Hembusan angin terdengar ditelinga Nova, telinganya berdengung dan kepalanya sangat pusing, jantung berdetak begitu cepat.
Dingin dingin dingin
Semua badannya sakit, tapi dari semua itu ketika kesadarannya mulai kembali hal pertama yang ia rasakan adalah rasa dingin yang meresap didalam kulit. Dingin, dan semakin dingin. Nova berusaha bangkit dan bersandar pada sebuah pohon.
Lihat didepannya semuanya putih, aneh sekali apa kah ini mimpi? Yang dilihat oleh Nova adalah tumpukan salju dimana-mana. Ia hanya mengikuti Gara dan Willy, bersama David, kenapa ia malah berada di tempat antah berantah ini.
Butiran salju yang jatuh membentuk hujan, sejauh mata memandang hanya pohon pohon menjulang yang terlihat tertutupi salju, bahkan tanah dan bebatuan di bawah nya tidak terlihat, semua benar-benar putih tertutupi.
Baik. Selain dirinya berada entah dimana, hal utama yang harus ia khawatirkan untuk saat ini adalah udara yang dingin. Meski ini diluar nalar , tapi salju dan udara yang dingin ini menandakan bukanlah mimpi, semua itu nyata. Tubuhnya mulai menggigil, segera Nova mengais ngais tanah mencari ransel miliknya. Untung saja ransel milik nya ia temukan, ada jaket untuk menghangatkan tubuhnya, yah meski bukan jaket tebal untuk musim dingin, hanya jaket biasa itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
Nova lanjut membalut luka yang ada di lutut dan lengannya, di udara dingin luka harus segera ditangani.
" Nova!..... Gara!.... Willy!... "
Nova menghentikan aktivitas nya, ia mendengar seseorang memanggilnya, suaranya tampak menyedihkan.
" Nova!.... Gara!.... Willy..... "
Nova mengenal suara itu. Itu suara teman baiknya David. Buru-buru Nova mengemas barangnya dan berlari mencari David.
Tak jauh dari posisi Nova, David berjalan sambil memeluk tubuhnya yang menggigil, air matanya terus mengalir, ia menangis sesegukan. Ia ketakutan karena saat tersadar ia tak tahu berada dimana dan sendirian. David hanya bisa menangis dan berteriak memanggil teman-teman nya.
"Nova!... Gara!... Willy!... Ayah!... Ibu!.... " David terus menangis sampai suaranya parau.
David terus berjalan, meski tak tahu arah mana yang ia tuju, ia hanya terus berjalan. Dingin, sakit, dan kedinginan.
Srekk srekkk srekk
Tiba-tiba ada suara aneh tidak jauh darinya, karena ketakutan David berhenti berteriak, ia membayangkan monster yang tiba-tiba muncul dan menerkam manusia hingga tewas. Monster Yeti, monster yang biasa hidup di hutan bersalju dan suka memakan manusia. Kira kira begitu lah bayangan monster itu pada film yang biasa ia tonton dirumah. David berlari, bersembunyi di belakang pohon besar yang daunnya menjuntai mirip pohon beringin. Tangannya membungkam mulutnya, takut mengeluarkan suara. David sangat takut dan juga tegang sampai sampai ia berteriak sangat kencang dan membuat burung burung di sekitarnya berterbangan karena kaget. Ia berteriak karena tiba-tiba ada sebuah tangan menarik bahunya.
" Berhenti berteriak! Ini aku. " Ujar Nova
Seperti melihat seorang penyelamat, David langsung memeluk Nova sangat erat. Ia kembali menangis.
Awalnya Nova merasa jijik, tapi melihat keadaan David yang menyedihkan ia tak mempermasalahkan. Bayangkan saja jika dirimu terbangun dan tiba-tiba berada di tempat yang tidak dikenal, tentu saja akan ketakutan, apalagi untuk remaja seperti mereka yang belum tau seperti apa kerasnya dunia luar.
Cukup lama untuk menenangkan David, sebelum mereka melanjutkan perjalanan mencari Gara dan Willy.
" Nova apa kau tau dimana kita berada? "
" Aku tidak tahu."
David yang berjalan sambil memegang lengan Nova tiba-tiba menghentikan nya.
Nova memandang David yang menghentikan nya "Ada apa? "
" Nova bagaimana kau bisa tidak tahu, kau kan anak terpandai di sekolah. "
Nova memandang David dengan kesal " Aku pintar disekolah bukan berarti tau segalanya, lagipula ada banyak orang yang lebih pintar dariku, kebetulan saja yang kau tau itu baru aku. " Nova berbalik melanjutkan berjalan.
David berfikir sejenak lalu menyusul Nova " Benarkah, tapi bulan lalu kau membuat seorang kakak yang bersekolah di Universitas menangis karena kalah melawan mu dalam kompetisi matematika. "
Nova menghela nafas, kejadian itu karena seorang lelaki yang mengaku dari universitas terkemuka bertingkah sombong dan mengolok-olok sepupunya, mengatakan jika sepupunya bodoh karena tidak lulus seleksi masuk laboratorium. Lelaki tersebut dan sepupunya terkenal di departemen Jurusan Matematika, mereka selalu bersaing untuk posisi pertama. Kebetulan hari itu Nova datang ke Universitas tersebut untuk melihat tempat Olimpiade yang akan diikuti olehnya. Karena hari itu ia dalam suasana hati yang buruk, Nova menantangnya, awalnya orang orang menertawakan. Tapi setelah seorang Dosen yang mengetahui kejadian tersebut mendukung dan mengkonfirmasi bahwa jawaban Nova benar dan jawaban milik lelaki tersebut ada yang salah, ia langsung menangis dan ditertawakan oleh semua orang. Apalagi setelah kejadian itu dia dikeluarkan dari daftar peserta seleksi tingkat lanjut.
David bersorak melihat ketika mengingat kejadian itu, seakan-akan ia lupa jika saat ini ia dan Nova sedang mengalami tragedi.
" Berhenti bicara omong kosong, saat ini kita perlu mencari tempat berlindung terlebih dahulu, kalau tidak kita akan mati kedinginan. "Ucapan Nova membuat David kembali ke dunia nyata, benar sekali apa yang diucapkam Nova.
" Lalu kemana kita akan pergi? Arah mana yang kita tuju? "
Nova membenarkan tudung di jaketnya karena sudah ada beberapa salju menumpuk diatasnya.
" Aku tidak tahu, aku hanya terus berjalan sambil melihat ke sekeliling. Kau juga perlu memperhatikan sekeliling mu David. Katakan padaku jika ada sesuatu yang aneh dan mencurigakan."
" Aneh dan mencurigakan. Baiklah. "
Nova sendiri sedang kebingungan, hutan ini tampak aneh, pohon pohonnya tumbuh menjulang sangat tinggi, memang tidak terlihat ada pergerakan dari hewan penghuni hutan. Tapi dilihat dari kondisi nya yang bersalju, hewan hewan yang bisa hidup dilingkungan ini biasanya kelinci, beruang, tupai, atau mungkin serigala. Hewan tersebut biasanya akan masuk fase hibernasi. Mereka akan tertidur didalam sarang mereka untuk menghindari cuaca dingin. Nova cuma berharap agar tidak bertemu serigala, karena hewan tersebut bisa tetap berkeliaran dihutan, dan menjadi ancaman yang serius sekarang.
" Kenapa kita tidak berteriak memanggil Gara dan Willy Saja? " Usul David.
"Jangan! " Nova buru-buru menghentikan nya.
" Kenapa? Bisa saja mereka mendengar suaraku dan menemukan kita seperti kau saat menemukan ku. "
"Mungkin itu bisa berhasil, tapi aku takut suaramu juga akan didengar oleh penghuni hutan yang kelaparan."
David menggigil ketakutan, " Kau benar, bukan tindakan bijak mengganggu penghuni hutan. Mungkin saja ada Monster Yeti dan segerombolan Serigala disini. " David kembali merapatkan tubuhnya pada Nova.
" Tapi Nova, apakah Monster Yeti itu benar-benar ada? "
Nova melirik David dengan tajam, segera David menutup mulutnya.
Keduanya terus berjalan tak tentu arah, meski salju yang turun itu kecil, tapi karena waktu yang lama, salju itu pasti akan menumpuk. Nova memandang ke atas, langit tampak kelabu, matahari tidak terlihat, ia tidak bisa menentukan arah mata angin. Selain itu, ada kabut juga yang membuat jarak pandang terbatas.Kedinginan dan kelelahan, keduanya berjalan melambat.
" Nova aku lapar, aku juga lelah, ayo istirahat sebentar cari naungan dibawah pohon dan makan sesuatu. "
Nova setuju, mereka berteduh di bawah pohon palem raksasa. Entahlah. Nova tidak tahu pohon apa, yang jelas itu terlihat seperti pohon palem hanya saja ukuran nya sangat besar.
David mengacak acak isi ranselnya, ada banyak makanan ringan, ia hendak mengambil dan memakan nya. Namun, Nova menghentikannya.
" Ada apa? "
"Keluarkan semua makanan yang kau punya!"
Meski bingung David menurutinya. David adalah tipe anak yang tidak tahan kelaparan, jadi setiap bepergian ia akan memenuhi ranselnya dengan banyak makanan. Giliran Nova yang menumpahkan bekalnya, lalu memilah mereka sesuai kategori, membagi dalam bagian bagian kecil.
"Apa yang sedang kau lakukan? "
"Kita tidak tahu akan berapa lama kita ada disini, sebelum ada orang yang menyelamatkan kita, hal pertama adalah menjaga diri kita tetap sehat. Jika kita tersesat hal paling penting adalah makanan, aku menghitung bekal kita dan membaginya,itu cukup untuk tiga hari, tapi kalo kita berhemat bisa bertahan untuk lima hari.Kita tidak boleh boros, kita tersesat jadi harus bijak saat kita makan. " Nova menjelaskan.
David mengangguk setuju " Lalu apa yang kita makan sekarang? " Meski David kelaparan ia sependapat dengan Nova.
Perjalanan berlanjut, Nova memperkirakan jika mereka telah berjalan cukup jauh, sudah sekitar 4-6 jam. Salju turun semakin lebat, ini tidak bagus. Mereka belum menemukan rumah penduduk atau tanda tanda kehidupan manusia, hanya pepohonan dan salju dimana mana. David mulai putus asa begitu juga Nova. Tapi Nova menyemangati David untuk terus bertahan.
Krakkkk
Nova berhenti dan melihat sekeliling dengan waspada. Tidak ada apa apa. Beberapa saat kemudian suara itu kembali terdengar.
" Nova itu suara apa? " Nova menggeleng tidak tahu. Ia menyeret David bersembunyi pada sebuah pohon.
Krakk
Krakk
Krakk
Suara seperti patahan ranting terus terdengar, tapi Nova tidak melihat ada pergerakan. Kemudian ia berpikir, jika itu pasti hanyalah suara patahan ranting yang saling bergesekan antar pohon satu dengan pohon yang lain. Mereka melanjutkan perjalanan kembali
Tanpa mereka sadari, sesuatu sedang mengawasi keduanya dari atas. Mengikuti keduanya secara perlahan seperti pemburu mengintai mangsanya.
"Nova aku lelah, bisakah kita berhenti untuk beristirahat. "
Mereka sudah berjalan sangat jauh ditengah cuaca yang dingin, keduanya hanyalah dua remaja biasa yang belum pernah berada di situasi seperti itu, wajar jika kemampuan tubuh mereka terbatas.
Wajah mereka semakin pucat, mereka butuh sesuatu untuk menghangatkan tubuh.
"Nova, apakah kita akan mati disini? Ada dimana kita sebenarnya , dan tempat macam apa ini? " David mulai putus asa, air matanya kembali tumpah.
" Aku ingin pulang, aku rindu ibu dan ayahku. " David berhenti berjalan, ia bersandar di sebuah pohon dan menangis tersedu-sedu.
Nova pun tidak tahu apa yang harus dilakukan, pengetahuannya tidak begitu berguna ditempat ini. Ia merasa bersalah pada temannya ini, jika ia tak meminta David mengikuti Gara dan Willy, mereka mungkin tidak akan berada di tempat ini.
Nova ikut duduk bersandar di samping David, "Aku minta maaf karena mengajak mu untuk mengikuti Gara dan Willy, jika saja aku tidak meminta mu untuk menemani ku, kita pasti tidak akan terjebak di tempat ini. Aku merasa sangat bodoh karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan kita. "
David menangis semakin keras, ia meringkuk memeluk lutut sendiri. Nova memandang sedih sahabatnya itu.
Krakk... Krakk... Krakk...
Tiba-tiba perasaan Nova tidak enak, suara itu terus mengikuti perjalanan mereka, awalnya Nova pikir itu hanya suara dahan atau ranting yang saling bergesekan, tapi semakin kesini suara itu tampak mencurigakan. Pohon tempat mereka bersandar tiba-tiba bergetar, salju diatas nya berjatuhan. Nova menyeret David agar berlari menjauh.
"Auuu...! " David tersandung sesuatu dan terjatuh saat berlari dibelakang Nova.
Nova berbalik membantu David yang kakinya terlilit benda putih lengket seperti benang. Pandangan Nova berada pada atas pohon yang bergerak tidak wajar. Ia tidak bisa melihat puncak pohon karena terlalu tinggi dan kabut menutupi nya.
" Benda apa ini? " Ujar David yang tidak digubris oleh Nova
Nova tengah berusaha secepat mungkin melepas benda tersebut, begitu benda itu telah hilang ia kembali menyeret David untuk berlari.
"Cepat lari! "
Mereka berdua lari sekencang mungkin, dari belakang gemrisik suara dari atas pohon terdengar berpindah dari satu pohon ke pohon lain mengikuti mereka.
" Nova itu apa? " Tanya David ketakutan
" Jangan lihat kebelakang teruslah berlari! " Nova menyuruh David berlari didepan dan ia berpindah dibelakang.
Beberapa kali David dan Nova terjatuh karena tersandung benda putih lengket mirip benang atau jaring tersebut. Namun, keduanya kembali berlari, hingga sebuah pohon tumbang menghalangi jalan mereka yang membuat langkah mereka terhenti. Keduanya tiba bisa melewati nya karena pohon tersebut sangat besar.
Nova melihat sekeliling dan kembali berlari menghindari pohon tumbang tersebut. Sementara Nova memimpin jalan, David yang berada dibelakang mulai tertatih tatih.
Suara melengking terdengar dari atas disertai pohon tumbang yang lain. Kini tiba-tiba Nova percaya dengan adanya monster yang sering diceritakan oleh David.
Ada pohon tumbang yang menghalangi setiap sisi jalan. Nova berhenti sejenak mengamati keadaan.
Brukkk
Tahan bergetar sejenak, dari depan diantara pepohonan sesosok mahkluk besar berwarna hitam berjalan kearah mereka. Kontras dengan lingkungan sekitar yang berwarna putih.
Mata Nova dan David membesar. Apa-apaan! Didepan mereka ada seekor Laba-laba raksasa dengan tinggi hampir 4 meter.
"Aaaaa! " Keduanya berteriak bersama
Nova dan David berjuang untuk memanjat pohon tumbang itu agar bisa berlari. David yang sedari awal sudah ketakutan wajahnya kini pucat pasi. Ia sampai lupa menangis dan berteriak.
Nova berhasil naik terlebih dahulu sebelum membantu David naik ke atas lalu melompat turun untuk mencari tempat berlindung. Sang monster yang kelaparan tidak akan pernah membiarkan buruan untuk lari, beberapa kali ia menembakkan jaring untuk menangkap mereka.
Nova dengan cerdik menyuruh David berlari diantara pohon yang mirip pohon palem agar terhindar dari jaring tersebut. Cara itu berhasil, tapi karena hal tersebut membuat monster itu yang tadinya hanya menembak jaring sekarang berlari mengejar mereka.
Dengan kakinya yang panjang lebih dari dua meter, tidak akan lama bagi monster tersebut untuk sampai ditempat mereka. Ini benar-benar tidak bagus. Sementara mereka sudah sangat kelelahan karena sedari tadi berjalan dan berlari, melarikan diri dari monster tersebut adalah hal yang mustahil.
Disaat genting, David menemukan sebuah bukit berbatu dengan celah gua kecil.
" Lihat disana! " David nunjuk sisi kanan tubuh nya pada Nova.
" Ada gua kecil. Kita bisa bersembunyi disana kan? "
Nova mengangguk " Ayo cepat masuk! "
Gua kecil itu tidak terlalu jauh sehingga tak butuh waktu lama keduanya berhasil masuk. Nova dan David bahu membahu menutup jalan masuk dengan batu.
Monster tersebut terlalu besar dan ia juga tidak bisa menunduk untuk masuk. Sesaat, monster itu terdengar sangat marah, ia mengeluarkan suara seram sebelum tiba-tiba menghilang.
"Apakah monster tersebut telah pergi?Apa kita selamat sekarang? "
Nova memberi isyarat agar David diam. Melalui celah pada batu, Nova memang melihat Laba-laba itu pergi. Tapi untuk memastikan keadaan ia terus mengamati sekitar nya.
David akhirnya lega, ia jatuh bersandar pada dinding gua. Jantung berdetak sangat cepat. Tak pernah terpikir kan jika ia akan bertemu monster sungguhan.
Nova ikut duduk, badannya basah oleh keringat sejenak tubuhnya merasa hangat. Nova meraih ransel dan mencari senter untuk penerangan, ia tak berani menyingkirkan batu yang menutupi jalan masuk karena takut akan ada hewan lain yang datang. Didalam gua gelap, tapi setidaknya itu tidak terlalu dingin dan mereka aman disana.
Cahaya senter membuat wajah mereka terlihat satu sama lain, keduanya makan sedikit cemilan sebelum akhirnya tertidur karena kelelahan.Kejadian yang mereka alami benar-benar menguras semua energi mereka.
Ditengah waktu istirahat, tubuh mereka bergetar, gua yang mereka tempati juga bergetar, membuat beberapa butir tanah dan kerikil jatuh mengenai keduanya yang akhirnya membuat Nova bangun terlebih dahulu.
Nova mendengar sesuatu dari atas, buru-buru ia membangun kan David.
" David bangun ,cepat! "
David yang sudah bangun kembali ketakutan.
" Apa ada gempa? "
"Tidak. Kurasa ada suatu aktivitas diatas gua ini. Pindah kan batu itu perlahan dan cepat pergi dari sini ayo! "
Berpacu dengan waktu , saat keduanya memindahkan batu yang menutupi pintu masuk, sebuah lubang kecil terbentuk diatas dinding gua. Awalnya hanya sebesar lubang hidung dan terus membesar, kerikil dan bebatuan mulai gugur menimpa mereka. Lengan David dan Nova terluka karena bebatuan tersebut.
Begitu jalan masuk sudah terbuka mereka keluar dari gua.
Dari luar mereka akhirnya tahu jika gua tersebut mulai runtuh karena monster tersebut ternyata tidak menyerah, dia menggali gua tersebut dari atas agar longsor dan memaksa Nova dan David keluar. Binatang yang cerdas.
Melihat mangsanya akhirnya keluar dari lubang persembunyian, monster itu buru buru menembakkan jaring nya kembali. Kini ia berhasil menangkap David.
Nova panik, ia berbalik membantu David melepas jaring itu. Namun jaring yang di semprotkan berbeda dari jaring terakhir kali mereka temui. Ini lebih kuat dan lengket, butuh waktu lama untuk melepaskan nya. Sementara keduanya sedang berjuang melepas jaring, sang Laba-laba segera menghampiri mereka.
David melihat mahkluk itu semakin dekat.
" Nova cepat lari, monster itu mendekat. "
Nova tidak menggubris omongan David, ia tidak akan meninggalkan sahabatnya itu.
Laba-laba itu sudah semakin dekat, tinggal beberapa meter lagi untuk bisa menangkap mereka, mulut nya sudah terbuka lebar dan sorot matanya yang merah terlihat senang. Tapi bagi David itu pemandangan yang mungkin tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.
David ketakutan, ia melihat salah satu kaki Laba-laba itu terangkat seakan-akan siap untuk menginjak mereka. David menutup matanya.
Brukkk
Nova kaget, ia melihat kebelakang ada sebuah kaki yang terjatuh tak jauh dari nya. Laba-laba itu marah, kaki yang lain bersiap untuk menginjak Nova tapi tiba-tiba terpotong dan jatuh kembali disebelah kaki sebelum nya.
Lengkingan suara monster itu membuat mata David terbuka. Nova terpaku melihat kedua kaki laba-laba itu terjatuh tiba-tiba. Hingga suara orang yang dikenal nya terdengar.
"Pakai belati itu untuk memotong jaring! "
David melihat orang itu ia langsung berteriak senang " Willy! " teriaknya kegirangan.
Nova sadar kembali saat David berteriak memanggil nama Willy.
" Kita bisa saling berpelukan dan bercanda riang nanti. Aku juga punya beberapa roti dan teh hangat untuk menjamu kalian. Jangan khawatir, tapi untuk sekarang bisakah kita tunda dulu perjamuan nya. " Ucapan Willy membuat Nova kembali fokus. Buru buru ia mengambil belati itu dan memotong semua jaring yang menjerat tubuh David.
Monster tersebut tentu tidak akan mau menunggu sampai buruan kabur. Ia berjalan dengan sisa kakinya. Ada 4 pasang kaki, dengan satu pasang terpotong tidak terlalu mempengaruhi monster tersebut. Justru itu memicu kemarahan nya.
David sudah terbebas dari jerat, ia berlari menjauh dari Laba-laba itu.
" Berlindunglah dibawah pohon palem itu, dan jangan mendekat! " Willy memberi arah tempat bersembunyi.
Dengan dibantu Nova, David berjalan cepat kearah yang di sebutkan oleh Willy.
Melihat keduanya aman, Willy berlari kearah Laba-laba itu. Keduanya bertarung. Nova dan David sempat panik karena Willy justru berlari kearah monster itu. Ini bukan syuting film, atau pertunjukan hiburan. Ini pertarungan nyata.
Laba-laba sebesar 4 kali gajah Afrika, dengan 4 pasang kaki, melawan seorang remaja umur 16 tahun. Ini tidak masuk akal.
Monster tersebut menembakkan jaring-jaring nya, hebatnya Willy bisa menghindar. Karena gagal dengan jaring, laba-laba itu beralih menuju kakinya, ia berusaha menginjak tubuh kecil Willy.
Nova dan David cemas. Tiap satu pijakan kaki, akan muncul lubang ditanah. Menandakan jika kekuatan kaki laba-laba itu sangat besar, akan mengerikan jika sampai terinjak.
Disini Willy mulai kerepotan, ada saat dimana salah satu kaki si laba-laba hampir menginjak tubuhnya. Namun gagal, karena sebuah panah melesat dan menancap pada kaki tersebut membuat nya kesakitan.
Nova memperhatikan panah yang menancap pada kaki laba-laba, ia tida melihat siapa yang menembakkan panah tersebut.
Terjadi pertarungan sengit antara Willy dan Monster Laba-laba, beberapa kali Willy jatuh, terguling, dan melompat.
Kaki-kaki itu membuat Willy kewalahan, saat kedua tangan nya menghalau dua pasang kaki, satu pasang kaki yang lain berhasil mengenai nya. Membuat salah satu pedang nya terlempar dan jatuh didekat Nova dan Willy.
Willy sangat kesal, " Bagus sekali, kau benar-benar binatang jelek yang merepotkan. Akan aku jadikan kau Laba-laba saus padang hari ini karena berani membuat kesayangan ku menjadi kotor. "
Willy dengan wajah marahnya menunjuk kearah Nova, "Hei ketua kelas, tolong lempar kan kesayanganku sekarang, agar kita bisa lebih cepat memulai perjamuan nya! "
Nova mengerti maksud Willy, ia bergegas mengambil pedang milik Willy dan melempar nya dengan sekuat tenaga. Awalnya ia hendak mengantarkan, tapi sepertinya itu bukan ide yang bagus jadi ia lebih memilih melemparkan saja.
Dengan sigap Willy meraih pedang miliknya, ia memiliki dua pedang, satu kanan dan satu kiri. Nova memperhatikan Willy telah menyatukan kedua pedang itu jadi satu.
" Wow itu keren sekali. Nova lihat! Willy menyatukan dua pedang itu jadi satu , itu seperti adegan dalan film Final Fantasy. " Mata David berbinar.
Laba-laba itu tidak peduli mau Willy memakai dua pedang atau tidak, yang jelas ia sudah mengganggu waktu makan malam nya. Makhluk itu segera berlari menuju Willy.
Willy juga berlari kearah monster itu, ia menyusup kebagian bawah si monster dan memotong kakinya satu persatu. Dengan menggabungkan kedua bilah pedang, kekuatan nya semakin besar. Sekali tebas, kaki Laba-laba raksasa yang berukuran besar itu langsung terpotong.
Sementara Willy sibuk memotong kakinya.. dari atas puluhan anak panah melesat mengenai punggung si Monster.
Tinggi Laba-laba itu sudah berkurang karena semua kakinya sudah dipotong , Willy mengincar bagian bawah kepalanya. Namun, tanpa diduga, meski Laba-laba itu tidak bisa mengejar Willy ia tiba-tiba memutar tubuhnya membuat Willy yang berada dekat dengan si Monster terpental oleh kaki belakang nya.
"Willy! "
Nova dan David cemas, karena kini Willy terdesak. Laba-laba itu sudah siap menerkam Willy, mulut nya terbuka lebar memperlihatkan taringnya yang tajam. Namun saat monster itu mengangkat kepalanya, tiga panah melesat tepat mengenai kepalanya, seketika Laba-laba itu jatuh tepat didepan Willy dan mati tak bergerak.
Willy melihat ke atas.
" Bisakah kau lebih cepat sedikit, kenapa tidak kau panas langsung kepalanya dari tadi. Kau membuat ku berlarian kesana kemari seperti orang bodoh. "
Willy bangkit dan memarahi seseorang yang tidak terlihat.
Tubuh Laba-laba raksasa yang sudah mati itu tiba-tiba berubah menjadi hitam dan mengering, dengan hembusan angin, tubuhnya perlahan menghilang tidak meninggal sisa sedikit pun.
Selama proses tersebut Nova dan David melihat tanpa berkedip, sampai sampai mereka tidak menyadari kehadiran Willy yang sekarang sudah berada didepan mereka.
Brukkkk
Suara benda jatuh menyadarkan keduanya. Awalnya mereka tegang, namun perlahan dari jauh ia melihat sosok Gara berlahan muncul dari balik kabut.
"Gara." David berteriak memanggil nya, Gara hanya menjawab dengan anggukan.
Willy berjongkok didepan mereka
"Apa kalian bisa berjalan? Kita akan menuju pondok dan mengobati luka kalian. "
" Aku bisa berjalan tapi David tidak, kakinya terluka saat berlari. " Nova memperlihatkan kaki David yang berdarah pada Willy.
"Tidak tidak, aku baik baik saja. Ini hanya tergores bebatuan yang longsor tadi, aku masih bisa berjalan meski agak lambat. " Jawab David cepat.
Dengan bantuan Willy, David bisa berjalan dengan perlahan. Selama proses, Gara hanya melihat mereka lalu berbalik berjalan menembus kabut.
" Kalian benar benar punya nyali untuk datang kemari dengan mengikuti kami. Apa kalian punya banyak waktu luang? Dan ada apa dengan mu ketua kelas, apa les mu sedang libur atau gurunya sakit? Tidak mungkin kau bolos bukan? "
Menerima banyak pertanyaan dari Willy, Nova memang merasa bingung pada dirinya sendiri. Ia adalah seorang yang disiplin, biasanya ia memiliki jadwal yang sudah diatur sehari-hari, dari hari senin sampai minggu. Bahkan jadwal makan, olahraga, dan tidur sudah diatur. Ini pertama kalinya ia bolos dan melakukan hal yang tidak biasa ia lakukan.
David yang juga mendengar pertanyaan Willy menjawab dengan santai. "Dia bolos, dan mengajakku mengikuti kalian. "
Nova langsung menatap tajam pada David, ia buru buru berpaling.
" Tempat apa sebenarnya ini? Dan ada dimana kita?"
Kini giliran Willy yang menatap Nova
" Kau tidak tahu kemana akan pergi tapi dengan penuh percaya diri mengikuti kami kemari? Ketua, sepertinya itu kurang tepat, yang lebih tepat ialah apa yang kalian lakukan, dan kenapa mengikuti kami. Kalian beruntung, aku dan Gara sedang berpatroli sehingga menemukan kalian. Jika aku dan Gara tidak melihat kalian, bukankah kalian sudah jadi santapan Laba-laba raksasa itu? "
David terdiam tidak bisa menjawab, sementara Nova bingung bagaimana menjelaskan.
" Aku hanya penasaran pada Gara. "
Jawaban Nova membuat Willy tertawa terbahak-bahak.
" Gara kau ketahuan! " Willy masih tertawa dengan lebar. Gara yang berjalan jauh didepan sampai tidak terlihat punggungnya tidak menjawab.
"Seperti julukannya, ketua kelas kami adalah murid paling pandai disekolah. "
Nova tidak mengerti, tapi ia masih penasaran tempat apa sebenarnya ini.
Perjalanan mereka tidak terlalu jauh, sebelum Nova kembali bertanya. Mereka sudah sampai didepan sebuah pohon raksasa.
David terperangah, pohonnya sangat besar, mungkin butuh 8-13 orang dewasa untuk memeluk batang pohon itu.
" Pohon raksasa. "
Nova juga takjub dengan ukuran nya.
" Selamat datang di pondok. "
Gara sudah menunggu mereka di dekat pohon . Ia membuka pintu dan terlihat sebuah celah untuk masuk kedalam pohon raksasa itu.
Nova berjalan lebih dulu setelah Gara masuk, dibelakangnya, David masih di bantu Willy masuk sesudahnya.
Willy mendudukkan David, Gara membawa sebuah kotak berisi alat alat untuk mengobati luka.
" Lepas jaket mu dan angkat celanamu. Aku akan mengobati lukamu. " David dengan patuh melepaskan jaket dan menggulung celananya.
Gara tidak banyak bicara seperti yang dikenal oleh Nova. Ia memberi Nova segelas minuman,yang mana setelah Nova menenggaknya,badannya menjadi hangat. Lalu ia segera mengambil kayu bakar dan memasukkan nya kedalam perapian. Ruangan menjadi hangat.
Tidak butuh waktu lama untuk mengobati luka yang ada di kaki dan lengan David.
" Lukamu tidak terlalu serius , tapi kau tetap harus berhati-hati, istirahat selama tiga hari dan kau akan sembuh. "
Usai merawat David, Willy beralih ke Nova. Luka yang dialami Nova hampir mirip dengan David, tapi itu lebih ringan, Willy hanya membersihkan luka dan menerapkan salep khusus padanya.
Nova memperhatikan seluruh prosesnya, itu tindakan normal pertolongan pertama, tapi ia penasaran dengan salep yang diterapkan pada lukanya. Entah karena perasaannya atau memang itu salep yang bagus. Saat salep itu mengenai kulit, terasa dingin dan sedikit hangat. Rasa sakit yang dirasakan di area yang terluka perlahan memudar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!