NovelToon NovelToon

MAYA - DENDAM DAN AMARAH

#1- Malam yang dingin.

Langit gelap tanpa cahaya rembulan,Angin malam terasa menusuk ketulang, dedaunan berjatuhan diterpa olehnya. Seorang wanita cantik berjalan tergesa-gesa dengan terus merapatkan jaket yang digunakannya menyelimuti tubuh kurus miliknya. Sambil menenteng tas plastik hitam ditangannya wanita itu menerjang angin.

Wanita itu setengah berlari sambil menatap arloji tua ditangan kanannya.Waktu menunjukkan pukul 22:00 saat dirinya memasuki gang menuju kediamannya. Wanita bertubuh kurus itu semakin menambah laju derap langkah kakinya dengan senyum manis yang tercipta dibibirnya. Suasana sepi mencekam tak ada suara tawa bocah yang berlarian didepan gang dan juga kediaman mereka karena cuaca yang terlihat sedang mengamuk.

Dari kejauhan, matanya menangkap bayangan sosok pria berbadan gempal sedang melangkah terburu-buru meninggalkan rumahnya. Minimnya cahaya membuat wanita itu tak dapat melihat dengan jelas siapa orang tersebut. Kerutan tercipta dikedua alisnya. Wanita itu segera berlari dengan kencang menuju kearah rumahnya. Wanita itu kaget ternyata pintu rumahnya tak terkunci dan dalam keadaan sedikit terbuka.

" Nadia.... Nadia...." Teriaknya saat memasuki rumah bernuansa putih tersebut. Sunyi sepi tak ada sautan dari dalam ruangan tersebut.

Wanita itu lalu berlari menuju kamar milik adiknya yang terletak di lantai dua. Matanya membola saat menatap kedalam kamar yang terlihat berantakan. Kantong plastik yang berada ditangannya pun terjatuh, mulut wanita itu menganga menatap keadaan disekitarnya.

" Nadia....kamu kenapa dek...." Pekik wanita itu seraya berlutut dan memeluk seorang gadis remaja yang tak sadarkan diri dengan keadaan yang mengenaskan. Darah segar mengalir dari bagian kepalanya.

" Nadia...bangun sayang..." Ucap wanita itu sambil terisak. Diguncang nya tubuh remaja tersebut namun gadis itu tak bergeming. Darah mengalir dari belakang kepala gadis itu membasahi lengan baju nya.

" Ya Tuhan...apa yang terjadi padamu Nadia. Bangun dek...." Ucap wanita itu seraya menangis histeris. Beberapa menit kemudian wanita itu mengambil gawainya dengan tangan gemetar lalu menghubungi ambulance. Wanita itu terus memeluk sang adik yang tertidur lelap.

Wanita itu melayangkan pandangnya kearah bagian tubuh lain milik sang adik. Darah segar terus mengalir dari celah kaki gadis remaja itu. Dengan perlahan wanita itu menyingkap rok berwarna pink milik adiknya.

Deg

Wanita itu menangis meraung saat melihat kondisi sang adik yang tak memakai ****** ***** dan darah segar terus mengalir dari kewanitaan nya.

" Dek...siapa yang sudah melakukan hal seperti ini padamu sayang." Ucap wanita itu sambil terus menangis memeluk sang adik.

Suara sirine ambulance terdengar mendekat kearah pemukiman. Wanita itu dengan perlahan membaringkan adiknya lalu bergegas menuju kedapan rumah.

" Pak disini, tolong adik saya pak." Ucap wanita itu saat ambulance berhenti dengan sempurna didepannya. Dua orang petugas segera berlari masuk kedalam rumah dengan tandu ditangan mereka. Tak berselang lama. Meraka pun keluar dengan membawa remaja tersebut dan bergegas memasukkannya kedalam mobil.

Wanita itu segera mengunci pintu rumahnya dan naik kedalam mobil ambulance. Warga yang penasaran terlihat berdiri berkerumun tak jauh dari rumah wanita tersebut.

Sirine mobil ambulance bergema memecah jalanan sepi malam itu. wanita itu terus menangis sambil menggenggam tangan adiknya.

" Tuhan, lindungilah adik ku, hanya dia satu-satunya keluargaku didunia ini." Ucap wanita tersebut sambil terus menangis dan mengelus pipi sang adik tercinta. Tiba-tiba hujan deras menguyur bumi seakan ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh wanita cantik berambut ikal itu.

***

Seorang wanita duduk didepan ruang UGD sebuah rumah sakit dengan gelisah sambil terus menetes kan air matanya. Wanita itu terus merapalkan doa memohon kepada sang pencipta agar menyelamatkan nyawa adiknya yang sedang terbaring tak berdaya didalam ruangan itu.

Wanita itu bernama Maya, berumur 20 tahun seorang pegawai minimarket. Wanita cantik berkulit putih dan berambut ikal sebahu itu hanya tinggal berdua dengan Nadia, Sang adik yang sedari kecil mengidap down syndrom.

Kakak beradik tersebut adalah yatim piatu, ayah dan ibu mereka telah tiada karena kecelakaan lalu lintas dua tahun yang lalu.

Maya hanya tinggal berdua bersama sang adik Nadia yang berumur 17 tahun, saat berangkat kerja Maya selalu berpesan kepada sang adik untuk selalu mengunci pintu dan tak boleh menerima tamu siapapun. Namun malam ini entah apa yang membuat sang adik tak mematuhi kata-kata nya.

Seorang perawat menghampiri Maya dan memintanya menemui dokter diruangannya. Maya mengekor suster tersebut dengan wajah cemas. Berharap adiknya baik-baik saja.

Disebuah ruangan bernuansa putih. Maya duduk berhadapan dengan seorang dokter muda berkacamata. Dokter itu melihat dengan teliti secarik kertas ditangannya, kerutan tercipta diantara keningnya. Dokter itu terlihat menghela nafas berat sambil menatap Maya yang sedari tadi duduk didepannya.

" Apa yang terjadi pada adikku dok..." Tanya Maya sambil menatap lurus kedalam manik mata sang dokter.

" Adik anda mengalami luka yang cukup parah pada kepalanya akibat pukulan benda tumpul hingga kami memberinya 20 jahitan. Beruntung cedera pada kepalanya tak mengakibatkan gangguan pada otaknya. Tapi.." terang dokter tersebut dengan wajah serius nya.

" Tapi apa dok..?!!!" Tanya Maya tak sabar.

" Adik anda mengalami pelecehan seksual yang mengakibatkan luka pada dinding rahim yang mengakibatkan pendarahan hebat dan juga ada beberapa luka robek pada kewanitaan dan juga anus nya. " Ucap sang dokter sambil menatap wajah Maya.

Mata Maya membola air mata berlomba mengalir dari mata nya yang indah.wanita cantik itu terpaku ditempatnya hanya air mata yang terus membanji pipinya. Dunianya terasa hancur mendengar penuturan dokter tersebut.

" Anda sudah melaporkan kejadian ini pada pihak berwajib...?" Tanya dokter muda tersebut dengan menatap manik mata Maya. Maya hanya menggeleng perlahan sambil terus menangis dalam diam.

" Kalau diizinkan saya akan menghubungi pihak berwajib, kebetulan saya kenal baik dengan seseorang di Polresta." Ucap dokter muda berkulit sawo matang tersebut. Maya kembali menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan dokter tersebut.

Tak berselang lama, dokter tersebut terlihat sedang menghubungi seseorang menggunakan gawai miliknya.

Maya tak bergeming dari tempat duduk tersebut.tubuhnya seakan susah digerakkan. Air matanya terus mengalir tak terbendung.

" Tunggulah, sebentar lagi polisi akan datang dan meminta keterangan." ucap dokter tersebut sambil menatap iba pada Maya yang terus menangis tanpa suara.

" Terima kasih banyak dokter." ucap Maya sambil menundukkan wajahnya seraya menghapus lelehan air mata dipipinya.

" sama-sama." ucap sang dokter sambil tersenyum tipis.

" apakah saya sudah bisa menjenguk adik saya dok...?" tanya Maya sembari menatap wajah dokter didepannya.

" silahkan, sepertinya adik anda sebentar lagi akan siuman." ucap dokter tersebut sambil menatap lekat wajah cantik Maya.

" terima kasih dok, kalau begitu saya permisi." ucap Maya sambil berdiri dan sedikit menundukkan padanya.

" sama-sama." ucap dokter tersebut sambil tersenyum tipis.

Maya pun melangkahkan kaki nya meninggalkan ruangan dokter tersebut.

Nadia yang malang

Malam semakin larut, Diruangan bernuansa putih, maya duduk disamping ranjang milik sang adik. air matanya terus berlinang sambil terus mengengam erat tangan sang adik.

" siapa yang tega melakukan semua ini kepadamu dek. " ucap maya sambil terisak. maya menyentuh pipi gembul sang adik yang tertidur pulas. Lelah menangis membuat maya menyandarkan kepalanya diranjang sang adik dan mulai tertidur.

Tak berselang lama maya dikagetkan dengan gerakan jari sang adik. maya bergegas bangun dan menyentuh pipi sang adik.

" dek..kamu sudah sadar..? " ucap maya sambil tersenyum tipis kepada sang adik. perlahan sang adik mulai membuka matanya.

" kakak... " ucap sang adik terbata.

" ia sayang, kakak disini. " ucap maya sambil mengelus pipi adik kesayangan nya.

" pak doni jahat kak, pak doni mukul kepala ku. " ucap sang adik sambil menangis histeris. mata maya membola mendengar kata-kata sang adik. Rupanya tetangga mereka yang merupakan orang yang paling disegani di wilayah tempat mereka tinggal yang telah melakukan hal bejad terhadap adiknya.

" sabar ya sayang nanti kita akan menghukum orang yang sudah membuat kamu seperti ini. " ucap maya sambil memeluk tubuh sang adik.

Tiba-tiba tubuh sang adik kejang-kejang, maya yang panik pun segera berlari memangil perawat. perawat dan dokter pun berlari memasuki ruangan UGD. Maya pun turut masuk kedalam ruangan tersebut. Dilihatnya sang adik terus mengalami kejang. maya menangis dan terus merapalkan doa memohon kepada sang Pencipta agar melindungi dan menyembuhkan sang adik.

Terlihat dokter dan perawat dengan sigap memberikan pertolongan kepada sang adik. Maya terus menatap wajah sang adik sambil terus menagis, tak berselang beberapa lama sang adik mulai tenang. maya tersenyum melihat sang adik sudah tak kejang lagi. Namun dokter masih terus memereiksa kondisinya. Sambil menatap arlojinya sang dokter memberi kode kepada perawat yg berada di dekatnya. Perawat pun menutup wajah gadis belia itu dengan kain selimut putih yang dipakainya.

" Adik saya kenapa pak dokter, kenapa ditutup. " tanya maya sambil berjalan mendekati sang adik.

" maaf, adik ada tak tertolong. akibat cedera di kepala dan juga kondisi mental dan fisik yang lemah membuat adik anda tak bisa bertahan. kami turut berdukacita. " ucap dokter muda tersebut dengan wajah sedih.

" dek... bangun dek... jangan tinggalin kakak... kakak hanya punya kamu dek... bangun.. kakak Mohon. " ucap maya sambil menggoyang kan badan sang adik. jeritan dan tangisan maya tak dapat terbendung lagi. Dokter dan perawat pun meningalkan maya seorang diri diruangan itu.

Diluar ruangan sang dokter memberi arahan kepada beberapa perawat agar mengurus mayat remaja tersebut dan membantu maya membawa adiknya ke peristirahatan terakhirnya.

seorang perawat masuk dan menemui maya yang masih terus menagis dan memeluk tubuh kaku sang adik.

" mbak, saya mau membersihkan tubuh adik anda. kami akan membantu memandikan hingga mengantar adik ada ke TPU. " ucap perawat tersebut sambil menyentuh pundak maya. Maya hanya menganguk dan berjalan keluar ruangan tersebut dan duduk dikursi yang terletak didepan ruangan tersebut.

maya terus menangisi kepergian sang adik, kehilangan semua orang-orang yang dicintainya membuat dirinya merasa sangat sedih. kini hidupnya sebatang kata tanpa orang tua dan sanak saudara. maya terus menangis hingga ia teringat akan sesuatu, dengan cepat wanita cantik itu menghapus air matanya lulu berlari menuju pintu keluar rumah sakit tersebut.

*****

Mentari masih bersembunyi dibalik selimut awan. suaranya sunyi dan dingin yang menusuk tak dihiraukan oleh Maya. Kini wanita cantik itu berdiri didepan pintu ber cat coklat. Dengan cepat wanita cantik itu menekan tombol bel berulang .

Beberapa menit pintu rumah itu terbuka dengan kasar, seorang pria berbadan gempal dengan orang wajah penuh amarah menatap lekat maya yang sedang berdiri didepannya.

" ada apa ini...!!! kenapa kau menggangu di jam seperti ini tak bisa kah kau menunggu sampai pagi...??!!! " ucap pria itu dengan penuh amarah. Maya yang berdiri di depan pintu hanya menatap pria itu tanpa ekspresi. Beberapa menit lamanya maya tak bergeming. Hingga pria tua itupun menjadi takut.

" kau apakan adikku..?!!" ucap maya dengan wajah penuh amarah. Pria paruh baya itu seketika bergeming dan wajahnya terlihat kaget.

" a..a..apa maksud mu nak maya..? " ucap pria tersebut dengan terbata. matanya melihat kekiri dan kekanan namun suasa nampak sepi tak ada seorangpun yang berada di luar rumah.

" jangan berbohong...!!!! kau yang sudah melecehkan adikku.!!! " ucap maya dengan lantang. Pria itu menjadi panik dan wajahnya pun memucat.

" apa buktinya kalau akulah yang telah melecehkan adikmu..! kau jangan asal bicara. aku akan melaporkan mu pada polisi karna sudah membuat tuduhan palsu padaku." ucap pria tersebut dengan suara bentakkannya yang keras. maya tak bergeming ataupun takut. wanita cantik itu terus menatap wajah pria didepannya tanpa berkedip.

" akulah yang akan memenjarakanmu. aku pastikan hari ini juga kau akan mendekam didalam jeruji besi. " ucap maya dengan sinis. Maya pun berlalu dengan cepat dari hadapan pria paruh baya tesebut.

 wanita cantik itu menuju ke kediamannya yang letaknya bersebelahan dengan rumah pria tersebut.pria berbadan gempal itu menatap punggung maya dengan tatapan yang sulit diartikan. sebelum menutup pintu pria itu sempat mendengar percakapan maya dengan seorang tetangga yang kebetulan sedang lewat dari arah yang berlawanan. senyum sinis tercipta dibibir pria paruh baya itu mendengar percakapan mereka. pria itu pun bersiul girang lalu segera menutup pintu rumah.

Maya mengemas pakaian dan juga surat-surat berharga miliknya lalu bergegas menuju ke rumah sakit tempat jasad sang adik berada.

Di tempat lain, seorang pria paruh baya terlihat sedang menghubungi seseorang melalui gawai miliknya. Dengan nada penuh amarah, pria itu menginterupsi seseorang di ujung telepon untuk melakukan sebuah rencana yang sudah diatur olehnya. Tak berselang lama, pria itu pun menutup sambung telepon. Senyum miring tercipta di ujung bibir nya. pria itupun segera menuju ke sebuah ruangan kamar yang terletak di ujung lorong rumahnya. Tak berselang lama terdengar jeritan dan rintihan kesakitan seorang wanita yang berasal dari kamar tersebut.

*************

Bunyi serine ambulance memecah jalanan padat pagi ini, maya terus berurai air mata sambil menatap jasad kaku sang adik yang telah terbungkus kain kafan di depannya. Hancur lebur perasaannya kini, Satu-satunya keluarga yang dimilikinya telah pergi meninggalkan dirinya dengan keadaan yang mengenaskan.

Wanita cantik itu berjanji didepan jasad sang adik akan menuntut balas atas kematian tragis yang telah dialami oleh sang adik.

Tak berselang lama mobil ambulance tiba di TPU, petugas segera membawa jasad nadia menuju ke liang lahat, disana terlihat seorang ustadz dan juga para pengali kubur telah berada disamping liang lahat.

Penculikan

Matahari mulai terlihat meninggi, beberapa orang terlihat berjalan menjauhi sebuah gundukan tanah baru dengan taburan bunga yang masih segar diatasnya. Maya masih menatap nanar kuburan sang adik. Seakan tak percaya bahwa sang adik telah pergi untuk selamanya.

" maaf, mbak... saya pamit duluan. " ucap seorang pria berbadan tegap kepada maya. pria yang sedari tadi berada di samping maya adalah sopir ambulance dari rumah sakit tempat sang adik dirawat.

" Terima kasih pak, saya akan segera menyusul ke rumah sakit untuk membayar semua biayanya. " ucap maya sambil menghapus jejak air mata di pipinya.

" mbak tak perlu kerumah sakit lagi, semua biaya sudah ditangani oleh dokter Adnan. " ucap pria itu sambil tersenyum tipis.

" Dokter Adnan..?? " tanya maya.

" Ia mbak, dokter Adnan yang menangani almarhumah kemarin. Rumah sakit itu milik keluarga nya." ucap pria tersebut. Maya kaget dan merasa bersyukur di saat dirinya ditimpa musibah tuhan mengirim orang baik untuk membantunya.

" saya permisi dulu mbak. " ucap pria tersebut. maya hanya mengangukkan kepala sambil tersenyum tipis. Pria itu pun bergegas meninggalkan tempat tersebut.

Kini tinggalah maya seorang diri didepan pusara sang adik. Tangannya membelai nisan sang adik dengan lembut seakan dirinya sedang membelai surai sang adik tercinta.

" Tenanglah disana, berkumpul lah bersama ayah dan ibu. Aku akan membalaskan dendam kepada orang yang sudah membunuh mu. kakak berjanji akan segera memenjarakan laki-laki biadab itu. Ucap maya dengan deraian air mata di pipinya.

" Kakak pergi dulu, kakak janji akan sering datang mengunjungi mu. Beristirahatlah dengan damai sayang. " ucap Maya. Wanita cantik itu berjalan perlahan menjauhi pusara sang adik. Maya berniat hendak mendatangi kantor polisi untuk melaporkan kejadian naas yang menimpa mendiang sang adik. Namun tiba-tiba dari arah belakang dua orang berbadan tegap menyergap nya.

" Toloooooonnngggg... tooo.... mmmppppp" maya berteriak meminta pertolongan tetapi dengan cepat mulutnya dibekap oleh tangan kokoh dari arah belakang. Maya terus meronta dan berupaya melepaskan diri namun tenaganya tak seimbang dengan pria-pria tersebut.

Pria-pria itu mengikat tangan maya dan juga menutup mulut dan matanya lalu mendorongnya masuk kedalam sebuah mobil box lalu menguncinya. Maya terus mengeliat berusaha melepaskan diri saat mobil yang membawanya bergerak meninggalkan TPU.

Mobil itu terus melaju, Maya semakin panik dirinya terus bertanya-tanya dalam hati, siapa kedua pria yang telah menculik nya dan mengapa mereka menculiknya. Tak berselang lama, maya merasakan mobil tersebut berhenti.

Kreeekkkkk....

Seseorang membuka pintu mobil box itu dengan kasar. Maya merasakan seseorang menarik dirinya dengan sangat kasar. Maya diseret beberapa meter jauhnya.

" Bos, kami sudah membawa wanita yang kau inginkan. " ucap seorang pria. Maya semakin ketakutan mengetahui bahwa ada orang lain selain kedua pria yang menculiknya.

" Kerja bagus.... Hahaha... " ucap pria itu sambil mendekat kearah maya. Sekilas maya seakan mengenali suara pria tersebut. Maya berusaha mengingat siapa sebenarnya pemilik suara tersebut.

" Halo cantik.. Hahahhahhahaha. " ucap pria tersebut sambil memegang pipi mulus milik maya. Maya memalingkan wajahnya menghindari sentuhan pria tersebut. mata dan mulut maya masih tertutup sehingga membuat dirinya tak dapat melihat wajah pria didepannya tersebut.

Pria itu kembali ingin menyentuh wajah dan tubuh maya namun dengan cepat maya melayangkan tedangan kearah alat viral pria tersebut.

" Aaarrrggggg.... wanita sialan... " teriak pria tersebut kesakitan.

********

Disebuah tempat yang jauh dari keramaian kota, tepatnya dipingir sebuah jurang yang curam. Terlihat Seorang wanita dengan kondisi tubuh yang terikat sedang dikelilingi oleh tiga orang pria.

" cepat lempar wanita sialan itu kedalam jurang...!!!! " ucap pria itu dengan penuh amarah. maya terus meronta namun kedua pria berbadan tegap itu terus menyeret nya ke bibir jurang. Maya menangis dalam diam, dia terus merapalkan doa memohon semoga ada keajaiban.

" Apa yang kalian tunggu cepat lempar wanita itu...!!!" ucap pria berbadan gempal itu. Kedua pria berbadan tegap itu pun segera mendorong maya kedalam jurang. Tubuh kecil maya pun terlempar kedalam jurang itu, wanita cantik itu pasrah pada malaikat maut yang sebentar lagi menjemput nya.

" Ayah, Ibu, Nadia, sebentar lagi kita akan berkumpul bersama seperti dahulu. " ucap maya dalam hati, dengan senyuman manis dibibirnya juga setetes bulir air mata mengalir di pipinya maya pasrah dengan nasib tragis yang akan dialaminya. Tubuh wanita malang itu terhempas, menyentuh dan menghantan bebatuan dan juga ranting-ranting pohon yang tajam.

" Itulah akibatnya jika kau berani lancang padaku. ahhhh.... sayang sekali tubuhmu yang indah harus hancur dan dimakan hewan buas dibawah sana. " ucap pria berbadan gempal itu dengan sinis. ketiga pria itupun bergegas meninggalkan tempat tersebut.

*******************

Di tempat lain, seorang pria berkaca mata dengan setelan jas putih lengkapnya sedang duduk sambil mengotak atik gawainya. Kerutan tercipta dikedua alisnya saat nomor telepon yang ditujunya tak kunjung tersambung.

" bagaimana..? sudah bisa dihubungi..?? " ucap seorang wanita berambut pendek yang sedang duduk didepannya.

" nomornya gak aktif sin... " ucap pria tersebut sambil meletakkan gawainya diatas meja.

" terus gimana... ? " tanya wanaita tersebut.

" entahlah... mungkin dia gak mau memperpanjang masalah, atau dia sudah ikhlaskan kepergian adiknya. " ucap dokter muda itu sambil melipat kedua tangan didadanya.

" ya sudah, kalau ada kabar lagi darinya segera hubungi aku. " ucap wanita itu sambil beranjak dari kursi.

" ia sin, maaf ya udah merepotkan. " ucap pria itu sambil tersenyum tipis.

" baguslah kalau kamu nyadar sering merepotkan aku... " ucap Sintia sambil tersenyum kecut kearah Adnan sang kakak yang berprofesi sebagai seorang dokter tersebut. Adnan hanya tertawa menatap sang adik yang telah beranjang meningalkan ruang kerjanya. Sintia adalah seorang perwira polisi yang selalu membantu sang kakak jika salah satu pasien dirumah sakit tersebut mengalami kematian yang tak sewajarnya.

Adnan kembali menghubungi nomor gawai maya namun sayang nomor tersebut masih tak bisa dihubungi. Pria itu menghela nafas kasar lalu segera berjalan meningalkan ruangan kerjanya.

************

Hari beranjak gelap, awan hitam membentuk tameng menutupi cakrawala. burung-burung berterbangan kembali kesarang mereka.Desisan angin menyeruak dibalik daun yang bergoyang dengan ganasnya.

gemuruh saling menyaut diatas sana, seakan mendesak hujan agar segera turun menyapa tanah tandus dan berdebu.

srekkkk....

sreeekk....

sreeekk....

suara tebasan benda tajam meratakan rerumputan. Seorang remaja pria mengayunkan goloknya menebas rerumputan yang menghalangi jalannya. Indra penciumanya menuntunnya menemukan bau anyir darah yang tak jauh didepannya. Dengan setengah berlari pria itu mendekati sesosok mayat yang tergeletak bersimbah darah dibawah sebuah pohon rindang.

Hai readers Terima kasih sudah membaca novel ku. mohon dukungannya dengan like dan juga gift nya ya... 😍😍🥰🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!