"Jordan!" Pekik Carolin dengan lantang, begitu melihat beberapa mobil mewah telah di antar oleh orang dealer ke mansion Lucifer, hal itu diketahui oleh Carolin, jika semua mobil itu adalah milik Jordan, cucunya.
"Ma, kenapa kamu berteriak, nanti pita suaramu bisa putus,"ujar Merlin, yang baru saja keluar dari rumah, dan mendapati ibunya di teras dengan tongkat berkepala emas ada di tangan wanita tua itu.
"Oh My God!" Pekik Merlin, yang tak kalah terkejut, begitu melihat lima mobil sport memasuki halaman mansion Lucifer. Tiger dan Fatimah, baru saja pergi ke New York menghadiri acara tahunan Maryam dan Alex, tetapi Jordan telah membeli lima mobil baru untuk di jadikan koleksi di mansion, ini bukan pertama kali, tetapi sudah kesekian kalinya.
"Selamat pagi, Nyonya. Tolong tanda tangan di sini, sebagai tanda terima barang yang sudah di kirim," tukas pria berjas hitam, yang memegang selembar kertas dan pulpen.
Carolin mengusap dada dan menghela nafasnya ketika melihat nominal yang tertera di atas kertas itu, bukan soal nominal, tetapi mereka tak suka jika Jordan menghambur-hamburkan uang untuk hal yang gak penting.
Setelah bertanda tangan di atas kertas itu, Carolin melangkah masuk dengan tergesa-gesa begitu juga Merlin yang ikut ibunya menuju kamar Jordan yang ada di lantai atas.
Begitu tiba di depan kamar, wanita tua ini dengan sekuat tenaga menggedor pintu kamar cucunya. Harusnya Carolin memanjakan cucu laki-lakinya bukan? tetapi hal itu tak di terap oleh Carolin untuk Jordan, sejak kecil Jordan hidup dengan segala kemewahan, semua keinginannya terpenuhi, tetapi Carolin tak pernah sekalipun melihat sisi baik dari Jordan, sehingga membuat Carolin merasa khawatir akan pertumbuhan cucunya.
"Merlin, ambil kunci cadangan di ruangan keluarga!" Titah Carolin, tetapi Merlin malah menghela nafas.
"Ma, tenang. Jangan terlalu panik, nanti asam lambung mama kumat, dan mama bisa serangan jantung mendadak," Merlin memegang kedua bahu Carolin.
"Kamu doain aku cepat mati?" Tanya Carolin dengan netra yang melotot ke arah Merlin. Wanita ini langsung nyengir, di saat sang ibu sudah memelototinya.
"Aish, nggak anak. Enggak cucu, bikin darah tinggi!"ketus Carolin, di saat wanita ini akan mengetuk, pintu kamar Jordan sudah terbuka, pria ini membuka pintu sembari menguap ke arah dan menggaruk kepalanya seperti khas orang bangun tidur.
"Oma, Sayang." Sapa Jordan, begitu melihat Carolin yang berdiri di depan pintu kamarnya, dan langsung memeluk wanita paruh baya itu, dengan erat, serta menghujani wajah Carolin dengan senyuman mautnya.
"Lepas! Oma nggak bisa nafas, bisa mati Oma, cepat lepas!"Pekik wanita paruh baya itu lagi, Jordan hanya terkekeh lalu melepaskan pelukannya.
"Tante, ijinkan aku memeluk mu sebentar," ucap Jordan, Merlin langsung mengangkat tangan ke arah Jordan menyuruh Jordan untuk berhenti mendekat.
"Jangan mencoba merayuku, aku tak seperti Oma mu, yang bisa tergoda dengan bujuk rayuanmu," cibir Merlin sembari menatap Carolin, wanita paruh baya ini langsung membuang muka, dan kembali memeluk cucu kesayangannya.
"Tante sok jual mahal, padahal jual murah saja, belum tentu laku," cibir Jordan.
"Jordan!"teriak seseorang yang baru saja tiba, dan itu adalah Tiger, Ayah Jordan yang baru saja tiba dari New York. Jordan langsung memutar malas bola matanya. Jordan mencari keberadaan fatimah, tetapi wanita itu tak terlihat wujudnya.
"Tidak perlu mencari Mommy, dia belum kembali, Mommy akan kembali dua atau tiga hari lagi," Tiger mendekati semua orang. Jordan, tak melepas pelukannya dari Carolin membuat Tiger menggelengkan kepalanya.
"Daddy, mau istirahat dulu, nanti waktu Daddy bangun, itu mobil yang di halaman rumah Daddy sudah pindah ke villa mu, Daddy nggak mau lihat barang rongsokan itu di halaman rumah Daddy!" Ucap Tiger dengan tegas, serta memperingati sang anak. Tetapi, Merlin dan Carolin sama-sama membulatkan mata mereka.
"Rongsokan apa? itu baru di beli lho Kak," sambung Merlin, tetapi Tiger sudah berlalu pergi. Carolin dan Merlin hanya bisa menghela nafas, Ayah dan Anak sama-sama bikin mereka stres.
Melihat Tiger yang sudah berlalu ke kamar, lalu Jordan mengajak Carolin dan Merlin masuk ke dalam kamarnya. Serta menyuruh dua wanita itu duduk di sofa yang ada di dalam kamar tersebut.
"Ada apa? Tumben kamu bersikap baik sama Tante? Tanya Merlin, yang menatap sinis ke arah Jordan yang tengah nyengir kuda membuat Carolin tersenyum melihat tingkah cucu dan anaknya.
"Oma, Tante. Berikan alamat Maryam untukku,"
Pak!
"Aawh! Tante kenapa memukul kepala ku?"Tanya Jordan yang mengusap kepalanya akibat di pukul oleh Merlin.
"Panggil Nenek buyutmu yang sopan, main panggil nama saja," tukas Merlin.
" Nenek buyut apa? Oang aku nanya alamat Putri Maryam, alamat rumah adikku yang di Indonesia Lo Tan," ujar Jordan yang jengah, Merlin malah tertawa, mereka sampai lupa kalau anak Tiger dan Fatimah, juga namanya Maryam.
"Sorry, Tante pikir kamu nanya Nenek buyutmu," ujar Merlin, kini Carolin yang menggelengkan kepalanya.
Carolin, tidak mau memberitahu alamat Putri Maryam, karena Carolin takut Jordan akan membuat masalah, apalagi pria ini tidak bisa mengontrol emosinya, sejak kecil Jordan sudah posesif terhadap Putri Maryam, sehingga apapun yang ingin di lakukan Putri Maryam, Jordan selalu ikut campur dan mengekangnya.
"Please!" kini Jordan tengah berusaha untuk membujuk Carolin, dan bersimpuh di lutut wanita ini agar mau memberikan alamat Putri Maryam untuknya.
Carolin sudah berusaha agar tak terpengaruh dengan bujuk rayuan Jordan, tetapi masih saja wanita paruh baya ini belum mampu mengalahkan sihir hipnotis dari Jordan yang begitu memabukkan.
"Oke, Oma berikan, tetapi kami harus janji satu hal, kamu tidak boleh menganggu adikmu, ingat kalian sudah besar, jangan seperti anak kecil lagi, janji!" Carolin sedikit mengancam Jordan, pria ini hanya mengangguk sembari tersenyum.
"Baiklah, ini alamatnya." Carolin memperlihatkan layar ponsel kepada Jordan, dimana alamat tempat tinggal Putri Maryam tertulis di sana.
"Terima kasih, Oma." Ucap Jordan dan langsung memeluk wanita tua itu.
"Indonesia! I'm coming!" Teriak Jordan dengan lantang, membuat Carolin dan Merlin menutup telinga secara bersamaan.
Jangan lupa Subscribe ya 🥰
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
Jordan ditemani oleh Neo, kini telah tiba di Indonesia. Jordan sengaja membawa Neo bersama dengannya, karena bahasa Indonesia Neo lebih bagus dari bahasa Indonesia Jordan.
Sebuah mobil sport, datang menjemput Jordan di bandar udara, hal itu membuat Neo membulatkan matanya. Siapa yang datang menjemput? Sedangkan, Neo tidak membuat janji dengan siapapun.
Jordan meninggalkan Neo sendiri dan dia menghampiri mobil sport yang sudah terparkir dengan indah diparkiran.
Seseorang keluar dan menunjukkan sebuah kertas untuk ditanda tangani oleh Jordan. Neo langsung menghampiri anak bosnya itu.
"Tuan, ini mobil siapa?" Tanya, Neo penasaran.
"Tentu mobil kita, tidak mungkin kita harus jalan kaki mencari rumah Maryam," tukas pria itu yang langsung masuk ke dalam mobil, dengan posisi Neo yang masih melongo.
"Sampai kapan, paman akan berdiri di situ?" Mobil sport sudah menyala, Neo segera masuk ke dalam mobil, dan duduk di samping Jordan. Sembari menggelengkan kepalanya, kalau Jordan memang tak pernah berubah.
Jordan mengendarai mobil tersebut sesuka hatinya, bahkan Neo sempat memperingati Jordan kalau ini Indonesia bukan negaranya yang bisa Jordan buat semaunya. Jordan, tak menghiraukan ucapan Neo, dia terus saja menaikan kecepatan laju mobil sportnya.
Google maps menunjukkan jalan arah ke tempat tinggal Putri Maryam, adik satu-satunya Jordan.
"Tuan muda, Anda tidak boleh mengendarai mobil seperti ini, tolong lebih pelan jika tidak kita akan menabrak orang," Neo, kembali memperingati pria itu, tetapi Jordan tak menghiraukannya.
Jordan langsung menyalip beberapa mobil yang ada di jalan, yang bahkan cukup mepet dengan mobilnya.
"Agrh! papa, hati-hati." Ucap seorang wanita yang duduk di samping papanya yang sedang menyetir, tetapi terlihat pria dewasa itu memperlambat jalannya ketika mereka hampir saja di tabrak oleh mobil sport milik Jordan.
"Siapa sih, yang bawa mobil begitu ngebut, tidak tahu apa bisa membahayakan orang lain di jalan,"gerutu Fairuz, yang nampak kesal apalagi melihat sang anak yang masih takut, karena mereka hampir saja menabrak dan terjadi kecelakaan.
Tepat di lampu mereka, jalan cukup macet. Jordan berulang kali membunyikan klakson mobilnya sehingga membuat Neo menyuruhnya untuk tenang.
"Tuan muda, ini masih lampu merah. Anda harus lebih tenang, tidak boleh seperti ini,"tukas Neo, Jordan tak mendengar karena dia tak suka di nasehati.
Tit! Tit! Tit!
Suara itu semakin terdengar, sehingga membuat pengendara motor lainnya risih dan merasa cukup mengganggu.
"Woi, sesak berak ya!" teriak pengendara motor ketika melihat mobil Jordan yang terus terdengar bunyi klakson.
Tit! Tit! Tit!
"Sialan! kau menganggu sekali, cepat hentikan itu!"teriak orang lain lagi, tetapi Jordan akhrinya sadar jika dia baru saja dimaki oleh orang lain, yang membuat Jordan marah.
"Tuan muda, Anda mau apa?"tanya Neo, di saat Jordan akan turun dari mobil.
"Tentu mau memberi pelajaran untuk mulut sampah orang itu,"jawab Jordan, yang segera turun dari mobil, Neo menggelengkan kepala karena dia tahu kalau Jordan tak suka jika ada yang memarahinya biarpun dia bersalah.
Jordan turun dari dalam mobil sportnya, semua orang memperhatikan Jordan, bukan hanya itu bahkan ada banyak orang yang kagum akan ketampanan pria itu, apalagi kaca mata hitam yang masih melekat di tempat membuat aura Jordan begitu memikat siapapun yang melihatnya.
Ada beberapa orang yang mengambil foto dan vidio Jordan tanpa pria itu sadari karena tingkahnya sudah membuat orang lain cukup penasaran, siapa yang berjalan di tengah-tangah lampu merah menyala.
Plak!
Satu tamparan melayang di pipi pengendara motor yang tadi memaki Jordan, sehingga membuat orang lain menatap ke arah Jordan tak suka dengan sikap kasarnya.
"Kenapa kau memukulku?"Pengendara motor itu yang nampak bingung ketika melihat Jordan yang tiba-tiba sudah memukulnya.
"Kenapa kau memakiku?Apa salahku?"tanya Jordan, yang kembali menampar pria itu.
"Di depan lampu merah, apa kamu tidak bisa melihatnya?"Pria itu terus membela diri, sampai Fairuz melihat aksi kekerasan itu, Beliau tak membenarkan hal itu terjadi di depan matanya.
"Kenapa kalau memangnya lampu merah? kau bisa memakiku? kau bisa berteriak padaku?"tanya Jordan sembari memukul pria itu, dan membuat Neo segera menarik Jordan untuk memisahkan mereka berdua.
"Tuan muda, cukup."Ucap Neo, yang berusaha menarik tangan Jordan, tetapi Jordan kembali menepis tangan Neo, ketika melihat pria itu yang masih menatapnya hal itu membuat Jordan tak puas menghajarnya.
"Aku takkan membiarkan sampah manapun boleh memakiku,"sekali lagi Jordan melayangkan bogemnya ke arah pria itu sehingga membuat pria tersebut tersungkur ke aspal.
Fairuz, memperhatikan Jordan yang sedang memukul pengendara motor, Fairuz langsung sadar jika itu adalah orang yang sama.
"Masyitah, bukankah itu orang yang sama yang hampir menabrak kita tadi?"seru Fairuz, Masyitah membenarkan pertanyaan papanya.
Setelah memastikan itu adalah orang yang sama, Fairuz, turun dari mobil dan menghampiri Jordan yang masih memukul orang, Neo sedang berusaha untuk memisahkan dua orang itu, tetapi dia tidak berhasil karena Jordan tak suka dirinya di halangi dan urusannya dicampuri oleh orang lain.
"Papa akan pergi untuk melihatnya,"tukas Fairuz tetapi Masyitah melarangnya karena tak ingin sesuatu terjadi dengan papanya.
"Jangan papa, biarkan saja."
Fairuz telah turun dari mobil dan menghampiri Jordan dan pengendara yang selisih dengan Jordan. Terlihat Jordan yang masih memukul dan bahkan memaki pengendara tersebut. Fairuz berdiri tepat di belakang Jordan.
"Apa yang kamu lakukan? Tidakkah kamu berhenti untuk memukulnya? Apa ini caramu untuk menyelesaikan masalah? Kamu baru saja hampir menabrakku, dan sekarang ingin membunuh pria ini?"tanya Fairuz berulang kali, sehingga membuat Jordan semakin marah, pria ini berbalik dan langsung menodong senjata ke arah Fairuz tepat di depan kepalanya.
"Siapa kamu berani ikut campur urusanku?"tanya Jordan yang kini senjatanya sudah berada tepat di depan kepala Fairuz.
"Tidak, Tuan muda jangan lakukan itu,"seru Neo, tetapi pria ini tak mendengarkan hal itu. Dia terus menatap Fairuz, dengan pandangan tak suka.
"Tolong, hentikan. Jangan menembak papa saya, jangan lakukan itu. Kami mengaku salah, biarkan kami pergi!"ucap Masyitah yang sudah turun dari mobil, menarik Fairuz untuk pergi dari tempat itu, tetapi hal itu malah menarik perhatian Jordan, pria ini terus saja menatap wanita yang memakai pakaian muslimah serta menutup wajahnya seperti yang di lakukan Fatimah. Masyitah memakai cadar, hal itu membuat Jordan tertarik dan terus saja menatap wanita tersebut, yang sedang membawa papanya pergi dari sana.
Neo, juga ikut menarik lengan Jordan agar menghentikan pria itu untuk membuat ulah.
"Tuan muda, kamu sudah membuat semua orang menatap kita, ayo kita pergi!"Neo terus saja menarik lengan Jordan hingga ke mobil, tetapi Jordan tak mengalihkan pandangannya yang terus menatap Masyitah hingga wanita bercadar itu masuk ke dalam mobil.
Entah kenapa Jordan tersenyum saat melihat wanita itu, Neo mendorong tubuh Jordan hingga masuk mobil, dan kini dia yang mengambil alih kemudi, setelah lampu hijau semua pengendara segera melaju dengan tenang meninggalkan tempat itu. Tetapi, berbeda dengan Jordan yang terus saja menatap mobil yang dinaiki oleh Masyitah melewati mobil sportnya.
"Tuan muda, pakai safety belt, Anda." Neo, segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.
Bersambung....
Jordan masih membayangkan wajah perempuan bercadar merah yang sempat bertemu dengannya di waktu yang tak terduga. Tetapi, justru hal itu membuat Jordan kehilangan muka, Jordan meninggalkan kesan yang kurang baik terhadap wanita itu, bisa saja saat ini wanita tersebut sedang mengutuk Jordan dari jauh.
"Tuan muda, kita telah sampai," ucap Neo, yang telah berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua. Rumah itu adalah milik keluarga Xavier. Putri Maryam tak tinggal bersama dengan keluarga Xavier, hanya saja di hari libur dia datang berkunjung ke rumah Adam dan Najwa.
Jordan menghela nafasnya, lalu Neo menahan tangan Jordan di saat pria ini hendak turun. "Sembunyikan senjata Anda lebih dulu, karena jika Maryam melihatnya, dia akan merasa sedih dan marah kepada Anda,"
Mendengar ucapan Neo, terlihat hidung Jordan yang kembang kempis seakan pertanda kalau pria ini menolak saran dari Neo. Jordan menarik paksa tangannya hingga Neo, hanya bisa menghela nafas saja. Neo sudah berusaha untuk memperingati Jordan, tetapi seakan Jordan tuli akan peringatan dari Neo, Jordan tak mengindahkannya.
Jordan, turun lebih dulu lalu barulah Neo menyusul. Jordan menatap rumah bewarna putih dua lantai itu dan dia berdiri sembari berkacak pinggang. Neo, tersenyum melihat suasana di Indonesia meskipun sedikit panas tetapi itu menjadi tempat yang baru untuk mereka berdua.
Bunyi bel rumah yang sejak tadi di tekan oleh Neo, tidak juga pintu rumah kunjung terbuka, hingga membuat Jordan geram dan menendangnya sekali.
"Tuan muda, apa yang kamu lakukan, kamu bisa merusak pintu rumah ini, sabar mungkin orangnya tak ada di rumah," Neo menahan kaki Jordan yang akan menendang pintu itu untuk kedua kalinya.
"Sialan! Untuk apa kesini? Kenapa nggak langsung ke tempat Putri?" Jordan menatap Neo dengan marah, pria ini sungguh tak bisa bersabar barang satu menitpun. Darah Tiger mengalir kental dalam tubuh Jordan, sehingga dua orang itu sangat mirip kepribadiannya, bagaikan saudara kembar, padahal Jordan adalah anak dari Tiger, Mafia Sisilia.
"Maaf, cari siapa?" tanya seseorang, Neo dan Jordan berbalik lalu melihat wanita yang berusia sekitar kurang lebih 70 tahun, memegang tongkat dan berdiri di depan mereka saat ini.
Wanita itu memakai cadar, lalu melirik ke arah Neo dan beralih menatap lama ke arah Jordan.
"Nenek," ucap Jordan, lalu langsung menghampiri wanita tua itu, Jordan memeluk dan mencium tangan wanita tersebut.
"Jordan Lucifer Xander," ucap Wanita tua itu setelah pelukan mereka terlepas, dan wanita itu memegang wajah Jordan, pria ini hanya tersenyum tipis, lalu memegang tangan wanita tua.
"Oma, Najwa?"ucap Jordan, beberapa orang tiba-tiba muncul yang berasal dari taman belakang, lalu melihat Jordan dan Neo telah sampai.
"Kakak!"seru Putri Maryam, yang sedikit berteriak pandangan Jordan langsung teralih ke arah sumber suara itu, Jordan melepas tangan Najwa yang sejak tadi digenggam olehnya. Kini Jordan berlari ke arah Putri Maryam, serta memeluk erat tubuh mungil wanita cadar itu.
"Babyku," ucap Jordan, masih memeluk Putri Maryam, seakan tak ingin melepaskannya. Putri Maryam yang merasa sesak nafas, langsung memukul dada bidang Jordan agar pria itu mau melepas pelukannya.
Jordan sangat menyayangi adiknya, di saat kecil Putri Maryam sering sakit-sakit, sehingga membuat Jordan begitu sayang pada adiknya, hanya saja mereka gak bisa hidup bersama waktu itu, karena banyak yang mengincar anak perempuan Tiger, apalagi musuh Tiger yang begitu banyak. Mengetahui Tiger akan pensiun, banyak orang yang mengambil kesempatan itu, untung saja Neo mengambil alih memimpin mafia sisilia tanpa melibatkan Tiger dan keluarganya.
Namun, siapa sangka jika Jordan berada di samping Neo selama ini, memimpin mafia sisilia, demi tetap menjaga keamanan keluarganya.
Neo, memperkenalkan dirinya kepada keluarga Xavier, di sana ada Victoria istri Malvin, ada Izan anak dari Malvin dan Victoria. Tidak ada Adam, karena saat ini pria tua itu sedang berada di kamarnya.
"Tidak mau masuk dulu?"tawar Victoria, tetapi Jordan menolaknya, tujuan Jordan adalah untuk menjemput Putri Maryam dari tempat itu.
"Tidak Tante, terima kasih. Aku sudah membeli town house yang dekat dengan kampus Putri Maryam," ungkap Jordan, membuat Neo kembali membulatkan matanya.
Neo bertanya, "Tuan muda, kapan Anda membeli itu?"
"Tiga jam yang lalu, sebelum kita mendarat di Indonesia," jawab Jordan dengan raut wajah datarnya. Putri Maryam dan yang lain membulatkan mata mereka, tetapi bagi Neo itu sudah sering terjadi, bahkan mobil yang ada di halaman rumah Xavier baru saja di beli Jordan belum seharian ini.
Melihat wajah mereka yang terkejut, lalu Jordan berjalan ke arah mobil, serta meminta Putri Maryam untuk segera ikut dengannya. Dulu, Putri Maryam hanya tinggal di asrama yang dekat kampusnya. Dia tinggal bersama rekan kampusnya di asrama, dan wanita itu juga satu tingkatan dengan Putri Maryam.
Terpaksa Neo harus pergi dengan menggunakan taxi online. Karena mobil sport hanya muat untuk dua orang saja. Sepanjang perjalanan Putri Maryam hanya sibuk menceritakan kehidupan dia selama tinggal di Indonesia. Tetapi, Jordan dapat melihat jika Putri Maryam sedang memberitahu sang kakak betapa sepinya hidup dia di Indonesia jauh dari orang tuanya.
"Kamu sudah besar, Kakak akan tinggal bersama denganmu di sini," ujar Jordan mengusap lembut kepala sang adik.
Tak lama kemudian, mobil mereka memasuki sebuah halaman town house yang cukup mewah, pagar terbuka hanya menekan remote nya saja. Jordan turun lebih dulu, lalu membuka pintu mobil untuk sang adik. Terlihat Putri Maryam tersenyum begitu bahagia, Jordan senang melihat sang adik yang begitu bahagia.
Beberapa mobil box datang, ternyata mobil tersebut datang bersama dengan Neo, yang sudah membereskan semua barang milik Putri Maryam di asrama.
Ponsel Putri Maryam berdering, membuat raut wajah Jordan berubah seketika ketika sang adik melihat layar ponselnya. Jordan tak ingin perhatian sang adik teralih untuk hal lain.
"Assalamualaikum, ukhti." Ucap Putri Maryam, ketika panggilan itu terjawab. Tetapi, Jordan langsung merebut ponsel di tangan sang adik secara paksa.
"Kakak!"pekik Maryam, yang terkejut tiba-tiba ponselnya di rebut oleh Jordan, ketika Jordan hendak memarahi orang yang menelpon sang adik, tetapi suara Jordan tercekat di tenggorokan kala mendengar suara wanita yang di seberang sana.
[Waalaikumsalam, kenapa ukhti tak memberitahu saya, jika ukhti mau pindah? Harusnya saya bisa membantu Anda bukan?] tukas seseorang di sebrang sana, membuat jantung Jordan berdetak begitu kencang.
[Ukhti Maryam, apa Anda mendengarkan saya?]lanjutnya, Putri Maryam langsung merebut ponsel di tangan Jordan.
"Ma-Maaf ukhti, saya mendengar nanti saya menghubungi Anda lagi, saya tutup dulu ya, Assalamualaikum."
[Waalaikumsalam]
Panggilan terputus, tetapi Jordan terlihat tersenyum sendiri membuat Neo dan Maryam mengerutkan kening mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!