Empat bersaudara dari keluarga kaya raya yaitu (Lianz Greek 12 tahun,Catherine Greek 9 Tahun,Zeline Greek 7 Tahun dan Sean Greek 4 tahun) ayah mereka George Greek seorang CEO di perusahaan multinasional dan ibu mereka Liana Han seorang Notaris yang sangat sibuk. Perbedaan usia di antara ke empat anaknya hanya selisih 2-3 tahun yang membuat mereka seperti teman seumuran. Tetapi karena orang tua mereka sangat sibuk mereka di asuh oleh pengasuhnya masing-masing.
Lianz Greek di asuh oleh suster Kelly, Catherine Greek diasuh oleh suster Asley, Zeline Greek diasuh oleh suster Melana dan si bungsu Sean Greek diasuh oleh suster Gea.
Rutinitas setiap pagi Catherine, 3 saudara dan orang tuanya sudah sibuk untuk berangkat ke sekolah, ke kantor begitupun pelayan yang ada dirumahnya yang sudah sibuk dari jam 5.30 pagi untuk bersih-bersih dan membuat sarapan.
"Non, ayo bangun sudah jam 6.30 pagi?" seru suster Asley yang membangunkan Catherine dan Zeline (keduanya dalam 1 kamar).
"Ya sus, Zel bangun?" Catherine bangun sambil memanggil Zeline.
Sementara suster Melana sedang di kamar mandi untuk menyiapkan keperluan mandi kedua Nona muda tersebut. Begitupun kegiatan suster kedua Tuan muda aktivitasnya sama membangunkan dan menyiapkan keperluan kedua Tuan muda.
Jam 07.30 kedua Nona muda dan kedua Tuan muda, Nyonya dan Tuan besar keluarga Chaterine sudah siap untuk sarapan pagi bersama. Tetapi hari ini libur panjang jadi tidak ke kantor maupun sekolah. dari rencana sebelumnya Mami Chaterine (Liana Han) merencanakan liburan ke daerah pantai yang bisa di akses dengan mobil di luar kota tersebut.
Jam 08.15 setelah selesai sarapan semua bersiap-siap untuk ke mobil yang akan di kemudikan oleh supir dan di bagi menjadi 2 mobil. Lianz, Sean dan kedua orang tua Catherine dan 1 pengasuh suster Gea ikut di mobil pertama, sedangkan Catherine, Zeline dan 3 pengasuh ikut di mobil kedua.
Catherine terlihat senang karena jarang sekali orang tua mereka menyempatkan liburan bareng, karena kesibukan mereka, sepanjang jalan Catherine tersenyum ceria, begitupun Zeline. Di mobil pertama orang tua mereka mengobrol dengan hangat membuat Lianz dan Sean pun terlihat bahagia dan semangat.
Setelah hampir 3,5 jam perjalanan mobil mulai memasuki hutan dan jalanan yang berliku-liku, di sisi kanan kirinya terlihat tebing tebing terjal sebelum memasuki kawasan pantainya karena memang pantai yang masih alami dan ada villa pribadi keluarga Catherine di dekat pantai tersebut, tetapi tidak berselang lama mobil pertama terlihat agak goyang dan kehilangan keseimbangan. Dari arah sebaliknya terlihat ada truk pembawa ternak, karena mobil tidak bisa dikendalikan oleh supir dengan sempurna maka supir membanting kemudi kearah kiri terlalu jauh, dan mobil tersebut langsung terjun bebas ke tebing sebelah kiri yang lumayan curam.
"Praaak prakkkk prakkk.....duuuuarrrr!" Mobil terdengar jatuh berulang kali dan seperti ada ledakan.
Tetapi truk pengangkut ternak tersebut langsung kabur tanpa berhenti atau tanpa mencoba menolong.
Supir mobil kedua langsung rem mendadak, Non Nyonya Tuan Non!" teriak supir kedua ke Catherine dan Zeline yang berada di kursi tengah.
"Mami ......Papi..........!!!" seru Catherine dan Zeline sambil tidak kuasa menahan air mata mereka melihat mobil orang tua dan saudara laki-lakinya terjun ke tebing yang curam."
"Pak, Sus panggil ambulans, panggil polisi cepat!" seru Catherine ke supir dan Susternya.
Bingung dan panik segera dia mencari cara dan melihat apakah ada warga atau orang lain yang lewat untuk dimintai bantuan.
"Non ini signalnya susah tidak bisa telepon maupun chat?" info supir Catherine.
"Oke, kita bagi 3 team ya?" seru Catherine.
Memang pikiran Catherine lebih terlihat dewasa dari gadis seusianya.
"Pak ayo kita cari bantuan ke sana (menunjuk arah ke depan)!" pinta Catherine ke supirnya.
"Suster Melana tolong disini dengan Zeline dan terus mencoba hubungi bantuan, ambulans dan polisi atau orang rumah untuk segera kirim bantuan, Suster Asley dan suster Kelly ke arah sana (menunjuk kearah belakang) atau arah yang mereka sudah lewati." seru Catherine membagi team.
Zeline masih saja menangis di temani Suster melana dengan masih mencoba menghubungi bantuan, semetara sesuai team yang sudah dibagi maka Catherine dan supirnya ke arah depan dan mencoba mencari bantuan orang yang lewat dan mencoba mencari perkampungan di sekitaran daerah tersebut, begitupula Suster Asley dan Suster Kelly.
Sekitar 30 menit berjalan belum juga ada orang yang lewat dan belum terlihat ada perkampungan tetapi catherine tidak menyerah, supirnya sudah mulai berhenti karena kecapekan dan kehausan tetapi belum ada titik dimana ada orang yang bisa membantu mereka. Tetapi Catherine dengan tekadnya tetap berjalan dan mencoba sesekali menengok ke arah tebing-tebing dengan harapan akan terlihat ada perkampungan, dan benar saja 10 menit kemudian Catherine memanggil supirnya.
"Pak, cepetan kesini, itu dibawah sana ada perkampungan, pasti ada warga yang bisa membantu kita?" seru Catherine dengan semangat dan penuh harapan.
"Iya Non, ayo Non!" jawab supir sambil berlari dengan semangat.
Catherine dan supirnya segera mencari jalan ke bawah untuk mencapai area perkampungan tersebut dengan mencoba menuruni tebing-tebing itu dengan memilih jalan setapak yang sepertinya memang jalan yang dipergunakan warga sekitar untuk naik dan turun.
15 menit kemudian Catherine dan supirnya dengan susah payah mencapai perkampungan tersebut langsung mencari warga. Bertemu ada 3 warga yang sedang mengobrol di teras rumah.
"Pak tolong kami, keluarga saya jatuh ke jurang di sebelah sana?" seru Catherine dengan nafas tersendak sendak karena capek, panik dan kehausan.
"Tenang dulu dek, tenang dulu, ini minum dulu?" warga tersebut memberikan minuman dan mencoba menenangkan Catherine dan supirnya yang terlihat kecapekan.
"Iya pak tolong kami, keluarga Nona kami masuk jurang disana!" seru supir Catherine kembali.
"Ok, kita coba hubungi bantuan ambulans dan team Sars ya?" jawab salah satu warga.
Salah satu warga langsung mencoba menelepon, warga yang lain mencoba mencari warga lain untuk membantu mencari keluarga Catherine yang kecelakaan.
Catherine dan warga kemudian menggunakan mobil warga untuk segera ke tempat kejadian.
30 menit kemudian team sars, ambulans, dan warga sudah berkumpul untuk mencoba mulai menyisir tempat kejadian, akan tetapi karena kemiringan tebing membuat team sars dibantu warga agak kesulitan untuk mencapai dasar tebing untuk mencari keluarga Catherine.
Sudah lebih dari 5 jam proses pencarian dan evakuasi keluarga Catherine belum juga mencapai titik temu. Catherine, Zeline beserta supir dan ke 3 susternya di ajak warga ke perkampungan terdekat sambil menunggu hasil evakuasi team sars yang dibantu warga, Catherine cemas, Zeline masih saja menangis sempat sampai pingsan.
"Pak coba telepon Om, Tante dan Keluarga yang lain minta bantuan orang-orang terbaik untuk ikut mencari?" pinta Catherine ke supirnya.
Setelah keluarga Catherine di kabarin maka banyak dari stasiun TV dan berita masa memberitakan hal ini. Kelurga besar Catherine mencarikan orang-orang terbaik untuk ikut membantu mencari.
Jam 02.00 dini hari, dari pihak team sars memberikan informasi bahwa mobil yang di tumpangi keluarga Catherine sudah meledak dengan dinyatakan orang yang di dalam mobil sudah tewas semua.
Catherine hanya bisa diam, dia ingin menangis tetapi tidak bisa, supir, Zeline, Om Tantenya yang saat itu sudah di tempat tersebut dan ke 3 susternya menangis sampai Zeline pingsan lagi, tapi Catherine seperti tidak percaya.
"Ini tidak mungkin? pasti semua selamat!" Catherine tidak mempercayai hal ini masih seperti mimpi baginya.
"Kamu sabar, semua akan baik-baik saja ya?" Tante catherine menenangkan Catherine sambil memeluknya.
2 minggu setelah kejadian tersebut, sudah di identifikasi bahwa jasad yang ditemukan di mobil hanya ada 3 orang dewasa, yang di identifikasi supir, Mami dan Papi Catherine, Suster Gea, Lianz dan Sean belum ditemukan.
Catherine masih meminta orang-orang terbaik yang di pekerjakan kelurga besarnya untuk tetap mencari Kakak Adik dan Susternya.
2 bulan berlalu, belum juga ada kabar dari pencarian Kakak Adik dan Suster Gea. Tapi keadaan perusahaan Papi Catherine semakin kacau karena tidak ada yang memimpin. Sementara di pegang oleh saudara dari Papinya tetapi membuat kacau karena saling menjatuhkan dan terjadi perebutan kekuasaan, sampai akhirnya perusahaan Papi Catherine bangkrut yang ternyata memiliki banyak hutang, Rumah Catherine di sita oleh Bank. Catherine dan Zeline bingung harus kemana, dia meminta izin ke Tante dan Omnya, tetapi bukannya di asuh di kirim ke panti asuhan dan pelayan , Suster, Supir dan semua pekerja yang dirumahnya pun sudah di pecat.
Catherine dan Zeline di panti asuhan dengan kondisi yang memprihatinkan, dan keluarga besarnya pun seolah-olah tidak ada yang peduli.
Lanjut part 2 ya!
Kehidupan Catherine dan Zeline selepas orang tua mereka meninggal karena kecelakaan, dan kedua saudara laki-laki mereka termasuk seorang suster pengasuhnya belum juga ada kabar beritanya. Saat ini Catherine dan Zeline harus menerima kehidupan sebagai seorang putri kaya raya sudah berakhir. Menjadi mimpi buruk yang saat ini menjadi yatim piatu tinggal di panti asuhan karena harta peninggalan orang tuanya sudah habis dan keluarga besarnya tidak ada yang peduli dengan nasib kedua gadis kecil tersebut.
Catherine sebagai Kakak mau tidak mau harus berfikir lebih dewasa karena keadaan daripada gadis seusianya, Sekolahnya pun sudah pindah di yayasan panti asuhan tersebut, Zeline yang belum terbiasa dengan kehidupannya kini hanya mampu menangis dan meratapi nasibnya yang ada hanya seorang Kakak perempuannya.
"Catherine, Suster ajak ke depan sebentar!" ajak suster pengurus panti tersebut.
"Ada apa sus?" tanya Caherine.
"Tidak ada apa-apa, suster kenalkan teman baru!" jelas suster tersebut.
Berjalan ke ruangan depan, ruang tamu panti asuhan tersebut, Catherine melihat seorang anak laki-laki yang sepertinya seumuran dengan dirinya, dan seorang Ibu yang seumuran almarhum Maminya.
"Cath, sini duduk sini!" ajak suster tersebut meminta Catherine duduk di sampingnya.
"Halo, siapa namanya?" Ibu itu menyapa Catherine dengan ramah dan menyodorkan tangannya untuk memberikan salam.
"Ya, saya Catherine?" sahut Catherine.
"Hai Catherine, kenalin saya Ibu Emely Zhang, ini anak Ibu Bryan?" jelas Ibu tersebut mengenalkan diri.
"Halo, Ibu Emely dan Kak Bryan?" Catherine menyodorkan tangannya menyalami Ibu dan anak tersebut.
"Bener Catherine, panggil Bryan Kakak ya, dia akan jadi Kakakmu!" jelas Ibu tersebut.
"Maksudnya sus?" tanya Catherine bingung.
"Oh ya, Catherine Ibu Emely akan mengadopsi Catherine, nanti Catherine tinggal dengan Ibu Emely dan menjadi saudaranya Kak Bryan." jelas Suster panti.
"Zeline juga ya Sus?" tanya Catherine karena tidak mau meninggalkan Zeline sendiri.
"Nanti Zeline akan bertemu dengan orang tua angkat yang lain, sekarang Catherine dulu ikut dengan Ibu Emely ya?" sambung Suster menjelaskan.
"Iya Catherine, nanti Zeline pasti ketemu dengan orang tua seperti Ibu, Catherine ikut Ibu ya?" sambung Ibu Emely.
"Mohon maaf Sus, Ibu Emely, Kak Bryan, Catherine tidak bisa meninggalkan adik Catherine sendiri, jadi jika mau biarlah Zeline yang ikut Ibu ya? Catherine akan menunggu disini sampai ada orang tua yang akan mengadopsi lagi?" jelas Catherine.
"Bagaimana Bu?" tanya Suster ke Ibu Emely.
"Maaf Bu, saya panggilkan adik saya dulu ya, Zeline dia anak yang baik dan penurut Bu, Ibu pasti suka dengan adik saya, sebentar?" Catherine segera lari ke belakang mengajak Zeline kedepan.
"Ibu ini adik saya Zeline, Zel ini ibu Emely?" Catherine mengenalkan adiknya ke Ibu Emely.
"Kalian mirip ya, seperti kembar, halo Zeline saya Ibu Emely?" sambung Ibu Emely menyodorkan tangannya ke Zeline.
Zeline hanya diam dan mundur di belakang badan Catherine."Kak aku takut?" Zeline berbisik ke Catherine.
"Hei, kenapa Zeline takut? tidak apa-apa Ibu Emely akan jadi Mama kamu ya kamu tinggal sama Ibu Emely?"jelas Catherine ke Zeline menyakinkan.
"Kakak juga ikut kan?" tanya Zeline.
"Tenang Kakak pasti sering menjenguk kamu, nanti di rumah Ibu Emely mainannya banyak seperti di rumah kita yang dulu?" Catherine menyakinkan Zeline agar adiknya mempunyai masa depan lebih baik.
"Zeline tidak mau kak, kalau kakak tidak ikut, Zeline cuma punya kakak, Zeline tidak mau sendirian?" Zeline mulai menangis.
"Kamu tau Zel, Kakak nanti akan ketemu dengan orang tua kakak juga, kakak pasti akan sering nemuin kamu, kamu jangan khawatir kakak selalu ada buat kamu, bahkan kamu sekarang punya Kak Bryan yang akan ikut jaga kamu dan ada Ibu Emely!" Catherine tetap membujuk Zeline agar mau diadopsi Ibu Emely, karena dia tau itu akan lebih baik daripada Zeline tetap tinggal di panti asuhan bersamanya.
"Kak Catherine bener sayan! Ibu dan kak Bryan akan jaga kamu, mau ya ikut Ibu tinggal dengan Ibu dan Kak Bryan?" bujuk Ibu Emely.
"Ibu, maaf boleh tidak jika tidak keberatan ibu jemput Zeline besok, biar malam ini saya kasih pengertian Zeline dan besok Ibu jemput pasti sudah mau ikut ibu." pinta Catherine.
"Iya tidak apa-apa, besok Ibu habis kerja kesini lagi ya jemput Zeline?" sambung Ibu Emely memahami kondisi Catherine dan Zeline.
"Saya dan Zeline permisi ke belakang dulu ya bu, Sus, Kak Bryan?" Catherine meminta ijin untuk meninggalkan ruang tamu tersebut sambil menenangkan Zeline yang masih sesenggukan.
"Catherine itu dewasa sekali ya pemikirannya Sus? kagum saya dengan anak sekecil itu sudah bisa memahami perasaan adiknya?" ungkap Ibu Emely.
"Benar Ibu, memang Catherine ini lebih dewasa pemikirannya, mungkin karena dia merasa dia sebagai Kakak dan satu-satunya orang yang dimiliki Zeline, jadi mau tidak mau dia harus berpikir seperti itu?" jelas suster.
"Benar, jika saya bisa ambil dua-duanya lebih baik, tapi sepertinya saya salah satu dulu yang bisa saya adopsi?" jelas Ibu Emely.
"Iya Ibu tidak apa-apa, besok pasti Zeline sudah mau Ibu jemput, untuk administrasi adopsinya silahkan di tanda tangani ya Bu?" jelas Suster dan memberikan dokumen adopsi yang harus di tanda tangani Ibu Emely.
Malam harinya, Catherine melihat adiknya hanya melamun disamping jendela dengan melihat keluar ruangan, Catherine sangat tahu apa yang sedang dipikirkan adiknya tersebut ada rasa takut, rasa belum percaya bahwa kehidupan mereka berbalik 180 derajat.
"Zel, kamu harus yakin, Ibu Emely Kakak lihat baik, pasti bisa jadi Mama bagi kamu dengan baik, kamu harus janji sama Kakak, kamu akan menjadi anak yang baik, belajar yang tekun dan bisa meraih cita-cita kamu ya?" jelas Catherine memberikan nasihat ke adiknya.
"Terus Kakak bagaimana?" tanya Zeline.
"Kakak pasti ketemu dengan orang tua angkat juga seperti kamu, bisa meraih cita-cita Kakak juga?" jelas Catherine.
"Kakak tidak akan lupain Zeline kan? Kakak masih menjadi Kakak Zeline kan? Kakak masih melindungi Zeline kan?
Kakak harus janji beneran Kakak akan sering nemuin Zeline?" rengek Zeline.
"Huhuhuhu.....dasar manja! ya pasti kamu adik kakak sampai kapanpun? Kakak akan selalu berusaha sebisa Kakak untuk melindungi kamu, dan Kakak juga usahakan bisa menemui kamu ya?" Catherine menenangkan Zeline.
Apakah beneran masih bisa melindungi Zeline, apakah bisa sering menemui Zeline. (....)
"Sudah yuk tidur, besok kamu harus siap-siap di jemput Ibu Emely ya?" Imbuh Catherine.
"Iya Kak, Kakak besok anterin Zeline ya?" sambung Zeline.
"Iya, semoga bisa ya?" jawab Catherine.
Besok sorenya, Ibu Emely sudah datang untuk menjemput Zeline, Zeline meminta untuk Catherine ikut, tetapi tidak di perbolehkan oleh pengurus panti asuhan dan Catherine hanya meminta alamat Ibu Emely untuk kedepannya bisa menemui Zeline, setelah di berikan alamatnya, Zeline dan Ibu Emely naik mobil dan pergi.
Airmata Catherine mulai menetes melepas adiknya dibawa orang asing yang dia tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi sudah keputusannya agar masa depan Zeline terjamin, sekarang dia harus berpikir bagaimana dirinya bisa menemukan adik dan kakak laki-lakinya. Dan bisa tetap menemui Zeline dirumah Ibu Emely.
Lanjut Part 3 ya!
Akankah Catherine bisa bertemu dengan ke 3 saudaranya kembali?
Selepas Zeline di adopsi Ibu Emely. Hari-hari Catherine di panti asuhan semakin sibuk untuk tetap belajar dan berusaha untuk bisa mendapatkan beasiswa agar dia tetap bisa sekolah lebih tinggi. Tidak membebani Panti Asuhan, selepas sekolah di yayasan panti tersebut Catherine meminta ijin untuk bekerja sampingan menjadi pelayan restaurant atau menjaga toko. Walaupun tetap saja sulit mendapatkan pekerjaan tersebut karena usia yang masih sangat muda bahkan remaja saja belum.
Akhirnya setelah beberapa hari setelah pulang sekolah, Catherine berkeliling melamar ke toko, restaurant yang dia temui, ada satu kedai kopi yang buka sore hari sampai malam dia ditawari untuk membantu mencuci piring dan gelas, sepertinya pemilik kedai tersebut melihat Catherine kasihan karena dia melihat bolak-balik setiap sore dia berjalan menyusuri jalan pertokoan tersebut dan meminta pekerjaan tetapi tidak ada satupun yang mau menerima dia bekerja.
Dalam benak Chaterine hanya ingin mancari uang dan mencoba mencari Kakak dan adik laki-lakinya yang sampai hari ini belum ada kabar beritanya. Apakah mereka selamat atau tidak dari kejadian kecelakaan 4 bulan yang lalu yang mengakibatkan orang tuanya meninggal dan kehidupannya berbalik 180 derajat. Catherine sangat bersyukur dia masih diberikan kepercayaan untuk bisa bekerja walaupun usia yang masih terbilang belia tersebut. Tapi pemilik Kedai ini sangat baik, tugas yang diberikan hanya terkadang mengelap meja dan untuk mencuci piring gelas jarang sekali dia mengerjakannya, bahkan terkadang hanya di minta menemani anak perempuan pemilik Kedai tersebut bermain, karena melihat umur anaknya (pemilik kedai) dengan Catherine tidak terpaut jauh.
Catherine diberikan pulang di jam 9 malam padahal karyawan kedai yang lain sampai jam 12 malam, bahkan sampai jam 1 malam. Tetapi karena melihat Catherine masih sangat belia tidak tega pemilik kedai tersebut untuk memperkerjakan Catherine seperti karyawan pada umumnya. Jika di ketahui pihak dinas tenaga kerja pasti tidak akan diperbolehkan anak sekecil Catherine bekerja, tetapi Pemilik kedai berpikir dari cerita Catherine yang sangat menyanyat hati anak orang kaya raya jadi tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa-siapa lagi apa salahnya sedikit membantu pikir pemilik Kedai.
Setiap sabtu-minggu, Catherine tidak akan mau libur, karena Catherine bilang ke pemilik Kedai dia akan mengganti jam 9 ke 12 nya dia tidak akan libur. Kerjaan Catherine memang tidak berat tetapi dengan usia yang masih belia tidak ada jam main seperti gadis kecil seusianya, mungkin akan berbeda saat 4 bulan sebelumnya saat orang tuanya masih ada dia bak seorang putri yang setiap saat dilayani, kini hidupnya yang melayani orang, mengelap meja, menyapu dan mengepel bahkan cuci piring ,dan menemani anak pemilik kedai untuk bermain, yang dulu dia main saja di temani susternya, terkadang hidup itu terlalu berliku untuk gadis seusianya.
Dalam hati dan pikiran Catherine yang terpaksa berpikir dewasa layaknya seorang yang sudah dewasa. Bagaimana bisa dia menemukan Kakak dan adiknya kembali?. Dia selalu berusaha update informasi dari berita dan internet, bahkan dia tidak mempunyai handphone terkadang meminjam Suster di Panti Asuhan dengan mengisikan kuota data internetnya atau terkadang saat tidak banyak pelanggan kedai Catherine akan meminjam handphone Kakak karyawan kedai tersebut untuk mencari informasi terkait Kakak dan adiknya, tetapi sampai lebih dari 2 bulan dia mencari belum juga ada tanda-tanda berita dari pencarian Kakak dan adiknya. Bahkan seperti menghilang dan di lupakan oleh publik ataupun pihak berwenang.
Catherine hanya selalu berusaha optimis untuk menemukan saudaranya tersebut, dan setelah 2 bulan tersebut, Zeline ternyata telepon ke Panti Asuhan menanyakan Kakaknya (Catherine), akan tetapi karena Catherine sangat jarang di Panti Asuhan karena sibuk dengan kerjaan di Kedai walaupun hari minggupun akan sangat sulit ditemui.
Suster Panti saat malam Catherine pulang ke panti memberikan kabar bahwa tadi siang Zeline telepon ingin bicara dengan Catherine. Catherine langsung mencoba meminjam telepon panti untuk menelepon balik Zeline, tetapi setelah dicoba berulang kali tidak diangkat, dan akhirnya Catherine menyudahinya karena Catherine berpikir pasti Zeline dan bu Emely juga sudah tidur, dia melirik ke jam dinding benar saja sudah hampir setengah 11 malam.
Catherine kembali ke kamarnya yang di huni 8 orang anak yang terdiri dari kasur susun bertingkat dan melihat anak-anak lain sudah tidur. Tetapi Catherine hanya bisa memandangi langit lewat jendela di kamarnya, sambil berpikir bagaimana kabar Kakak, Adik laki-lakinya dan juga Zeline? Dia seakan bertanya kepada tuhan kenapa tuhan hidupnya jadi begini? Apakah Mami Papi tau Catherine disini sendiri? Kakak, Lianz dan Zeline kenapa kita berpisah? tidak terasa air matanya menetes kembali, Catherine semakin tak tau arah harus bagaimana cara mencari Kakak Adiknya?. tanpa sadar akhrinya Catherine tertidur di meja samping jendela tersebut.
Pagi harinya, Suster masuk ke kamar Catherine dan anak-anak lain, dan melihat Catherine tertidur di meja. Segera membangunkan Catherine dan bertanya kenapa Catherine tidur di meja bukan di kasurnya? Catherine hanya bilang ketiduran Sus, tidak sengaja. Suster itu memakluminya Catherine pasti masih kepikiran keluarganya dan tidak sengaja tertidur, sudah bukan hal besar pikir suster tersebut.
Siap-siap ke sekolah, dan saat melewati ruang tamu, Catherine langsung mencoba menelepon ke rumah Ibu emely lagi, dan ternyata di angkat oleh asisten rumah tangga Ibu Emely. Tetapi Zeline sudah berangkat ke sekolah, dan tidak bisa ngomong dengan Zeline lagi, Akhirnya Catherine mencatat nomor telepon rumah Ibu Emely, untuk nanti siang setelah pulang sekolah akan meminjam handphone Kakak karyawan di Kedai untuk menelepon Zeline.
Setelah pulang sekolah, Catherine langsung ke kedai dan ganti baju sama seperti hari-hari sebelumnya. Mencoba meminjam handphone Kakak karyawan di kedai tersebut untuk menelepon Zeline, ternyata tersambung dan Zeline agak marah karena sudah 2 bulan sejak Zeline di rumah Ibu Emely kakaknya belum menemui nya juga. Catherine hanya bilang maaf ya, kakak harus kerja dulu cari uang buat bisa menemui kamu. Tapi kan Kakak sudah janji akan sering nemuin Zeline. Kakak bohong, tidak bisa di pegang janjinya, mendengarkan keluhan Zeline, Catherine merasa bersalah dan sedih karena keadaan belum bisa menemui adiknya tersebut, Kakak sama saja seperti Papi Mami dan Kak Evan pada tidak peduli dengan Zeline, rengek Zeline membuat Catherine semakin tertekan, sedangkan Catherine sendiri bingung harus bagaiamana? Tapi Catherine langsung bilang iya minggu Besok Kakak temuin kamu ya, baru setelah itu Zeline agak tenang dan meng-iyakan. Tetapi belum selesai bicara telepon terputus, pulsa habis, Catherine segera membelikan pulsa lagi dan berterimakasih kepada Kakak karyawan yang sudah meminjami dia handphone tersebut.
Minggu yang ditunggu sudah tiba, Catherine mencari tau cara untuk sampai ke rumah Ibu Emely dengan bertanya kepada kakak karyawan kedai dan Suster Panti. Akhirnya Catherine memberanikan diri untuk naik bis dan bertanya berulang kali agar tidak salah jurusan, ada seorang Ibu di Bis tersebut bertanya, Dik adik dengan siapa dan mau kemana?, Catherine bilang sendirian Bu? Mau ke rumah adik saya?. Dalam pikiran Ibu tersebut bingung anak sekecil ini naik bis sendirian dan bolak-balik tanya tujuannya sudah dekat belum dan dia mau kerumah adiknya bagaimana maksudnya?. Tapi Catherine hanya fokus dengan jalan dan membaca agar dia tau jalan jadi saat kesini lagi tidak akan kesasar. Sebelumnya Catherine sudah ijin ke pemilik kedai jika hari ini dia akan sedikit telat karena akan ke Rumah yang mengadopsi adiknya dan sudah ijin ke Suster Panti juga.
Akhirnya Catherine sampai juga di Rumah Ibu Emely.
"Wah rumahnya seperti Rumah Mami Papi dulu!" dalam benak catherine kagum dengan Rumah Ibu Emely.
Segera memencet bel pintu dengan susah payah karena Bel pintunya agak tinggi dan tinggi badannya belum sampai seperti orang dewasa, maklum masih umur 10 tahun, nanti kalau Catherine sudah besar pasti tinggi juga pikir Catherine menunggu dibukakan pintu.
Ternyata yang membuka pintu asisten rumah tangga di Rumah Ibu Emely.
"Halo Kak, saya Kakaknya Zeline, boleh ketemu dengan Zeline?" sapa Catherine melihat seorang perempuan yang masih cukup muda yang membukakan pintu.
"Ohh ya silahkan masuk?" jawab Kak ART tersebut.
Setelah dipersilahkan masuk ternyata Zeline sudah lari dari dalam dan segera memeluk Kakak kandungnya tersebut. Bryan ternyata ada juga, tetapi Ibu Emely sedang tidak di rumah, Bryan hanya memandangi Kakak beradik tersebut, dan segera mempersilahkan masuk ke Catherine.
"Ibu Emely tidak dirumah?" tanya Catherine.
"Mama lagi ada acara dengan teman-temannya paling sebentar lagi juga sudah pulang?" jawab Bryan.
"Kakak Inap disini ya, Bagaiamana? Kak Bryan Kak Catherine boleh ya menginap disini, janji nggak gangguin Kakak? Kak Catherine tidur sama Zeline?" rengek Zeline ke Bryan.
"Terserah Catherine kalau mau silahkan dan ijin Mama juga?" jawab Bryan singkat.
Tidak lama setelah itu terdengar mobil masuk ke garasi rumah tersebut, dan ternyata Ibu Emely,
"Catherine disini?" sapa Ibu Emely melihat Catherine.
"Halo Ibu, maaf tidak memberi tahu sebelumnya mau kesini, karena Zeline dari kemarin minta saya kesini jadi mohon maaf ya?" ungkap Catherine.
"Tidak apa-apa Catherine, Ibu tidak masalah, Kamu sudah makan, ayo kita makan bersama-sama?" ajak Ibu Emely.
Setelah makan Catherine memberanikan diri meminta bantuan Ibu Emely untuk membantu mencari Kakak dan adik laki-lakinya. Ibu Emely bilang akan mencoba membantu tapi tidak janji apa-apa karena kejadian sudah setengah tahun lalu. Tapi tidak ada kejelasan atas pencariannya. dan mungkin kasus tersebut jika di selidiki juga sudah di tutup, tapi tidak apa-apa Ibu Emely mencoba membantu sudah cukup baik untuk Catherine karena Catherine juga sangat putus asa dia harus meminta tolong atau mencoba mencari dengan bagaimana lagi dengan keterbatasan Catherine saat ini.
Lanjut Part selanjutnya ya ...
Apakah Kakak dan adik laki-laki Catherine benar masih hidup atau memang dimana?
ditunggu ya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!