NovelToon NovelToon

The School'S Secret Room

Bab 1 Sekolah Baru

Ayana Febriani Andriano, seorang gadis berusia 17 tahun yang merupakan seorang indigo. Saat ini dia tengah duduk di bangku kelas XI SMA. Tapi karena kemampuannya yang bisa melihat hantu, gadis yang biasa di panggil Aya itu di jauhi teman-temannya. Mereka menganggap Aya aneh dan takut jika berdekatan dengan gadis itu. Sehingga mau tidak mau, Aya memilih untuk pindah sekolah.

Dan disinilah sekarang dia berada, di salah satu SMA ternama di kotanya, SMA Tunas Bangsa.

"Papa sudah mengurus semuanya. Kau tinggal menemui guru untuk masuk ke kelas." Seru Heri Andriano, ayah dari Aya

"Terimakasih pa." Sahut Aya 

"Tapi ingat...."

"Abaikan jika ada penampakan dan buang jauh-jauh rasa penasaran!! Iya pa, aku tahu." Sela Aya 

Heri hanya tersenyum dan mengusap kepala putri semata wayangnya. "Belajar yang rajin ya." 

"Siap bos !!" Aya mencium tangan ayahnya, baru kemudian dia turun dari mobil. Dia melambaikan tangan saat mobil ayahnya melaju meninggalkan dirinya di sana.

"Huft!!" Aya menghela nafas dan tersenyum. Dia membalikkan tubuhnya dan menatap pagar sekolah Tunas Bangsa yang terbuka lebar. 

Dia mulai melangkah masuk ke area sekolah. Tapi baru beberapa langkah dia melewati gerbang tersebut, tiba-tiba angin berhembus kencang. Awan hitam menyelimuti area sekolah, bahkan terlihat petir menyambar. Dan yang  lebih membuat Ayana takut adalah samar-samar ia mendengar suara teriakkan seseorang meminta tolong.

Jantung Aya berdetak kencang. Dia tidak tahu apa yang terjadi, apakah ini nyata atau hanya halusinasinya saja atau mungkin ada makhluk yang ingin mengganggunya? Entahlah, tapi Aya mulai memejamkan matanya erat karena terlalu takut. Tapi tidak lama kemudian dia mendengar hiruk pikuk siswa-siswi yang memasuki area sekolah.

Ayana membuka matanya kembali dan menatap sekelilingnya. Angin tidak lagi berhembus kencang, langit juga kembali cerah dan suara itu juga menghilang.

"Fenomena apa ini?" Batin Ayana. Dia begitu penasaran, tapi dia sudah berjanji pada ayahnya untuk tidak memperdulikan apapun yang terjadi di sekitarnya terutama yang berhubungan dengan hal gaib.

Ayana tidak menghiraukannya dan memilih pergi ke ruang guru. Di sana dia bertemu dengan Bu Nina yang akan mengantarnya ke kelasnya nanti.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya bel tanda masuk telah berbunyi. Ayana di giring oleh Bu Nina menuju ke kelasnya.

"Selamat pagi anak-anak!!" Sapa Bu Nina 

"Pagi Bu!!" Jawab mereka serempak 

"Hari ini kita kedatangan teman baru." Bu Nina menoleh kearah pintu dan meminta Aya untuk masuk.

"Halo semua, namaku, Ayana. Kalian bisa memanggilku, Aya. Salam kenal!!" Sapa Ayana memperkenalkan diri yang di sambut baik oleh teman-temannya.

Ayana hanya tersenyum dan mencoba mengalihkan pandangannya. Karena di sana, tepat di meja paling belakang ada sosok penampakan yang menatapnya tajam. Kedua matanya melotot dengan darah yang menetes di pelipisnya.

"Kau bisa duduk di sebelah Riki." Seru Bu Nina 

Riki mengangkat tangannya saat namanya di sebut. Ayana mengangguk dan tersenyum setelah mengucapkan terimakasih pada Bu Nina. Dia melangkahkan kakinya menuju kursi di sebelah Riki yang ternyata tidak jauh dari tempat hantu itu berada.

Jantung Ayana berdetak kencang. Kedua kaki dan tangannya bergetar hebat. Dia mencoba bersikap seolah-olah tidak melihat hantu itu. Tapi saat dia duduk di sebelah Riki, tiba-tiba hantu itu mendekatinya. 

Bau anyir dari hantu itu membuat perut Ayana bergejolak. Dia sekuat tenaga menahan agar tidak muntah.

"Hai, nama gue, Riki Prasetyo" Seru Riki mengulurkan tangannya, memperkenalkan diri.

Ayana tersenyum dan menjabat tangan Riki, "Ayana." Jawabnya 

Gadis itu berusaha fokus memperhatikan Bu Nina yang menerangkan tentang pelajaran hari ini. Tapi bau anyir yang sangat menyengat yang berasal dari makhluk astral di sampingnya, benar-benar mengganggu konsentrasinya.

"Emmm.. Rik, boleh tidak kita bertukar tempat?" seru Ayana meminta ijin

"Kenapa?" Tanya Riki

"Tidak apa-apa, gue cuma  pengen duduk di dekat jendela aja."

"Oke." Riki berdiri saat Ayana menggeser tubuhnya pindah tempat ke kursinya, baru kemudian Riki duduk di kursi Ayana 

Gadis itu melirik dengan ekor matanya. Dan hantu itu tiba-tiba menghilang.

Ayana menghela nafas lega dan kembali memperhatikan Bu Nina.

Tidak berapa lama, Bel tanda istirahat pertama telah berbunyi. Bu Nina mengakhiri pelajaran hari ini dan keluar dari kelas. Baru setelahnya, semua siswa berbondong-bondong keluar dari kelas. Ada yang  pergi ke perpustakaan, ada yang memilih untuk tinggal di kelas dan ada juga yang menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

Begitu juga dengan Ayana, gadis itu pergi ke kantin dengan teman barunya, Riki. Tapi saat melewati tangga, Ayana melihat sosok misterius, seorang anak perempuan yang memakai seragam sama seperti seragam yang ia pakai. Sosok itu tengah berdiri tidak jauh darinya dengan rambut yang menutupi wajahnya.

Ayana terdiam dan terus menatap sosok tersebut. Perlahan, Ayana  mendekat dan berniat menyapanya. Tapi perempuan itu justru berbalik dan pergi, seolah meminta Ayana untuk mengikutinya.

"Apa dia pengen gue mengikutinya?" Batin Ayana. Rasa penasarannya kembali muncul. Perlahan, dia mengikuti siswi tersebut. Tapi tiba-tiba, siswi tersebut menghilang tepat di depan sebuah ruangan.

Deg

"Me-menghilang? Dia menghilang?" Tubuh Ayana mulai gemetaran karena  yang dia ikuti ternyata adalah hantu. Tapi rasa penasarannya juga semakin besar karena dia merasa jika hantu itu seolah ingin dia masuk ke ruangan yang ada di depannya.

Ayana mendekat perlahan dan mencoba membuka pintu ruangan tersebut, tapi tiba-tiba dia di kejutkan oleh suara keras seseorang.

"APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI, HAH?"

Ayana tersentak kaget dan menoleh. Tidak jauh darinya ada seorang pria paruh baya dengan kondisi cacat di wajahnya. Tatapannya yang tajam menunjukkan jika pria itu sangat marah. Pria itu mendekat dengan langkah yang tertatih dan menarik Ayana menjauh dari ruangan tersebut.

"APA KAU TIDAK TAHU JIKA SIAPAPUN DILARANG KEMARI, HAH?" gertak pria itu 

"Ma-maaf pak. Saya tidak tahu. Sa-saya murid baru disini." Sahut Ayana terbata dengan kepala menunduk karena takut.

Pria itu terdiam sejenak. Dia menatap Ayana dari atas sampai bawah seolah meneliti apakah benar gadis itu berkata jujur atau tidak. Karena banyak murid yang suka mencari kesempatan untuk datang ke ruangan tersebut dan mengatakan alasan jika mereka tersesat.

Dia tahu itu semua hanya alasan mereka saja. Mereka pasti penasaran dengan ruangan itu karena rumor yang beredar di sekolah. Tapi sepertinya gadis di depannya ini tidak berbohong. Pikir pria itu.

"Murid baru ya. Kalau begitu aku peringatkan, jangan pernah datang kemari lagi. Apa kau mengerti?" Hardik pria itu yang di jawab anggukan oleh Ayana.

"Kalau begitu, kau boleh pergi."

Ayana langsung mengucapkan terimakasih dan berlari pergi dari sana. Sesekali dia menoleh dan melihat jika pria itu masih menatapnya dengan tajam seolah memastikan jika ia benar-benar pergi dari sana. Tapi yang membuat Ayana tertegun adalah sosok anak perempuan yang berdiri di belakang pria itu.

Hantu itu menatapnya dengan tatapan sedih dan tidak berapa lama, hantu itu menghilang.

Bab 2 Penasaran

Ayana berlari ke kantin dengan nafas yang terengah-engah. Dia berhenti dan mengatur nafas setelah berada di tengah kerumunan siswa yang mengantri di kantin. Sekilas dia menoleh kearah lorong di mana dia bertemu dengan pria tadi. Dia jadi penasaran, sebenarnya ruang apa itu? Kenapa ada larangan untuk masuk kesana? Apakah ada sesuatu yang di sembunyikan pihak sekolah di dalam sana?

Ayana menggelengkan kepalanya."Tidak!! Jangan mulai Ay!!" Batin Ayana. Dia melihat kesana kemari mencari keberadaan Riki. Dan saat dia melihat pria itu tengah menikmati makanannya, Ayana langsung menghampiri Riki dan duduk di sebelahnya.

"Dari mana aja loe?" Tanya Riki 

"Gu-gue dari toilet." Jawab Ayana bohong. Dia mengambil gelas di depan Riki dan meminumnya.

"Ay, itu minuman gue." Pekik Riki

"Oh.. sorry. Ntar gue ganti." Jawab Ayana sekenanya. Nafasnya masih terengah-engah. Sesekali dia melihat apakah pria menyeramkan tadi mengikutinya atau tidak. Dan hal itu membuat Riki mengerutkan keningnya heran.

"Kenapa loe?" Tanya Riki. Dia mengikuti arah pandang Ayana yang melihat ke lorong yang ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Dia beralih menatap gadis itu lagi dan berkata, "Habis di kejar setan loe?" ledek Riki

"Tadi gue ketemu bapak-bapak serem banget. Mukanya ada bekas lukanya. Kayak luka bakar gitu." Terang Ayana

"Oh.. itu pak Udin. Dia tukang kebun di sekolah ini. Yah..wajahnya emang serem. Tapi dia baik kok. Ada yang bilang luka itu beliau dapat saat mengalami kecelakaan lalulintas." sahut Riki 

Ayana terdiam.  Luka karena kecelakaan lalulintas? Dia rasa bukan. Dia yakin jika luka di wajah pak Udin adalah luka bakar. Tapi kenapa pak Udin bisa mengalami luka bakar yang begitu parah? Apa pernah terjadi kebakaran?

Ayana begitu penasaran. Dia menoleh saat merasakan hawa aneh di lorong tempat ia berlari tadi. Dan ternyata di sana ada sosok anak perempuan yang dia lihat tadi.

Ayana mengalihkan pandangannya. Tapi ekor matanya terus melirik kesana. Tapi sosok tersebut sudah tidak ada alias menghilang.

"Kenapa gue merasa kalau tu hantu pengen nyempein sesuatu ke gue, ya? Sepertinya ada sesuatu yang tersembunyi di ruangan itu." Batinnya Ayana. Ia melirik Riki yang lahap memakan makanan. Mungkin pria itu tahu sesuatu tentang ruangan itu. Jadi tidak ada salahnya bertanya.

"Loe tahu ruangan yang ada di lorong  sana gak?" Tanya Ayana sambil menunjuk lorong yang dia maksud.

Riki tertegun mendengar pertanyaan Ayana. Dia melihat kesana-kemari memastikan jika tidak ada yang mendengar ucapan gadis itu. 

"Kenapa sih?" Tanya Ayana bingung. Dia mengikuti gerak-gerik Riki yang melihat kesana kemari.

"Loe tahu dari mana soal ruangan itu?" Tanya Riki penuh selidik

"I-itu, ta-tadi gue...."

"Oh.. oke, Gue tahu. Loe pasti nyasar ke sana, kan?" Sela Riki yang di jawab anggukan pelan oleh Ayana. Biarlah Riki mengira seperti itu  daripada dia mengatakan yang sebenarnya, dia tidak yakin Riki akan percaya, atau bisa saja pria itu akan menganggapnya aneh.

"Gue kasih tahu, loe jangan pernah kesana lagi apalagi sampai masuk ke ruangan itu karena..." Riki menjeda ucapannya dan melihat sekelilingnya sekali lagi, baru kemudian dia kembali menatap Ayana, "yang gue denger tempat itu angker." Bisik Riki 

"A-angker?" Tanya Ayana terbata yang dijawab anggukan oleh Riki

"Tapi gue pernah ngintip dari jendela sih. Dan gak ada apa-apa di sana. Cuma lukisan dan beberapa patung aja. Mungkin dulu itu ruang kesenian." Terang Riki

Ayana hendak bertanya lagi, tapi tiba-tiba terdengar suara teriakan dari salah satu siswi. Semua orang berbondong-bondong kearah sumber suara. Begitu juga dengan Ayana dan Riki.

Dan ternyata, seorang siswi menunjukkan gelagat yang aneh. Dia bersimpuh di halaman sekolah dengan kepala menunduk. Dan saat salah satu temannya menghampirinya, tiba-tiba gadis itu menyerangnya.

Semua siswa yang menyaksikan, menjerit histeris. Mereka mulai berlari, menjauh dari siswi tersebut. Tapi tidak dengan Ayana. Dia bisa melihat makhluk hitam dengan mata merah menyala berada didalam tubuh gadis itu.

"A-ayo kita menjauh ay!!" ajak Riki menarik lengan Ayana. Tapi Ayana justru mengatakan sesuatu yang membuat Riki tertegun.

"Anak itu kerasukan Rik. Jadi lebih baik kau panggil guru." seru Ayana

"A-apa? Kerasukan? Darimana kau tahu?" tanya Riki terbata

"Tidak ada waktu lagi, cepat panggil guru!!" teriak Ayana

Riki tersentak dan buru-buru memanggil guru. Sedangkan Ayana terus mengawasi siswi yang kerasukan. Siswi tersebut menatap tajam Ayana dan menyeringai. Dia hendak menyerang Ayana, tapi tiba-tiba pak Udin datang menghalanginya.

Ayana terkejut dengan kedatangan pak Udin yang tiba-tiba. Mulut pria itu komat-kamit sambil menatap tajam siswi yang kerasukan. Baru setelahnya, pak Udin memegang kepala siswi tersebut dan menekannya kebawah.

Siswi itu berteriak histeris. Dan tidak lama kemudian, siswi itu tidak sadarkan diri.

Riki, para guru dan kepala sekolah datang dan melihat siswi itu sudah tergeletak tidak sadarkan diri. Lalu salah satu guru menggendong siswi tersebut dan membawanya ke UKS. Sedangkan kepala sekolah meminta pak Udin untuk ikut dengannya.

Pak Udin mengangguk pelan. Dia menatap tajam Ayana yang masih mematung di sana sebelum akhirnya mengikuti kepala sekolah.

"loe gak papa Ay?" tanya Riki

"Iya, gue gak papa." jawab Ayana. Dia masih terus menatap punggung pak Udin yang semakin menjauh. Dia merasa jika pak Udin bukan orang sembarangan. Terbukti jika pak Udin bisa mengobati siswi yang kerasukan. Entah doa apa yang pak Udin baca, tapi sepertinya beliau sudah biasa melakukannya.

...****************...

Pelajaran telah usai. Semua siswa berbondong-bondong meninggalkan kelas untuk pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Ayana. Dia berdiri di dekat pos satpam, menunggu sopir menjemputnya. Tapi tiba-tiba terdengar suara tawa yang melengking memekikkan telinga. Ayana menutup kedua telinganya dan mencari sumber suara tersebut.

Terlihat sosok wanita berambut panjang dengan baju putih lusuh tengah berada di atas pohon di halaman sekolah.

"Kenapa neng?" tanya pak satpam heran

"O-oh.. Tidak apa-apa pak." Ayana menyingkirkan kedua tangannya dan melirik kearah pohon tersebut. Tapi sosok itu telah menghilang.

Ayana menghela nafas panjang. Baru pertama kalinya dia masuk sekolah tapi sudah menemui banyak sekali penampakan. Bahkan sekolahannya yang lama tidak sesering ini. Mereka, para makhluk halus, hanya menampakan diri di waktu-waktu tertentu. Tapi di sini? Entah kenapa mereka senang sekali mengganggunya.

Walaupun dia berusaha untuk tidak menghiraukannya, tapi rasa penasaran terus menghantuinya. Mulai dari kemunculan sosok anak perempuan yang seumuran dengannya, ruang rahasia di sekolah dan juga pak Udin. Tiga hal itu yang saat ini memenuhi pikiran Ayana.

Bab 3 Ruang Rahasia

Sesampainya di rumah, Ayana langsung menuju kamarnya. Dia meletakkan tasnya begitu saja di meja belajar dan menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur. Dia menghela nafas panjang mengingat apa yang terjadi di sekolah barunya hari ini.

"Siapa anak itu? Dan kenapa siapapun dilarang masuk ke ruangan itu? Apa ada yang mereka sembunyikan di sana? Tapi Riki bilang ruangan itu angker. Tapi...." Ayana kembali penasaran. Dia bangkit dari tempat tidur dan duduk di kursi meja belajarnya. Dia mulai mengotak-atik laptopnya dan mencari tahu tentang sekolah barunya.

Di sana tertulis jika sekolah SMA Tunas Bangsa merupakan salah satu sekolah favorit. Tidak ada cacat sama sekali. Di sana tertera informasi tentang sekolah, fasilitas, prestasi dan hal-hal baik lainnya. Tidak ada berita tentang siswa yang kerasukan, atau peristiwa yang berhubungan dengan hantu. Bisa saja hantu-hantu itu muncul karena suatu peristiwa yang terjadi di sekolah itu. Tapi nyatanya tidak ada berita itu. Atau jangan-jangan hal itu di tutup-tutupi oleh pihak sekolah.

Tapi tunggu dulu. Bagaimana jika kita cari tentang ruang kesenian sekolah SMA Tunas Bangsa?

Ya, Ayana mulai memasukkan kata ruang kesenian SMA Tunas Bangsa. Dan saat dia klik, muncul keterangan tentang ruang kesenian sekolah tersebut. Tapi lagi-lagi tidak ada yang janggal. Hanya saja tiba-tiba ekstrakulikuler seni lukis di berhentikan. Dan di ganti dengan ekstrakulikuler musik.

Hal ini membuat Ayana bingung. Kenapa tiba-tiba ekstrakulikuler seni lukis di ganti? Apa tidak ada siswa yang ikut ekstrakulikuler tersebut? Lalu, jika ekstrakulikuler tersebut di ganti, kenapa ruangan itu di tutup rapat? Bahkan siapapun di larang masuk kesana.

Ayana menghela nafas panjang saat tidak menemukan apapun. Dia kembali membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan tidak berapa lama kemudian dia tertidur.

...----------------...

Ayana terbangun dan mendapati dirinya berada di tengah-tengah lapangan basket. Dia tertegun dan buru-buru berdiri. "Kenapa gue bisa ada di sini?" Ayana melihat sekelilingnya dan tidak ada siapapun di sana. Dia bingung, karena seingatnya, ia sedang tidur di kamarnya. Tapi kenapa sekarang ia ada di sana?

Ayana meninggalkan lapangan dengan berjalan gontai. Tapi lagi-lagi ia melihat sosok anak perempuan yang ia lihat tadi di sekolah. Tapi ada yang berbeda. Jika yang dia lihat saat di sekolah, anak perempuan itu terlihat pucat, tapi sekarang dia terlihat sangat cantik dengan rambut yang di kuncir ekor kuda. Bahkan dalam sekejap, lingkungan sekolah dipenuhi dengan murid-murid yang memakai seragam yang sama dengan anak perempuan itu.

"I-ini... Kenapa tiba-tiba banyak orang?" batin Ayana bingung. Dia terlihat linglung karena banyak sekali murid di sana. Dan anehnya, tidak ada satupun yang dia kenal.

Dia memang murid baru di sana. Tapi dia sudah mengenal setidaknya teman-teman sekelasnya. Tapi wajah mereka terlihat sangat asing. Dan yang lebih mengejutkan adalah, seorang pria paruh baya yang terlihat tidak asing tengah membersihkan halaman.

Ayana menyipitkan matanya. Dia mendekati pria itu dan terkejut saat mendengar salah satu siswa memanggil namanya.

"Pak Udin!! Dipanggil pak kepala sekolah ke ruangannya." seru salah satu siswa

"Baik. Terimakasih ya." sahut pak Udin

Ayana melihat siswa itu pergi setelah menyampaikan pesan tersebut. Dan saat pak Udin menoleh kearahnya, tubuh Ayana seolah membeku. Apalagi pak Udin mulai berjalan kearahnya. Jantung Ayana berdetak kencang, kedua kakinya bergetar hebat. Tapi tiba-tiba pak Udin menembus tubuhnya begitu saja.

Ayana terdiam sejenak. Dia menoleh, menatap punggung pak Udin yang semakin menjauh. "Apa gue datang ke masa lalu mereka?" batin Ayana. Saat bergulat dengan pemikirannya, tatapannya tidak sengaja melihat anak perempuan itu lagi. Dia mencoba mendekatinya dan ternyata tubuhnya juga menembus anak tersebut. Dia semakin yakin jika saat ini dia berada di masa lalu mereka.

Ayana semakin penasaran. Dia mengikuti kemanapun anak perempuan itu pergi. Hingga tiba saat anak perempuan itu dan beberapa temannya masuk ke ruangan kesenian.

Ayana tertegun di depan ruangan tersebut. Dia ingin masuk, tapi tiba-tiba pintu tersebut tertutup dengan sendirinya. Dan samar-samar Ayana mendengar suara teriakkan dari dalam sana.

Ayana mencoba untuk membuka pintu tersebut. Tapi tiba-tiba tubuhnya seolah tertarik keras menjauh dari tempat itu, hingga tidak berapa lama kemudian, dia terbangun dengan nafas yang terengah-engah dan keringat menetes di pelipisnya.

Tok Tok Tok

"Ay, bangun sayang!!" seru Amira, ibu Ayana.

"Ayana!!" panggil Amira lagi

Ayana mengusap wajahnya kasar. Dia mengatur nafas dan menjawab panggilan ibunya, "I-iya ma!!" sahut Ayana

"Bangun dan mandi!! Setelah itu kita makan malam bersama."

"Ba-baik!!" sahut Ayana lagi. Dia sudah tidak mendengar suara ibunya. Mungkin beliau sudah pergi, pikirnya.

"Apa tadi itu mimpi? Tapi kenapa terlihat seperti nyata? Apa yang terjadi di ruangan itu?" gumam Ayana bermonolog. Dia mengatur nafasnya dan tanpa sengaja melihat jam dindingnya yang sudah menunjukkan pukul 18.00.

"What? Jam 6?" pekik Ayana. Dia buru-buru bangun dan masuk ke kamar mandi. Dia benar-benar tidak menyangka akan tidur siang selama itu. pantas ibunya sampai membangunkannya.

...****************...

Keesokan harinya, Ayana berangkat ke sekolah bersama dengan Ayahnya. Ini adalah hari kedua dia masuk sekolah di sekolahan barunya. Rasanya dia tidak semangat sama sekali karena pasti akan banyak penampakan yang mengganggunya.

Tapi sepertinya dia salah. Saat masuk melalui pagar sekolah, Ayana justru merasakan hawa yang sejuk. Dia memejamkan kedua matanya sejenak dan menghirup udara segar pagi itu. Hingga seseorang menepuk bahunya tiba-tiba.

"Apa yang loe lakuin disini?"

Ayana tersentak kaget dan menoleh, "Riki!! Gue kira siapa? Bikin kaget saja." gerutu Ayana

"Habisnya loe merem disini. Gue kira loe kesambet." ledek Riki

Ayana hanya berdecak dan kembali berjalan di susul Riki di belakangnya. "Tunggu, Ay!!" teriak Riki.

"Eh.. Ngomong-ngomong soal kesambet, loe tahu dari mana kalau siswi kemarin kerasukan setan?" tanya Riki

"I-itu, gu-gue..." Ayana tiba-tiba tergagap. Dia bingung mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Riki.

"Gue apa?" tanya Riki lagi

"Gu-gue suka liat film horor. Dan banyak adegan orang kesurupan gitu. Dan ciri-cirinya hampir sama kayak anak kemarin. Makanya gue tau kalau tuh anak kesurupan." jawab Ayana bohong

"Oh gitu." Riki menganggukkan kepalanya percaya. Mereka berjalan beriringan menuju kelas. Tapi langkah Ayana terhenti saat melihat sosok anak perempuan berwajah pucat, berdiri tidak jauh darinya. Anak perempuan itu membalikkan badan dan pergi begitu saja. Ayana yakin jika anak itu ingin dia mengikutinya ke ruangan itu lagi.

"Rik, boleh gue minta tolong?" pinta Ayana

"Pa'an?"

"Gue pengen masuk ke ruangan kesenian." bisik Ayana

"WHAT?" pekik Riki keras.

Ayana buru-buru membekap mulut Riki dan melihat kesana kemari. Untungnya hari masih pagi, jadi belum banyak anak-anak yang datang. ''Kenapa loe teriak, hah?" geram Ayana pelan

"Loe kira-kira dong Ay? Ngapain loe mau masuk kesana, hah? Kalau ketahuan pak Udin, habis loe!!" ucap Riki memperingatkan

Tapi Ayana tidak perduli. Dia terus memaksa Riki untuk membantunya masuk kesana. Dia ingin tahu ada apa di dalam sana. Apalagi kemarin dia sempat bermimpi mendengar teriakkan di dalam ruangan tersebut. Dia penasaran, apa yang terjadi sebenarnya.

Riki pasrah dan bersedia membantu Ayana untuk bisa masuk kesana. Dia mengangkat tubuh Ayana agar bisa masuk melalui jendela karena pintu tersebut terkunci. Dan kuncinya di bawah oleh pak Udin.

"Jangan ngintip loe!!" ancam Ayana

"Ck.. Gak akan!!" sungut Riki. "Jangan lama-lama!! Kalau pak Udin datang, gue tinggalin loe!!" ancam Riki balik

"Iya-iya!!" Ayana membuka jendela dan mulai masuk ke ruangan tersebut. Dia turun, bertumpu pada meja dan melihat sekeliling yang penuh dengan patung dan beberapa lukisan.

Ayana turun dari meja dan melihat satu persatu patung yang berjejeran di sana. Patung-patung itu terlihat sangat bagus. Ayana menyentuh satu persatu patung tersebut. Hingga sampai pada patung perempuan. Dia mengusapnya pelan dan tiba-tiba ada makhluk mengerikan mendekatinya.

Ayana tersentak. Tubuhnya gemetar ketakutan. Makhluk mengerikan itu berwarna hitam dengan mata merah menyala, gigi taringnya panjang dengan darah yang menetes dari gigi tersebut.

Ayana ingin berteriak, tapi lidah nya kelu. Kedua kakinya juga tidak bisa digerakkan. Namun tiba-tiba dia mendengar teriakkan kesakitan yang memekikkan telinganya yang membuat Ayana tanpa sadar meneteskan air matanya. Dan setelah itu, dia tergeletak tidak sadarkan diri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!