sama pikiran dan hatinya. Perasaan merasa bersalah, rasa trauma dan bingung harus apa memenuhi pikiran dan jiwanya. Seharusnya kemarin, ia ikut mengantar jenazah pak Andi pulang ke rumah dan mengikuti prosesi pemakaman sampai selesai. Namun ia keburu dikejutkan oleh isi surat wasiat dari pak Andi yang sempat ditulis di akhir hayatnya. Karna merasa lagi butuh menyendiri, akhirnya Reno memilih pulang duluan. Tidak lupa ia mengurus dulu semua biaya administrasi dan keperluan pemulangan jenazah pak andi.

"Kenapa permintaan Papa sama om Andi bisa sama? Dan kenapa anaknya om Andi harus dia?" Batin Reno bertanya-tanya.

Semalaman Reno dibuat gegana sama isi wasiat dari om Andi dan foto yang diselipkan di kertas surat tersebut yang ternyata anak om Andi adalah sahabat baik dari kekasihnya. Kemarin pak Andi sempat mengambil foto yang ada di dompetnya dan menyelipkannya di kertas wasiat tersebut.

MAAF, KALO CERITA DAN TULISANNYA MASIH BELEPOTAN. PERDANA BIKIN CERITA TERTULIS. HARAP MAKLUM YA! 😁🤭🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!