NovelToon NovelToon

PENGASUH BAYI MILIK CEO

BAB 1

“Pak, lepaskan saya pak, saya bukan penculik!!”

Ucap Amara memberontak pada dua petugas kepolisian yang tengah membawanya menuju kantor polisi atas tuduhan penculikan seorang anak laki laki, padahal nyatanya Amara lah yang menolong anak laki laki itu yang hampir saja tertabrak mobil dijalanan, namun justru berakhir dengan tuduhan padanya.

“Anda bisa jelaskan didalam kantor saja nona!”

Ucap tegas salah satu polisi tampan itu yang masih muda itu, Amara akhirnya pasrah dan menurut saja, lagipula tidak ada gunanya ia memberontak toh ia juga tetap dibawa ke tempat yang sedikit menakutkan itu, bagaimana Amara tidak menganggap tempat itu menakutkan? Lantaran sang ayah yang tengah dikurung di penjara di desa nya atas tuduhan palsu.

Itulah sebabnya Amara memilih untuk ke kota dan mencari pekerjaan, keberuntungan berpihak pada Amara yang tak butuh waktu lama mendapatkan pekerjaan menjadi pegawai disebuah toko roti, pun Amara disukai disana lantaran memang termasuk anak yang gigih dalam bekerja dan juga sangat ceria, hingga saat Amara pergi untuk membeli beberapa bahan didapur yang kurang, Amara melihat seorang anak laki laki yang tengah berjalan di tepi jalan.

Awalnya Amara hanya tersenyum menatap anak laki laki yang terlihat sangat tampan dan menggemaskan itu lantaran ia memang sangat suka dengan anak kecil, namun seketika Amara sadar jika tidak ada orang dewasa disekitar anak itu sedangkan anak itu terus saja berjalan menuju jalanan dimana banyak kendaraan yang tengah lewat, hingga ketika anak itu hampir mencapai jalanan Amara akhirnya berlari menghampiri anak laki laki itu dan membawanya ke tepi meskipun nyawanya menjadi taruhan lantaran menyebrang tanpa melihat kiri dan kanan.

“Nona!!!”

Sentak petugas kepolisian yang duduk tepat dihadapan Amara, Amara tersentak dari lamunannya menatap sekeliling dimana kini semua orang tengah menatapnya, perasaan takut dan trauma kini menjalar ditubuhnya, mendadak ia teringat kala melihat sang ayah yang dihajar habis habisan lantaran dituduh sebagai pencuri, padahal sang ayah yang mencoba untuk membantu menangkap pencuri namun ia justru difitnah.

“I-iya pak?”

Tanya Amara gugup menatap wajah sangat petugas kepolisian dihadapannya itu, pria itu hanya bisa menghela nafas seraya menggelengkan kepalanya, ini sudah yang kesekian kalinya ia menyebut nama gadis dihadapannya itu namun tak ada jawaban dari sang gadis, lagi pak polisi bertanya alasan Amara menculik anak laki laki itu.

“Pak, sudah saya bilang, saya tidak menculiknya! Saya hanya pegawai disebuah toko roti, saya menemukan anak itu dijalanan dan saya yang membantunya karena dia hampir saja tertabrak mobil, saya tidak lihat siapapun disana jadi saya membawanya membeli minuman karena dia terlihat kehausan, tapi tiba tiba nyonya itu meneriaki saya sebagai penculik!”

Jelas Amara dengan nafas menggebu-gebu mengingat kejadian yang baru saja menimpanya beberapa puluh menit yang lalu, sedangkan Inum hanya terdiam dengan putra majikannya yang terus saja menangis digendongannya, wanita yang sudah berkepala empat itu memeluk erat putra majikannya dengan erat, beruntung putra majikannya itu bisa ditemukan jika tidak maka nyawanya yang akan terancam.

“Apa itu benar nyonya? Anda menuduhnya tanpa bukti?”

Tanya petugas kepolisian itu pada Inum, Inum pun tak bisa mengatakan apapun lantaran ia memang hanya asal berteriak saja melihat putra majikannya yang berada di dalam gendongan orang asing, diamnya Inum sudah menjawab semua pertanyaan petugas kepolisian disana, hingga akhirnya Amara dibebaskan lantaran tak mempunyai bukti yang kuat.

“Maafkan kami nona.”

Ucap salah satu petugas kepolisian yang sempat menangkap Amara sebelumnya, Amara hanya menganggukkan kepalanya lalu segera pergi dari sana, tak lupa ia menatap kesal pada Inum yang membuatnya hampir dipenjara, namun baru saja melangkahkan kakinya, langkahnya kembali terhenti kala merasakan sakit di keningnya.

“Awhh!!!”

Ringis Amara memegangi keningnya, wanita itu kemudian menatap pria yang ia tabrak, namun seketika matanya membulat kala melihat sosok pria yang begitu sempurna dimatanya, pria tampan yang membuat Amara tak bisa berkata kata, kulit putih, hidung mancung seperti perosotan anak TK, manik mata coklat, juga rahang yang terbentuk sempurna, tubuhnya juga sangat atletis membuat Amara benar benar tidak mengedipkan matanya.

“Minggir!”

Ucap pria tampan itu tegas membuat Amara akhirnya tersadar dari lamunannya, namun bukannya menyingkir, Amara justru mengulurkan tangannya pada pria itu tak lupa senyum manis ia tunjukkan pada pria itu untuk memikatnya namun sayang pria itu hanya melewatinya begitu saja bahkan tak berniat untuk menyambut uluran tangan Amara.

“Dimana penculik anakku?!!”

Sentak pria itu setelah mengambil alih putranya dari gendongan asistennya itu, Inum hanya menundukkan kepalanya, ia benar benar takut sekarang lantaran terlanjur memberitahu majikannya jika putranya diculik demi menyembunyikan kelalaiannya yang sedang menjaga Gio, tak mendapatkan jawaban dari asistennya, Pria yang bernama Agra Mahendradatta itu pun menanyakan langsung pada petugas kepolisian disana.

“Dimana penculiknya?”

Tanya Agra tanpa basa basi.

“Tuan Agra Mahendradatta? Jadi anak itu adalah anak..”

“Saya tidak membutuhkan pertanyaan, saya hanya butuh jawaban, dimana penculiknya?”

Timpal Agra yang tak ingin identitas anaknya diketahui oleh orang orang, cukup ia dan keluarganya yang mengetahui keberadaan Gio dikehidupannya, sedangkan petugas kepolisian itu saling menatap, mereka jelas tahu siapa Agra Mahendradatta, pengusaha terkenal dan terkaya di kota itu yang cukup disegani.

“Maaf tuan, semuanya hanya salah paham, putra anak tidak diculik, melainkan ditolong oleh..”

“Dimana penculiknya?! Kalian membebaskannya begitu saja?!”

Timpal Agra tanpa mendengar penjelasan petugas itu lebih dulu, semuanya pun menganggukkan kepalanya, hal itu tentu membuat Agra sangat kesal, bagaimana bisa mereka membebaskan begitu saja pelaku penculikan putranya tanpa menunggu dirinya datang terlebih dahulu.

Brak!!!

”Saya ingin bertemu dengan orang itu sekarang juga!!”

Sentak Agra mendendang kursi yang ada dihadapannya, Gio yang terkejut tentu saja menangis semakin keras padahal tangis anak itu belum mereda sejak tadi, hingga akhirnya Amara menghampiri Agra mengambil anak laki laki yang menangis itu dari gendongan Agra membuat semua orang disana membulatkan matanya terutama Inum dan juga pengawal pribadi Agra.

“Tuan, anakmu terkejut, lihatlah dia menangis terus!”

Ucap Amara dengan santainya menenangkan Gio dihadapan Agra yang kini tengah menatapnya tajam atas kelancangan yang Amara lakukan, Agra hendak menghampiri Amara dan tentu ingin mengambil putranya kembali namun langkahnya terhenti kala tangisan putranya berhenti dan justru diganti dengan suara tawa.

“Gio tenang secepat itu?”

Agra membatin menatap heran pada putra satu satunya itu, tak biasanya Gio akan tenang dengan secepat itu jika sudah menangis, dan juga gadis itu juga asing, tapi kenapa Gio justru terlihat nyaman dengan gadis aneh itu?

“Dia gadis yang dituduh menculik putra anda tuan.”

Bisik salah satu petugas kepolisian itu di telinga Agra membuat wajah Agra seketika memerah, jadi gadis itu pelakunya, sontak saja Agra memerintahkan pembantunya untuk mengambil Gio dari gendongan gadis itu.

“Inum! ambil Gio sekarang juga!!”

.

.

.

Hy guys, jangan lupa dukungannya ya❤️

BAB 2

Inum segera menuruti perintah majikannya meskipun Gio kini kembali menangis begitu keras membuat Inum harus kembali mencoba menenangkan anak itu meskipun tidak akan begitu mudah seperti yang dilakukan gadis asing itu, sedangkan Agra kini melangkahkan kakinya menghampiri Amara yang menatapnya bingung lantaran memerintahkan wanita yang bernama Inum itu untuk mengambil anak tampan itu darinya.

“Jadi kau pelakunya? Dan berani sekali kau mengambil anakku tanpa izin dariku?”

Ucap Agra menatap tajam Amara, namun Amara hanya menatap datar Agra yang sudah setajam itu menatapnya, tanpa di duga tangan Amara terangkat menyentuh dada bidang Agra yang terbalut jas dan kemeja seraya mengusapnya dengan lembut membuat semua orang disana merasa bingung juga takut dengan apa yang akan dilakukan oleh Agra nantinya.

“Tenang tuan, marah marah tidak akan menyelesaikan masalah.”

Ucap Amara setenang itu pada Agra bahkan membuat Agra semakin bingung dengan gadis itu, dia tidak kenal takut atau bagaimana? Atau mungkin wajah Agra yang kurang menakutkan? Tapi rasanya tidak mungkin karena Agra diam saja sudah mampu membuat orang orang gemetar tapi kenapa hal itu tidak berlaku pada gadis kampung ini?

“Jadi ceritanya itu saya lihat anak tuan dijalanan hampir tertabrak mobil, jadi saya tolongin, nah tapi dia nangis mulu nih bahkan megang megang, maaf nih tuan..”

Amara mendekatkan bibirnya ketelinga Agra dan membisikkan sesuatu yang mampu membuat Agra seketika mematung.

“Megang p*yudara saya, ya saya mikirnya dia haus jadi saya bawa dia beli minuman, eh tau taunya si nyonya itu malah meneriaki saya sebagai penculik, saya kesal banget tuan tapi untuk semuanya udah jelas, jadi saya gak perlu di...”

“Stop!! Saya tidak butuh curhatan gadis aneh sepertimu!”

Timpal Agra membuat Amara sontak saja menutup mulutnya rapat rapat, Agra kemudian mengambil Gio dari gendongan Inum dan membawanya pergi dari sana dengan perasaan yang tidak dapat dijelaskan, kesal juga malu saat mendengar bisikan gadis aneh itu ditelinga nya, bisa bisanya gadis itu membisikkan hal itu dengan begitu santai di telinganya padahal Agra mati matian menahan malu sejak tadi.

Sedangkan Amara hanya menatap bingung Agra yang pergi dari sana dengan raut wajah marah, sepertinya pria itu punya darah tinggi itu sebabnya selalu saja marah marah padahal Amara hanya menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, tak lama Amara pun juga pamit dari sana dengan perasaan lega, beruntung ia tak bernasib sama seperti ayahnya di desa jika tidak maka sia sia saja dirinya merantau ke kota.

“Terima kasih Bu, semoga berkat do'a ibu, Amara di lindungi oleh tuhan yang maha kuasa.”

Gumam Amara lalu kembali ke toko roti dimana ia bekerja, sedangkan didalam mobil kini Agra hanya diam sesekali mencoba menenangkan Gio yang masih menangis dengan menepuk lembut b*kong bayi itu namun bukannya mereda, tangisan bayi itu justru semakin keras, sedangkan Inum yang berada di jok depan tepat di samping sopir kini sesekali melirik ke arah majikannya dengan perasaan takut.

“Tu-tuan.. saya minta maaf..”

Ucap Inum terbata bata, meskipun Agra tidak membahasnya tapi mengingat prinsip majikannya yang begitu keras membuat Inum harus mengakui kesalahannya, sedangkan Agra tak menoleh sedikitpun pada Inum, bukan tidak tega untuk memarahi wanita yang lebih tua darinya itu, melainkan sedang memikirkan hukuman apa yang cocok untuk wanita itu.

“Kau tau kan kesalahan mu sangat fatal? Putraku bisa saja celaka!”

Sentak Agra membuat Inum kembali meminta maaf juga memohon ampun pada majikannya itu, wanita itu juga bersedia dihukum oleh majikannya itu saat ini juga membuat Agra tersenyum sinis, ini yang Agra inginkan, mendengar permintaan hukuman dari orang itu sendiri tanpa harus Agra yang menghukumnya.

“Baiklah jika itu yang kau inginkan, hentikan mobilnya disini!”

Ucap Agra pada sang sopir membuat pria itu segera menghentikan mobil di area jalanan yang cukup sepi itu, Inum menatap sekeliling mendadak perasaannya tidak enak saat ini, hukuman apa yang akan majikannya itu berikan padanya? Apa ia akan dihukum di jalanan ini? Padahal Inum mengira jika majikannya itu hanya akan memotong gajinya.

“Turun! Kau harus pulang jalan kaki dari sini!”

Deg!

Inum mematung mendengar perintah dari majikannya, pulang jalan kaki dari sana sampai ke kediaman majikannya itu? Membayangkannya saja sudah membuat Inum pingsan bagaimana jika menjalankan hukuman itu? Baru saja ingin protes namun Inum ingat jika majikannya itu tidak suka di bantah, hingga akhirnya membuat Inum mau tak mau menurut dan keluar dari mobil.

“Jalan pak!”

Ucap Agra pada sang sopir begitu Inum turun dari mobilnya, tak peduli bagaimana cara wanita itu pulang, yang jelas apa yang putranya rasakan akan Inum rasakan, jika putranya dibuat berjalan sendirian ditepi jalan karena kelalaian Inum, maka Inum juga harus merasakan yang lebih berat dari pada yang putranya rasakan, sedangkan Inum hanya bisa menghela nafas berat, majikannya itu memang seperti itu, jika baik dia akan sangat baik melebihi keluarganya sendiri, namun jika sudah marah maka tidak akan ada kebaikan didirinya.

“Maafkan papa Gio, karena jarang memiliki waktu bersamamu, papa terlalu sibuk dalam bekerja dan juga wajahmu selalu mengingatkan papa dengan mamamu.”

Agra membatin menatap Gio yang entah sejak kapan tertidur di dekapannya, mungkin karena terlalu lelah menangis membuat bayi itu akhirnya tertidur, di tempat lain kini Amara baru saja tiba di toko roti tempatnya bekerja, baru saja tiba Amara sudah diberikan banyak pertanyaan oleh teman temannya yang khawatir pada Amara lantaran gadis itu tak kunjung kembali.

“Amara, kau baik baik saja kan? Apa terjadi sesuatu? Apa ada yang mengganggumu?”

Tanya Aini, pegawai sekaligus teman Amara yang cukup dekat dengan gadis itu, sedangkan Amara hanya menjawab semua pertanyaan dari teman temannya itu dengan anggukan kepala, tak lupa senyum manis terukir diwajahnya seperti tak memiliki beban sedikitpun nyatanya gadis itu baru saja mengalami hal yang sedikit mengejutkan.

“Pak Adi mencarimu sejak tadi, dia khawatir padamu, dia juga merasa bersalah karena sudah membiarkanmu pergi sendirian.”

Bisik Aini ditelinga Amara, Amara pun hanya mengangguk kecil mendengar ucapan temannya itu, memang sudah bukan rahasia umum lagi disana jika pak Adi seraya anak dari pemilik toko roti itu memiliki perasaan lebih pada Amara sebagai pegawai toko, Adi bahkan terang terangan menunjukkan rasa sukanya pada Amara dihadapan banyak pegawai disana.

Ado cukup tampan, usia mereka juga tidak begitu jauh, namun tetap Amara hanya menganggap Adi sebagai atasannya lantaran niatnya hanya untuk bekerja disana, lagipula Amara belum pernah menjalin hubungan dengan laki laki selama hidupnya meskipun Amara termasuk gadis friendly yang mudah berteman dengan siapa saja lantaran memang ia sangat ramah dan ceria.

“Amara! Kau sudah kembali? Saya mengkhawatirkan mu, takut terjadi sesuatu padamu.”

Ucap Adi yang entah sejak kapan berada disana dan segera menghampiri Amara, Amara melepaskan kedua tangan Adi yang bertengger di pundaknya lantaran merasa tak enak dihadapan pegawai lainnya, dengan senyuman manis Amara menjawab pertanyaan yang sama dengan pegawai lainnya yang Adi lontarkan padanya.

“Tenang saja pak, saya baik baik saja.”

Adi hanya mengangguk, ia mengerti jika Amara merasa tidak enak pada pegawai lainnya disana, Adi pun memilih untuk kembali keruangan nya setelah memastikan keadaan Amara, Amara pun juga kembali bekerja setelah semuanya baik baik saja, namun di tempat lain Agra justru dibuat kerepotan dengan tangisan Gio yang kembali menggelegar begitu bayi itu terbangun.

“Tenang sayang, papa disini.”

Gumam Agra menatap Gio hanya hanya mengatakan hal itu namun kembali menangis begitu keras, Inum tak kunjung tiba dirumah membuat Agra benar benar pusing, Agra kemudian memilih untuk menggendong Gio keluar dari kamarnya namun tangisan bayi itu tak kunjung mereda, hingga tiba tiba Agra teringat pada gadis aneh yang mampu menenangkan Agra dengan begitu cepat.

“Apa aku jadikan dia pengasuh Gio saja?”

Agra membatin, entah mengapa pikiran itu tiba tiba muncul di kepalanya hingga akhirnya membuat Agra menggelengkan kepalanya dengan cepat kala menyadari pikirannya yang sudah merajalela.

“Apa apaan kau Agra!! Inum juga bisa menenangkan Gio, jadi kau tidak perlu mempekerjakan gadis aneh itu.”

Lagi, Agra membatin, hingga akhirnya terdengar suara ketukan pintu, tak lama terlihat wajah lelah Inum dari balik pintu dengan peluh yang bercucuran, sudah dapat dipastikan jika wanita itu pulang dengan berjalan kaki, dan Agra tak merasa bersalah sedikitpun tentang hal itu.

“Tenangkan Gio, aku sudah lelah.”

Ucap Agra mengerahkan Gio pada Inum yang bahkan belum bisa bernafas dengan baik, Inum hanya menurut dan segera menenangkan Gio namun lagi lagi bayi itu tak kunjung mengehentikan tangisnya membuat Inum semakin kehilangan kesabarannya.

“Tuan, Gio tidak bisa ditenangkan, sepertinya hanya gadis tadi yang bisa..”

Ucap Inum meluapkan protesnya, sedangkan Agra kini menoleh pada Inum lalu kembali mengotak atik laptopnya, Agra terlihat tidak peduli sama sekali dengan ucapan Inum, namun nyatanya pria itu tengah berperang dengan pikirannya, haruskah ia memperkerjakan gadis aneh itu? Tapi memperkerjakannya setelah menuduhnya rasanya benar benar memalukan, Tak lama Agra pun meraih ponsel nya disamping nya lalu menghubungi seseorang dari balik telepon.

“Kirimkan beberapa pengasuh untuk bayiku, ingat yang sudah berpengalaman!”

BAB 3

Agra kini berada di ruang kerjanya menatap beberapa data pribadi calon pengasuh bayinya, seorang Agra yang tak mempercayai siapapun dalam mengurus bayinya selain asisten yang memang sudah bekerja cukup lama dengannya, kini terpaksa harus mencari pengasuh untuk bayinya, sebenarnya sudah lama Inum menyarankan pria itu untuk mencari pengasuh namun Agra selalu menolak.

“Wajah mereka terlihat galak, bagaimana jika nanti mereka menyakiti putraku?”

Ucap Agra pada orang kepercayaannya yang ia suruh untuk mencari pengasuh bayinya, pria yang seumuran dengan Agra itu hanya memutar bola matanya malas, ada saja alasan pria itu, bilang saja kalau memang belum percaya dengan orang lain, Dani selaku asisten pribadi sekaligus sahabat Agra itu mengambil lembaran kertas itu lalu segera keluar dari ruangan kerja Agra tanpa sepatah katapun.

“Bagaimana tuan Dani? Apa dia sudah memilih?”

Tanya Inum yang sudah menunggu didepan pintu ruangan kerja majikannya itu sejak tadi, Dani menggelengkan kepalanya membuat Inum hanya menghela nafas berat, sesusah itu majikannya percaya pada orang lagi, terutama seorang wanita, setelah mama Gio meninggalkannya sesaat setelah melahirkan Gio kedunia, entah apa alasannya Inum juga tidak tahu apapun.

“Jangankan untuk jatuh cinta kembali, percaya pada orang lain saja sudah tidak mungkin.”

Gumam Inum sejujurnya merasa kasihan pada majikannya itu, sudah cukup lama ia mengenal Agra lantaran memang sebelum bekerja dengan Agra pribadi, Inum sudah bekerja dirumah besar kedua orang tua Agra dan pindah kerumah pribadi Agra atas perintah kedua orang tua Agra lantaran mama Gio sedang mengandung Gio saat itu.

“Jatuh cinta? Agra? No way!”

Ucap Dani pada Inum, Inum hanya diam lalu menatap pintu ruang kerja milik majikannya itu, seketika bola matanya membulat kala melihat sosok majikannya itu sudah berada di belakang Dani dengan raut wajahnya yang datar membuat Inum seketika menunduk, sedangkan Dani menatap aneh Inum yang mendadak terlihat sangat takut.

“Ada apa Inum? Kenapa kau menunduk? Apa..”

“Ehekmm!! Karena dia ku gaji bukan untuk berbicara denganmu!”

Timpal Agra tentu membuat Dani mendadak membeku, sejak kapan pria itu berada dibelakangnya? Dan pastinya Agra sudah mendengar semua percakapan Dani dan Inum, Inum pun izin pamit setelah mengucapkan kata maaf pada majikannya itu, sedangkan Dani hanya tersenyum menatap Agra menampilkan gigi giginya yang rapat.

“Eh Agra! anu tadi cuma..”

“Pergilah! Cari pengasuh lain untuk bayiku!”

Timpal Agra membuat Dani hanya mengangguk pasrah, padahal yang sebelumnya sudah yang terbaik, bahkan Dani sendiri sudah menemui mereka hanya untuk memastikan jika mereka benar benar berpengalaman tapi Agra ini!! Ah sudahlah tugas Dani hanya menuruti dengan mengerjakan semua tugas yang Agra berikan padanya tanpa harus protes, baru saja melangkahkan kakinya meninggalkan Agra, mendadak Dani kembali berbalik pada Agra kala mengingat ucapan Inum.

“Inum bilang ada gadis yang bisa menenangkan Gio dengan mudah, kenapa tidak gadis itu...”

“Tidak! Dia gadis aneh! Yang ada Gio juga ketularan aneh sepertinya!”

Timpal Agra sontak menolak saran dari Dani, Dani pun lagi lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya, memang sangat keras kepala dan tidak mau mendengar nasehat siapapun, Dani pun akhirnya pamit dari pada harus pusing mengahadapi sikap keras kepala Agra itu, sedangkan Agra kini segera masuk kedalam kamar Gio dimana saat ini bayi itu tengah tertidur pulas.

Agra menghampiri bayinya seraya mengusap puncak kepala bayi itu dengan lembut, wajahnya benar benar mirip dengan sang mama yang sudah mengecewakan Agra, tapi bayi itu yang justru menjadi korban, meskipun tidak berniat untuk menelantarkan Gio dari kasih sayang seorang ayah tapi Agra benar benar tidak bisa melihat wajah bayi itu dengan cukup lama lantaran benar benar mirip dengan mamanya.

“Naina, lihatlah karena keegoisanmu, putra kita yang menjadi korban.”

Agra membatin, kala mengingat betapa egoisnya Naina, yaitu wanita yang telah melahirkan Gio kedunia, setelah seminggu melahirkan Gio, Naina kemudian meninggalkan Agra dan Gio sesuai dengan apa yang ia katakan sebelumnya saat baru mengetahui jika ia tengah hamil Gio, Naina dan Agra tidak pernah menikah, Naina yang selalu menolak ajakan Agra untuk menikah membuat Agra akhirnya menghamili Naina.

Namun bukannya membuat wanita itu mengubah keputusannya, Naina justru memberi Agra pilihan yang sangat sulit, antara harus merelakan Naina kembali ke profesinya sebagai model internasional atau harus kehilangan janin yang baru tumbuh dirahim Naina, Agra kemudian memilih pilihan pertama lantaran mengira mungkin Naina akan mengubah keputusannya setelah melahirkan Gio.

Namun salah, Naina tetap pada keputusannya untuk melanjutkan karirnya yang sudah memuncak, dan meninggalkan bayi tampan yang baru seminggu ia lahirkan kedunia, Agra benar benar marah dengan keegoisan Naina hingga memutuskan semua hubungannya dengan wanita itu, ia bahkan tidak peduli apapun yang terjadi pada wanita itu.

Namun tidak bisa dipungkiri, dihatinya masih ada nama Naina yang belum tergantikan oleh siapapun, meskipun benci namun Agra juga sangat mencintai wanita itu sampai saat ini meskipun banyak wanita diluar sana yang mengejar dirinya namun jangankan membalas pesan mereka, menatap saja tidak, dan satu lagi, seluruh kota tidak pernah mengetahui status Gio di kehidupan Agra lantaran memang Agra tidak pernah menyebut nama putra satu-satunya itu selama ini.

Entah dimana Naina saat ini, yang Agra dengar, Naina masih mempunyai kontrak dengan negara di bagian Eropa sana saat ini, meskipun tak ingin mengetahui tentang wanita itu namun selalu saja ia mendengar kabar tentang model cantik yang sudah go internasional itu dimanapun.

“Tuan!!”

Ucap Inum membuat Agra tersentak kaget lalu menoleh kesumber suara dimana Inum berada saat ini, sedangkan Inum hanya menggelengkan kepalanya, padahal sudah kesekian kalinya ia memanggil majikannya itu namun sepertinya majikannya itu terlalu larut dalam lamunannya.

“Makan malam sudah siap tuan.”

Ucap Inum dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Agra yang segera keluar dari sana, sebelum itu Agra menyeka beberapa bulir air matanya yang menetes kala mengingat Naina, namun Inum tau jika majikannya itu tengah mengingat wanita yang ia cintai selama ini dan bahkan sampai detik ini lantaran ia belum pernah melihat atau mendengar majikannya itu membahas wanita lain.

Sedangkan di tempat lain, Amara kini berada disebuah cafe dimana para remaja sering menjadikan itu tempat perkumpulan, Amara bukan anak gaul namun teman temannya lah yang membuat Amara mau tak mau mengikuti mereka, penampilan sederhana tak membuat Amara malu sedikitpun, toh dia sedang berada di kota, dimana orang tidak akan memperdulikan urusan orang lain.

“Amara!! Kamu kalau dandan cantik loh! Kenapa tidak pernah mencobanya?”

Tanya Riri yang tak begitu dekat dengan Amara, Amara hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya, baginya berdandan tidak berguna, untuk apa berdandan dan terlihat cantik? Apa hanya untuk menggoda atau menarik perhatian para pria? Sayang sekali Amara tidak tertarik, bahkan berpikir untuk menjalin hubungan dengan seorang laki laki saja, tidak.

“Gak lah, lagian nanti orang orang akan merasa tertipu pas liat muka asliku yang kaya Mak lampir.”

Ucap Amara diiringi tawa, teman temannya juga tertawa mendengar jawaban Amara, seperti biasa, Amara mampu membuat teman temannya terhibur, sedangkan Riri merasa jika Amara sedang menyindirnya saat ini lantaran diantara mereka, Riri lah yang sering berdandan secara berlebihan, berbeda dengan Amara yang bahkan memakai lipstik saja tidak.

“Dasar si paling suka cari perhatian!”

Riri membatin menatap datar Amara yang tengah tertawa dengan yang lainnya, tak lama Riri kemudian merogoh ponselnya dari dalam tas mengirim pesan dengan seseorang secara diam diam, tak lama beberapa orang pria datang menghampiri meja dimana Amara dan teman temannya berada.

“Hai sayang.”

Ucap seorang pria menghampiri Riri tak lupa memeluk gadis itu bahkan mencium pipinya dihadapan teman teman gadis itu, yang lainnya biasa biasa saja menatap pemandangan dihadapan mereka, berbeda dengan Amara yang terlihat geli menatap Riri dan juga kekasihnya itu.

“Aku bawa teman temanku, apa boleh?”

Tanya pria itu pada Riri, semua yang duduk disitu menatap Riri, memberi isyarat agar meminta kekasih gadis itu mencari tempat lain saja untuk duduk, namun Riri justru memperbolehkannya membuat semua teman temannya merasa kesal, bukan tanpa alasan tapi mereka juga sudah punya pasangan dan ingin menjaga perasaan pasangan mereka.

Dengan berat hati semuanya menerima anggota tambahan yang tak terduga itu, meskipun sedikit canggung tapi mereka tetap merespon dengan baik teman teman kekasih Riri itu, hingga akhirnya satu kalimat dari Riri mampu membuat teman temannya menoleh.

“Guys, kita ke club yuk? Cari suasana baru!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!