NovelToon NovelToon

JENDELA

Hari Biasa

Senin adalah hari yang dibenci oleh anak sekolah. Selain harus berangkat pagi karena ada upacara, hari senin juga hari pertama sekolah setelah hari libur.

“Ana!!! Bangun!!! Sudah siang!!!, teriak Mama Ana.

“Iya Maa,hoaamm”, jawab Ana sambil menguap.

“Aku sholat dulu ya Ma, terus mandi,abis itu aku makan ya ma,udah siap kan sarapannya?”, Tanya Ana penasaran.

“Iya udah buruan udah siang”, jawab Mama Ana.

“Aku berangkat dulu ya Maa, Assalamualaikum”, teriak Ana.

“Iya hati-hati ya Na, waalaikumsalam” , jawab Mama Ana.

Perjalanan rumah Ana ke sekolahnya butuh waktu sekitar 15 menit menggunakan angkot. Setiap hari Ana berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkot. Rumah Ana berada di pinggir jalan raya, sehingga angkot lalu lalang di depan rumahnya. Ana hanya perlu menyebrangi jalan untuk naik angkot ke sekolah.

“Hari ini angkotnya penuh banget ya”, kata Novi teman Ana.

“Iya, biasa soalnya hari Senin, semua pada berangkat awal”, sahut Ana.

“Kamu udah ngerjain PR Matematika belum?”,Tanya Ana.

“Sudah dong,aku gitu loh. Eh udah mau sampai, yuk siap-siap turun.” Ajak Novi.

Setelah turun dari angkot, Ana dan Novi berjalan untuk bisa sampai di SMPN 5 Kebumen. Perjalanan kurang lebih 5 menit. Tahun ini mereka naik ke kelas 8, dan mereka senang karena berada di kelas yang sama lagi.

Di Kelas Ana

“Hai Ana, kamu dicariin Petra loh.” Sindir Nia.

“Apaan sih Ni, pagi pagi udah nggosip.” Jawab Ana.

“Soalnya aku disuruh bilang ke kamu.” Tegas Nia.

“Iya udah biarin nanti kalau memang penting bisa aku temuin pas istirahat atau pas pulang sekolah.” Jawab Ana tegas.

Pulang Sekolah

“Ana tunggu!” panggil Petra.

“Iya”, jawab Ana.

“Boleh ngomong sebentar gak?”, minta Petra.

“Boleh tapi sebentar aja ya, takt ditinggal Novi.” Jawab Ana.

“Ya udah ini surat buat kamu ya, dibaca ya dirumah.” Kata Petra.

“Iya ok, aku pulang dulu ya”.

Selama perjalanan pulang, Ana penasaran dengan isi dari surat Petra. Ana pun ingin membukanya di angkot tapi dia merasa malu jika Novi ikut membacanya.

Sesampainya dirumah, Ana langsung menuju kamar dan meletakkan tasnya. Dia kemudian mengambil surat dari Petra. Ana membukanya perlahan, dan seketika Ana tersenyum malu.

Ya, isi surat tersebut adalah pernyataan cinta dari Petra. Ana merasa senang tak terkira. Setelah menunggu akhirnya Petra menyatakan cintanya juga.

“Tulaliit tulaliit.” Bunyi HP Ana tanda ada sms masuk. Ana langsung membukanya, dan ternyata sms dari Petra. Seakan sudah tau bahwa Ana baru saja membaca suratnya.

SMS Petra berbunyi,”Sudah baca suratnya kan?kija fix jadian ya?.

Ana pun membalas sms Petra dengan semangat,”Iya Pet.”

Dalam hati Ana berteriak, Aahhhhh akhirnya. Lalu Ana pun mencatat tanggal tersebut di dalam buku diary nya sebagai hari pertama Ana dan Petra jadian. Menggunakan gambar hati yang besar, dan menuliskan nama Ana dan Petra di dalamnya. Sangat indah batinnya.

Lalu Ana meletakkan kembali surat dari Petra ke dalam tasnya. Ana berfikir akan menunjukkan surat tersebut ke Novi sahabatnya. Ana takut Novi akan kecewa jika dia tau tentang hal ini dari orang lain.

"Betapa terkejutnya Novi ketika mengetahui ini, sudah tidak sabar untuk esok hari segera tiba hehe", batin Ana.

HARI PERTAMA

Subuh hari Ana terbangun dengan hati yang gembira. Setelah resmi jadian dengan Petra kemarin, Ana menjadi semangat untuk berangkat sekolah hari ini. Bahkan kemarin malam Ana sms an dengan Petra sampai jam 10 malam. Saat mama Ana mengetuk pintu kamar Ana, Mama nya terkejut karena Ana sudah bangun dan sedang menjalankan ibadah sholat subuh.

“ Tumben udah bangun ni anak.” Ucap mama Ana.

Setelah sholat Ana bergegas menyiapkan buku apa saja yang akan Ana bawa hari itu. Tetapi betapa terkejutnya ia ketika tidak menemukan tasnya di kamarnya.

“ Maa!!! Lihat tas aku gak ya?” Tanya Ana bergegas mendekati mamanya yang sedang berada di dapur.

“ Mama ga lihat Ana. Coba kamu cari lagi yang teliti.” Jawab mama Ana.

“ Sudah ma, sampai aku cari di kolong kasur. Padahal kemarin siang Ana taro tas di atas meja. Apa dipindah sama Mba Arin ya ma?” Tanya Ana lagi.

“ Bisa jadi, coba kamu tanya Mba Arin.” Tegas Mama.

“ Mba mbaa..Mba Arin lihat tasku gak?” Tanya Ana cemas.

“ Engga lah! Kamu taro dimana? Kebiasaan suka lupa naro barang!”jawab Mba Arin dengan nada ketus.

Kemudian Ana kembali ke kamarnya dengan wajah murung. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, dimana ia meletakkan tas nya. Ana ingat sekali bahwa ia tidak memindahkan tasnya setelah diletakkan di atas meja belajarnya. Saat Ana sedang berfikir, tiba-tiba..

“ Anaaa!!! Sini!, teriak mama Ana.

“ Iya maa.” Jawab Ana bergegas menuju mamanya.

“ Tuh kata Lik Puji tasmu dibuang dibawah jendela! Kenapa kamu buang? Sudah ga seneng sama tasnya?” tegas mama Ana.( Lik Puji merupakan tetangga sebelah Ana).

“ Hah dibuang? Gak mungkin lah maa.” Jawab Ana kebingungan.

Kemudian Ana bergegas berlari keluar rumah, dan benar saja Ia menemukan tasnya tergeletak dibawah jendela kamarnya. Ana kemudian langsung mengambil tas nya dan masuk ke kamarnya.

Tangan Ana gemetar ketakutan, dan Ia bertanya-tanya, bagaimana bisa tas yang Ia letakkan di atas meja bisa berada di luar rumah dan dibawah jendelanya. Ana tak habis pikir dengan hal ini. Dengan keraguan Ana mencoba membuka tasnya. Betapa terkejutnya Ana, surat dari Petra hilang. Namun Ia bersyukur, dompetnya masih ada di dalam tas.

Ana mencoba membuka dompetnya, daaan KOSONG!. Semua uang di dompet Ana hilang. Foto-foto Ana, Mba Arin, Mba Eri, dan Mba Uni menghilang!. Bahkan koin 100 Rupiah pun ikut menghilang. Ana semakin takut, dan mencoba mengingat kembali apa yang terjadi kemarin.

Ana ingat, kemarin setelah mengerjakan PR Bahasa Indonesia, lalu Ana sms Petra. Ana pun ingat dengan jelas bahwa tasnya masih berada di atas meja saat Ana mengerjakan PR. Sebelum berpamitan dengan Petra akan tidur, Ia pun masih melihat tasnya diatas meja belajar sambil memikirkan bahwa besok pagi Ana akan menunjukkan surat dari Petra ke Novi.

“ Anaa!” panggil mama Ana. Panggilan itu lantas menyadarkan Ana atas lamunannya.

‘ Iya Ma. Ada apa?” jawab Ana lirih.

“ Tasnya sudah kamu ambil?” Tanya mama Ana penasaran.

“ Sudah ma, tapi.. uang di dompet Ana hilang Ma. Bahkan recehannya juga ikut hilang.” Jawab Ana dengan nada gemetar.

“ Kok bisa. Mana mama lihat?!.” Kata mama Ana sambil berjalan dari pintu kamar menuju Ana.

Mama Ana memeriksa dompet Ana. Ia juga melihat seluruh isi tas Ana. Nampak wajah Mama Ana penuh kekhawatiran. Lantas Mama Ana menuju jendela kamar Ana. Lalu membuka horden jendela yang semula masih tertutup rapat. Betapa terkejutnya Ia ketika melihat jendela kamar Ana tidak terkunci.

“ Ini jendelanya kok ga dikunci?” marah Mama Ana.

“ Sudah aku kunci kok Ma. Beneran kan sore kemarin udah aku kunci. Memang kan kunci jendelanya sudah agak rusak ma.” Jawab Ana ketakutan.

“ Berarti jendelanya di bobol dari luar. Kalau niatnya mau maling, ngapain ngambil tas anak sekolah yang isi dompetnya hanya recehan?!” Tanya Mama Ana pebuh rasa penasaran.

“ Oh ya, HP kamu aman gak? Apa ikut diambil?” Tanya Mama Ana.

“ Oh sebentar.” Jawab Ana bergegas menuju kasurnya. Ana kemudian merogoh bantalnya, dan betapa bersyukurnya Ana HP tersebut masih ada.

“ Ada Ma! Alhadulilah masih ada.” Jawab Ana sambil tersenyum.

“ Kok bisa maling itu ga ngambil HP nya ya?” Tanya mama Ana.

“ Gak tau Ma, entah kenapa semalem aku masukin HP ke dalam sarung bantal. Padahal biasanya aku taro di samping bantalku Ma.” Jawab Ana tegas.

“ Ya sudah, sekarang kamu mandi,terus sarapan. Sudah siang nanti kamu bisa terlambat.” Pinta Mama Ana.

“ Baik Maa.” Jawab Ana bergegas ke kamar mandi.

“ Yuk berangkat bareng.” Pinta Mba Arin.

“ Tumben, biasanya duluan. Aku mau berangkat bareng Novi. Nanti Novi naik di Jatisari lho ya.” Jawab Ana dengan nada sedikit ketus.

" Iya cerewet. Cepetan tuh udah ada angkot bagus.” Kata Mba Arin sambil menarik tangan Ana.

Setelah naik angkot, Ana dan Mba Arin duduk di kursi belakang sopir. Mba Arin mulai menanyakan hal yang terjadi tadi pagi.

“ Kenapa tas kamu? Kok bisa diluar rumah?” Tanya Mba Arin penasaran.

“ Engga tau mba, udahlah aku ga mau bahas ini. Aku takut kalau inget semalem ada yang ambil tas aku. Tapi mbaa..” kata Ana dengan penuh keraguan.

“ Apa, kenapa kenapa?” Tanya Mba Arin penasaran.

“ Aku ngerasa semalem tuh entah ngimpi atau nyata. Aku emang denger ada orang yang buka jendela aku, tapi pas aku buka mata tuh ga ada apa-apa. Jadi aku lanjut tidur lagi sambil naro HP di dalem bantal. Apa jangan-jangan itu nyata ya. Berarti di atas kepala aku beneran ada orang ya mba?” kata Ana dengan ketakutan.

Sebelum Mba Arin sempat menjawab pernyataan Ana, Novi teman Ana naik ke angkot mereka. Mba Arin pun pindah tempat duduk dan Novi duduk di samping Ana. Setelah Novi naik, Ana pun tidak membahas masalah tasnya. Ana dan Novi mengobrol topik lain di sekolah. Niat Ana yang ingin menunjukkan surat Petra ke Novi pun gagal karena surat itu telah hilang.

PS

Jendela di kamar Ana ada dua. Model jendelanya masih jaman dahulu. Jendela berbentuk besar dengan teralis besi melengkapi jendela tersebut. Jarak antar teralis di kamar Ana cukup besar dibandingkan kamar lain dirumah. Sehingga dulu saat Ana masih SD pun muat masuk lewat jendela tersebut. Di dalam kamar Ana ada dua kasur, dan kasur yang ditempati Ana berada di bawah jendela dengan kunci yang rusak.

HARI KEDUA

Seminggu setelah Ana kehilangan surat , uang, dan foto-foto dirinya dan kakaknya, semua berjalan normal. Ana melakukan rutinitas biasa dan mulai menerima kejadian sebelumnya. Ana menerima jika pencurian tersebut terjadi karena kelalaiannya belum membetulkan kunci jendela yang rusak, sehingga membuka kesempatan bagi pencuri.

Ana tidak menceritakan pencurian tersebut kepada Petra dan Novi. Namun, Ia sudah menceritakan bahwa Ia dan Petra sudah jadian ke sahabatnya Novi. Awalnya Novi marah kenapa Ana tidak mau menunjukkan surat yang diberikan Petra kepada Novi. Akan tetapi karena sejatinya mereka sudah saling mengenal cukup lama, Novi mengerti pasti ada alasan di balik itu.

Hari ini akan diadakan ulangan matematika. Ana pun sudah bertekad akan belajar jam 3 pagi. Akan tetapi Ana kesiangan, sehingga Ana mulai belajar jam 4 pagi. Awalnya Ana fokus belajar, tapi entah kenapa Ana tiba-tiba ingin membuka jendelanya. Ana berfikir mungkin jika Ia membuka jendelanya, udara pagi yang segar akan semakin membuatnya fokus dalam belajar.

Perlahan-lahan Ana membuka jendela satu, saat akan membuka jendela yang kedua, Ia ingat pencurian seminggu yang lalu. Akhirnya Ana pun mengurungkan niatnya untuk membuka jendela yang kedua. Setelah membuka jendela, Ana pun kembali ke kasurnya. Inilah keanehan lainnya, biasanya Ana belajar di meja belajar, namun pagi itu Ana belajar di atas kasur sambil rebahan.

Saat Ana mulai melihat bukunya kembali, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki orang berjalan. Memang samping kamar Ana merupakan jalan tikus, sehingga beberapa orang menggunanakan jalan tersebut agar lebih cepat sampai kerumah mereka daripada harus memutar lewat jalan besar. Tetapi, baru pertama kali ini Ana mendengar suara orang berjalan di jam 4 pagi.

Setahu Ana, tidak ada orang disekitar rumah Ana yang berangkat kerja atau sekolah di jam tersebut.

Dikarenakan rasa penasaran, Ana mencoba melihat ke jendela. Namun, ketika Ana melihat ke arah depan, tidak ada siapa-siapa. Saat Ana memutar kepalanya untuk melihat ke arah belakang, Ana juga tidak menemukan siapa-siapa.

Saat itu, Ana masih berfikir positif, siapa tahu orang tersebut jalannya sangat cepat jadi Ana tidak sempat melihat siapa orang tersebut.

Ana memutuskan untuk kembali belajar. Baru saja Ana mulai rebahan dan membuka bukunya,tiba-tiba terdengar suara langkah kaki orang berjalan kembali. Kali ini suara langkah kakinya terdengar lebih banyak, kemungkinan ada lebih dari satu orang. Ana mulai penasaran lagi, namun kali ini Ia mulai ragu untuk mengecek ke jendela atau tidak. Namun, sekali lagi karena rasa pensarannya lebih tinggi daripada rasa takutnya, Ana pun mengecek ke jendela lagi. Ana melihat ke arah depan, lalu ke belakang, ternyata tidak ada siapa-siapa.

Ana mulai tidak fokus untuk belajar. Ia mulai berfikir, siapa sebenarnya yang berjalan di jam 4 pagi. Padahal sebelumnya tidak ada seorang pun yang lewat jalan samping jendela Ana di pagi hari. Kalaupun ada, paling pagi adalah jam 6. Mereka adalah tetangga belakang rumah Ana yang akan pergi ke sawah.

“ Siapa sih yang lewat jam segini.” Gumam Ana.

Ana kemudian duduk di atas kasur, Ia sadar harus fokus kembali untuk belajar.

“ Fokus Ana fokus!, katanya sambil menggelengkan kepalanya.

Akhirnya Ana memutuskan untuk kembali belajar. Ia kembali ke kasur, namun kali ini Ia duduk. Ana juga mengeluarkan pensilnya untuk mulai mengerjakan kisi-kisi ulangan matematikanya.

Lima menit berjalan, Ana dapat menyelesaikan satu soal matematika. Ana pun merasa gembira. Lalu tiba-tiba terdengar suara langkah kaki orang berjalan di iringi dengan gelak tawa terbahak-bahak. Suaranya keras sekali.

“ Ha ha ha… Ha ha ha”, tawa orang tersebut.

Langkah kaki nya pun semakin mendekat dengan suara tawa yang semakin kencang. Ana mulai merasa ketakutan. Ia tidak berani untuk melihat. Ana merasa langkah kakinya semakin banyak dari sebelumnya. Ana terdiam dengan posisi duduk dan buku ada ditangannya. Semua badannya terasa kaku. Kemudian terdengar suara orang mengaji di mushola dekat rumah Ana. Ia mulai merasa tenang mendengar suara orang mengaji tersebut. Ana mulai berfikir untuk menutup jendelanya, tetapi Ia mengurungkan niatnya.

“ Ahh uda orang ngaji ini, insyaAllah aman lah”, gumam Ana.

Saat Ana merasa tenang, Ia kembali rebahan dengan buku ditangannya. Bahkan Ana sambil menggumamkan nyanyian. Seketika itu, tiba-tiba Ana merasa ada sesuatu yang lewat depan wajahnya.

“ Aaahhhhhhh”, teriak Ana ketakutan.

“ Mamaaa Mamaa mamaa! Toloong!!!” teriak Ana.

Mendengar anaknya menjerit minta tolong, Mama Ana langsung berlari dari dapur menuju kamar Ana.

“ Kenapa Ana? Tolong apa?”, Tanya Mama Ana.

“ Itu ma itu!”, jawab Ana sambil menunjuk ke arah benda yang melayang di depan wajahnya tadi sambil berlari ke mamanya.

Pelan-pelan Mama Ana mendekati benda tersebut. Benda tersebut terletak di ujung kasur ana di bawah jendela. Mama Ana ragu-ragu untuk mengambilnya. Saat-saat seperti ini Mama Ana berharap untuk kehadiran suaminya. Namun hal tersebut sangatlah tidak mungkin karena Ayah Ana harus bekerja di luar kota sesuai penempatannya. Dengan memberanikan diri, Mama Ana lalu mengangkat sisi benda tersebut dengan pelan. Lalu …

“ Ahhhh. Br*ngsek. K**ang a*jar! Siapa yang ngelempar ini!” kata Mama Ana sambil marah-marah.

Melihat Mama Ana marah-marah membuat Ana semakin ketakutan. Baru pertama kalli ini Ana melihat mama nya mengucapkan kata-kata yang kasar. Perlahan-lahan Ana mendekati mamanya, dan bertanya,

“ Kenapa ma? Itu apa?” Tanya Ana penasaran.

Mama Ana tidak menjawab. Ia terdiam, lalu menghembuskan nafasnya berkali-kali. Tangan Ana menarik baju mamanya berharap mamanya mau menjawab pertanyaannya. Setelah tenang, barulah Mama Ana menjawab.

“ Itu ******.” Jawab Mama Ana tegas.

“ Maksud mama apa?” Tanya Ana.

Ana kebingungan, karena yang dilihat Ana adalah plastik es lilin yang diisi cairan warna kuning kemudian di dalamnya ada sesuatu berwarna putih.

“ Itu kan es lilin Ma, tapi di dalamnya itu apa warna kuning dan yang plastik di dalamnya?” Tanya Ana kembali.

“ Iya itu plastik es lilin, tapi di dalamnya kemungkinan ini air kencing dan ******.” Jawab Mama Ana.

Mendengar jawaban Mamanya, Ana pun terdiam. Bulu kuduknya berdiri. Baru pertama kali Ana melihat ******, dan kejadian ini merupakan kejadian yang tidak menyenangkan.

“ Ada apa sih daritadi berisik?” Tanya Mba Arin.

“ Daritadi kamu kemana saja?” Tanya Mama Ana tegas.

“ Aku sholat lah, udah adzan tuh. Mama sama Ana udah sholat belum?” Tanya Mba Arin.

“ Belum. Tapi ini ada kejadian lagi.” Jawab Ana.

“ Kejadian apa lagi?” Tanya Mba Arin penuh rasa penasaran.

“ Husst, Ana sebaiknya kamu sholat dulu. Biar mama yang beresin ini.” Pinta Mama Ana.

“ Tapi ma aku kan lagi cerita ke Mba Arin.” Jawab Ana.

“ Cepet sana sholat!” perintah Mama.

“ Iya Maa”, jawab Ana sambil berlalu berjalan menuju kamar mandi.

“ Sebenarnya ada apa sih Ma?” Tanya Mba Arin.

“ Kayaknya ada orang iseng nih nglempar ****** ke Ana.” Jawab Mama Ana.

“ Hah ******?! Yang buat anak cowok itu?” Tanya Mba Arin penasaran.

“ Iya.” Jawab Mama sambil berjalan mengambil keresek hitam untuk mengambil ****** tersebut.

“ Tapi ma, masa orang iseng segitunya? Mungkin itu ada anak yang sakit hati sama Ana kali. Mungkin cintanya ditolak sama Ana atau gimana gitu.” Kata Mba Arin.

Mama Ana terdiam. Ia tidak menanggapi pernyataan Mba Arin. Dalam hati mama, Ia merasa omongan Mba Arin ada benarnya. Namun untuk saat ini, bagi Mama Ana lebih penting untuk menyingkirkan benda menjijikkan tersebut.

Setelah Ana sholat, Mama Ana memanggilnya.

“ Ana, coba kesini sebentar mama mau ngomong.” Kata Mama Ana.

“ Ngomong apa ma?” jawab Ana sembari mendekat ke mama.

“ Coba sini duduk dulu dekat mama. Mama masih gak nyangka ada orang yang tega nglempar hal menjijikkan itu. Menurut kamu, apa kamu sedang ada masalah sama seorang cowok? Misalnya kamu menyakiti hati cowok atau menolak seseorang?” Tanya mama lirih.

“ Engga ada sih ma.” Jawab Ana.

“ Ya sudah kamu mandi gih, sudah siang. Habis itu kamu sarapan ya. Masalah ini kita bahas nanti setelah kamu pulang sekolah. Ngga usah dipikirin saat di sekolah ya, fokus belajar saja.” Pinta Mama Ana.

Ana pun bergegas menuju kamar mandi. Meskipun Ana berkata bahwa tidak ada cowok yang sakit hati kepadanya, namun ada seorang cowok yang terlintas dipikirannya. Namun sekali lagi Ana masih ragu, apalagi rumah cowok tersebut cukup jauh dari rumahnya. Apalagi menurut Ana sifat cowok tersebut sangat baik sehingga tidak mungkin melakukan hal mengerikan ini. Pikiran ini pun Ia tepis dan bergegas menyelesaikan mandinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!