...Doa adalah bahasa rindu dan cinta yang paling cepat sampai ke hati penerima nya, tanpa perlu didengar atau dibaca...
...🌿...
Malam itu semua terjadi begitu tiba-tiba, dan waktu menunjukkan pukul 02.25 waktu Turki.
“Ananda Elrumi Bagaskara bin Amar Bagaskara, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Humaira Abdullah Binti Abdullah, dengan mas kawinnya berupa Seperangkat Alat Sholat, dan Perhiasan berupa cincin berlian dibayar Tunai.”
"Saya terima nikah dan kawinnya Humaira Abdullah Binti Abdullah dengan maskawin tersebut dibayar tunai"
"Bagaimana Saksi , Sah???"
"Sah"
Alhamdulillah .....
Berakhirnya ikrar ijab qobul, ditandai dengan pembacaan doa oleh Penghulu kepada kedua mempelai.
اَللّٰهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ اٰدَمَ وَحَوَّاءَ وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَسَارَةَ وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ سَيِّدَنَا يُوْسُفَ وَزُلَيْخَاءَ وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَيِّدَتِنَا خَدِيْجَةَ الْكُبْرَى وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِنَا عَلِيِّ وَسَيِّدَتِنَا فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءَ
Allâhumma allif bainahumâ kamâ allafta baina Adam wa Hawwa, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Ibrâhîm wa Sârah, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Yûsuf wa Zulaikha, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Muhammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallama wa sayyidatinâ Khadîjatal kubrâ, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ ‘Aly wa sayyidatinâ Fâthimah az-Zahrâ
Artinya: “Ya Allah, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Nabi Adama dan Hawa, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Nabi Ibrahim dan Sarah, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Nabi Yusuf dan Zulaikha, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Baginda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallama dan Khadijah Al-Kubra, dan rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Ali dan Fathimah Az-Zahra.”
Bulir-Bulir Bening Seketika Merembes dari Sudut Mata indah Humaira atau wanita yang kerap di sapa Maira, tanpa bisa di tahan cairan bening itu jatuh begitu saja.
Sejujurnya bukan seperti ini pernikahan yang Maira inginkan, hanya saja tidak mungkin pula bagi dia untuk menolaknya.
Terlebih jika mengingat bagaimana harga diri dan kehormatan keluarganya hancur karenanya. Ucapan yang mana hingga detik ini masih saja terngiang di ingatan nya. Ucapan yang menyatakan jika Maira telah berzina dan memiliki anak dari perbuatan kotor yang di lakukan nya.
Semua terjadi begitu tiba-tiba, hingga Humaira pun tidak sempat untuk menentukan pilihannya. Karena sejujurnya memang tidak ada pilihan lain selain hanya menerima takdir yang telah Allah tentukan untuk dirinya.
***
Beberapa minggu sebelumnya.
Senja di kota Ankara.
Ankara merupakan ibu kota negara Turki atau Türkiye, dengan nama resmi disebut sebagai Republik Türkiye, sebuah negara kesatuan dengan sistem presidensial di kawasan Eurasia. Wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Laut hingga daerah Balkan di Eropa Tenggara.
Negara ini dikenal sebagai negara transkontinental atau negara lintas benua. Berbatasan dengan laut Hitam di sebelah utara dan laut Marmara yang menandai batas wilayah Eropa dan Asia. Sehingga cukup indah dan menjadi destinasi wisata.
Setiap orang yang pernah berkunjung ke Turki akan merasa takjub dengan negara ciptaan Tuhan yang begitu indahnya. Dataran tinggi dengan udara yang sangat segar dan aliran air yang jernih.
Buah dan sayur tumbuh tanpa obat kimia, matang secara natural. Sedangkan produk daging dan susunya didapat dari hewan ternak yang digembalakan di lingkungan yang alami. Beberapa dataran tinggi yang terkenal adalah Taurus dan Kackar Highland, dan oleh sebab itu lah negara Turki sangat istimewa.
Masyarakat Turki sebagian besar beragama Islam dan minoritas Nasrani, namun toleransi yang dibangun di sana cukup kuat, sehingga kita jarang menemukan perselisihan agama. Profil negara Turki inilah yang menjadi magnet besar.
Segar dalam ingatan Humaira, 3 hari yang lalu sang Umi menghubunginya meminta dia untuk segera pulang, sebab ada satu hal yang penting dan mengharuskan Maira untuk segera tiba di tanah air nya.
Setelah melalui perdebatan dan pemikiran panjang pada akhirannya Maira memilih dan memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
"Bunda kita mau Kemana ?" . Tanya gadis kecil di hadapan Maira
Mendengar ucapan sang putri, Maira lantas tersenyum padanya. Maira meraih tubuh kecil putrinya dan memeluk nya dengan erat.
Nayla.
Merupakan putri kecil Maira, gadis berusia lima tahun, yang begitu menggemaskan dengan banyaknya kosa kata yang mulai dia pelajari setiap hari.
Meski tinggal di negara Turki namun Maira tidak lupa mengajarkan pada Nayla untuk mengenal dan mencintai budaya negara asalnya dan mengajarkan berbahasa Indonesia.
"Iya sayang, Nayla mau kan ketemu sama nenek dan kakek ?"
Mendengar ucapan ibunya tentu saja Nayla langsung menganggukkan kepalanya. Bahkan Nayla begitu bersorak gembira, melepaskan pelukan ibunya dan melompat-lompat dengan riang gembira.
Hal ini juga merupakan sesuatu yang begitu dinantikan oleh Nayla. Bertemu dengan sosok kakek dan nenek yang selalu di ceritakan pada nya.
Melihat betapa bahagianya sang putri, tentu saja Maira pun merasakan hal yang sama, meski entah bagaimana nantinya, Maira memilih untuk tetap membawa putrinya.
Maira sendiri tidak tahu pasti kenapa kedua orang tuanya begitu memaksa dia untuk segera pulang ke tanah airnya.
Namun yang pasti sejak hampir 6 tahun terakhir, memang ini merupakan kali pertama Maira kembali ke tanah kelahirannya.
Berawal dari seorang mahasiswi, yang beruntung mendapatkan beasiswa ke negara turki. Dan berakhir menetap tinggal dan bekerja di sana.
Beruntung berkat kecerdasan yang di miliki Maira bisa mendapatkan pekerjaan yang baik di negara tersebut.
Ada rasa cemas yang menyelimuti hati Maira, entah karena sebab apa, namun yang jelas dia merasa ada sesuatu yang tidak baik-baik saja.
Terlebih kepulangannya saat ini akan membawa serta Nayla, dan hal itu mungkin saja akan menimbulkan tanya besar di dalam keluarganya.
Namun Maira juga tidak mungkin terus-terusan menyembunyikan keberadaan Nayla dari orang tuanya.
"Bunda, Nayla pengen cepat-cepat bertemu kakek dan nenek" ucapnya dengan penuh gembira. Nayla terlihat begitu bahagia, setelah mendengar kabar dari Maira jika keduanya akan bertolak ke Indonesia.
Senyum di wajah cantik Maira mengisyaratkan kebahagiaan di hatinya. Sejujurnya Maira juga merasa begitu bahagia, namun dalam hati kecilnya juga menyimpan rasa gelisah yang luar biasa, karena setelah 6 tahun lama nya, dia akan kembali ke tanah air dan kembali bertemu dengan kedua orang tuanya, dengan segudang cerita yang selama ini telah di simpan dalam hatinya.
Semua persiapan telah siap, tinggal menunggu jadwal keberangkatan saja.
***
'Soekarno Hatta internasional airport'
***
...Hanya karena ingin mengakhiri sebuah rasa, Mengapa harus berhenti saling menyapa...
...🌿...
Hari ini merupakan hari yang paling dinanti oleh orang tua Maira, dimana merupakan hari kedatangan Maira setelah sekian lama tidak kembali ke tanah kelahiran nya.
Enam tahun tentu bukan waktu yang singkat bagi Maira. Umi dan Abah Abdullah tentu sudah sangat menantikan kedatangan putrinya.
Setibanya di Jakarta, Maira memilih untuk tidak memberi tahu orang tau nya, jika dia telah tiba, selain tidak ingin merepotkan. Juga karena Maira tahu bagaimana sibuk dan repot kedua orang tuanya.
Maira memilih menggunakan jasa travel untuk mengantarkan dirinya dan sang putri ke Kota Bandung.
Nayla yang terlihat lelah setelah kurang lebih 9 jam perjalanan, hanya bisa terlelap dalam pangkuan ibunya.
Kurang lebih dua jam perjalanan, Maira telah sampai di tempat tujuan.
Sekilas dalam pandangan Maira , tidak banyak yang berubah dari rumah orang tua nya, hanya saja kali ini tampak berbeda sebab banyak kendaraan terparkir di halaman rumah Abah nya.
'Ada apa ?' batin Maira bertanya.
'Mungkinkah mereka mengadakan penyambutan ?' pikir Maira.
Maira pun tersenyum menyadari jika memang benar dugaanya.
Kedatangan Maira yang baru saja masuk di halaman rumah masa kecilnya, sontak membuat semua orang begitu bahagia, hingga Abah dan Umi menghambur begitu saja pada Maira.
Meninggalkan beberapa orang di dalam sana yang lebih dulu bertamu kerumah Abah Abdullah sebelum nya.
Pelukan dan ciuman Umi dan Abah Abdullah berikan pada putri tercintanya, hingga mengabaikan Nayla yang sedari tadi Maira gandeng di sebelahnya.
Maira lantas dibawa masuk ke dalam rumah oleh Abah dan Uminya, kesan pertama tatkala Maira masuk ke dalam rumah adalah suasana tampak berbeda, banyak tamu yang tengah duduk di rumah Abahnya.
'Siapa ?' batin maira bertanya.
"Duduklah nak, Abah perlu membicarakan sesuatu denganmu" ucap Abah Abdullah
Masih cukup bingung dengan situasi yang ada, Maira pun menurut dan duduk di samping Umi sesuai titah dari Abahnya.
Maira duduk dengan tenang bersiap mendengarkan apa yang akan Abah Abdullah katakan padanya. Terlihat beberapa orang dihadapan Maira adalah orang-orang asing yang sepertinya belum pernah dia lihat sebelumnya, namun tidak ingin fokus pada tamu-tamu Abahnya, Maira memilih untuk kembali fokus pada ucapan Abah Abdullah saja.
Netra Maira tertuju pada sosok seorang pria yang sebelumnya begitu dia kenal. Seorang pria yang sejak bangku sekolah menengah pertama menjadi teman sekelasnya.
'Arjuna'
Laki-laki yang sempat membuat hati Maira merasakan berbunga-bunga, namun Maira memilih untuk tetap menjaga hati nya dari cinta yang tidak halal bagi nya.
Segar di ingatan Maira saat Arjuna atau yang kerap di sapa Juna, menyatakan cinta nya ada Maira, namun dengan tegas Maira menolak sebab alasan ingin menjaga hati nya.
Sempat keduanya berucap akan kembali saat waktunya tiba, Juna akan kembali mendatangi Maira dengan segala rasa yang masih ada, dan begitu pula dengan Maira yang berjanji untuk menerima nya.
Namun sudah sejak enam tahun terakhir Maira melupakan janji nya bersama Arjuna.
'Mungkinkah ini saat nya' pikir Maira menatap lekat wajah Arjuna.
Hal yang sama Arjuna lakukan pada Maira, terlihat kebahagiaan di wajah tampan nya, senyum di wajah Arjuna tak pernah lekang tatkala menatap Maira.
Dalam benak Arjuna , Maira masih gadis yang sama dengan yang dia kenal dulu, gadis dengan sejuta pesona dan kecantikan wajahnya. Namun meski begitu Maira hanya bisa menatap sekilas dan kembali menundukkan wajah nya.
Cukup lama Maira berkutat dengan pikirannya, hingga tanpa sadar, suara lirih membuyarkan lamunannya.
"Bunda..."
Suara kecil yang tiba-tiba menyadarkan Maira. Namun tidak hanya Maira saja, sontak panggilan "Bunda" yang tertuju pada Maira tersebut, juga mengagetkan semua orang yang ada di sana, termasuk umi Masyitah dan Abah Abdullah tentu nya.
Semua orang tampak mengarahkan pandangannya pada sosok kecil yang tengah duduk di samping Maira. Semua tampak bertanya-tanya, Siapakah gadis kecil yang ada di sana, sebab tamu Abah Abdullah tidak ada satupun diantara mereka yang membawa anaknya.
Senyum kecil dan usapan lembut tangan Maira di puncak kepala Nayla. Semakin mengisyaratkan kebingungan di mata orang-orang di sana.
Tatapan penuh tanya dari orang-orang di sana cukup mampu membuat Nayla takut melihatnya, hingga beringsut memeluk sang Bunda dengan begitu eratnya.
"Humaira ???. Siapa ini nak???
Tanya Abah Abdullah dengan suara serak nya, Abah tentu begitu terkejut dengan gadis kecil yang tiba-tiba saja memanggil putrinya dengan sebutan 'Bunda'. Sementara seingat Abah, dia belum pernah menikahkan Maira sebelum nya.
"Abah... Maira bisa jelaskan semua" ucap maira dengan suara lirih namun mengisyaratkan kekhawatiran di wajah cantiknya.
Dengan perasaan tak karuan, Maira bersiap untuk memberi penjelasan pada Abah, Umi dan orang-orang yang saat ini masih berada di sana.
"Abdullah !!!, berani nya kau mempermainkan ku !!!"
Suara menggelegar terdengar begitu menggema di seluruh ruangan, tidak hanya Abah Abdullah, nyatanya Maira dan juga semua orang yang ada di sana terkejut mendengarnya.
Semua orang tampak mengarahkan pandangan nya pada Pak Ganjar, yang berdiri tidak jauh dari tempat Abah Abdullah.
Mendengar ucapan pak Ganjar, Abah Abdullah pun tertunduk lemas di kursinya. Dan tidak hanya itu saja pikiran Abah semakin kalut dengan panggilan 'Bunda' yang disematkan gadis kecil yang saat ini berada di pangkuan putrinya.
Sementara itu Umi Masyitah terus menguatkan hati suami nya, menyadari jika baru beberapa hari yang lalu Abah Abdullah keluar dari rumah sakit, sebab gejala penyakit jantung yang tiba-tiba saja menyerangnya, hingga Abah perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit.
"Ganjar, Aku tidak pernah mempermainkan mu !!" terdengar suara serak Abah.
"Lalu apa bukti nya, Putrimu bahkan telah memiliki anak diluar sana" Tunjuk pak Ganjar pada Nayla.
Kekesalan di wajah pak Ganjar tidak lagi dapat di tutupi, Sementara Abah abdulah terlihat begitu pasrah, sebab hal ini diluar dugaan dan kendali nya.
Begitu juga Arjuna, yang terlihat hanya terdiam dengan sorot mata tidak lepas dari Maira. 'Kecewa ?', tentu saja pastinya hanya saja Arjuna memilih diam dan menunggu penjelasan dari Maira.
"Aku tidak terima !!,
Arjuna !! Kita pulang sekarang !!"
"Dia bukan wanita yang tepat untuk mu !!"
Lantang Pak Ganjar berteriak dan menunjuk wajah Maira. Maira baru akan membuka mulutnya untuk memberi penjelasan pada orang-orang di sana, namun pak Ganjar lebih dulu menyela dan membungkam mulutnya dengan kalimat buruk yang keluar begitu saja.
"Tapi Pa !. Kita dengarkan dulu penjelasan dari Maira !" ujar Arjuna.
"Tidak ada yang perlu di jelaskan, kamu sudah lihat sendiri bukan ?" ketus pak Ganjar dengan bersungut marah.
Sadar dengan situasi yang mulai tidak terkendali, "Saya bisa menjelaskan semua pak" Ujar Maira
"Penjelasan apa !!!"
"Anak haram yang kamu bawa sudah cukup menjelaskan bagaimana perilakumu diluar sana !!!" cecar pak Ganjar dengan begitu murka.
Maira pun hanya dapat diam dengan menundukkan wajahnya, jujur sakit sekali hati nya, direndahkan dan di anggap buruk, terlebih dihadapan orang tuanya.
Sakit ?, tentu saja, namun kenyataan tidak bisa berkata lain selain memang Maira telah bersama Nayla. menyadari ketakutan di wajah putrinya membuat dia tidak tega untuk banyak bicara.
"Bunda.. " Nayla memeluk erat Maira dengan menyembunyikan wajahnya di dada Maira.
Sekuat tenaga Maira berusaha kuat demi Nayla, namun nyatanya buliran bening tetap saja merembes dari sudut mata indahnya.
***
...🍁Assalamualaikum🍁...
Selamat Datang di Novel terbaru Author Semoga terhibur dengan tulisan saya.
Semoga selalu dalam lindungan dan Rahmat Allah SWT.
Sebelumnya Author ucapkan Banyak terima kasih yang sudah bersedia membaca Tulisan saya, Masih jauh dari kata sempurna jika dibandingkan dengan Jutaan Novel bagus lainya.
Semoga sedikit yang bisa saya torehkan dapat menjadikan hiburan dan inspirasi yang baik untuk para Readers semuanya.
Namun disini saya juga ingin menyampaikan sepatah dua patah kata berkaitan dengan isi hati saya.
Mohon untuk kakak kakak semua yang merasa novel saya ini tidak layak, tidak menarik Silahkan tinggalkan saja, Tidak perlu memberikan like , Komen ataupun penilaian bintang berapapun.
Penilaian kakak yang mungkin berupa bintang 1, 2 , 3 atau 4 sejujurnya cukup meresahkan di hati dan karya saya.
Karena disini saya tidak hanya mengisi waktu luang semata, tidak hanya mengembangkan imajinasi saya, Tidak hanya menghalu semata. Karena setiap kata yang saya tuliskan di sana melalui pemikiran panjang yang tentu tidak mudah tentu nya.
Jujur saya sangat Down, di beberapa tulisan mungkin ada yang dengan sengaja membuat penilaian buruk 🙏. Entah karena tujuan apa, tentu hanya Allah semata yang mengetahuinya.
Jujur Sedih.
Saya tidak meminta Kakak kakak Readers semua untuk membaca buku saya, kalau suka silahkan di baca, kalau tidak suka mohon tinggalkan saja.
Mohon Bijaklah dalam menggunakan jari jempol anda 🥰🥰🥰🙏🙏🙏
...Selamat Membaca Dan Semoga Terhibur...
***
...Doa adalah bahasa rindu yang halal sepanjang masa...
...🌿...
Suasana sejenak hening.
"Jika kamu masih mau jadi anak Papa, pulang sekarang !!, Batalkan pertunangan mu dengan dia" , tunjuk pak Ganjar pada Maira.
Maira terhenyak mendengar ucapan pak Ganjar.
Dari ucapan orang tua Arjuna , Maira menyadari jika kedatangan Arjuna saat ini adalah untuk menagih janji suci yang dulu sempat keduanya utarakan.
Tidak ingin semakin berdebat dengan orang tua nya, Arjuna memilih untuk mengikuti kemauan orang tua nya.
Pak Ganjar beserta istri disusul Arjuna dan beberapa orang lainya beranjak pergi meninggalkan kediaman Abah Abdullah, rasa kecewa jelas terpancar di wajah mereka.
Rencana awal yang sebelumnya ingin melamar Maira, justru berakhir sia-sia, cinta yang Arjuna pupuk untuk Maira harus dia relakan begitu saja.
Sejujurnya Arjuna masih ingin mendengar penjelasan dari Maira, mungkinkah Maira mengalami pelecehan atau dia memang telah menikah sebelumnya. Namun hal itu urung dia lakukan, sebab ada sedikit kekecewaan di hati nya, ditambah sikap orang tuanya yang tegas menolak Maira.
Melihat kenyataan dan situasi yang baru saja terjadi, Abah Abdullah hanya bisa tertunduk lemas. Tidak hanya Umi Masyitah, namun kedua kakak perempuan Maira pun menghambur pada Abah Abdullah.
Sofia dan Syifa merupakan kakak Maira keduanya telah menikah, hari ini keduanya datang untuk menyaksikan acara lamaran Humaira dan Arjuna. Namun yang ada justru mereka menyaksikan kegagalan adiknya.
Sementara Maira masih sibuk menenangkan Nayla yang kini gemetar karena rasa takut. Sofia Kakak pertama Maira mendekati nya.
Melihat gadis kecil di pangkuan Maira, membuat Sofia tidak tega melihatnya, Sofia memilih membawa Maira dan Nayla ke kamar untuk beristirahat dan menenangkan pikirannya. Meski ada rasa kecewa namun Sofia memilih untuk mencari kebenaran dari adik nya.
"Tunggu"
Serak suara Abah Abdullah menghentikan langkah Maira dan Sofia. Keduanya berbalik dan sadar perubahan di wajah Abah Abdullah.
"Pergi"
"Pergi dari rumah ini dan jangan pernah kembali !!" Lirih Abah Abdullah tanpa melihat wajah putrinya, kemarahan jelas tergambar di wajah tua nya.
"Abah !!" suara Umi Masyitah menghentikan suaminya.
"Pergi !!!"
Tegas mengisyaratkan kekecewaan di hati orang tuanya, seketika membuat Maira kembali menjatuhkan airmata nya.
"Abah.." lirih Maira bersimpuh dihadapan orang tuanya.
Maira berusaha menjelaskan semuanya, namun naas Abah Abdullah menyeret begitu saja Maira keluar dari rumah.
"Bawa dia pergi dari rumah ini" dengan berlinang air mata Abah memberi titah pada Sofia dan Syifa. Sejujurnya Abah merasakan sakit di dadanya, mengusir putri yang dulu sangat di banggakannya, namun rasa kecewa di hatinya lebih besar hingga membuat Abah memilih untuk lebih baik Maira pergi dari hadapannya.
"Tapi bah, kita bisa dengarkan penjelasan Maira dulu" ucap Sofia menenangkan abahnya.
"Tidak ada tapi !!!" terdengar suara Abah yang lebih meninggi di iringi nafas yang tersengal. Hal itu tentu membuat Sofia dan Syifa memilih membawa sang adik segera keluar dari rumah tersebut.
Meski berat , Maira memilih untuk mengikuti kakak nya dan menuruti permintaan orang tua nya, hingga kembali ke Turki menjadi pilihan satu-satunya.
***
Senja di kota Ankara.
Tidak ada pilihan lain selain kembali ke negara tersebut.
Kejadian dua minggu yang lalu masih saja terus membayangi hati dan pikiran Maira.
Bukan tentang pandangan buruk orang-orang tentang dirinya, namun pada kekecewaan orang tua nya yang hingga saat ini masih menjadi beban di hati Maria.
"Bunda"
Suara kecil yang seketika membuyarkan lamunan Maira.
"Iya sayang" jawab Maira dengan suara lembut. Nampaknya gadis kecil berusia 5 tahun itu sudah tidak lagi memikirkan kejadian dua Minggu lalu, sebab setibanya di negara ini, Nayla sudah terlihat kembali ceria.
Seperti biasa Maira menjadi ibu tunggal di sela-sela kesibukannya bekerja, dengan telaten Maira mengasuh dan merawat Nyala. Tidak pernah terpikirkan di hati Maira sebelumnya, diusianya yang ke 28 tahun ini, dia telah menjadi ibu tunggal untuk Nayla.
***
Pagi hari menyapa, seperti biasa Maira telah siap dengan sarapan pagi di meja untuk dirinya dan Nayla.
Pagi ini sedikit lebih sibuk dari biasanya, sebab Maria harus membawa serta Nayla ke kantor, karena liburan musim panas seperti saat ini tidak mungkin bagi Maira untuk meninggalkan putrinya sendiri di Apartemen.
Sejujurnya membawa Nayla ke kantor, juga bukan merupakan pilihan yang tepat, hanya saja Maira tidak memiliki cukup uang untuk menyewa pengasuh.
"Hellowwww "
Nyaring suara terdengar dari pintu Apartemen Maira yang tiba-tiba saja terbuka.
'Catalia' wanita berusia sama dengan Maira yang juga merupakan rekan kerjanya.
"Aunty Caty...." seru Nayla menghambur pada sahabat ibunya.
Keduanya berpelukan dengan begitu erat, saling melupakan kerinduan, sebab sejak beberapa minggu sebelumnya mereka harus berpisah, karena Maira dan Nayla harus bertolak ke Indonesia.
Catalia merupakan wanita asli Indonesia yang beruntung di nikahi laki-laki turki, namun hubungan dengan suaminya kurang baik, sebab Catalia tidak kunjung hamil dan memiliki anak, dan oleh itu, Catalia begitu menyayangi putri dari sahabatnya.
Beruntung Maira memiliki sahabat seperti Catalia, sebab Catalia selalu bisa memahami situasi dan kondisi Maira, seperti saat ini, dimana dia harus membawa Nayla ke kantor dan tentu Maira membutuhkan bantuan Catalia untuk menjaga Nayla.
"Kita berangkat ???" ujar Catalia saat ketiganya telah duduk di dalam mobil.
"Siappp " ujar Maira dan Nayla bersamaan.
Ketiganya melaju, memecah keramaian kota, hingga beberapa saat ketiganya tiba di sebuah gedung tinggi, perusahaan yang sudah sejak 3 tahun terakhir menjadi tempat Maira mengais rejeki.
Ini bukan kali pertama Maira membawa Nayla ke kantor , sehingga Maira tidak begitu merasa sungkan ketika bertemu dengan rekan kerjanya.
Seperti sudah paham dengan kesibukan ibunya, Nayla selalu anteng dan tidak pernah merepotkan ibunya. Selalu patuh dengan apa yang Maira katakan.
"Maira ...?" panggil Catalia dari balik sekat pemisah antar meja kerja keduanya.
"Emmm" jawab Maira singkat
"Siang ini semua karyawan diminta berkumpul, denger-denger mau ada perkenalan dari atasan baru" ujar Catalia dengan serius.
"Ohya ??" jawab Maira kaget
"Hemmm.. Kamu gak baca grub kantor ???"
Maira menggelengkan kepalanya, jujur dia memang baru mengetahui hal itu sebab hari-hari sebelumnya Maira selalu sibuk dengan kegiatannya mengurus Nayla, dan memikirkan keluarganya, hingga dia tidak sempat membuka informasi dari grub di kantor nya.
Sejenak Maira tampak bingung, sebab didalam acara tersebut tidak mungkin Maira membawa Nayla, namun juga tidak mungkin dia meninggalkan Nayla sendirian.
"Bunda tenang saja , Nayla akan di sini menunggu bunda sampai selesai acaranya" ujar gadis kecil yang seolah memahami kegundahan hati Maira.
Mendengar hal itu Maira lantas memeluk sang putri seraya menghujani puncak kepala Nayla dengan ciuman.
"Terima kasih sayang" ucap Maira penuh kelegaan.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!