NovelToon NovelToon

Terhina di keluarga suami

Bab 1

"Nih jatah buat belanja bulan ini. Belanja yang bergizi jangan hanya tahu tempe saja, kasian suami kamu cari uang tapi kamu cuma masak tahu tempe aja tiap hari" Bu Erna yang tak lain mertua ku sendiri menghampiriku di dapur dan menyodorkan uang satu juta lima ratus ribu kepada ku.

Aku yang sedang memasak pun gegas menyimpan spatula dan menerima uang yang ibu mertua ku berikan, dari mana aku tau kalau uang itu satu juta lima ratus? Karena memang setiap bulan ibu mertua ku selalu memberikan ku bulanan segitu.

"Bu... Aku sudah bilang sama mas Hendra kalau bulan ini aku minta tambah uang bulanan nya, karena kalau segini gak cukup" ucapku memberanikan diri kepada ibu mertua ku

Ibu mertua ku melotot ketika aku mengatakan jika aku sudah meminta uang tambahan pada mas Hendra.

"Apa?! Kamu ini kurang bersyukur sekali ya, lagian untuk apa kamu minta uang tambahan kepada Hendra? Sudah cukupkan sehari lima puluh ribu! Untuk apa uang tambahan. Jangan boros-boros jadi istri kasian anakku yang cari uang malah kamu yang menghamburkan. Sudah segitu saja sudah cukup bagi mu" ucap panjang lebar ibu mertua ku sambil berlalu dia pun tak henti-henti nya mengomel.

Bagaimana bisa aku memasak yang bergizi sedangkan orang di rumah ini saja banyak, ada suami dan aku, kedua mertua ku, istri dan adik ipar suami ku beserta anak nya.

Sedangkan anak dari iparku itu pun selalu minta jajan kepadaku bagaimana aku bisa berhemat atau membeli makanan yang bergizi untuk suamiku, aku hanya bisa menghela nafas panjang.

Sebenarnya tak masalah bagiku jika untuk membeli makanan yang bergizi walaupun aku yatim piatu, aku sudah biasa bekerja freelance sebagai penulis online dan ada sebuah resto yang aku kelola bersama sahabatku Aini, Tetapi aku tak suka dengan sifat ibu mertua ku yang selalu mengatur semua nya.

Ternyata mbak Tari sedari tadi menguping pembicaraan antara aku dan ibu nya, terdengar suara cekikikan dari balik tembok itu.

Sebenarnya kalau gaji mas Hendra tidak di pegang sepenuh nya oleh ibu mertua ku, aku yakin semua nya tercukupi dengan gajinya saja.

Sedangkan uang yang aku miliki bisa untuk aku tabung dan bisa di pergunakan untuk hal-hal yang darurat, tetapi ini yang aku lihat adalah aku di berikan hanya untuk kebutuhan sehari-hari itupun sangat lah kurang menurutku dan gaya hidup ibu mertua ku yang bergaya ala ibu-ibu sosialita, padahal ayah mertua ku hanyalah sebagai butuh pabrik gula yang gaji nya tak seberapa.

Setiap hari ibu selalu mempunyai kegiatan bersama teman-teman sosialita nya tersebut entah apa itu tapi hampir setiap hari ibu mertua ku itu pergi dan pulang hampir menjelang sore hari.

Sedangkan Tari, jangan di tanyakan dia selalu terlihat sibuk dengan handphone nya walaupun didepan mata nya berserakan mainan atau bekas Snack anak bahkan diri nya, Tari tak akan mau membereskannya.

Pakaian dia, suami dan anak nya menumpuk saja dia tak akan pernah perduli bahkan piring bekas makannya saja akan dia biarkan tergeletak di tempat nya.

Setiap hari pekerjaan rumah aku yang mengerjakan mulai dari bersih-bersih rumah, berbelanja sampai menyajikan di meja makan aku yang melakukannya. Sedangkan mereka tak pernah melakukan apapun di rumah ini.

Terkadang aku pun lelah dan tak jarang aku mengajak mas Hendra untuk mengontrak rumah saja tetapi suamiku itu selalu menolak alasannya sayang uang nya bisa untuk kebutuhan yang lain, sedangkan gaji suamiku itu saja setiap bulan selalu sampai ke tangan ibu mertua ku aku tak tahu berapa gaji suamiku selama ini.

Sedangkan Rudi, dia setiap bulannya hanya menyerahkan setengah dari gaji nya karena dia harus menyisihkan untuk biaya anak nya sekolah, walaupun dia bekerja hanya sebagai karyawan biasa tetapi aku salut sama dia bisa mengutamakan keluarga terutama anak nya.

Mas Hendra selalu menganggap pernikahan kami itu suatu rezeki yang sangat besar karena tak lama setelah kami menikah beberapa bulan kemudian mas Hendra mendapatkan promosi jabatan sebagai manager keuangan di perusahaannya.

Tetapi tetap saja walaupun mas Hendra dapat promosi jabatan dan akhirnya menjabat sebagai manager, aku masih tak menerima full gaji mas Hendra, gaji mas Hendra sendiri akan diterima oleh ibu mertua ku dan aku sendiri akan menerima tak lebih dari satu juta lima ratus setiap bulannya.

Aku merasa mas Hendra tak bertanggung jawab atas diriku sebagai istri nya seharusnya kan mas Hendra memenuhi kebutuhan keluarga nya terlebih dahulu baru keluarga orang tua nya.

Tetapi apa? bahkan setiap bulannya aku lah yang selalu menutupi kekurangan keluarga ini dari hasil resto dan menulis di platform novel online.

"Memang uang yang di berikan kurang? Hingga kamu meminta tambahan untuk belanja Lis?" ucap mas Hendra ketika aku meminta uang belanja tambahan kepada diri nya.

" Iya mas selama ini aku menutupi kekurangan nya dari simpanan gaji aku dulu ketika bekerja di resto" ucapku menutupi apa yang aku punya selama ini.

Bukan bermaksud untuk menutupi semua nya dari suami tetapi melihat perlakuan ibu mertua ku yang sangat dominan di keluarga ini aku merasa jengah dan seperti di jadikan pembantu.

Perlakuan nya sangatlah berbeda kepadaku dan tari padahal kami sama-sama menantu.

_____

"Lis, nanti ibu mau pergi sebentar bersama tari kamu jaga ayu di rumah dan awasi dia setelah pulang sekolah. Kasih dia makan terus cek apa dia ada pr atau gak" ucap nya ketika berhadapan denganku.

"Oya kalau ayu gak ada pr dia harus tidur siang ya mbak jangan kasih main" sambung tari yang entah dari mana datang nya.

Aku yang sedang membereskan bekas masak untuk makan siang pun seketika menghentikan kerjaan ku dan menatap kearah ibu yang telah berpakaian ala-ala sosialita zaman sekarang dan tari juga tak kalah dandanannya seperti ibu.

"iya Bu biar nanti Lisa ingatkan ayu, Oya bapak gimana Bu?" tanyaku kemudian.

" Bapak biasa pergi ke belakang paling juga Oya jangan lupa juga bapak kasih makan siang jangan kau habiskan ya!" ucap nya lagi sekarang ucapan ibu menyindirku lagipula siapa yang akan menghabiskan makanan segitu banyak nya.

Setelah memberikan petuah kepadaku ibu dan tari pun berlalu dari hadapanku menuju halaman depan karena taxi online yang tari pesan sudah datang.

Setelah semua sudah selesai aku pun dapat bersantai sambil menunggu ayu pulang sekolah dan sambil mengetik di novel online ku lumayan sambil menyicil cerita nya nanti malam baru aku teruskan sampai full satu atau dua bab

bab 2

"Lis makan gorengan nih" bapak Yudi yang tak lain adalah bapak mertua ku datang dengan membawa keresek di tangannya aku pun yang sedang duduk untuk menulis menghentikan sejenak dan menatap ke arah bapak mertua ku itu.

"Dari mana ini pak?" tanya ku berbasa-basi

" Tadi bapak beli dari Bu Hindun dia lewat depan rumah, ayo dimakan nanti pasti tenaga kamu akan terkuras lagi waktu ayu pulang jadi sekarang isi dulu tenaga kamu ya" ucap nya sambil tersenyum ke arahku.

"Kamu masih ada uang Lis?" Tanya nya lagi.

"Masih pak" jawab ku jujur karena memang ibu baru saja memberikanku uang bulanan dan belum sempat aku belikan kebutuhan rumah ini.

"Jika uang kamu ga cukup bilang ya sama bapak" ucap nya lagi.

Ya tanpa ibu tau bapak selalu memberikan ku uang tambahan, bapak juga sering membantuku dalam mengerjakan pekerjaan rumah ini ketika bapak tak pergi bekerja dan tak ada orang di rumah ini walaupun hanya menyapu atau mencuci piring tetapi itu sudah meringankan pekerjaanku selama ini.

"Makasih ya pak" ucapku tulus kepada bapak mertua ku.

"seharusnya bapak yang berterimakasih sama kamu Lis, kamu begitu sabar dalam menghadapi keluarga ini terutama ibu. Kamu tau sendiri lah bagaimana sifat ibu kamu itu sementara selama ini yang menutupi semua kekurangan kebutuhan keluarga ini adalah kamu dari hasil kerja kamu sebelum nikah" ucap nya sambil memandang dan tersenyum ke arahku.

" Gak apa-apa pak tugas Lisa mencukupi kebutuhan keluarga ini jika Lisa bisa" aku pun kembali menatap bapak mertua ku sambil tersenyum pula.

"Sebenarnya bukan maksud bapak mendiamkan sifat ibu kamu itu Lis, tetapi bapak malas jika harus ribut kamu tau kan jika bapak sedang menasehati ibu kamu. Jika bapak bilang satu kata maka ibu kamu akan berkata seratus bahkan lebih" ucapnya sambil menghela nafas panjang.

Ya aku tau itu karena ibu akan sangat cerewet ketika di nasehati oleh bapak dan bapak juga cendrung menghindari pertengkarannya dengan ibu mertua ku itu.

Sedang asik nya aku dan bapak berbincang terdengar suara dari depan yang sangat aku kenal, aku bergegas untuk melihat nya.

"assalamualaikum Tante" ucap anak manis didepanku ini yang sedang bernyanyi sambil membuka sepatu nya di teras, aku tersenyum ketika melihat nya seperti itu ya dia adalah ayu anak dari tari yang baru saja pulang sekolah karena memang sudah waktu nya dia pulang.

"wallaikumsalam anak cantik, baru sampai?" ucapku berbasa-basi sama ayu.

"hm..." jawab ayu

"ganti baju lalu makan dulu ya yu, Tante sudah siapkan makan siang kamu di meja makan" ucap ku masih berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan gerak-gerik anak itu.

"ok Tan, nanti setelah ini aku langsung ganti baju, Oya mamah mana Tan kok aku ga liat?" tanya nya sambil menyimpan sepatu nya di rak sepatu.

"Pergi sama nenek, mungkin ikut arisan atau yang lain Tante gak tau sayang" ucapku sambil berjalan beriringan bersama ayu masuk kedalam rumah.

Seperti biasa jika anak nya tari pulang aku akan berubah pekerjaan menjadi guru sekaligus baby sitter anak nya sedangkan tari kalau tidak pergi ya dia asik sendiri dengan dunia nya, Dia tak memperdulikan anak nya sendiri.

" Coba ya kalau mamahku itu Tante Lisa mungkin aku lebih senang" gumam ayu ketika dia melihat ku mengambilkan makanan nya.

Aku yang mendengarnya hanya tersenyum memandang wajah polos anak itu, ya walaupun masih sekolah dasar anak tari ini terbilang dewasa sebelum usia nya tapi tetap namanya anak-anak tetap lah anak-anak yang butuh perhatian dari orang tua nya.

"Habiskan makannya setelah itu kita belajar, ada pr kan dari sekolah?" tanya ku sambil menyodorkan makanan dihadapan ayu agar anak itu makan.

Ayu menganggukkan kepala nya dan mulai berdoa dan makan apa yang aku sediakan, aku pun duduk di samping nya menemani dia makan sampai habis setalah itu aku ajak dia ke ruang tv untuk mengerjakan pekerjaan sekolah nya sambil sesekali kami bercanda.

****

"Lis.... Besok tolong kamu belanja yang agak banyak ya, karena besok akan ada banyak orang datang ke rumah ini" ucap ibu mertua ku ketika kami sedang berkumpul di ruang keluarga.

Seperti biasa kalau sudah makan malam kami sempatkan berkumpul barang sejenak walau hanya lima menit di sana, aku pun menatap ibu mertua ku.

" Lusa keluarga dari kampung ibu akan datang kemari berkunjung sekalian ibu adakan saja kumpul keluarga besar" seakan mengerti ibu mertua ku pun menjelaskan kembali.

"Baik Bu nanti aku belanja kebutuhan untuk lusa, tetapi seperti nya uang yang kemarin kurang" cicitku di akhir kalimat dan itu mampu membuat ibu mertua ku emosi.

"Jadi maksud kamu uang yang baru kemarin ibu kasih ke kamu itu kurang? Atau sudah habis hah!!" ucapnya emosi sampai mata nya melotot tajam ke arahku.

"Bukan habis Bu tapi mungkin tidak cukup jika berbelanja banyak sekalian belanja bulanan"

"Alah alasan saja kamu ini Lis, bilang saja jika uang yang kemarin ibu kasih itu sudah habis untuk kebutuhan pribadi kamu, kamu ini jadi istri kok tidak bisa berhemat sama sekali sih" ucap nya lantang, aku yang mendengarnya Pun menghela nafas panjang dan melirik sekilas ke arah suami ku yang hanya memberikan ku usapan lembut di punggung ku, Aku pun terdiam tak menjawab lagi ocehan ibu mertua ku itu.

"Sudah lah Bu jika ibu masih punya kasih saja Lisa untuk berbelanja kebutuhan besok" ucap bapak mertua ku mencoba meredakan emosi istri nya.

"Bapak ini selalu saja membela mantu tersayang nya, bukannya bela ibu. Kalau mau bapak saja yang kasih uang ke si Lisa sana tapi ingat uang bulanan ibu tetap utuh" ucap nya masih emosi.

" Ya sudah lah pak nanti aku pakai uang bulanan saja" ucapku mengalah agar tak panjang ceritanya jika di teruskan aku yakin Omelan ibu mertua ku ini akan sampai pagi.

"Kenapa gak dari tadi saja sih kamu tu bilang seperti itu lagian gak akan kekurangan juga jika uang bulanan rumah ini buat besok" ucap nya lagi.

"Ya sudah yuk masuk kamar saja lagian sudah malam, kasian itu lihat si ayu besok sekolah" ucap mas Rudi kemudian.

Dan malam itu pun di tutup dengan drama ibu yang emosional dan sekarang aku masuk ke kamar bersama mas Hendra.

"Memang berapa lagi yang kamu butuhkan Lis untuk belanja besok?" ucap mas Hendra ketika kami sampai di kamar.

"Kalau bisa sih mas tambahin jika mau masak banyak, aku yakin uang kemaren pasti kurang banyak juga, apa lagi aku sudah pakai untuk jajan ayu tadi" ucapku menatap mas Hendra.

"loh kenapa jajan ayu kamu yang kasih Lis? Bukannya ada taro ibu nya?" tanya mas Hendra kemudian.

"Aku gak tau mas tapi tadi kata ayu dia tak di kasih jajan sama tari" ucapku jujur.

"Astaga... Ibu macam apa dia, sampai jajan anak saja tidak dia kasih" mas Hendra memijat pangkal dahi nya mungkin merasa pusing.

Bab 3

Sejak subuh aku sudah di sibukkan dengan berbagai macam kegiatan dari mulai berbelanja, membuat bumbu, memotong sayuran dan lain sebagainya karena di rumah ini tak ada yang membantuku.

Ibu mertua ku bilang dia akan membantu tetapi setelah dia berada di dapur bukannya membantu, aku merasa ibu hanya bisa merepotkan ku saja.

"Ibu akan membantu mu untuk masak besok" ucap nya ketika tiba di dapur dan duduk di depan meja makan.

Aku hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatanku aku jelas senang ketika ucapan itu keluar dari mulut ibu mertuaku itu karena aku akan mendapatkan tambahan tenaga.

"Lis... Tolong ambilkan pisau itu" ucap ibu mertua ku setelah duduk, aku yang sedang menumis bumbu agar besok tidak basi pun menoleh dan mengiyakan, segera aku ambilkan pisau yang ibu minta dan kembali ke depan kompor,Tetapi tak berselang lama ibu mertuaku bersuara lagi.

"Lis ambilkan talenan"

"Lis ambilkan garam"

"Lis ambilkan cabai"

"Lis..."

"Lis...."

Hah aku sampai lelah mendengar ucapan ibu kalau kaya gini bukannya membantu malah merepotkan dan membuat pekerjaan semakin lama, aku menarik nafas panjang agar emosi ku tak meledak.

Akhirnya beres juga untuk besok masak, sekarang waktu nya aku membereskan rumah ini setelah acara masak-memasak barusan.

"Lis kamu bereskan semua nya jangan sampai ada yang terlewatkan ya, bisa malu nanti sama Tante Ratna jika rumah ini sampai besok masih berantakan. sedangkan adik ibu itu akan datang pagi" ucapnya sambil berlalu dari dapur.

Coba kalau dari tadi ibu tidak membuatku kerepotan pasti masak-masak tadi sudah beres sejak tadi. Ku tatap semua sudut rumah dan menghela nafas panjangku dan membuang nya perlahan.

Rasa nya badanku ini sudah lelah dan ingin beristirahat setelah semua nya selesai, mendinginkan tubuhku dengan air yang dingin dikamar mandi. Ya itu lah hal yang paling istimewa saat ini bagiku yang sejak pagi buta tak tersentuh air kecuali sholat.

***

Pagi ini semua keluarga berkumpul mas Hendra, Rudi dan anak nya ada di rumah karena hari ini adalah tanggal merah.

Tadi nya aku ingin bermalas-malasan di kamar saja karena kemarin kan seharian full aku sudah menyiapkan berbagai macam bumbu dan keperluan masak untuk hari ini tetapi apalah daya suara lengkingan yang sangat khas terdengar dari luar kamarku.

Ya siapa lagi kalau bukan ibu mertua ku yang berteriak memintaku untuk keluar kamar.

"Lis.... Lisa.... Punya mantu kok males banget jam segini belum bangun!" ucap nya lantang sambil sesekali menggedor pintu kamarku.

door....door...door...

Bukan mengetuk pakai tangan lagi tapi ini sudah pakai kepalan tangan mungkin karena suara nya yang seperti orang menagih hutang.

"ya sebentar Bu..." Aku pun berjalan menghampiri pintu dan membukanya.

"kenapa Bu?" ucapku sebenarnya agak malas tetapi mau bagaimana lagi.

"Kamu ini bagaimana sih ini sudah pagi bukannya bangun, mandi lalu beberes dan masak buat sarapan malah masih tidur, jangan malas kalau jadi istri. Sebenarnya istri macam apa sih yang Hendra nikahi pemalas sekali" ibu mertua ku mengomel padahal hari masih pagi tapi ucapannya membuat emosi langsung naik.

Baru kali ini aku bangun agak siang karena aku pikir hari ini libur dan semua orang juga libur apa lagi kemaren aku sudah menyiapkan untuk masakan hari ini.

"Ee...h malah bengong cepat ke dapur lalu masak daging bumbu nya sudah ada di lemari pendingin jangan lama" ibu mertua ku berbalik ketika aku tak mengikutinya.

Aku pun melangkah menuju dapur dan menyiapkan bahan untuk masakan hari ini, sebagian telah matang karena memang aku mempersiapkan masakan untuk sarapan suami dan keluarga mertua ku terlebih dahulu sedangkan yang masih di masak untuk menyambut keluarga ibu mertua ku, Setelah selesai aku tata semua di meja makan dan siap menunggu orang-orang yang ada di rumah ini.

"Hem.... Wangi sekali sarapan kali ini ,mbak" kata Rudi yang baru saja keluar kamar nya bersamaan dengan ayu.

"wah iya yah sarapan kali ini kaya nya beda sama sarapan sebelumnya" ucap nya menimpali sang ayah lalu gegas duduk di tempat duduk yang biasa mereka tempati, sedangkan aku hanya tersenyum mendengar ocehan dua orang yang baru saja datang tersebut.

"Ibu mana mbak? Gak keliatan biasa nya udah duduk dulu di meja makan" ucap Rudi mungkin karena tadi ucapannya tak aku jawab sehingga Rudi kini bertanya tentang ibu nya.

"Tadi ibu pergi keluar mungkin mau membeli sayuran Di" ucapku sambil bolak-balik membawa makanan dari dapur, tak lama Tari pun keluar dan duduk di samping Rudi

"Mah, tolong dong buatkan aku kopi" Ucap Rudi ketika Tari akan mendaratkan tubuhnya ke kursi.

"Mas minta mbak Lisa aja tuh sekalian kan dia sedang bolak-balik dapur, aku kan mau duduk mas" ucapnya malas.

"Kasian dong mbak Lisa dari tadi gak berhenti loh buat masak dan menyiapkan semua ini buat keluarga, sedangkan kamu kan baru saja keluar Tar" ucap Rudi sambil mengusap punggung tari.

"Ish mas.... Mbak Lisa bikinin mas Rudi kopi dong aku mau makan sudah lapar" suara Tari agak meninggi dan tak ada kata tolong yang dia ucapkan.

Aku yang memang sedang bolak-balik dapur ruang makan pun menghentikan langkahku dan memandang tari yang sedang mengambil nasi beserta lauk-pauk nya.

"Gak usah mbak, gak usah biar Rudi aja yang buat sendiri" akhirnya Rudi pun berdiri dari duduknya helaan nafas berat Rudi pun cukup terdengar oleh telingaku.

"Sudah mbak bikinkan saja Di biar sekalian mbak bikinkan untuk mas Hendra juga" ucapku sebenarnya kesal juga ketika melihat tingkah Tari yang seperti nyonya di rumah ini padahal kedudukan aku dan Tari sendiri itu sama, ya sama-sama menantu.

"Sudah mbak gak usah, lagian aku sengaja meminta Tari untuk membuatkan aku kopi agar dia juga terlihat bekerja. Bukan mbak aja yang lelah tapi ya... Seperti yang mbak lihat" ucap nya sambil melirik ke arah tari yang tak memperdulikan Rudi yang kini telah membuat kopinya sendiri di dapur.

Tiba-tiba mas Hendra datang dan melihat aku dan Rudi sedang berbincang di dapur.

"Sedang apa kamu Di disitu sama mbak kamu?" ucap mas Hendra yang membuat aku kaget.

"Mas.... Bikin aku kaget saja, itu dimeja makan udah aku siapkan sarapannya mas, mas mau aku buatkan teh atau kopi?" tanya ku tak menghiraukan Rudi.

"Owh ini mas aku sedang membuat kopi" kata Rudi sambil berlalu melewati aku dan mas Hendra.

"aku mau teh saja dek, aku ke meja makan dulu" ucap nya setelah itu mas Hendra pun berbalik menuju meja makan yang sudah ada tari, Rudi dan ayu sedangkan ibu dan bapak belum juga kelihatan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!