NovelToon NovelToon

Azka Narendra

Bab 1 Azka Narendra

"Kenapa Kak Azka tega melakukan ini pada ku?." Tanya Dania sambil terisak.

Kini masa depan gadis 17 tahun itu sudah rusak di tangan Azka Narendra. Bukan hanya sekedar tubuhnya saja yang sakit, melainkan hati dan masa depan Dania juga ikut terluka karenanya.

Dania mengeratkan selimut pada tubuhnya yang sudah kotor sambil meringkuk di atas kasur yang sangat berantakan. Disertai adanya bercak darah di atas permukaan sprei warna putih itu.

"Kak Azka sudah berjanji pada kedua orang tua ku untuk selalu menjaga dan melindungi ku. Tapi, kenapa sekarang Kak Azka malah menghancurkan hidup ku?." Tanya Dania lagi, dirinya semakin kencang terisak.

Sementara Azka yang sejak tadi mendapatkan pertanyaan hanya acuh sambil mengenakan pakaiannya lagi.

"Kenapa Kak Azka diam saja?. Bicara lah Kak!, kenapa Kak Azka memaksakan kehendak pada ku?. Dania bangkit dan mendekati Azka yang sudah selesai berpakaian.

Dania menatap tidak percaya pada sosok pria yang selama satu bulan ini dekat dengan dirinya dan juga keluarganya. Tapi, kini pria itu menatap penuh jijik padanya yang disertai dengan kilatan amarah yang Dania sendiri pun tidak tahu untuk kesalahan apa dan yang mana?.

Azka mencengkram kuat rahang Dania sampai bibir Dania maju beberapa centi meter dibarengi dengan rintihan yang tertahan. "Semua jawaban yang kau perlukan ada pada Rania dan Raditya." Lalu setelahnya Azka menghempas kuat tubuh Dania sampai terjerembab di atas kursi.

Kemudian Dania berusaha bangkit sendiri dengan semua kesakitan yang sedang menerpa hidupnya.

Kali pertama Dania mendapatkan perlakuan kasar dari orang yang paling dekat. Luka pada tubuhnya mungkin tidak seberapa, bila dibandingkan dengan luka pada hatinya. Yang sampai kapan pun akan terus membekas pada ingatan Dania.

"Kak Rania?, Kak Radit?. Apa hubungan semua ini dengan mereka?. Kenapa tidak Kak Azka sendiri yang menjelaskannya pada ku?." Dania menahan Azka yang hendak meninggalkan kamar hotel.

"Kau bisa bertanya pada mereka berdua tentang Joana Marcella, setelahnya kau akan paham kenapa semua ini saling berhubungan. Sekarang, enyah lah dari ku, J@lang!." Hardik Azka penuh kemarahan.

Dania masih bergeming ditempatnya, sampai Azka harus meneriakinya lagi.

"Menyingkir lah dari jalan ku wanita j@lang!." Bentak Azka sambil mengatai Dania dengan hina.

Hingga pada akhirnya, Azka mendorong tubuh Dania sampai membentur dinding karena Dania tidak kunjung menyingkir dari jalannya Azka.

Bugh

"Awww....."Dania menahan semua rasa sakitnya, mungkin saat ini di beberapa bagian tubuhnya terdapat banyak luka lebam karena ulah Azka.

"Aku akhiri hubungan yang tidak pernah aku inginkan ini!, karena aku sudah puas menghancurkan hidup mu!." Tunjuk Bara pada tubuh Dania yang sudah kotor.

"Jangan muncul lagi di hadapan ku!, kalau tidak ingin aku buat hancur berkeping-keping usaha keluarga kalian!." Lanjut Azka, yang tidak pernah main-main dengan ancamannya.

Dania terpaksa menyingkir dari hadapan pria jahat yang telah menghancurkan hidupnya demi wajah mereka yang terkasih. Dirinya tidak punya pilihan lain selain menerima kejadian pahit yang beberapa waktu lalu menimpanya.

Azka pun meninggalkan Dania seorang diri di dalam kamar hotel itu.

Air mata Dania sudah berjatuhan, betapa sakit yang sangat luar biasa dirinya dapatkan dari hubungan yang sangat singkat itu.

"Apa yang harus aku katakan pada mereka tentang keadaan ku?." Gumam Dania sambil mengenakan kembali pakaiannya setelah membersihkan diri beberapa waktu lalu.

Menatap dirinya dari pantulan cermin membuat Dania semakin hina dan rendah diri setelah apa yang telah diperbuat oleh pria itu. Dania yang lugu dan suci telah mati di dalam kamar hotel ini. Kini telah lahir Dania yang baru tapi sangat menjijikkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.

.....

"Kenapa pulang sendiri?. Kemana Nak Azka sampai tidak bisa mengantar mu?." Tanya Papa pada anak gadisnya yang baru tiba di rumah.

Ini pertama kalinya Papa Hamzah melihat Dania pulang sendiri. Semenjak Dania menjalin hubungan dengan Azka, jangan kan sudah larut malam begini, masih jam tujuh malam saja Azka akan selalu mengantarkan Dania sampai rumah.

"Iya, padahal ini sudah larut malam." Sambung Mama Ningrum sambil menatap keluar rumah. Mencari keberadaan sang menantu idaman. Tapi tidak menemukan siapa pun di luar sana.

Dania menatap kedua orang tuanya dengan hati yang hancur tapi tetap berusaha tegar dan menyembunyikan luka dihatinya. "Hubungan kami telah berakhir, jadi Mama Papa tidak akan pernah melihat orang itu di sini lagi."

"Tapi kenapa, Nia?." Mama Ningrum sangat kecewa, sepertinya sang Mama kurang bisa menerima pengakuan dari putrinya.

"Mana Kak Rania dan Kak Radit, Ma?." Tanya Dania mengedarkan pandangannya. Tapi kedua orang itu tidak tampak terlihat. Padahal ada hal besar yang ingin ditanyakannya.

"Kamu pasti bercanda kan, Dania?." Lanjut Mama Ningrum, tidak mengindahkan pertanyaan Dania. Sebab dirinya sangat menyayangkan hubungan Dania dan Azka yang harus berakhir. Di saat Mama Ningrum sudah menggantungkan harapan tertingginya pada sosok Azka.

Seorang pria tampan, yang masih muda (23 tahun). Sudah hidup mapan, seorang pengusaha muda yang terkenal, kaya raya dan berasal dari keluarga terpandang kota ini. Yang menjadi idaman bagi setiap wanita, termasuk Dania.

Menantu idaman Mama Ningrum yang digadang-gadang akan sanggup mengangkat usaha yang dimiliki oleh keluarganya. Serta menaikkan derajat hidup mereka sekeluarga.

Tapi sayang, semua itu harus pupus dengan berakhirnya hubungan sang putri dengan Azka. Kesempatan yang lepas dari tangan tidak akan pernah datang untuk yang kedua kali menghampiri hidupnya lagi.

"Dania serius, Ma. Jadi lupakan kalau kita pernah mengenalnya." Kata Dania lagi sangat meyakinkan.

"Tapi, kenapa....."

"Mama, sudah!. Dengar apa kata Dania saja, kita harus melupakan Nak Azka." Potong Papa Hamzah sambil menatap lembut pada Mama Ningrum.

Papa Hamzah mencoba mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Dania. Yang paling menderita dari hubungan yang telah kandas ini pasti adalah sang putri. Sebab ini cinta dan pengalaman pertama bagi Dania Jelita.

Mama Ningrum hanya mengangguk patuh pada perintah suaminya. Meski di dalam otaknya masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

"Masuk lah ke kamar Dania!, jangan banyak pikiran. Besok kamu masih harus sekolah." Papa Hamzah meminta Dania untuk segera tidur. Sebab sekarang sudah pukul 01.30 dini hari.

"Iya, Pa. Terima kasih."Dania segera bangkit dan masuk ke dalam kamarnya.

Dania mengunci pintu kamar yang tidak pernah dikuncinya selama ini.

Air matanya kembali berjatuhan setelah tadi ditahannya sekuat tenaga. Rasa sakit dan sesak itu memenuhi dadanya. Dengan langkah gontai Dania berjalan menuju kamar mandi.

Mengguyur seluruh tubuhnya yang masih terbalut pakaian yang ingin dibuangnya bersamaan dengan ingatan yang ingin dihapusnya.

"Azka Narendra Atmaja, aku juga bisa membuang mu dari hidup ku." Batin Dania sambil terus menangis dan beberapa kali memukul dadanya sendiri.

Bab 2 Azka Narendra

Setelah pulang dari hotel, Azka langsung menuju rumah sakit. Karena setiap malamnya dia akan berada di sana, menemani sang pujaan hati yang telah tujuh tahun dipacarinya. Dan mereka sudah merencanakan pernikahan di saat perayaan hubungan mereka yang ketujuh. Tapi, sayangnya semua itu tidak terlaksana karena musibah besar menimpa Joanna Marcella.

"Bagaimana keadaan mu, sayang?. Aku sudah di sini bersama mu." Azka mengelus pipi yang semakin tirus itu.

"Sampai kapan kamu akan mengabaikan aku seperti ini, sayang?. Aku sudah membalas mereka,kita hanya tinggal menunggu waktu untuk kehancuran keluarga mereka." Azka mengecup kening Joanna dengan begitu sayang. Tapi Joanna belum ada merespon apa yang dilakukan Azka.

Keesokan paginya di rumah Dania, gadis yang sudah berseragam putih abu-abu itu segera mendatangi kamar kedua kakaknya.

Dania mengetuk kencang pintu kamar Radit dan Rania bergantian, tapi sudah 5 menit berlalu tidak ada yang keluar dari dalam kamar tersebut.

"Ada apa, Nia?." Tanya Mama Ningrum dari arah meja makan.

"Kak Radit dan Kak Rania kok enggak ada, mereka kemana, Ma?." Tanya balik Dania sambil menghampiri Mama Ningrum. Dania berdiri di sebelah kursi.

"Mama tahu kemana mereka pergi?." Tanya Dania lagi tidak sabaran, sebab Mama Ningrum sedang menyiapkan makanan untuk sarapan mereka.

"Kemarin sore setelah kamu pergi dengan Nak Azka, mereka berdua pergi ke Bali. Katanya tugas dari kampus." Jawab Mama Ningrum sambil menarik kursi untuk suaminya duduki.

"Ke Bali?, tugas kampus apa?." Gumam Dania.

"Iya, pamitnya seperti itu pada Mama Papa. Tapi kalau kamu tanya yang lainnya, kami kurang tahu juga." Balas Mama yang duduk di sebelah Papa.

"Berapa hari mereka di sana?." Tanya Dania seraya menempelkan bokongnya pada kursi. Selera makannya seketika menghilang bersamaan dengan Rania dan Radit yang tidak ada.

"Mama sempat bertanya, tapi mereka menjawabnya tidak pasti begitu."Jawab Mama Ningrum.

"Kamu tidak makan?." Papa memperhatikan Dania yang malah melamun di meja makan.

"Aku tidak lapar, aku bawa saja ke sekolah." Dania mengambil kotak nasi lalu memasukkan makanan kedalamnya. Kemudian Dania duduk kembali guna menunggui Papa Hamza dan Mama Ningrum yang sedang menghabiskan makanannya, sebab di setiap paginya Dania akan diantarkan ke sekolah oleh sang Papa dan sang Mama tercinta.

.....

Sampai di sekolah, Dania langsung di sambut oleh Medina, Fathia dan Salma di depan kelas.

"Selamat pagi, Dania."

"Selamat pagi, semua."

"Sepertinya ada yang berbeda dengan diri mu. Tapi apa ya?." Tanya Fathia menelisik penampilan Dania dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.

"Apanya yang berbeda?, sama saja." Dania langsung duduk ditempatnya.

"Tapi, apa yang dikatakannya Fathia ada benarnya, Dania." Medina ikut menimpali dan ikut melihat kearah Dania. Dania hanya tersenyum menanggapi kedua sahabatnya.

Setelah tiga jam berkutat dengan dua mata pelajaran matematika dan bahasa inggris. Dania segera keluar kelas saat jam istirahat karena sudah ada janji dengan Adnan di gedung kampus.

"Kak Adnan!." Panggil Dania saat melihat Adnan keluar dari perpustakaan.

"Dania, sebenarnya ada perlu apa ke sini?." Tanya Adnan sambil menghampiri Dania yang berdiri di depan kelas Adnan.

"Kak Radit dan Kak Rania ke Bali. Memang ada tugas apa dari kampus?." Tanya Dania langsung pada Adnan.

Adnan mengerutkan dahinya saat mendengar pertanyaan dari Dania. Sebab tidak ada tugas apa pun yang sampai harus pergi ke Bali.

"Setahu ku tidak ada tugas, Dania. Tapi kalau Radit dan Rania pergi ke Bali, itu karena urusan pekerjaan . Bos mereka membuka cafe di Bali." Jawab Adnan.

Dania jadi bingung sendiri, mana yang harus dipercayanya. Sementara dirinya sangat ingin bertanya tentang sosok Joanna yang disebutkan oleh Azka dan itu ada hubungan dengan dirinya.

"Kira-kira kapan mereka balik, Kak Adnan?."

"Tiga hari paling mereka sudah balik."

"Ok, Kak Adnan. Terima kasih informasinya ya. Aku balik ke kelas sekarang." Pamit Dania pada Adnan. Adnan hanya tersenyum sambil mengangguk, menatap kepergian Dania dari hadapannya.

Dania setengah berlari untuk kembali ke sekolahnya. Karena memang jaraknya yang cukup jauh meski berada dalam satu kawasan.

Dalam hati Dania selalu berdoa, semoga saja tidak pernah bertemu dengan pria jahat itu. Karena Dania tahu Azka sedang menempuh S2 nya di kampus yang sama dengan kedua kakaknya.

"Bagaimana perayaan sweet seventeen kemarin bersama kekasih rahasia?." Tanya Medina sambil tersenyum jahil ketika Dania sudah ada di depan kelas mereka.

"Oh iya bener, sweet seventeen, Dania!. Tidak ada perayaan apa pun untuk kami para sahabat mu?. Katanya kamu mau memperkenalkan pangeran rahasia mu itu, mana?. Siapa dia?." Cecar Fathia, sebab dirinya begitu ingin tahu siapa pria yang telah berpacaran dengan Dania.

"Iya, Dania. Kamu sudah berjanji pada kami untuk memperkenalkan pria tampan yang telah mengencani mu selama satu bulan ini. Ayo, perkenalkan pada kami." Bujuk Salma ikut menodong Dania dengan menagih janji.

Dulu iya, Dania begitu bersemangat untuk memperkenalkan Azka Narendra pada para sahabatnya. Tapi, tidak lagi sekarang. Dania sangat berharap bisa melupakan dan membuang jauh pria jahat itu.

Dania hanya tertunduk lesu mendengarkan banyak pertanyaan dari ketiga sahabatnya. Selain hubungan mereka yang telah berakhir, kehormatannya pun ikut hilang di ambil pria itu.

"Dania, ada apa?." Tanya ketiga sahabatnya saling tatap, mereka tahu pasti ada yang tidak beres.

"Maaf kan aku, aku tidak bisa mengenalkannya pada kalian, sebab hubungan kami telah berakhir. Aku juga minta tolong pada kalian, jangan pernah bertanya tentang pria itu lagi. Semuanya telah berakhir." Jawab Dania menjelaskan dengan penekanan pada kalimat terakhirnya.

"Kami minta maaf, Dania. Kami tidak tahu. Mungkin pria itu tidak baik untuk mu." Dania mengangguk lalu Medina memeluk Dania yang diikuti oleh kedua sahabatnya yang lain.

"Kamu lupakan saja pria itu, karena ada kami yang akan selalu bersama mu." Sambung Salma.

"Hari ini kita jadi kan menjenguk Mama ku di rumah sakit?." Tanya Salma mengingatkan mereka lagi.

Ketiganya mengangguk bersamaan. "Iya bestie."

Waktu pulang sekolah telah tiba, Dania pulang sekolah bersama ketiga sahabatnya langsung ke rumah sakit. Salma yang mengendarai mobilnya. Tidak lupa mereka membawa buah tangan berupa buah-buahan dan roti.

"Assalamu'alaikum, Ma." Salma mengucap salam ketika masuk ke dalam ruangan VIP Mama nya.

"Wa'alaikumsalam, Salma. Oh bawa sahabat-sahabatnya ya?." Balas Mama Okki sambil menerima uluran tangan mereka semua.

"Iya, Tante Okki. Maaf kita baru datang menjenguk. Bagaimana kondisi Tante Okki sekarang?." Tanya Dania ramah.

"Alhamdulilah sekarang sudah lebih baik, mungkin besok Tante sudah boleh pulang."

"Alhamdulilah." Jawab mereka serempak.

Dania berpamitan dari mereka semua karena mau menerima panggilan telepon dari Mama Ningrum.

"Dania..."

"Iya, Ma."

"Mama sama Papa pulang telat, ada teman Papa yang ngajak makan malam bareng. Kalau kamu mau bisa nyusul ke sini."

"Dania... Dania... Dania..."

Dania yang di panggil Mama Ningrum malah terus berjalan mengikuti sosok yang ingin dilupakan tapi malah dibuntutinya.

Tatapan mata Dania terus fokus pada wanita cantik yang berbaring di atas ranjang pasien. Sehingga tidak menyadari Azka yang sudah ada didepannya.

"Apa yang kau lakukan di sini, hah?."

Bab 3 Azka Narendra

"Kau sengaja muncul di hadapan ku, apa kau sudah memikirkan resiko apa yang akan kau hadapi nanti, hah?." Bentak Azka sambil mendorong tubuh Dania, untung saja ada Adnan yang datang tepat waktu sehingga bisa menahan tubuh Dania yang akan jatuh.

"Kenapa kau begitu kasar pada Dania?." Tanya Adnan sambil menatap Azka dengan tajam.

Tentu saja Azka menatap sengit pada Dania ketika Adnan menolong Dania. Kenapa harus muncul Adnan di kala Azka ingin melampiaskan kemarahannya pada Dania?.

Dania menurunkan tangan Adnan dari pundaknya. "Terima kasih, Kak Adnan." Lalu Dania pergi dari hadapan kedua pria tersebut.

Adnan masuk ke dalam ruangan dan langsung duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang pasien.

"Pergi lah ke kantor, aku dengar dari Almeer dan Shaka kalau Om Rusli mencari mu. sekarang aku yang akan menemani adik ku." Adnan meminta Azka untuk segera pulang.

"Mungkin kedua orang tua ku juga besok sudah sampai di sini. Jadi kau tidak perlu menemaninya terus." Lanjut Adnan memberitahu Azka mengenai kedatangan kedua orang tuanya.

Tanpa berpamitan dan hanya mengecup kening Joanna di depan Adnan, Azka lalu meninggalkan rumah sakit dan langsung menuju kantor.

Di dalam perjalanan menuju kantor, Azka melewati toko bunga yang sangat ramai oleh pembeli. Di mana toko bunga itu merupakan tempat usaha kedua orang tua Dania. Senyum jahat pun terlihat dari wajah tampan Azka, entah apa yang ada di dalam otaknya saat ini.

"Papa mencari ku, ada apa?." Azka tidak suka berbasa-basi dengan Rusli saat sudah duduk berhadapan di ruangan miliknya.

"Iya, semua pekerjaan kau terbengkalai. Kenapa hanya karena wanita itu kau mengabaikan tanggung jawab yang ku berikan?." Tanya Rusli.

"Wanita itu calon istri ku, maka wajar kalau dia menjadi prioritas dan tanggung jawab ku juga." Jawab Azka ketus.

"Kalau kau tak bisa menjalankan perusahaan ini, aku akan kembali mengambil alih."

"Silakan, aku tidak keberatan." Setelah mengatakan itu pada Rusli, Azka langsung keluar dari ruangan CEO yang selama ini ditempatinya.

Harta, kedudukan dan jabatan bukan lagi menjadi prioritas utama bagi Azka Narendra. Karena saat ini hidupnya untuk seorang gadis yang sangat dicintainya meski kini sudah tidak sempurna lagi.

Joanna Marcella (21 tahun), wanita muda cantik dan seksi yang penuh dengan semangat dan sedikit ambisius. Perjalanan kisah cinta mereka terbilang sangat lancar, karena keduanya memiliki ketertarikan satu sama lain.

"Kamu sudah pulang?." Tanya Inara saat melihat sang putra semata wayang sedang menaiki tangga menuju kamarnya.

"Iya, Ma. Aku mau langsung istirahat." Jawab Azka tanpa mau menoleh kearah Inara.

"Istirahat lah, nanti kita bicara lagi."

Azka kembali melangkahkan kakinya tanpa mengatakan apa pun pada Inara. Inara hanya mampu menghela nafas melihat sikap dingin dan acuh Azka padanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Kedua orang tua Dania baru tiba di rumah. Dimana Dania membuka pintu untuk mereka.

"Kamu sudah makan, Nia?."

"Sudah, Ma. Aku tidur lagi ya Ma, Pa." Pamit Dania pada kedua orang tuanya.

"Iya sayang." Dania kembali masuk ke kamarnya.

Mama Ningrum dan Papa Hamzah pergi ke toko bunga tanpa mengantar Dania ke sekolah. Karena tadi pagi Fathia ke rumah untuk menjemput Dania.

"Oh tidak, apa yang terjadi?." Mama dan Papa begitu kaget melihat kerusakan parah pada kaca toko bunga mereka.

Keduanya segera turun dari mobil untuk memastikan kalau di dalam toko tidak terjadi kerusakan terhadap bunga-bunga, karena ada banyak pesanan yang harus diantarkan.

Tapi sepertinya kemalangan sedang menimpa pasangan suami istri itu, karena kerusakan yang lebih parah lagi justru ada di dalam toko. Tidak ada satu bunga pun yang selamat dan semuanya telah hancur.

Mama Ningrum menangis histeris setelah menyadari kalau mereka sedang dalam masalah besar. Ratusan pesanan bunga hari ini tidak dapat dipenuhinya, sementara uang mereka sudah masuk semua dan sudah di pakai juga untuk membeli perlengkapan toko yang lain.

Sedangkan Papa Hamzah hanya menatap sekeliling toko yang sudah hancur berkeping, tidak ada yang bisa diselamatkannya. Dirinya tidak habis pikir, kenapa tokonya bisa hancur tanpa sisa?. Siapa yang telah melakukan ini pada mereka?, sedangkan mereka merasa tidak memiliki musuh atau saingan dari bisnis toko bunganya.

"Apa yang akan terjadi pada kita setelah ini, Pa?. Tanya Mama Ningrum masih menangis tersedu.

"Mama tenang dulu, kita akan coba menghubungi mereka dan memberitahu keadaan kita pada mereka. Semoga saja mereka bisa mengerti dengan keadaan kita." Jawab Papa Hamzah tetap berusaha berpikir positif.

"Bagaimana kalau mereka minta uangnya kembali dan minta ganti rugi karena pesanannya tidak bisa kita penuhi hari ini?." Pikiran Mama Ningrum sudah tidak bisa dikontrolnya, untuk tetap berpikir yang baik-baik saja.

Bukannya Papa Hamzah tidak memikirkan hal itu, tapi Papa Hamzah lagi berusaha untuk tenang meski hal itu pasti akan terjadi.

Sementara di rumah sakit, Adnan sedang membujuk Joanna untuk segera bangun dan berbicara pada Azka atas apa yang menimpa dirinya.

"Aku belum siap kalau Azka menanyai ku banyak hal mengenai malam itu, Kak Adnan."

"Tapi sampai kapan kamu akan terus membohonginya?."

"Mungkin sampai menunggu Mama dan Papa sampai di sini. Kalau tanpa mereka aku belum berani, Kak Adnan."

"Aku harap semuanya belum terlambat saat kamu memberitahukan semuanya pada Azka."

"Tidak akan, Kak Adnan. Aku janji akan bisa menyelesaikan masalah ini."

"Ok, sekarang aku harus pulang. Mungkin Azka siang atau sore baru ke sini."

"Iya, Kak Adnan."

Adnan langsung menutup pintu ruangan Joanna, dirinya akan langsung ke kampus.

Setelah melewati perjalanan hampir tiga puluh menit, mobil Adnan sudah terparkir di halaman kampus. Kedatangan Adnan bersamaan dengan kemunculan Azka dengan dua sahabatnya, Almeer dan Shaka.

"Kau sudah menitipkan Joanna pada dokter Nabila?. Mungkin nanti malam aku baru bisa ke sana untuk menemaninya." Tanya Azka dengan wajah datarnya.

"Sudah, kau tenang saja."

"Hem." Setelah itu mereka menuju kelas masing-masing.

Sedangkan di dalam kelas, pikiran Dania terus saja terfokus pada kedua orang tuanya yang sedang kesusahan. Ya, Dania sudah membaca pesan yang dikirimkan Mama Ningrum. Dania juga sudah melihat beberapa foto mengenai toko bunga mereka yang hancur dari setiap sudutnya.

"Aku perhatikan kamu tidak fokus memperhatikan pelajaran. Ada apa, Dania?. Tanya Medina yang duduk di sebelah Dania saat terdengar bel istirahat.

Tanpa menghiraukan pertanyaan dari sahabatnya, Dania segera berlari keluar dan langsung menuju gedung kampus. Dania sangat yakin kalau apa yang terjadi pada toko bunga milik keluarganya karena ulah Azka.

Dania berdiam diri di samping kampus, dirinya melihat sekeliling kampus tapi tidak ada Azka di sana. Sampai dari arah belakang ada yang menepuk pundak Dania dengan cukup kencang.

"Kau berani datang ke kampus ku, hah?." Sontak saja Dania segera membalik badannya karena dia tahu pemilik suara tersebut.

Melihat pria itu berdiri dihadapannya dengan segala kesombongan dan keangkuhannya, tanpa pikir panjang lagi Dania melayangkan beberapa pukulan di dada bidang Azka.

Bugh...Bugh...Bugh...

"Kenapa Kak Azka hancurkan usaha kedua orang tua ku?." Tanya Dania menatap tajam pemilik mata indah itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!