NovelToon NovelToon

ADIK YANG TAK DI ANGGAP

Bab 01

" Pergi jauh-jauh dari hidup Gue. Cuman itu keinginan Gue! "

*

*

*

Hari ini benar-benar tidak seperti biasanya. Namun tak ada yang menyadarinya. Tak ada yang sadar bahwa sarapan pagi ini benar-benar sepi, hanya dentingan piring dan sendok yang terdengar. Tak ada yang merasa kehilangan, jangankan kehilangan, mereka bahkan tak menyadari bahwa Alizya tak seceria biasanya.

Alizya tertunduk dalam diam, dari tadi ia ingin berbicara namun masih amat ragu.

"Kak! "

Alizya mengangkat wajahnya, menatap kedua kakak laki-lakinya. Pelan dan ragu ia memanggil. Namun sama seperti biasanya, tak satupun dari mereka mau menanggapi.

"Tiga hari lagi, kan hari ulang tahun Kak Van sama Kak Vin. Kalian mau kado apa dari Izya? " Alizya tersenyum, ia terlihat sangat antusias. Namun berbanding terbalik dengan hatinya yang ketakutan setengah mati.

Alizya takut mereka akan marah, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Kamu tidak usah peduli!

Tidak ada pesta ulang tahun!

Gue nggak butuh hadiah dari Lo!

Dan masih banyak lagi kata-kata penolakan lainnya. Padahal, setiap tahun Alizya selalu yang paling semangat saat hari ulang tahun kedua kakak kembarnya itu tiba. Ia akan sibuk merancang pesta dan memilih hadiah. Semeriah mungkin Alizya menyiapkan pesta ulang tahun untuk mereka.

Sayangnya, tak satupun berkesan untuk dua lelaki itu. Mereka tak acuh, mereka merasa tak butuh. Apa yang Alizya lakukan itu mengganggu mereka.

Dan tahun ini, Alizya kembali ingin merayakan ulang tahun Alvano dan Alvino. Ia ingin memberikan hadiah sesuai yang mereka inginkan agar tak seperti yang lalu. Hadiah dari Alizya selalu berakhir di tempat sampah.

"Apapun permintaan Kak Van sama Kak Vin bakal aku kabulin. Anggap itu sebagai hadiah ulang tahun dari Izya, " seru Izya lagi.

Alvano dan Alvino melirik malas. Keduanya memilih diam dan melanjutkan makan.

Alizya pesimis, ia rasa tahun ini akan sama menyedihkan seperti sebelumnya.

"Nanti Izya bakal buat dua kue ulang tahun, satu untuk Kak Van dan satunya lagi untuk Kak Vin. Izya bakal buat kuenya sesuai dengan rasa kesukaan kalian. Nanti Izya juga bakal hias rumah seindah mungkin. Pokoknya Izya bakal siapin pesta yang meriah! " Izya menceritakan rencana yang telah ia rancang dari jauh-jauh hari.

"Oh, iy--- "

"Kamu tidak perlu menyiapkan apapun! " Alvano akhirnya bersuara. Ia menatap dingin adik perempuan satu-satunya itu. Jujur, ia muak mendengar celotehan Alizya.

"Tapi Ka--- "

"Lo mau nurutin apapun permintaan Gue sebagai hadiah buat Gue, kan? " Alvino menyudahi makannya. Sama seperti saudara kembarnya, Vino pun memberikan tatapan tajam tak suka.

Alizya beralih menatap Alvino, ada binar bahagia di matanya saat Alvino mau menanggapi ucapannya. Alizya pikir, mungkin kakaknya sekarang mulai menerima hadiahnya dan ia harap perlahan akan menerimanya.

"Pergi jauh-jauh dari hidup Gue. Cuman itu keinginan Gue! " sarkas Alvino. Pemuda itu beranjak dan melangkah pergi.

Alizya tertegun mendengarnya. Tak bisa ditahan, air matanya merebak.

"Kak Van.... " lirih Alizya menatap sendu Alvano yang masih duduk di hadapannya.

Rasanya dada Alizya bertambah sesak saat Alvano pun memilih pergi dan mengabaikannya. Dia tak mau menatap Alizya.

Sakit, sesak, dan bagaimana lagi caranya untuk menjelaskan kesakitan yang Alizya rasakan. Dua orang yang paling ia sayang, nyatanya adalah dua orang yang paling membencinya.

Alizya terisak sendirian di ruang makan. Tak ada yang datang untuk menenangkannya.

Tahun ini, pada tahun ini akhirnya Alizya tahu kado terbaik apa yang kedua kakaknya inginkan. Mereka ingin ia pergi, menjauh sejauh-jauhnya. Bahkan mungkin, jangan pernah muncul lagi dihadapan mereka.

"Selamat ulang tahun, Kak. Aku janji bakal kabulin keinginan kalian, secepatnya.... "

Bab 02

" Bukan kita yang harusnya pasrah, tapi Lo! Apapun bisa terjadi saat ini juga! "

*

*

*

Alizya telah siap dengan segala rencananya. Bahkan dengan tangannya sendiri ia merancang pesta ulang tahun sederhana namun indah untuk kedua kakak lelakinya. Ia juga telah merancang akan berbentuk seperti apa kue yang akan ia buat untuk Alvano dan Alvino.

Tak lupa ... ia telah menyiapkan kado terbaik untuk mereka.

"Ngelamun terus! "

Alizya berjingkat, refleks berteriak kecil.

"Mikirin apaan, sih? " Mona mengangkat sebelah alis.

"Hehe.... Gue lagi ngerancang pesta ulang tahun buat kakak Gue, " jawab Alizya. Ia tersenyum kecil menatap Mona, teman sebangkunya.

"Oh, jadi kakak Lo yang kembar itu mau ulang tahun? " tanya Mona antusias. Mengingat wajah kedua kakak Alizya yang tampan membuat Mona tak bisa menahan kekaguman. Padahal bisa dikatakan ia belum pernah bertemu dengan Alvano dan Alvino. Ia hanya tahu lewat media sosial saja.

Alizya mengangguk, " dua hari lagi. "

"Eh, iya ya. Setiap tahun, kan Lo selalu nyiapan pesta perayaan buat mereka, " seru Mona.

Alizya tersenyum. Sebahagia itu ia menceritakan apapun yang berhubungan dengan kakak-kakaknya. Seolah ia lupa dengan apa yang terjadi kemarin. Ia terlihat baik-baik saja.

"Lo mau ngundang siapa aja? Undang Gue juga dong, Gue pengen ketemu kakak-kakak Lo yang ganteng-ganteng itu, " pinta Mona merengek.

Alizya menggeleng, " nggak-nggak. Gue nggak ngundang siapa-siapa. Pesta ini khusus untuk kami tiga bersaudara. "

Mona langsung cemberut, " ish. Pelit banget. Padahal, kan Gue pengen banget ketemu mereka. Siapa tahu Gue bisa jadi kakak ipar Lo nanti! "

Alizya tertawa.

"Amit-amit deh! "

"Jahat! "

Setelahnya mereka tertawa bersama. Tawa mereka tenggelam bersama dengan ramainya kelas sebelas Ipa tempat mereka bernaung.

"PERMISI! "

Hening, semua orang yang ada di kelas langsung menghentikan aktivitasnya. Seseorang di ambang pintu tersenyum kikuk melihatnya. "Ma-maaf, Kak, " ucapnya tersenyum canggung.

"Di suruh guru BK buat panggil Kak Aliz! Kak Aliznya mana, ya? " Siswi perempuan itu masih cengar-cengir di ambang pintu.

Semua orang melirik Alizya, tapi tak satupun bersuara. Alizya tersenyum kecil, ia lantas berdiri dan menghampiri siswi itu setelah sebelumnya menepuk pelan pundak Mona.

"Oke, makasih infonya, ya! " seru Alizya melangkah keluar kelas. Siswi itu balas tersenyum dan mengangguk. Bersamaan dengan Alizya yang pergi ke ruang BK, siswi itu kembali ke kelas asalnya.

Alizya mengetuk pelan pintu ruang BK, setelah terdengar sahutan dari dalam ia pun melangkah masuk. Alizya menunduk sopan pada Bu Dilla, sang guru BK. Tatapannya menyapu ruangan. Ada empat pemuda berpenampilan urakan yang tengah berdiri di depan meja guru BK.

"Aliz, mereka ini siswa kelas dua belas yang kamu laporkan kemarin. Mereka saya hukum untuk mencabuti rumput di belakang sekolah. Kamu sebagai ketua osis, tolong awasi mereka, " jelas Bu Dilla.

Alizya mengangguk, " baik, Bu. "

Tatapan Alizya bertemu dengan empat pemuda itu. Wajah mereka garang berbeda dengan Alizya yang tersenyum ramah.

Setelahnya Alizya berpamitan untuk menjalankan tugas, ia melangkah keluar diikuti oleh empat pemuda itu.

Alizya diam memimpin jalan. Di belakangnya, empat pemuda itu berjalan angkuh.

"Kalian cabuti rumput-rumput liar ini. Jika dalam tiga puluh menit belum selesai, hukuman kalian akan ditambah, " ucap Alizya ketika mereka sampai di belakang sekolah.

Para pemuda di depannya melotot tak terima. "Bu Dilla gak ada ya, bilang kayak gitu tadi! "

Siswa ber-nametag Reyhan memprotes.

Alizya tersenyum. "Kalian udah dipasrahkan ke Gue. Silakan protes, itu gak akan mengubah keadaan! " balasnya.

Mereka berdecak dan mengump*t.

"Nggak ada siapapun di sini yang bisa nolong Lo. Bukan kita yang harusnya pasrah, tapi Lo! Apapun bisa terjadi saat ini juga! "

Salah satu pemuda dengan luka lebam di sudut bibir maju mengikis jarak dengan Alizya.

"Lo nggak takut? "

Alizya langsung tersenyum. Ia mundur selangkah lantas mengangkat kedua tangannya setinggi bahu. "Lakukanlah! "

Bab 03

"Ah ... bodohnya. Bisa-bisanya aku berharap mereka akan memarahiku. Padahal sudah sangat jelas mereka tak menganggapku. "

*

*

*

"Lo nggak takut? "

Alizya langsung tersenyum. Ia mundur selangkah lantas mengangkat kedua tangannya setinggi bahu. "Lakukanlah! "

Setenang telaga ia menatap pemuda berandal di hadapannya itu.

"Di dunia ini nggak ada orang yang benar-benar bisa lolos dari hukum timbal balik. So, kalian bisa lakukan apapun yang kalian mau. Gue akan dengan sabar menunggu, timbal balik apa yang akan terjadi setelahnya, " ucap Alizya dengan begitu santai.

Empat pemuda itu bergeming menatapnya.

"Oke. Mau mulai pekerjaan sekarang atau nanti? " Alizya masih tersenyum. Ia berjalan mendekat ke sebuah ayunan kuno yang menggantung pada pohon mangga. Ada juga kursi panjang di bawah pohon itu. Tempat itu tak sesepi saat ini saat jam istirahat tiba.

Mereka tak ada yang berkutik menghadapi sikap Alizya yang tenang tanpa sedikitpun terlihat sorot takut. Bukan mereka tak bisa melakukan 'apapun' padanya, hanya saja sikap Alizya membuat mereka segan. Ucapan Alizya pun tak terdengar menakutkan bagi mereka, tapi entah mengapa seolah menyirap kesadaran mereka.

Mau tak mau, pada akhirnya mereka bergegas untuk mencabuti rumput liar yang ada. Sebenarnya tak terlalu banyak rumput liar yang tumbuh, hampir setiap minggu belakang sekolah dibersihkan. Kebetulan saja empat pemuda itu menjadi sasaran empuk minggu ini.

Alizya menatap sebentar. Gadis itu meraih gawai di saku bajunya saat terdengar denting notifikasi. Satu pesan WA dari Bu Dilla masuk. Alizya dengan cepat membalas.

Setelahnya gadis itu menilik dengan cermat apa yang dikirim guru BK-nya itu. Ada info data diri dari empat pemuda yang tengah ia awasi. Alizya mengamati foto profil mereka satu persatu.

Alizya kembali menatap empat pemuda itu memastikan bahwa mereka melakukan pekerjaan dengan benar. Sedikit banyak, ia tahu sepak terjang mereka.

"Kalian abis tawuran, ya? "

Mereka menoleh serempak mendengar celetukkan Alziya. Ditatapnya Alizya yang duduk mengayun di ayunan dengan kedua tangan memegang tali ayunan.

Gadis baik! Dia benar-benar tak menganggap mereka sama sekali! Mereka baru saja saling mengancam. Apa perlu bertingkah sok peduli seperti itu? Empat siswa berandal itu membatin sinis.

"Nanti setelah selesai cabutin rumput, ke UKS, gih! Kalian obatin lebam-lebam di wajah kalian itu. Serem lihatnya, " lanjut Alizya.

Empat pemuda itu terlihat bengong mendengarnya.

"Bukan urusan Lo! " balas Ozi, pemuda yang tadi mengancam Alizya.

Alizya mengangguk, " oh, oke! "

*

*

*

Kali ini Alizya pulang terlambat. Bahkan waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Alizya berjalan pelan memasuki rumah. Melihat motor dan mobil yang ada di garasi, ia rasa kedua kakaknya sudah ada di rumah. Ia pasti akan dimarahi.

Rumah dalam keadaan gelap. Kedua kakaknya memang terbiasa pulang sore. Lalu jika memang ada keperluan mereka akan pergi lagi saat malam. Tapi melihat lampu yang telah padam, kemungkinan mereka ada di rumah dan sudah tidur.

Sebelum ke kamar, gadis itu menuju dapur terlebih dahulu. Ia membuka lemari es dan mengambil sebotol minuman. Tepat saat ia tengah meneguk minumannya, Alvano juga datang ke dapur.

Alizya hampir tersedak dan buru-buru menyudahi. Ia menunduk di samping kulkas saat sang kakak juga mengambil minuman di dalamnya. Ia bersiap untuk dimarahi.

Tapi, Alvano bahkan tak meliriknya.

Alvano menutup kulkas dan berlalu kembali ke kamar. Tak sepatah kata pun keluar hingga membuat Alizya mendongak menatap punggung lebar Alvano yang perlahan hilang di kegelapan.

Alizya mengerjabkan matanya, ia menarik nafas panjang.

Ternyata ... ia tidak di marahi. Alvano bahkan tak menatapnya sama sekali seolah kehadirannya tak ada. Benar-benar seperti tak pernah ada sosok adik bernama Alizya dalam hidupnya.

"Ah ... bodohnya. Bisa-bisanya aku berharap mereka akan memarahiku. "Alizya terkekeh kecil. " Padahal sudah sangat jelas mereka tak menganggapku, " lirihnya kemudian.

Ia melangkah lesu pergi dari dapur.

'Kak, sekali saja. Tolong lihat aku, katakan seberapa penting aku dihidup kalian. Apa kalian benar-benar menginginkanku pergi? Sungguh, aku tak mau. Aku tak rela meninggalkan kalian. '

Andai Alvano dan Alvino mendengar rintihannya, akankah mereka luluh? Alizya adalah adik perempuan mereka satu-satunya, namun kenyataan jelas berbeda dengan itu. Alvano dan Alvino adalah saudara, sedangkan dengan Alizya terlihat seperti orang asing.

'Aku benar-benar tak ingin pergi.... '

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!