NovelToon NovelToon

Dikejar Tuan Muda

Hah?!

"Mama mau menikah lagi?" Tanya Ana.

"Iya" Sahut Mamanya Ana dengan santainya.

"Tapi, Ayah baru meninggal beberapa bulan yang lalu, Ma. Kenapa cepet banget Mama mau menikah lagi" Ana bertanya dengan wajah sedih dan kecewa sama mamanya.

"Karena Mama nggak terbiasa hidup susah. Kamu sendiri tahu, kan, selama ini Mama nggak kerja. Mama cuma Ibu rumah tangga dan sejak Ayah kamu meninggal dalam kebakaran pabriknya, Kita hidup dari tabungan Ayah kamu dan asuransi jiwa Ayah kamu. Tapi, lama-lama uang kita akan habis juga. Rumah kita juga akan disita Bank karena untuk usaha barunya, Ayah kamu menggadaikan rumah ini ke bank"

"Mama akan menikah dengan siapa?"

"Pak Broto. Kakak angkatnya Mama. Dia juragan mebel, kaya raya, dan dia duda anak satu. Sebulan yang lalu Mama ketemu nggak sengaja dengan Pak Broto dan saat Pak Broto tahu Mama sudah jadi janda, Pak Broto langsung mengajak Mama menikah. Putrinya seumuran dengan kamu dan kalian pasti bisa langsung akrab"

"Kenapa Mama nggak bilang sama Ana dan......."

"Semua demi kebaikan kita, Ana. Kalau Mama menikah dengan Pak Broto hidup kita akan terjamin"

Ana hanya bisa menghela napas panjang dan berkata, "Terserah Mama saja" Karena Ana lebih memilih fokus pada ujian sekolahnya.

Namun, kebahagiaan mamanya Ana tidak menjadi kebahagiaannya Ana.

Putri kandung pak Broto memperlakukan Ana seperti pembantu. Sering main perintah seperti, "Ana, cuci mobilku! Ana cuci sepatuku! Ana setrika bajuku!"

Melihat semua itu mamanya Ana hanya berkata ke Ana, "Sabar, ya, kita bisa hidup di rumah besar ini sudah berkah. Kalau anaknya Pak Broto memperlakukan kamu seperti itu anggap saja itu cara putrinya Pak Broto ingin akrab sama kamu"

Ana hanya bisa menghela napas panjang dan lebih memilih fokus ke ujian sekolahnya.

Setelah lulus SMA, Ana mulai merasakan keanehan di ayah tirinya. Pertama, ayah tirinya tidak mengijinkan Ana kuliah dengan alasan ayah tirinya tidak mempunyai biaya kalau harus menguliahkan Ana dan putri kandungnya secara bersamaan. Dia ingin Ana di rumah saja menemani mamanya Ana. Keanehan kedua, Ana sering menemukan ada mata yang mengintip dia saat mandi dan Ana yakin itu adalah mata ayah tirinya. Sampai-sampai Ana kalau mandi membawa sapu tangan atau kain untuk menutup lubang yang ada di pintu kamar mandi.

Keanehan berikutnya, saat Ana di rumah saja setelah lulus SMA karena pengajuan beasiswanya belum disetujui, ayah tirinya juga sering di rumah dan jarang pergi ke mebelnya. Ayah tirinya sering membantu Ana mencuci perabot makan yang kotor dengan alasan kasihan melihat Ana repot mengurus rumah sendirian, dan saat membantu Ana mencuci perabot makan yang kotor, ayah tirinya Ana suka menggenggam dan mengelus tangan Ana dan saat Ana tersentak kaget, ayah tirinya langsung meringis, melepaskan tangan Ana, dan berkata, "Maaf nggak sengaja" Namun, Ana yakin betul ayah tirinya sengaja melakukannya.

Keanehan berikutnya, saat Ana ketiduran di kamar pada siang hari, ayah tirinya nekat masuk ke dalam kamarnya dan membuka pintu kamarnya dengan kunci cadangan yang ia miliki. Ana membeliak kaget saat ia merasakan pahanya diusap dan pipinya ada yang mencium. Ana sontak berteriak dan ayah tirinya langsung membungkam bibir Ana sambil menggeram, "Aku akan keluar dari kamar ini. Jangan teriak. Tapi, nanti malam aku akan datang lagi" Lalu, ayah tirinya Ana keluar dari dalam kamarnya Ana dengan berlari kencang karena ia takut ketahuan mamanya Ana yang sudah menjadi istrinya.

Ana sontak menangis dengan badan bergetar ketakutan. Lalu, Ana bergegas pergi ke toko besi te dekat untuk membeli tiga slot pintu dan minta diajari sama mbak pemilik toko besi itu cara memasang slot pintu. Setelah paham cara memasang slot pintu dengan, lalu dengan peralatan yang ia beli, dia memasang sendiri slot pintu itu. Ana tidak lupa membeli roti tawar untuk makan malam nanti.

Di jam tujuh malam, Ana langsung masuk ke kamar dengan alasan pusing dan berkata ke mamanya kalau dia tidak lapar dan ingin tidur saja. Setelah Mamanya mengijinkan, Ana berlari ke kamarnya dan langsung mengunci pintu kamarnya dengan tiga slot pintu yang berhasil dia pasang tadi sore. Dan apa yang Ana khawatirkan terjadi juga, di jam delapan malam, Ana berdiri tegak di tengah ranjang dengan keringat menetes dari kedua alis dan pelipisnya saat ia mendengar suara, pintu dibuka dengan kunci dari arah luar, lalu ia melihat handle pintu kamarnya bergerak-gerak dan terdengar teriakan lirih dari luar, "Ana?! Kamu sudah tidur? Buka pintunya, Sayang! Ayah akan kasih kamu uang jajan yang sangat banyak kalau kamu buka pintunya!"

Ana bergeming di atas kasur dan langsung menggigit ujung selimut untuk menahan isak tangisnya dan tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.

Lima detik kemudian handle pintu kembali tenang dan tidak ada suara ayah tirinya lagi, namun Ana masih terus terisak menangis. Setelah menangis cukup lama, Ana mendengar perutnya berbunyi karena lapar. Ana lalu turun dari ranjang untuk mengambil roti tawar. Ana tidak berani keluar dari kamar. Sambil terisak dan menyebut nama ayahnya, "Ayah, Ana kangen sama Ayah" Ana mengunyah roti tawa itu dan beberapa kali tersedak karena ia lupa mengambil air minum. Akhirnya Ana menelan roti tawar itu dengan agak kesulitan sambil sesekali menepuk-nepuk dadanya lalu terbatuk-batuk dan Ana menahan rasa hausnya sampai pagi demi keselamatan dirinya.

Ana bersyukur setengah mati saat keesokan harinya beasiswanya turun dan dia nekat kuliah saat beasiswanya turun. Ayah tirinya Ana terpaksa mengijinkan Ana kuliah karena alasannya soal biaya terpatahkan dengan adanya beasiswa itu. Ana bersyukur akhirnya dia bisa bebas dari bayangan menakutkan ayah tirinya.

Dan Ana semakin bersyukur saat uang tabungannya habis untuk membeli slot kunci, peralatan untuk memasang slot kunci dan membeli roti tawar, bibi yang memiliki depot mie ayam di kantin kampus mau menerimanya menjadi pegawai di sana dengan gaji delapan ratus ribu rupiah per bulan. "Lumayan lah" Batin Ana.

Beberapa bulan kemudian................

"Aaaaaa!!!!! Kenapa sepedaku remnya blong? Aaaaaaa!!!!! Gimana ini?! Mana aku ambil jalan menurun kayak gini, Aaaaaa!!!!!!!"Ana berteriak kencang di jalan menurun sambil terus mencengkeram kedua rem sepeda mini yang ada keranjang di depan setang. Sepeda mini itu yang selalu setia menemaninya mengirim makanan. Namun, kali ini sepeda mini kesayangannya Ana itu tengah membawa Ana menuju ke takdir yang akan membuat hidupnya penuh debaran jantung juga air mata.

Dan di parkiran sepeda tampak seorang gadis cantik bertubuh molek tengah meringis, lalu tertawa, kemudian bergumam, "Mampus kau Ana. Salah sendiri kenapa kau merebut cowok yang aku sukai sejak SMA. Aku sudah potong rem sepeda kamu dan sebentar lagi kamu pasti akan celaka. Itu pelajaran buat kamu dasar pelakor!"

Braaakkkk!!!! Terjadi benturan keras antara sepeda mini tua dengan pintu depan mobil sport keluaran terbaru berwarna kuning menyala.

Ana terguling kira-kira dua meter ke samping kirinya dan saat ia akhirnya berada dam posisi terlentang, Ana refleks menyentuh sikutnya yang terasa sangat perih.

"Turunlah dan lihatlah mobilku!"

"Baik, Tuan muda"

Seorang pria berjas lengkap warna hitam dan di dalam jas tersebut menyembul kemeja putih yang dipadukan dengan dasi warna hitam, turun dari dalam mobil.

Melihat pintu mobil yang ia tabrak terbuka dan dia melihat ada sepasang kaki menyentuh jalan beraspal, Ana bangkit berdiri dengan perlahan dan sambil memegang sikutnya yang berdarah ia meringis dan mendesis, "Sssshhhh! Sakit" Ana kemudian meniup sikutnya dengan berdiri tegak.

Pria berjas itu justru berbalik badan alih-alih melangkah mendekati Ana. Pria berjas itu bernama Bramantyo dan dia adalah asisten pribadinya konglomerat terkaya se-Asia Tenggara yang memiliki nama Leonard Antares. Bram, nama panggilan dari pria berjas itu ditugaskan untuk selalu menemani pewaris tunggal konglomerat kaya raya itu. Pewaris tunggal dari Grup Antares, Tuan muda yang selalu hidup enak dan bergelimang harta itu memiliki nama Naga Antares.

Bram membuka pintu jok belakang dan langsung memberikan laporan, "Pintu depan penyok cukup parah, Tuan muda"

Naga meraup wajah tampannya yang dingin dan arogan itu sambil menggeram, "Sial! Berani benar ia menyakiti Sofie"

Sementara itu, Ana tengah berjongkok mengelus sepeda mini kesayangannya. Kondisi sepeda mini kesayangan Ana kondisinya cukup parah. Setangnya bengkok dan roda depan sudah tidak berbentuk bulat lagi. "Hiks, hiks, sepedaku. Untung saja pesanan mie ayam dan es teh udah aku antarkan tadi kalau nggak aku bakalan rugi lebih banyak lagi, hiks, hiks"

Di saat Ana menitikkan air mata di depan sepeda mini, Bram tengah bertanya ke tuan mudanya, "Hanya ada Anda dan saya, Tuan muda. Lalu, siapa Sofie?"

Naga menarik telapak tangan dari wajah tampannya lalu menggeram di depan Bram, "Mobil ini namanya Sofie!"

"Oh, maafkan saya, Tuan Muda. Saya tidak tahu. Saya piki Sofie itu nama pacar Anda" Sahut Bram.

"Aku punya banyak pacar dan satu pun aku tidak ingat nama mereka. Satu cewek yang namanya selalu aku ingat, ya, hanya Sofie, mobilku ini dan sekarang Sofie terluka parah penyok" Naga mulai menggertakkan gigi gerahamnya.

"Saya akan menemui cewek itu dan meminta uang ganti rugi, Tuan Muda" Sahur Bram.

Naga lalu berkata dengan wajah dingin, "Jangan! Suruh dia naik ke sini menemuiku dan kamu tunggu di luar sampai aku selesai berurusan dengan cewek itu!"

"Baik, Tuan Muda" Bram menutup kembali jok pintu belakang, lalu ia melangkah mendekati gadis yang sudah berani menabrak mobil sport kesayangan tuan mudanya sampai penyok.

Bram lalu berjongkok karena ia merasa kasihan melihat gadis manis di depannya yang tengah mengelus-elus sepeda dan menangis terisak. Sikut gadis itu juga tampak berdarah dan kedua lututnya juga. Dress yang dipakai gadis itu tampak kotor dan di bagian bahu sobek. "Non, Tuan Muda saya ingin bertemu dengan Non"

Ana mengusap wajahnya yang penuh dengan air mata lalu ia menoleh ke asal suara. Ana menatap Bram cukup lama karena ia masih belum tahu harus berkata apa. Dia ingin meminta ganti rugi atas sepeda mininya yang rusak parah karena tanpa sepeda mini itu, dia tidak bisa mengirim makanan dan kalau harus beli sepeda mini yang baru, dia tidak memiliki uang.

Melihat gadis berwajah lembut, berambut hitam panjang indah itu terus menatapnya dalam kesunyian, Bram kembali berkata, "Tuan Muda saya sedang menunggu. Tuan Muda saya ingin menemui Non sekarang juga"

Ana bangkit berdiri dengan perlahan, lalu berjalan sambil memegang sikutnya. Ana menunduk untuk melihat kedua lututnya dan sambil berjalan Ana bergumam, "Lututku juga lecet"

Bram melirik gadis bertubuh kurus dengan tinggi sekitar seratus enam puluh centi itu dengan wajah prihatin. Bram langsung berkata saat gadis itu menghentikan langkahnya di depan pintu mobil, Bram berkata, "Tunggu sebentar, Non" Bram langsung membuka pintu jok depan lalu bergegas membuka dashboard. Tidak lama kemudian, Bram menyerahkan kotak putih ke Ana, "Ini kotak pengobatan. Anda bisa obati dulu luka Anda, Non. Saya akan beritahu Tuan Muda saya"

"Terima kasih, Pak" Sahut Ana sambil menerima kotak putih itu.

Ana berjongkok kembali untuk membersihkan lukanya dengan alkohol lalu mengoleskan obat merah ke semua lukanya.

Bram membuka pintu jok belakang untuk melapor ke Tuan Mudanya, "Nona yang menabrak Sofie sedang membersihkan dan mengobati lukanya"

"Hmm" Sahut Naga sambil bersedekap dan menyilangkan kaki. Wajah Naga masih tampak penuh dengan amarah.

Setelah selesai membersihkan dan mengobati semua lukanya, Ana berkata sambil bangkit berdiri, "Saya sudah selesai, Pak"

Bram menoleh ke Ana lalu menerima kotak putih itu sambil berkata, "Kalau begitu, silakan masuk ke dalam, Non"

Setelah Ana masuk ke dalam mobil mewah itu, Bram menutup pintu jok belakang dengan pelan.

Ana mengedarkan pandangannya dan langsung berdecak kagum melihat interior mobil mewah itu. Semua joknya berwarna serupa dengan car mobil mewah itu, kuning jeruk. Saat pandangan Ana berakhir di wajah pria di depannya.

Wah, dia ini patung apa orang nyata, ya, kenapa tampan banget? Batin Ana.

"Aku tahu aku ini sangat tampan tapi aku nggak suka ditatap wanita seperti kamu, cih!"

"Wa.....wanita seperti aku? Emangnya aku ini wanita seperti apa?"

"Ceroboh, kotor, bau, jelek, dan menyebalkan"

Ana sontak bersedekap dan mendelik karena tersinggung mendengar ucapan pria tampan berwajah dingin yang duduk menghadap dirinya.

"Kau tambah jelek kalau melotot seperti itu, cih!"

"Kau........"

"Apa?! Kau, kau, hah?! Kau menabrak Sofie dan membuat Sofie penyok. Ganti rugi cepat!"

"Sofie? Siapa Sofie?"

"Mobil ini namanya Sofie"

"Hah?!"

"Hah, hah?! Cepat ganti rugi!"

"Berapa ganti ruginya?"

"Kau tahu mobil ini mobil jenis apa?"

Ana menggelengkan kepalanya.

"Kau tahu berapa harga mobil ini?"

Ana kembali menggelengkan kepalanya.

"Oke, aku akan katakan. Mobil ini mobil sport keluaran terbaru, harganya miliaran, dan biaya perbaikan mobil ini bisa mencapai sepuluh juta rupiah"

"Hah?!" Ana sontak menarik kedua alisnya ke atas dan menarik rahang bawahnya ke bawah lebar-lebar.

Kucing Liar

"Itu jumlah yang sedikit. Karena aku lihat kamu gadis yang tidak punya banyak uang, maka aku hanya akan membawa Sofie ke bengkel biasa dan.........."

"Se......Se......sepuluh juta jumlah yang sedikit?" Ana terkejut mendengar ucapannya pria tampan yang tengah menatapnya dengan ekspresi dingin dan sorot mata pria itu penuh dengan kebencian.

"Iya. Kalau Sofie aku bawa ke bengkel langgananku, bisa menghabiskan total dua puluh lima juta, karena di bengkel itu Sofie diberikan shampo khusus dan parfum elegan yang harganya puluhan juta"

Jleb! Jiwa miskinnya Ana langsung tertusuk perih. Shampo dan parfum untuk mobil lebih mahal daripada shampo dan parfum yang biasa dia pakai. Dia hanya memakai shampo sachet yang harganya cuma lima ratus perak dan parfumnya cuma bedak tabur sachet yang harganya cuma dua ribu perak.

Tanpa Ana sadari ia kembali menarik kedua alisnya ke atas dan menarik rahang bawahnya lebar-lebar.

"Cepat bayar malah bengong!"

"A......aku tidak punya uang sebanyak itu"

"Hei! Itu cuma sepuluh juta rupiah. Aku sudah berbaik hati padamu. Aku cuma suruh kamu kasih aku sepuluh juta rupiah nggak yang dua puluh lima juta rupiah"

"Aku tidak punya uang sebanyak itu!" Ana refleks berteriak kencang karena ia merasa sangat kesal. Pria tampan itu selalu berkata kalau uang sepuluh juta rupiah itu jumlah yang sedikit. Ana kesal setengah mati karena pria tampan itu tidak tahu bahwa untuk mendapatkan uang sepuluh juta rupiah, Ana harus berjualan mie ayam dan es teh selama tiga tahun itu pun Ana tidak akan bisa makan dan tidak akan bisa membayar biaya kuliah.

Itu jumlah uang yang sangat banyak bagiku dan sangat berharga bagiku, dasar Pria arogan brengsek! Nyesel aku sempat mengagumi wajah tampan kamu tadi. Batin Ana.

"Lalu, kau mau melarikan diri begitu? Aku paling benci sama orang yang tidak bertanggung jawab, cih!"

Ana sontak membeliak kesal, "Bukannya aku tidak mau bertanggung jawab. Aku tidak sengaja menabrak Sofie kamu dan

Sofie kamu juga udah bikin sepedaku tak berbentuk lagi. Padahal sepedaku adalah sahabat terbaikku. Sepedaku selalu menemaniku ke mana-mana dan membantuku mencari uang. Se.......sekarang aku tidak bisa.......hiks,hiks, hiks" Ana menunduk dan terisak.

"Hei! Jangan menangis! Sial! Air mata kamu bisa mengotori Sofie. Kau tahu berapa harga jok mobil ini, hah?! Kau mau menambah biaya ganti rugi yang harus kau bayar ke aku, hah?!"

Ana bergegas mengusap air matanya lalu menegakkan wajahnya untuk menatap wajah tampan pria itu dan gadis berwajah lembut itu langsung menyemburkan, "Aku tahu kamu kaya! Aku tahu semua barang yang kamu punya harganya jutaan rupiah! Tapi, bisakah kamu........"

Naga langsung menarik Ana ke dalam pelukannya, lalu ia mencubit dagu Ana sambil berkata, "Kau hanya punya tubuh kamu. Dan kau akan membayarku dengan tubuh kamu, kan?"

Ana sontak mendorong dada bidang pria tampan itu sambil bertanya dengan wajah penuh tanda tanya, "Ka......kapan aku bilang begitu?"

Naga mengusap lembut pipi Ana sambil berkata dengan seringai mengejek.

"Ka.....kamu mau apa? Lepaskan aku! Aku ini kotor dan bau, kan?" Ana berucap sambil mencoba meronta.

"Kau memang kotor dan bau tapi demi mendapatkan ganti rugi akan aku abaikan wajah kamu yang kotor dan bau ini. Aku orang yang tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan"

"Lepaskan aku!" Ana berteriak dan masih terus mencoba meronta.

Naga menyeringai mengejek dan berkata, "Nggak usah sok suci. Nggak usah sok jual mahal! Aku sudah hapal trik dari gadis murahan macam kamu ini. Kamu sengaja menunggu mobilku lewat di jalan ini. Kamu sengaja menabrakkan sepeda kamu ke mobilku. Itu karena kamu ingin mendekati aku dan menggodaku, kan? Cih!"

Ana membeliak kaget lalu mendorong dada Naga sambil berteriak, "Aku tidak seperti itu! Lagipula aku sudah punya pacar dan kamu bukan tipeku! Cowok kasar, sombong, dan manja, cih!"

Naga refleks memagut bibir Ana karena marah. Ia marah karena Ana berani mengatainya kasar, sombong, dan manja. Naga juga marah karena tersinggung mendengar cewek itu mengatakan kalau dia bukan tipe cewek itu. Padahal di luar sana banyak cewek cantik dan seksi yang tergila-gila padanya.

Ana menggigit keras bibir Naga. Naga sontak menarik wajahnya karena kaget dan kesakitan. Naga lalu mengusap bibirnya yang terasa perih dan sambil menghujamkan tatapan tajam ke Ana, Naga menggeram, "Kau berani menggigitku?"

Naga langsung mencengkeram wajah tirus Ana dan dengan wajah merah penuh amarah, Naga berteriak, "Kau berani menggigitku, hah?!"

Ana menggertakkan gerahamnya lalu ia menggigit ibu jari Naga cukup keras. Saat Naga menarik jarinya dan mengaduh kaget di saat itu lah Ana mendorong Naga lalu gadis berwajah lembut itu bergegas membuka pintu mobil dan setelah ia berhasil keluar dari dalam mobil, ia bergegas berlari kencang tanpa menoleh ke belakang.

"Hei! Berhenti!" Bram sontak berteriak kaget.

Ana terus berlari kencang dan mengabaikan teriakan si pria berjas.

Saat Bram ingin mengejar Ana, Naga langung berkata, "Jangan kejar dia dan tutup pintunya!"

"Baik, Tuan Muda" Bram langsung menutup pintu lalu berjalan ke depan dan masuk ke dalam mobil.

Saat Bram memakai sabuk pengamannya, Naga berkata, " Cari tahu soal gadis tadi!" Naga berucap sambil terus menatap ibu jarinya yang sedikit berdarah karena gigitan cewek tadi.

"Baik, Tuan Muda. Lali sepeda gadis itu dan biaya perbaikannya Sofie bagaimana, Tuan Muda?"

"Tinggalkan saja sepeda bobrok dan murahan itu. Soal biaya Sofie sementara aku tanggung sendiri. Setelah kau berhasil mencari tahu si kucing liar tadi, maka aku akan menemuinya sendiri untuk berbicara empat mata dengannya" Naga yang masih menatap ibu jarinya dengan mengulas senyum senang di wajah tampannya. Naga tampak seperti seorang anak kecil yang tengah kegirangan karena mendapatkan mainan baru yang sungguh menarik hati.

Bram melongok ke kaca spion dan membatin, kenapa Tuan Muda terus menatap jempolnya? Dan Tuan Muda tersenyum? Tuan Muda tidak pernah tersenyum seperti ini sejak Tuan Muda berumur sepuluh tahun. Sejak Mamanya meninggalkan Tuan Muda di umur sepuluh tahun.

"Dapatkan info si kucing liar hari ini juga" Geram Naga.

"Baik, Tuan Muda"

Untung saja tadi aku sudah berhasil mengambil gambar gadis tadi. Aku punya feeling kalau bakalan terjadi hal di luar dugaanku. Batin Bram.

Bruk! Karena berlari kencang dan terus memejamkan mata karena takut pria tampan dan berjas itu mengejarnya, Ana menabrak sesuatu yang sangat empuk dan terasa hangat di depan.

"Ana? Kenapa kamu berlari sekencang ini dan baju kamu kotor?" Elang memegang pelan kedua bahu Ana dan kembali bertanya, "Baju kamu sobek. Kamu habis jatuh? Kamu baik-baik saja?"

Ana mendongak senang saat ia mendengar suara Elang.

Elang adalah pacarnya Ana. Mereka baru saja jadian sebulan ini.

Ana ingin menjawab pertanyannya Elang, namun karena ia belum sarapan, baru saja jatuh dari sepeda, dan baru saja berlari kencang karena ketakutan, pandangan Ana menjadi kabur dan dia jatuh pingsan dalam dekapannya Elang.

Pertemuan Kedua

Ana dibawa lari ke klinik yang ada di kampus oleh Elang dan dokter klinik menyatakan Ana baik-baik saja setelah dokter tersebut mengobati luka lecet di kedua sikut dan lutut Ana.

"Teman kamu hanya kecapekan dan syok. Cidera di kedua lutut dan sikutnya tidak arah dan sudah aku obati" Sebentar lagi dia juga bangun" Ucap dokter tersebut sambil menuliskan vitamin di kertas resep lalu memberikan kerta resep itu ke Elang dan berkata, "Semuanya hanya vitamin. Teman kamu sangat kurus dan dia butuh vitamin. Aku tinggal ke kantor guru"

"Baik, Dok. Terima kasih banyak" Sahut Elang.

Elang kemudian duduk di tepi ranjang dan menunggu Ana sadar.

Setelah Ana bangun, Elang membantu Ana turun dari ranjang lalu ia memapah Ana sambil bertanya, "Kenapa kamu bisa mengalami cidera seperti ini?"

"Aku menabrak mobil karena rem sepedaku blong dan.......Astaga! Sepedaku, Lang! Aku meninggalkan sepedaku dan........"

"Aku akan temani kamu mengambil sepeda kamu. Sekarang kamu ganti baju dulu di toilet. Aku pinjam baju sama salah satu dosen kita. Aku katakan kalau kamu mengalami kecelakaan dan beliau bersedia meminjamkan baju ini" Ucap Elang.

"Terima kasih, Lang"

Elang mengusap pucuk kepala Ana dan sambil tersenyum ia berkata, "Tidak usah berterima kasih. Kita ini pacaran. Kenapa kamu seringkali mengucapkan kata terima kasih padaku?"

Ana hanya tersenyum lalu berputar badan dan masuk ke dalam toilet untuk berganti baju.

Tiga puluh lima menit kemudian, Ana dan Elang duduk di bangku kelas dan siap mendengarkan dosen mereka.

Salah satu dari teman sekelasnya Ana langsung mengambil gambarnya Ana dan mengirimkan gambarnya Ana ke bosnya dengan tambahan informasi, "Ana selamat dan dia masuk ke kelas bersama Elang"

Si Bos besar langsung mencengkeram telepon genggamnya dan menggeram penuh kecemburuan, "Lihat saja nanti, Ana!"

Ana dan Elang mengambil jurusan yang sama dengan Naga Antares, yakni jurusan hukum. Hanya saja Ana dan Elang masuk ke kelas khusus para penerima beasiswa dan para penghuni kelas khusus itu diberi label "Si Jenius Yang Miskin" dan sering ditindas oleh kelas lainnya, kecuali Elang. Elang tidak pernah menjadi sasaran penindasan karena Elang kapten tim basket di kampus tersebut.

Naga masuk ke kelas khusus karena dia adalah mahasiswa jenius bukan karena dia adalah putra tunggal sang pemilik yayasan. Grup Antares selain bergerak di bidang makanan instant, tekstil, dan alat elektronik, grup Antares juga memiliki yayasan pendidikan.

Naga duduk dan Bram ikut duduk di sampingnya Naga. Semua mahasiswa dan mahasiswi yang sekelas dengan Naga Antares sudah memahami kalau Naga selalu duduk bersama dengan asisten pribadinya.

Naga langsung tidur di kelas, namun dosennya tidak memiliki keberanian untuk menegur Naga. Karena Naga adalah sang pewaris tunggal kerjaan bisnis grup Antares.

Saat melihat tuan mudanya tidur lelap di kelas, Bram membuka laptop dan mulai bekerja untuk mencari identitas gadis yang sudah berani melarikan diri dari tuan mudanya.

Meskipun aku memiliki foto gadis tadi, tapi kalau tidak tahu nama gadis tadi ternyata sangat sulit melacak asal usulnya. Batin Bram sambil terus menggerakkan jari jemarinya di atas keyboard.

Saat kuliah udah usai, Bram membangunkan tuan mudanya dengan hati-hati, "Tuan Muda, kuliah sudah selesai"

Naga membuka mata dengan perlahan lalu menegakkan kepalanya dan menoleh ke Bram, "Habis ini apa?"

Bram memasukkan laptop ke dalam tas kerjanya sambil berkata, "Nggak ada mata kuliah lagi. Kita bisa pulang dan ........"

"Siapa bilang aku mau pulang? Aku males pulang. Aku mau ke klub malam yang baru dibuka"

"Tapi, ini masih jam tiga dan klub malamnya buka jam tujuh, Tuan"

Naga bangkit berdiri dan menendang kursi ya ke belakang sambil berkata, "Kalau gitu antar aku ke resto favoritku. Aku mau bertemu teman-teman dan pacarku di sana"

"Baik, Tuan" Sahut Bram sambil mengekor langkah tuan mudanya.

Di tengah koridor tiba-tiba Naga dipeluk erat oleh seorang gadis cantik dan Bram langsung berkata, "Saya tunggu Anda di mobil, Tuan Muda"

Naga mengangguk ke Bram lalu menunduk untuk melihat siapa gadis yang sudah berani memeluk dirinya secara tiba-tiba.

Gadis itu melepaskan pelukannya dan mendorong Naga sampai punggung Naga membentur tembok lalu gadis itu memagut bibir Naga.

Naga menyeringai senang meskipun ia tidak ingat siapa gadis itu, namun ia menikmati permainan ciuman gadis itu dan Naga mengiyakan dengan senang hati ajakan berciuman gadis itu.

Saat gadis itu menarik bibir dari bibir Naga untuk mengambil napas, Naga mendorong pelan kedua bahu gadis itu sambil bertanya, "Kamu siapa?"

"Hah?! Kamu siapa? Aku ini Cindy pacar kamu, Naga. Kita jadian kemarin lusa. Kita berciuman di klub malam dan aku merindukan momen itu. Aku merindukan kamu. Sangat. Untuk itulah aku berlari ke kelas kamu untuk.........."

Naga langsung berkata, "Ciuman kamu lumayan. Tapi, aku tidak ingat kalau kita sudah jadian"

"Kamu memang belum nembak aku. Tapi kita sudah berciuman. Jadi, kau rasa kita sepasang kekasih, kan?"

Naga tersenyum tipis lalu berkata, "Kalau kau anggap ciuman itu jadian, maka kau terlalu banyak bermimpi. Aku tidak menganggap kita jadian. Jangan temui aku lagi!" Naga mendorong bahu gadis itu lalu melangkah lebar meninggalkan gadis yang bernama Cindy itu.

Gadis yang bernama Cindy langsung mengejar Naga dan memeluk Naga dari arah belakang. Naga langsung menghentikan langkah lebarnya untuk mengurai pelukan itu dan menghempaskan tangan gadis itu dengan kasar. Naga kembali berkata tanpa berbalik badan, "Jangan dekati aku lagi! Camkan itu baik-baik!" Naga kemudian berlari kencang meninggalkan gadis itu.

Cindy hanya bisa bersimpuh lemas di atas lantai dan menangis terisak.

Sementara itu, Ana masuk ke dalam taksi online dengan napas lega dan bergumam lirih, "Syukurlah aku berhasil melarikan diri dari Elang. Aku tidak ingin Elang tahu kalau aku menjadi penyanyi di klub malam"

Ana kemudian menempelkan keningnya di jendela taksi online yang ia tumpangi sambil membayangkan kehidupannya. Sejak Ayahnya meninggal dunia dan ibunya menikah lagi dengan seorang duda kaya raya beranak satu, kehidupan Ana berubah drastis. Kehidupan Ana bagai di neraka. Itulah kenapa Ana malas pulang dan menerima tawaran pekerjaan menjadi penyanyi di klub malam. Selain bisa untung menambah tabungannya, bekerja menjadi penyanyi di klub malam juga bisa menyelamatkannya dari niat busuk ayah tiri dan perlakuan jahat adik tirinya.

Tanpa sepengetahuan ibunya, ayah tirinya Ana sering melecehkan Ana. Namun, demi kebahagiaan ibunya, Ana tidak pernah menceritakan pelecehan itu ke ibunya. Semuanya Ana telan sendiri.

Ibunya tidak tahu kalau Ana memasang tiga slot kunci di kamar mandi dan menutup lubang yang ada di pintu kamar mandi dengan kain karena Ana pernah mendapati ada mata yang mengintip pas dia mandi dan Ana tahu kalau mata itu milik ayah tirinya. Ana juga memasang tiga slot kunci di kamarnya karena dia pernah mendapati ayah tirinya berhasil masuk ke kamarnya dan hampir saja melecehkan Ana, untung saja ibunya datang membawakan susu untuk Ana dan Ana selamat dari terkaman maut ayah tirinya.

Selama satu tahun ini, sejak ibunya menikah dengan duda kaya raya itu, Ana masih bisa selamat dari niat busuk ayah tirinya karena kecerdasan Ana. Dan Ana berharap dia masih bisa terus selamat dari terkaman maut ayah tirinya.

Ana tahu kalau ayah tirinya tidur jam sembilan malam dan untuk itulah dia pulang ke rumah di atas jam sembilan malam. Lelah memang, di siang hari bekerja di kantin kampus bikin mie ayam, sambil kuliah, dan di malam hari dia menjadi penyanyi di klub malam.

Lebih baik lelah daripada berakhir melemah di terkam ayah tirinya.

Ana kemudian menghela napas panjang, "Nasibku memang buruk. Rasanya aku ingin menyusul Papa pergi ke Surga. Tapi, bunuh diri itu dibenci sama Tuhan. Hufftttt! Aku hanya bisa bertahan sendirian di dunia ini. Aku harus tegar"

Tiga puluh menit kemudian Ana memakai kostum menyanyinya dan memakai topeng kesayangannya. Pihak manajer klub malam yang baik hati, mengijinkan Ana bernyanyi dengan memakai topeng.

Saat Ana bernyanyi, pandangan Ana menabrak dua pasang mata yang terus menatapnya tanpa henti.

Sial! Dia cowok yang tadi siang mobilnya aku tabrak. Kenapa dia bisa ada di sini? Kenapa dia terus menatapku? Apa dia tahu kalau ini aku? Batin Ana sambil terus bernyanyi.

Naga kemudian berbisik ke Bram, "Aku ingin bertemu dengan penyanyi itu"

"Tapi, Non Angel bagaimana, Tuan Muda. Non Angel tunangan Anda dan dia bisa cemburu kalau Anda menemui penyanyi itu" Bisik Bram.

Naga kembali berbisik ke Bram, "Aku akan bereskan soal Angel. Pokoknya aku ingin bertemu dengan penyanyi itu"

"Baik, Tuan Muda" Sahut Bram.

Bram kemudian bangkit berdiri untuk menemui manajer klub malam tersebut.

Angel menyentuh pundak Naga dan berkata dengan bergelayut manja, "Apa yang kau bisikkan ke Bram?"

Naga menoleh ke Angel dan membiarkan Angel memagut bibirnya. Menunggu sampai Angel puas menciumnya, baru lah Naga berkata, "Ada masalah di perusahaan. Kamu nanti pulang sama anak buahku. Aku ada urusan setelah ini"

"Baiklah" Sahut Angel dan gadis cantik itu kembali mengajak Naga berciuman.

Ana melihat itu dan sontak bergumam di dalam hatinya, cih! Dia ternyata playboy tengik.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!