Strategy Battle Heroes. Sesuai namanya, adalah sebuah Game bertipe mobile strategi yang akhir-akhir ini sangat populer di kalangan anak muda.
Game sederhana yang memberikan banyak sensasi pengalaman dan cara berpikir untuk menentukan kemenangan dengan berbagai macam Hero beserta item yang siap digunakan oleh para player nya untuk meraih kemenangan.
Dan dari ribuan player yang memainkan game itu, salah satunya adalah Arthur. Seorang maniak game yang setiap hari dia habiskan untuk memainkan game Strategi Battle Heroes, hanya demi mendapatkan peringkat tertinggi di ranking global.
"Hahaha... Akhirnya. Akhirnya aku berhasil...... Akhirnya. Aku masuk di ranking 3 atas global".
Arthur tertawa bahagia ketika dia melihat di ponsel pintarnya, dia berhasil memasuki rangking 3 global, walaupun itu hanya di rangking 3. Itu adalah sebuah prestasi yang sangat luar biasa bagi para player seperti Arthur.
"Oke. Tinggal sedikit lagi...Rank 1 global. Khek....Aku datang".
Ucap nya sambil menggenggam tangan nya erat-erat ke atas sejajar dengan dadanya, sambil memasang wajah bahagia.
Namun di tengah-tengah kebahagiaan kecil nya itu. Partikel-partikel cahaya kecil, perlahan-lahan keluar dari dalam tubuh nya, membuat tubuhnya perlahan-lahan mulai menghilang.
Ketika Arthur mulai membuka matanya kembali....
"A-apa?!".
Arthur terkejut dengan apa yang terjadi pada dirinya. Raut wajah yang tadinya senang, kini berubah menjadi raut wajah kaget penuh kebingungan, saat dirinya melihat seluruh tubuh nya perlahan-lahan berubah menjadi transparan.
"A-apa ini?!. Kenapa dengan tubuh k......?!!".
Namun belum selesai dia bicara. Tubuh nya telah menghilangkan dari tempat nya berada.
Cahaya dari partikel-partikel kecil itu terbang ke atas langit, melewati batasan-batasan langit meninggalkan Bumi dan pergi menuju ke suatu tempat yang mirip dengan bumi.
Partikel-partikel cahaya kecil itu turun dari langit kesebuah bangunan berbentuk seperti kuil dan kemudian menyatu kembali membentuk sebuah tubuh manusia dengan sempurna. Itu adalah Arthur.
Lalu ketika pengelihatan serta pendengarannya kembali dengan jelas. Dia melihat beberapa sosok dan beberapa suara yang mengelilingi dirinya.
"Uwah....."
" Seperti nya ini berhasil".
"Selamat.....Tuan putri. Anda berhasil memanggil sang pahlawan hanya dalam satu kali pemanggilan.".
Arthur sama sekali tidak mengerti apa yang mereka katakan. Atau bagaimana mereka bisa berada di depannya. Yang Arthur ingat dan ketahui hanyalah partikel-partikel kecil cahaya yang membuat tubuhnya berubah menjadi transparan.
Sontak dia dengan reflek langsung meraba-raba seluruh tubuh nya dengan kedua tangannya, yang salah satu dari tangan nya masih menggenggam handphone pintar nya.
"Huh...... Syukur lah". Ucap nya kecil sambil menghela nafas lega.
"Ehm...... Selamat datang pahlawan".
Sesosok wanita perlahan mendekat ke arah Arthur yang terlihat sangat kelelahan dan kebingungan.
Arthur menatap wanita itu yang berjalan sambil tersenyum ke arahnya. Wanita itu sangat cantik dengan gaun putih bersih menghiasi lekuk tubuhnya, kemudian. Di atas kepalanya terlihat sebuah mahkota kecil perak menghiasi rambut hitam panjang nya, seperti menegaskan bahwa wanita itu adalah seorang putri dari sebuah kerajaan.
Arthur tidak mengerti sama sekali. Mengapa wanita itu mendekati ke arahnya.
"Kami sudah menunggu anda. Tuan pahlawan".
Perlahan tangan cantiknya mulai mengulur kan kepada Arthur.
"Tuan pahlawan".
"Huh?......A-apa?!" Jawab Arthur tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan dari wanita itu.
"Ah.... Seperti nya tuan pahlawan tidak mengerti bahasa kami".
Lalu wanita itu mulai merapal sebuah sihir yang entah bagaimana itu membuat nya terlihat menarik bagi Arthur. Itu seperti suara nyanyian yang sangat merdu nan indah.
"Nah......Tuan pahlawan. Apakah sekarang anda bisa memahami bahasa kami?". Tanya wanita itu sekali lagi kepada Arthur.
"UM.... Seperti nya aku sudah bisa mengerti ". Jawab Arthur memasang wajah kemerahan.
Wanita itu kemudian tersenyum setelah mendengar jawaban dari Arthur sambil membawa Arthur pergi ke arah sosok lelaki berjubah megah kebesaran dengan penuh kharisma. Dengan sebuah mahkota emas di atas kepalanya.
"Ayah handa Raja......".
Namun belum selesai sang putri menyelesaikan ucapannya. beberapa suara dari para penjaga dan para bangsawan bergemuruh kencang memenuhi ruangan.
"Uwah.....".
Empat partikel cahaya turun dari langit dan membentuk sebuah tubuh manusia kembali dengan sempurna.
Sekali lagi para penjaga bahkan Raja dan Putri terbelalak di buatnya. Begitupun juga dengan Arthur, kedua bola matanya sampai-sampai mau keluar di buatnya saking tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Apa?!". Ucap spontan nya dalam hati nya.
"Hahahaha.......Ternyata tuan putri kita tidak hanya memanggil satu orang pahlawan saja, tetapi empat pahlawan lainnya lagi".
"Dewi cahaya memberkati kerajaan kita ".
"Uwah.....Puja Dewi cahaya. Kejayaan untuk Arckredenia".
Sorak para bangsawan dan para penjaga bergemuruh kencang dengan tawa dan pujian riang mereka.
Begitupun dengan sang putri. Dia dengan cepat berlari ke arah empat orang itu, meninggalkan Arthur dan Raja.
"Oh....Para pahlawan. terimakasih kalian telah datang".
Ke empat orang yang baru datang itu sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh sang putri itu.
"Apa yang dia katakan?". Salah satu dari mereka bertanya kepada yang lainnya.
Namun jawaban mereka adalah bahasa isyarat tubuh. Seperti menggelengkan kepalanya atau bahkan mengangkat kedua tangannya sambil sedikit tertawa.
Sang putri mengerti dengan apa yang terjadi dengan perilaku mereka. itu sama seperti kasus nya Arthur saat pertama kali dia tiba di kuil itu, tidak faham dengan bahasa dari dunia ini.
Sang putri mulai kembali merapal kan sebuah sihir bernama communications. Agar mereka bisa faham dengan bahasa dari kerajaan Arckredenia.
Dilain sisi. Arthur akhirnya mengetahui dengan apa yang terjadi saat ini. Rupanya alasan kenapa Arthur dan ke empat orang itu bisa berada di tempat ini karena ulah dari sang putri itu sendiri.
"Hahahaha..... Pahlawan. Aku ucapkan selamat datang di kerajaan Arckredenia kami". Ucap sang raja dari sisi Arthur sambil berjalan ke arah 4 orang itu.
"Huh?.....Apa maksudmu?. Pahlawan?. Pak tua....apa kau tidak sedang berkhayal Saat ini?!".
Salah satu dari ke empat orang itu menjawab ucapan dari Raja Arckredenia itu dengan sedikit sarkastik, bahkan jari telunjuk nya dia arahkan ke arah kepala nya sendiri, menegaskan bahwa dirinya sedang menghina secara terang-terangan.
"Dan.... Apa-apaan pakaian itu? Apa kalian sedang bermain cosplay?!. Hehehe..... Lihat kalian..".
Lanjut nya lagi. Sebelum ucapannya di potong oleh orang yang sama di panggil dengan nya.
"Hentikan!. Kidou!".
"Huh......Kau bilang apa?!".
"Sudah cukup!. Kidou!". Salah satunya lagi ikut melerai.
"Oi.....Oi..... Apa-apaan ini. Leon?. Alice?".
"Diam lah. Kidou. Apa kau pikir dengan cara bicara mu yang seperti itu tidak akan meninggalkan masalah pada seseorang?. Kenapa kau tidak mendengarkan nya terlebih dahulu sebelum kau memutuskan untuk bicara?
"Apa maksudmu Ishida?!". Ucap Kidou tak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh ke tiga orang temannya itu pada nya.
Sedangkan di sisi Lain. Arthur diam-diam memotret adegan ke empat orang itu dengan handphone nya. Sambil sedikit bergumam
"Ini bakalan sedikit merepotkan".
...Terimakasih sudah membaca...
"Tangkap bocah sialan itu!.....".
Salah satu dari bangsawan berteriak dengan nada yang tinggi ke arah ke empat orang itu. Di ikuti para prajurit yang telah menghunuskan pedang mereka secara bersamaan. Semakin menambah suasana kacau.
Membuat Ke Empat orang itu. Leon. Alice. Ishida dan Kidou terkejut di buatnya. Dan sang putri tidak bisa berbuat apa-apa karena nya.
Namun bagi sang Raja Arckredenia, dia melukiskan sebuah senyuman kecil di wajah nya. Seakan-akan itu adalah sebuah pertunjukan yang paling menarik bagi nya, dan memberi tahukan kepada semua orang tentang hukum dan siapa pemimpin sebenarnya.
"CK...".
Arthur menyadari itu. Namun dia arahkan kembali ke arah empat orang yang baru di panggil itu.
Dari ke empat orang itu. Pria yang tampak seperti anak SMA dan orang yang pertama kali memancing keributan itu berteriak ke arah para prajurit dan bangsawan itu, sambil melebarkan mata sombong nya. Seakan-akan dia menerima tantangan duel dari musuhnya.
"Oi. Oi...... Jadi kalian tidak terima huh!!".
Sedangkan ke tiga orang lainnya. Mereka hanya bisa diam pasrah sambil menggerutu kecil ke arah Kidou. Yang terlihat sudah mengepalkan kedua tangannya layaknya seorang boxing professional.
"Orang ini!".
"Dasar sinting!".
"Hentikan......" Teriak sang Raja menahan para prajurit nya.
Sontak, itu membuat seluruh ruangan berubah menjadi hening seketika, dan dengan serempak mereka langsung melihat sang Raja penuh hormat, berjalan ke arah ke empat orang yang baru saja tiba itu.
Raja itu kemudian membungkuk ke arah mereka ber 4, dan itu membuat suasana yang tadinya hening berubah menjadi keributan besar.
"T-tuan!".
"Ayah handa!".
Para menteri dan bangsawan itu dengan cepat bergerak ke arah raja mereka. Begitupun dengan sang putri. Namun hal itu membuat raja marah dan dengan tegas dia berteriak ke para bawahan nya.
"Hentikan!".
"Simpan kembali pedang kalian semua!!".
Raja itu membungkuk kembali ke empat orang itu. Sambil berkata. "Atas nama Raja Arckredenia. Saya meminta maaf dengan tulus kepada ke empat pahlawan yang baru tiba di dunia kecil kami".
"Pahlawan?. Kau pikir aku ini anak kecil...!".
Raut wajah raja berubah menjadi masam saat ucapannya di potong tiba-tiba.
Namun itu segera dihentikan oleh Ishida.
"Kidou!".
"Huh..... Baiklah. Baiklah lakukan saja sesuka mu Pak tua". Lanjut kidou kembali kepada Sang raja yang masih membungkuk.
Meskipun para bangsawan dan para prajurit itu masih geram dibuat nya. Namun mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Karena itu adalah perintah dari Raja mereka sendiri.
"Ahahaa..... Terimakasih karena telah menerima permintaan maaf ini".
Raja kembali bangkit dan tersenyum cerah ke arah empat orang remaja muda itu.
Dia kemudian bertanya "Tuan pahlawan. Tolong selamat kan Dunia kami".
"Huh!". Sontak ke empat orang itu berteriak secara bersamaan.
"Apa maksudnya itu?!". Pikir Arthur yang sama terkejut nya dengan mereka.
Karena samar-samar kalimat permohonan semacam itu pernah Arthur dengar atau membacanya di dalam handphone pintar nya saat dia sedang berselancar di dalam internet.
"Apakah itu alasan mereka memanggil kami ber lima ke sini?". Pikir nya lagi.
Kemudian dia kembali melihat dengan fokus, mendengar kan dengan seksama merekamnya dengan handphone pintar nya tentang percakapan mereka ber empat dengan Raja Arckredenia itu.
"Hei....Pak tua. Kau sepertinya memang ingin di pukul yak!".
Sontak para prajurit dengan sigap bergerak melindungi raja mereka. Namun itu segera di hentikan kembali oleh raja mereka dengan isyarat tangan.
Kemudian Raja Arckredenia itu berbicara.
"Ada banyak hal rumit dalam situasi ini, tapi untuk memberi jawaban sederhana untuk pertanyaan kalian, kami baru saja menyelesaikan sebuah upacara kuno dan memanggil kalian ber empat para Pahlawan."
"Memanggil?"
"Benar. Kalian ber empat adalah orang yang di panggil oleh kami ke dunia ini".
"Kau pikir kami percaya!".
"Cukup Kidou ". Leon dengan cepat menahan Kidou yang telah kehabisan kesabaran yang sudah tidak terbendung lagi.
Raut wajahnya telah berubah warna menjadi warna merah serta ke dua tangannya telah dia kepal kan se erat mungkin dan siap dia arahkan ke arah wajah sang Raja. Bagi Kidou. Ucapan dari Raja Arckredenia itu hanyalah sesuatu yang mengada-ngada.
"Seperti nya. Tuan pemarah ini tidak menyadari dengan baik bagaimana Tuan pemarah bisa datang ke sini". Ucap sang Raja santai namun sedikit sinis.
"Ah.... Cahaya itu. Aku yakin mereka pasti menyadari tentang cahaya-cahaya itu". Pikir Arthur saat menonton percakapan dari mereka ber empat bersama dengan sang raja.
"Baiklah. Kami mengerti".
"Apa maksudmu. Ishida?". Tanya Kidou mengerutkan keningnya.
"Dasar bodoh. Apa kau tidak ingat dengan cahaya yang tiba-tiba keluar dari tubuh kita saat di ruang kelas?!".
"Ah!...". Kidou terdiam dengan jawaban yang di berikan Alice.
"Kalau begitu Tuan pahlawan...."
"Tidak semudah itu!".
"Apa maksud anda Tuan pahlawan?". Raja mengerut kan kening nya.
"Kami bisa kembali ke dunia kami kan?". Tanya Ishida kepada Raja.
"T-tentu saja".
Ishida kemudian melanjutkan kembali pertanyaan nya kepada Raja Arckredenia itu,
"Tidakkah kau merasa bersalah karena
memanggil orang ke duniamu tanpa seijin mereka?"
"Selain itu," kata Alice.
"Bahkan jika kami menyelamatkanmu dan membawa perdamaian pada duniamu, kau hanya akan mengirim kami kembali ke rumah, kan? Itu terdengar seperti sebuah pekerjaan bagiku."
"Kalau begitu. Apa yang Tuan pahlawan inginkan?. Kami bisa memberikan apa saja yang tuan pahlawan inginkan selama hal itu masuk akal".
"Apa saja?".
"Benar. Selama hal itu masuk akal ". Jawab raja itu tegas.
"Baiklah kalau begitu.".
Seketika raut wajah sang Raja dan orang-orang yang berada di dalam kuil itu berubah menjadi cerah. Setelah mendengar jawaban dari ke empat anak sekolahan yang baru saja mereka panggil.
"Tunggu. Tunggu. Tunggu. Apa mereka semua melupakan aku?!". Teriak Arthur.
Namun tidak ada yang menggubris nya sama sekali. Karena suara teriakan dari para prajurit lebih besar sehingga mereka semua tidak mendengar ucapan dari Arthur.
Sedangkan sang putri. Dia dengan cepat dan bahagia nya membawa sebuah artefak kerajaan bersama dengan pendeta kuil.
Artefak itu berbentuk bulat oval seperti cermin. Dengan beberapa pola kuno menghiasi nya, Warnanya kuning emas dan ada gambar burung Phoenix di tengah nya.
"Tuan pahlawan. Silahkan Tuan pahlawan untuk menyentuh cermin emas ini. Ini adalah cermin yang akan memberikan informasi tentang kelas dan pekerjaan Tuan pahlawan saat di dunia ini. Dan juga cermin ini bisa mengaktifkan sebuah sistem tersembunyi, yang hanya orang dari dunia lain yang kami panggil saja yang bisa meng aktif kan nya".
"Hmm. Jadi ini seperti sebuah game RPG ya".
Ishida lah orang pertama yang menyentuh cermin emas itu. Dan secara tiba-tiba Artefak yang berbentuk cermin itu mengeluarkan sebuah cahaya terang bahkan lebih terang dari matahari. Membuat semua orang yang berada di dalam kuil itu harus menutup mata nya rapat-rapat.
Tidak lama setelah cahaya itu redup. Sebuah tulisan melayang tiba-tiba muncul. Menuliskan sebuah deskripsi dari orang yang telah menyentuh cermin emas itu.
Ding
[Nama : Aruto Ishida.
Ras : Manusia.
Usia : 17 tahun
Kelas : Pahlawan.
Pekerjaan : Warrior. Swordsman]
Sekali lagi. Kuil bergemuruh lebih kencang lagi setelah melihat deskripsi milik Ishida.
...Terimakasih sudah membaca...
Sorak Sorai dari kegembiraan para prajurit bergemuruh mengelilingi kuil seperti sebuah pesta megah yang meriah.
Bahkan beberapa prajurit dan pelayan ada yang tertunduk menangis haru, mereka tidak kuasa menahan emosi bahagia mereka yang memang tidak bisa di jelaskan oleh kata-kata mereka sendiri.
Juga Sang putri. Meskipun dia tetap menjaga wibawa nya dia tetap tidak kuasa menahan berbagai emosi yang ada di dalam dirinya.
Sedangkan sang raja, dia tertawa puas.
"Hahaha. Dewi cahaya memberkati kerajaan Arckredenia kita".
Ishida tersenyum kecil, dia faham dengan suasana nya saat ini. Ini seperti dia berada di atas panggung yang sangat mewah dan megah saat dia memenangkan sebuah prestasi penghargaan. Dengan kata lain, dia merasa bahwa dia adalah karakter utama nya saat ini, sekaligus itu adalah pemandangan yang sangat biasa.
Kemudian dia melihat ke arah tiga teman sekelas nya.
"Giliran ku telah selesai. Sekarang giliran kalian".
Ishida kembali ke tempatnya, mempersilakan ke tiga teman nya untuk segera mencoba menyentuh item cermin emas yang telah dibawa oleh putri dan pendeta kuil.
"Semoga berhasil. Alice". Kata Ishida yang kemudian di jawab singkat oleh Alice sambil tersenyum kecil.
"M".
Alice kemudian menyentuh cermin emas itu.
Di ikuti dengan Leon setelah nya dan Kidou setelah Leon. Mereka bertiga secara bergiliran menyentuh cermin emas itu.
Rasa penasaran, cemas dan takut mulai menyelimuti mereka ber tiga. Begitupun sebaliknya, Raja. Putri dan para prajurit, mereka semua memberikan raut wajah kecemasan dan harapan nya masing-masing.
Mereka semua berharap, bahwa ke tiga remaja itu sama hebatnya dengan berkah yang didapat kan oleh Ishida.
Sedangkan Ishida. Dia tersenyum optimis, menyiratkan bahwa mereka ber bertiga pasti akan berhasil.
Tidak lama setelah tangan mereka menyentuh cermin emas itu. Beberapa getaran kecil dan cahaya kembali bersinar terang, keluar dari dalam cermin itu, menyelimuti kuil sekali lagi.
Ding
[Nama : Alice Norin.
Ras : Manusia.
Usia : 17 tahun
Kelas : Pahlawan.
Pekerjaan : Generalist. Ilusionis. Arcmage.]
Ding
[Nama : Leon Anggara.
Ras : Manusia.
Usia : 17 tahun
Kelas : Pahlawan.
Pekerjaan : Archer. Enginer/Magic Weapon]
Ding
[Nama : Hamada Kidou.
Ras : Manusia.
Usia : 17 tahun
Kelas : Pahlawan.
Pekerjaan : Assassin. Master Weapon]
Alice tercengang tak percaya dengan apa yang dia lihat nya. Bagaimana bisa sebuah tulisan melayang itu memberikan informasi layaknya seperti karakter di sebuah video game.
Walaupun dia melihat Ishida telah mencobanya pertama kali. Namun dia masih menunjukkan raut wajah keragu-raguan.
"Apakah ini adalah aku?".
Namun itu berbanding terbalik dengan Leon dan Kidou. Mereka berdua sangat puas dengan hasil yang telah di perlihatkan pada mereka.
"Hmm. Sudah kuduga".
Begitupun dengan para prajurit istana, mereka semua sekali lagi bergemuruh liar layaknya suporter bola saat club yang mereka sukai berhasil memasukkan gol ke gawang lawan.
"E-empat!. Empat pahlawan!".
"Pahlawan. Kita mendapatkan empat pahlawan sekaligus. Hahahaha".
"Arckredenia kita tidak akan hancur. Hahaha ".
Raja. Dia tertawa puas dengan apa yang dilihatnya. Sedangkan sang putri, tertunduk lemas dengan apa yang ke-dua matanya lihat.
"Hahaha.....Memang seperti inilah. Diriku seharusnya". Ucap Kidou tertawa puas.
Leon hanya mengangguk kecil. Tetapi Alice, dia masih diam seribu bahasa.
"Ahm" Batuk sang Raja memecahkan suasana keramaian. Para prajurit dan bangsawan tiba-tiba terdiam dari kesenangan nya masing-masing, dan mulai melihat ke arah Raja mereka.
Raja mulai berkata.
"Hahaha....Kerajaan Arckredenia kita. Tidak akan pernah hancur sekarang".
Dia berjalan mendekat ke arah empat orang itu.
"Empat pahlawan. Sekali lagi aku memohon kepada kalian atas nama Raja Arckredenia, maukah kalian membantu kerajaan kecil kami dari kehancuran?".
"Heh!". Dengus kecil Kidou menatap rendah Raja Arckredenia yang sedang membungkuk ke arah mereka.
"Aku akan membantu". Jawab Ishida.
"Benarkah?". Ucap Raja Arckredenia cerah.
"Benar...".
"Tunggu. Ishida!!".
Ishida menoleh ke arah Alice. Sambil berkata.
"Ada apa Alice?".
"I-ini tidak benar. Semua ini terdengar sangat egois bagiku?".
"Egois?. Apa maksud mu?, bukan kah kita telah mencapai kesepakatan tadi? Kenapa kau menjadi plin plan sekarang. Alice?".
"A, aku minta maaf Ishida. Bagiku ini masih terkesan egois. Memang nya apa untungnya bagi kita?. Kalaupun Kerajaan ini berada di jalur kehancuran, biarkan saja hancur. Dari yang kulihat hal itu nggak ada hubungannya dengan kita kan?."
"Ah. Kau benar Alice". Kata Leon sambil memikirkan ulang.
"Kita ini kan bukan bagian dari dunia ini. Lagi pula jika kita membantu kerajaan ini pun, dan kita berhasil. Apa untungnya bagi kita? Selain kita hanya bisa kembali ke dunia kita lagi. Dan mungkin beberapa hadiah dari raja. Ishida. Coba kau pikir ulang lagi?".
Seketika raut wajah raja mulai sedikit masam. Namun apa boleh buat, saat ini dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dan hanya kembali menunjukkan raut senyum manis di wajah nya lagi.
"Yah. Seperti nya kalian ber dua benar".
Mata Ishida kemudian mengarah ke arah Sang Raja. Sambil melepas kan nafas panjang dalam-dalam. Ishida mulai berbicara.
"Huh.....Aku minta maaf tuan Raja. Tapi seperti yang telah mereka katakan, kami nggak punya keharusan untuk membantumu. Kalaupun kami mendedikasikan waktu dan kehidupan kami untuk membawa kedamaian pada kerajaanmu, apa yang akan kami dapatkan selain kata-kata 'makasih dan sampai jumpa lagi'? Maksudku, apa yang bisa kalian berikan pada kami semua?. Anda faham kan?".
"Hmmm.... Jadi tuan Pahlawan masih tidak percaya dengan kami bukan?." jawab raja sambil melirik bawahannya.
Dan dengan cepat bawahan itu berlari ke arah pintu besar dari sisi kuil.
"Tentu saja, kami berencana memberi kompensasi kalian untuk upaya kalian."
Para pahlawan tersenyum sambil mengangguk kecil dengan jawaban yang telah di berikan oleh Raja itu.
"Tentunya selama kalian berada di sini". Lanjut sang Raja.
"Aku telah membuat pengaturan untuk mendukung kalian secara finansial, dan juga menyediakan apapun yang mungkin kalian butuhkan, sebagai rasa terimakasih untuk upaya kalian atas nama kami."
"Yah, asalkan kau menjanjikan hal itu pada kami, kurasa kami nggak punya masalah." Jawab Ishida.
'Sreeet'. Suara pintu terbuka lebar dari arah sisi kuil. ternyata itu adalah pelayan yang baru saja berlari dan membuka kan pintu besar tersebut.
"Oh apa?!".
"Wow!!".
"Keren".
Para pahlawan hanya dalam sekejap mata. Mata mereka berubah menjadi terang saat pintu itu telah terbuka sepenuhnya. Itu berisikan tumpukan gunungan emas di dalamnya yang telah tersusun-susun.
"Baiklah. Kalau begitu para pahlawan. Beritahu kami jawaban kalian sekarang?".
"Tunggu sebentar!".
Sebuah suara keras tiba-tiba terdengar.
Raja kemudian melirik ke arah sumber suara itu. Itu adalah Arthur.
"Ah. Aku hampir lupa dengan Tuan pahlawan yang satu ini".
Sontak ke empat Pahlawan itu. Secara bersamaan mereka semua berteriak.
"Apa?!".
Para menteri dan prajurit sama kaget dengan ke empat pahlawan itu. Mereka tidak percaya, mereka telah melupakan Arthur orang yang pertama mereka panggil ke dunia ini.
"Aku minta maaf. Karena telah melupakan anda Tuan pahlawan". Ucap raja itu bersalah.
"Tidak masalah. Saya tidak mempermasalahkan nya sama sekali ".
Arthur berjalan ke arah raja. Memberi hormat. Lalu dia berkata.
"Bisakah Anda memulangkan saya?".
Seluruh ruangan seketika menjadi hening.
...Terimakasih sudah membaca...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!