Malam yang makin menampakkan kegarangannya, angin dan hujan seolah saling menyombongkan kehebatannya. Cuaca yang sangat dingin dan gelap tidak menyurutkan niat gadis itu untuk tetap pergi meninggalkan rumahnya. Meninggalkan tempat yang penuh kenangan indah bersama ibunya dan juga menyakitkan. Dia harus pergi sekarang juga, jika tidak kesempatan keluar dari belenggu siksa yang bahkan mungkin akan merenggut nyawanya tidak akan pernah ada lagi.
“Pergilah nak, ayah mengizinkanmu pergi dari rumah ini…”ucap ayah Bagas.
“Tapi ayah, bagaimana dengan ayah? Aku tidak mungkin meninggalkan ayah dengan kondisi ayah seperti ini?”tanya Tita kemudian.
“Pergilah nak, kau tidak usah mengkhawatirkan ayah, ayah bisa menjaga diri…kau harus segera pergi dari tempat ini”
“Pergilah sebelum mama Renata kembali kau sudah harus pergi”ucap ayah Bagas sembari mendorong Tita keluar.
“Ini ada sedikit uang dan kalung peninggalan ibumu, kiranya cukup untuk kamu ke kota dan mencari tempat tinggal, pergilah nak…pergi sejauh mungkin sampai tidak ada seorang pun yang bisa menemukanmu…”ucap ayah Bagas lagi sambil terus mendorong Tita keluar.
“Tidak ayah, aku tidak mungkin meninggalkan ayah. Ayah sedang sakit, aku tidak bisa ayah hiks…hiks…”ucap Tita dengan berderai air mata.
“Tidak nak kau tetap harus pergi dari rumah ini, ini bukan tempat yang baik untukmu. Kau berhak bahagia anakku, kau harus pergi untuk menggapai semua impianmu. Jika kau tetap tinggal kau hanya akan menjadi semakin tersiksa dan ayah tidak mau itu…”
“Tapi ayah, siapa yang akan merawat ayah kalau Tita pergi?” Balas tita.
“Pergilah nak, jangan perdulikan ayah…mama Renata tidak akan menyakiti ayah. Tapi kau tetap harus pergi”ucap ayah Bagas meyakinkan Tita.
“Hiks…hiks….ayah…”
“Waktumu tidak banyak, mama Renata sebentar lagi akan pulang. Pergilah nak…pergi…”mendorong Tita lebih keras.
“Baiklah ayah aku akan pergi, tapi ayah harus janji. Ayah harus tetap hidup sampai Tita kembali lagi ke rumah ini untuk menjemput ayah…hiks…”memeluk ayah bagas.
“Ayah janji nak ayah akan menunggumu kembali nanti. Pergilah sejauh mungkin gapai cita-citamu…maafkan ayah yang tidak bisa berbuat banyak untukmu, tapi ketahuilah anakku bahwa di setiap langkahmu ada doa ayah yang akan selalu menyertaimu”
Aku pergi ayah….”melepaskan pelukan ayah.
Tita berlari sekuat tenaga, derasnya hujan dan dinginnya malam tidak menyurutkan langkahnya.
“Ayah aku berjanji akan kembali menjemput ayah dan akan membawa ayah bersamaku…ibu bantu aku jaga ayah hiks…”Tita menyeka air matanya dan terus berlari tanpa sekalipun menengok ke belakang.
Tita terus berlari tanpa henti entah sudha berapa jauh dia berlari, kakinya pun sudah terasa lelah. Tita berhenti di pertigaan jalan, dia bingung ke arah mana yang harus dia tuju. Tita yang sudah sangat kelelahan akhirnya memutuskan berhenti di sebuah halte untuk sekedar beristirahat dan meluruskan badannya.
“Bagaimana keadaan ayah sekarang? Apakah ayah akan baik-baik saja? Bagaimana kalau mama Renata menyiksa ayah? “Ratusan pertanyaan menghampiri benak Tita hingga akhirnya rasa kantuk datang dan dia pun tertidur.
...****************...
“Mas Tita mana? Kenapa di kamarnya gak ada?” Tanya mama Renata.
“Aku tidak tahu, aku sejak tadi beristirahat di kamar” ucap ayah Bagas berbohong.
“Halah…kau jangan berbohong mas, kau pasti tahu kemana Tita pergi, jawab aku mas…kamu tahu kan?”selidik mama Renata.
“Aku benar-benar tidak tahu Renata, kaukan lihat aku baru saja bangun saat kau datang”ucap ayah Bagas.
“Mas…mas…aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu mas, mulut kamu bisa saja berbohong tapi wajahmu gak bisa mas. Udahlah mas cepat jawab mana Tita? “ suara mana Renata mulai meninggi.
“Aku benar tidak tahu Renata, kenapa kau tidak percaya padaku. Lagian kalau memang Tita pergi biarkan saja, dia bebas kemanapun dia mau. Dia sudah banyak menderita di rumah ini”
“Apa mas, biarkan saja katamu? Setelah semua persiapan sudah kulakukan? Jawab aku mas, kemana Tita pergi?”
“Kamu tahu kan mas 2 hari lagi adalah hari pernikahan Tita. Pak Bondan sudah memberikan kita banyak uang agar bisa menikahi Tita dan kau malah mendukung anak kamu itu pergi? Mau taruh dimana muka kita mas, bagaimana kita mengembalikan uang yang sudah Pak Bondan berikan. Ini tidak boleh terjadi mas, Tita harus menikah. Dimana Tita Mas, dimana kamu menyembunyikannya.?ha?”mama Renata mendorong ayah Bagas dari tempat tidur.
“Renata…Tita sudah besar dia berhak menentukan hidupnya, selama ini kau selalu menyiksa Tita tanpa henti, apapun yang kau inginkan selalu diturutinya. Sekarang biarkan dia pergi, Tita berhak hidup lebih baik sesuai keinginannya. Aku juga tidak rela anakku menikah dengan lelaki seperti Pak Bondan”tegas ayah Bagas.
“Diam kamu mas, kamu pikir kamu siapa mas berani bicara seperti itu kepadaku. mas kamu itu sudah tidak berguna kamu bahkan tidak bisa menafkahiku. Selama ini aku dan Livia yang mencari nafkah untuk kita mas, jadi wajar saja jika aku meminta sedikit pengorbanan dari anak kamu itu”ucap mama Renata lagi.
“Berjudikah yang kamu bilang cari nafkah? Ingat Renata aku seperti ini juga karena kamu. Kalau saja kamu dan anakmu itu tidak berjudi dan hobi menghabiskan uang hingga semua hartaku habis lalu kamu dikerjar-kejar rentenir itu mungkin hidup kita tidak akan seperti ini. Perusahaanku bangkrut dan aku mengalami kecelakaan itu semua karena kamu Renata”
“Udah deh ma, mending suruh anak buah mama untuk cari si Tita itu. Aku tidak mau jatuh miskin kalau sampai pernikahan itu tidak terlaksana”livia tiba-tiba menyela.
“Benar Livia, mama akan menyuruh anak buah mama mencari Tita. Dan ingat mas jika Tita tidak ketemu maka mas akan menanggung akibatnya” mendorong ayah Bagas sampai terjatuh dan berlalu.
“Semoga kau sudah pergi jauh anakku”gumam ayah Bagas lalu bangkit kembali ke kamarnya.
Di luar mama Renata terlihat gelisah menunggu kabar dari seseorang. Ia tidak menyangka kalau Tita akan berani kabur darinya. Apa yang akan dikatakan Pak Bondan jika tahu Tita kabur?
Livia yang sejak tadi melihat mamanya mondar mandir tidak menentu langsung menyela mamanya.
“Udah ma, Tita pasti akan ketemu ko… mama tenang aja”ucap Livia menenangkan.
“Semoga saja, karena jika sampai Tita tidak ketemu maka habislah kita livia, Pak Bondan pasti akan sangat marah sama kita”
Kriing…kring…Handphone mama Renata berbunyi.
“Halo? Apa kamu sudah menemukan anak itu?”tanya mama Renata buru-buru.
“Maaf bos, kami sudah mencari di segala penjuru tapi anak itu tetap tidak ketemu, sepertinya anak itu sudah sangat jauh dari kita ini bos” suara anak buah mama Renata.
“Apa kamu bilang? Tidak ketemu? Kamu harus tetap mencari dia pasti bersembunyi di suatu tempat, jangan berhenti sampai anak itu ketemu. Mengerti?”marah mama Renata.
“Baik bos” telepon terputus.
“Akkkkkhhhh, anak kurang ajar. Bagaimana aku akan bicara sama pak Bondan?? Awas kamu Tita kalau nanti ketemu aku habisi kau anak sialan”
Mama Renata dan Livia kemudian masuk dan kembali berteriak.
“Masssss…massss…dimana kamu masss…mass?????”teriakan mama Renata semakin meninggi.
“Ada apa Renata, kenapa kau tidak membiarkanku beristirahat sedikitpun. Kau selalu saja berteriak”jawab ayah Bagas.
“Mas jawab aku kemana anak kamu itu kabur, jawab aku. Anak itu sudah mempermalukan aku mas, jawab ?”tanya mama Renata memaksa.
“Aku benar tidak tahu Renata, sadar kamu. Kenapa kamu begitu tega menjual anak kamu sama lelaki tua itu”
“Dia bukan anakku mas, dan wajar kalau aku melakukan itu. Anggap saja ini sebagai bayaran karena aku sudah menghidupi kalian”sombong mama Renata.
“Tega kamu Renata, aku ini suami kamu. Anakku adalah anak kamu juga. Kenapa tidak kau suruh saja Livia menggantikan Tita menikahi Pak Bondan? “
“Pak Bondan menyukai Tita dan ingin menikahinya, dia tidak ingin wanita lain. Lagi pula anak kamu itu lebih pantas aku jual dibanding anak aku, sudah mas kamu sudah terlalu banyak bicara…apa kamu sadar kalau bukan aku yang menghidupi kamu apa kamu dan anak kamu itu masih bisa hidup di dunia ini ha? “Mama Renata kembali meninggikan suaranya.
“Aku tahu itu Renata, aku berjanji ketika aku sudah sehat kembali aku akan mencari uang yang banyak lagi untukmu, kau hanya harus sabar Renata”
“Halah mas..sehat kamu bilang? Berjalan saja kamu kesusahan, apa tadi kamu bilang? Aku harus bersabar? Bersampai kapan mas…sampai kamu mati atau dunia kiamat. Kamu jangan banyak bicara mas, kamu sudah tidak berguna lagi” ucap mama Renata sambil berlalu.
“Mas aku sudah tidak tahan lagi, karena kau mendukung anak kamu pergi jadi kamu juga harus pergi mas. Pergi kamu mas, aku tidak mau melihat muka kamu lagi. Ini pakaian kamu mas, pergi kamu dari sini. Rumah ini aku ambil sebagai biaya pengganti biaya kehidupan kamu selama ini” melempar pakaian ayah Bagas.
“Apa maksud kamu Renata, ini rumahku?”
“Rumah kamu, apa kamu kurang jelas dengan perkataanku tadi. Rumah ini aku ambil sebagai pengganti biaya kehidupanmu dan anakmu selama ini. Dan ingat satu hal mas aku tidak akan melupakan apa yang telah anak kamu lakukan itu, aku akan mencarinya dan menghabisinya”ancam mama Renata.
“Hey bapak tua, pergi lo sana. Ayah sama anak sama saja bikin pusing..Cih…”sela Livia.
Mama Renata dan Livia menarik paksa ayah Bagas keluar rumah kemudian menutup pintu rapat-rapat.
“Tega kamu Renata, entah apa yang akan kamu lihat nanti”ucap ayah Bagas.
...****************...
*Ini karya pertama author semoga pembaca suka yah maafkan kalau ada typo. Jika berkenan silahkan tinggalkan komentar baik kalian **☺️☺️🥰*
Prameswari Pratista Bagaskara atau Tita merupakan anak tunggal dari Bagaskara Wijaya dan Athalia Citra. Tita gadis yang cantik juga cerdas, hatinya mulia penuh kebaikan. Kehidupan Tita bersama ayah dan ibunya sangatlah bahagia saat itu.
Umur 6 tahun Tita harus kehilangan ibunya karena sakit, dan Tita tumbuh besar hanya bersama ayahnya. Ayah Bagas sebenarnya adalah orang yang cukup berada di kotanya, dia merupakan pengusaha yang terbilang sukses. Tetapi, setelah menikah dengan Renata Ellery kehidupan ayah Bagas dan Tita pun berubah sangat drastis.
Mama Renata memiliki seorang anak perempuan bernama Livia Faleia, namun sifat Livia sangatlah mirip dengan mama Renata. Livia tidak pernah menyukai Tita, entah karena apa Livia selalu menganggap kalau Tita adalah saingan yang harus dia singkirkan secepat mungkin.
Hobby mama Renata yang suka berjudi dan berbelanja menjadikan usaha ayah Bagas bangkrut dan menyisakan banyak hutang. Pasca bangkrut ayah Bagas terpaksa harus bekerja serabutan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Hingga suatu ketika terjadi sebuah kecelakaan, ayah Bagas tertimpa material bangunan saat bekerja yang mengakibatkan dirinya susah berjalan dan tidak dapat mencari pekerjaan lagi. Disinilah awal penderitaan Tita.
Kasih sayang yang Tita dapatkan dari mama Renata di awal - awal pernikahannya dengan ayah Bagas kini tidak ada lagi. Mama Renata selalu saja marah kepada Tita, apapun yang Tita lakukan akan selalu salah di mata mama Renata, ditambah Livia yang sering memprovokasi mamanya menjadikan mama Renata menjadi sangat benci kepada Tita.
Mama Renata dan Livia selalu menyiksa Tita setiap ada kesempatan, semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Tita. Tita hanya boleh beristirahat dan makan setelah semua pekerjaan selesai.
“Titaaaaa…bangun kamu, lihat ini sudah jam berapa. Mama belum sarapan, apa kamu mau mama mati karena tidak sarapan ha? “Teriak mama Renata membangunkan Tita.
“Maaf ma, badanku sakit semua sepertinya aku akan demam ma, apa bisa hari ini aku istirahat dulu, nanti setelah badan aku agak enakan aku kembali kerja ma “ucap Tita.
“Apaa? Kamu demam? Kalau kamu sakit siapa yang akan menyiapkan makanan untuk mama dan Livia, siapa yang akan mengerjakan semua pekerjaan rumah? Belum lagi siapa yang akan merawat ayahmu?” Ucap mama Renata dengan mata melotot.
“Kamu kan tahu mama sudah memecat Bibi karena ayah kamu sudah tidak bisa bekerja, lalu kalau kamu sakit siapa yang akan mengerjakan semuanya, siapa?”ucapnya lagi.
“Baik ma, aku akan mengerjakan semua” balas Tita sambil beranjak dari tempat tidurnya.
“Nah gitu dong, bereskan semuanya mama gak suka liat rumah berantakan “ seru mama Renata.
“Hei jelek, nih baju aku di setrika yang rapih yah aku mau keluar awas aja kalau sampai kamu rusakin ni baju mahal tau kamu tidak akan sanggup belinya” ucap Livia tiba - tiba datang melempar bajunya ke arah Tita.
“Ya”ucap Tita singkat sambil berlalu.
“Livia, kamu memangnya mau kemana hari ini. Masih pagi udah mau pergi aja”tanya mama Renata.
“Aku ada klien ma orang kaya, jadi aku harus prepare dengan baik” jawab Livia sambil senyum.
“Wah kamu harus tampil cantik sayang biar klien kamu puas dengan servis kamu, dan jangan lupa bawa uang yang banyak, mama sudah lama gak shopping”
“Sip ma, apa sih yang gak buat mama”ucap Livia memeluk mama Renata.
“Kamu memang anak mama”mencium kening Livia.
Tita melihat keakraban Livia dan mamanya tiba - tiba merindukan ibunya, jika saja ibunya masih hidup mungkin Tita akan mendapatkan pelukan dan kasih sayang juga dari ibunya. Tanpa Tita sadari mama Renata memperhatikan Tita sejak tadi.
“Hey kamu kenapa bengong bukannya kerja”
“Ba..baik ma” ucap Tita sedikit berlari.
Tita langsung menuju dapur untuk membuat sarapan buat keluarganya. Setelah membuat sarapan ia lalu mengambil pakaian kotor memilah - milah pakaian putih dan berwarna lalu memasukkannya ke dalam mesin cuci. Tita kemudian menyetrika pakaian tak lupa ia membangunkan ayahnya untuk sarapan dan minum obat. Setelah memastikan semua orang sudah sarapan dia kemudian lanjut untuk bersih - bersih rumah dan halaman.
Terkadang jika Tita melupakan satu hal dalam pekerjaannya, dia harus menerima hukuman tambahan dari mama Renata. Entah itu hukuman cambuk atau harus terkurung dalam gudang sehari semalam tanpa makan dan minum. Tapi Tita tetap melakukannya dengan sepenuh hati dengan harapan bahwa suatu hari nanti mama Renata dan Livia akan menyadari kesalahannya dan kehidupan akan berjalan bahagia seperti dulu, meski Tita pun sendiri tidak tahu kapan itu terjadi.
Hari ini pekerjaan Tita terasa berat, itu karena Tita sedang tidak enak badan ditambah pekerjaan yang sepertinya semakin banyak saja setiap harinya. Ayah Bagas yang meihat Tita pun merasa sedih dan iba. Tita yang dulunya berlimpah kasih sayang sekarang harus merasakan pahitnya hidup, di usianya yang seharusnya menikmati indahnya masa perkuliahan dan bergaul bersama teman - temannya harus dia kubur dalam - dalam demi melakukan pekerjaan layaknya pembantu bahkan di rumahnya sendiri. Tak terasa air mata ayah Bagas mengalir di pipinya.
“Nak, kamu istirahat sayang, sejak tadi ayah lihat kamu belum sedikitpun menyentuh makanan”ucap ayah Bagas.
“Eh ayah kenapa ayah bangun? Ayah kan masih sakit? Mari Tita bantu ayah ke kamar”balas Tita kaget.
“Tidak nak, ayah sudah capek tiduran saja. Tita…kamu istirahat lah nak lihat badan kamu sangat panas, kamu bahkan belum minum obat Tita”ucap ayah khawatir.
“Tidak ayah aku masih kuat kok, setelah ini selesai aku akan makan dan minum obat lalu istirahat. Ayah sebaiknya juga ke kamar istirahat” ucap Tita mencoba mengalihkan.
“Tita maafkan ayah nak, karena ayah sakit dan tidak punya penghasilan lagi kamu jadi tidak bisa melanjutkan kuliahmu nak. Ayah juga minta maaf karena tidak bisa menjadi ayah yang baik buat kamu, ayah tidak bisa berbuat apa - apa saat mama Renata dan Livia semena - mena terhadapmu, ayah sudah gagal menjaga amanah ibu kamu. Maafkan ayah nak”ucap ayah Bagas dengan berderai air mata.
“Tidak ayah, ini bukan salah ayah. Ini sudah menjadi takdir yang harus Tita jalani. Allah sedang menguji kita tapi aku ikhlas menjalaninya karena aku yakin suatu saat nanti mama Renata akan menyadari kesalahannya dan kembali baik sama kita. Ayah jangan bersedih, aku gak mau ayah sakit karena ayah terlalu banyak pikiran” ucap Tita sambil menyeka air mata ayah dan memapahnya kembali ke kamar.
“Makasih Tita, kamu anak baik semoga kebahagiaan akan segera datang untukmu nak” ucap ayah Bagas memeluk Tita.
“Istirahatlah ayah, aku harus menyelesaikan ini semua sebelum mama Renata atau Livia pulang…cup” mencium kening ayah lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
...****************...
*Semoga kalian suka yah ceritanya **🥰🥰. Jangan lupa tinggalkan komentar baik dan membangun yah agar author lebih semangat nulisnya 😘😘*
Pagi menjelang, matahari sudah menampakkan kecantikannya. Suara kendaraan dan lalu lalang orang membangunkan Tita dari tidurnya. Kelelahan yang teramat sangat membuat Tita tertidur sangat nyenyak.
“Hoaammm…sudah pagi. Aku harus segera pergi jika tidak ingin ditemukan oleh mama Renata ataupun orang suruhannya”ucap Tita.
“Tapi kemana aku akan pergi? “Tita berpikir sejenak.
“Ya sebaiknya aku ke terminal dekat pasar, aku bisa mencari kendaraan untuk ke kota A dari sana jaraknya pun tidak jauh dari halte ini. Baiklah Tita semangat”menyemangati diri sendiri lalu beranjak dan kembali berjalan.
Jarak dari halte tempat Tita istirahat dengan terminal tidak terlalu jauh. Dia hanya perlu berjalan kaki kurang lebih 500m. Untuk sampai ke terminal angkutan luar kota Tita harus melewati pasar tradisional. Sesampainya di pasar ternyata sudah sangat ramai aktivitas jual beli disana, berbagai macam dagangan diperjual belikan di pasar ini. Dari makanan hingga perabotan rumah tangga pun ada.
Bicara soal makanan Tita baru sadar kalau dia bahkan belum sempat makan sejak semalam, wajar saja jika sekarang perutnya kini sudah berdemo minta disejahterakan. Tita memutuskan untuk singgah makan di warteg sebelum melanjutkan perjalanan ke terminal angkutan luar kota.
“Bu nasi campur 1 yah”ucap Tita memesan makanan.
“Oh baik neng tunggu sebentar yah” ucap pemilik warteg kepada Tita.
“Baik bu”
Tak menunggu lama pesanan Tita pun datang.
“Ini neng nasi campur nya, minumnya apa neng?”tanya pemilik warteg.
“Air mineral aja bu kala ada” ucap Tita.
“Ada dong neng tunggu yah ibu ambilkan dan selamat makan”
Tita yang memang sudah sangat lapar langsung memakan makanannya. Makanan itu terasa sangat nikmat di lidah Tita, entah karena rasanya yang memang sangat enak atau karena perut Tita yang sudah terlalu lama kosong yang jelas makanan itu terasa begitu nikmat.
“Alhamdulillah, terima kasih ya Allah aku masih bisa makan enak”ucap Tita mengucap syukur setelah selesai makan.
Tiba - tiba Tita teringat ayahnya
“Apa ayah juga sudah sarapan yah? Apa ayah baik - baik saja? Akhhh ayah maafkan Tita, ayah harus bertahan sampai Tita kembali” ucap Tita penuh kesedihan.
Selesai makan dan membayar kepada ibu pemilik warteg Tita langsung melanjutkan perjalanannya. Dia tidak ingin berlama - lama karena bisa saja saat ini mama Renata pasti sedang mencarinya.
“Bos bukannya itu gadis yang sedang kita cari? Tunjuk anak buah mama Renata.
Mama Renata pun melihat ke arah orang yang ditunjuk anak buahnya dan langsung menyunggingkan senyumnya.
“Benar segera tangkap dia sebelum dia kabur lagi”
“Baik bos”
Tita yang kebetulan juga melihat mama Renata kaget dan langsung berlari secepatnya. Apa yang ditakutinya kejadian, mama Renata dan anak buahnya benar mencarinya.
“Hey anak kurang ajar, mau kabur kemana kamu ha? Berhenti? Hey kamu cepat kejar dia? “Teriak mama Renata.
Tita berlari sekuat tenaga, dia tidak ingin tertangkap, karena jika tertangkap maka dia tidak akan bisa selamat. Tita berlari ke arah penjual sayuran, disana banyak mobil - mobil pick up sayur yang akan menuju ke luar kota sedang berjejer. Tanpa berpikir panjang Tita masuk ke dalam salah satu mobil pick up untuk bersembunyi.
“Ya Allah tolong aku, jangan biarkan mama Renata dan anak buahnya menemukan Tita”Tita bermohon dalam hati.
Tanpa Tita sadari ada seseorang yang sejak tadi memperhatikan Tita. Orang itu melihat Tita dikejar orang dan membiarkannya bersembunyi.
“Hei nak kenapa kau di kejar orang - orang itu?” Tanya bapak itu.
Tita yang kaget langsung berbicara kepada bapak itu
“ tolong aku pak, jangan bilang kalau aku sembunyi disini yah pak” Tita memohon.
Bapak itu melihat ketulusan juga ketakutan dalam wajah Tita, entah mengapa timbul rasa kasihan dalam dan dia pun menganggukkan kepalanya. Tita kembali bersembunyi di antara sayuran - sayuran.
Tak berselang lama, anak buah mama Renata yang mengejar Tita tadi berhenti dekat mobil bapak itu.
“Apa bapak melihat gadis cantik, tinggi putih lewat sini pak?” Tanya mereka.
“Wah bapak tidak lihat dek, bapak dari tadi disini gak lihat gadis cantik lewat, kalau mbak penjual jamu memang ada sih tadi lewat” ucap bapak itu berbohong.
“Sialan gadis itu kabur lagi, ayo cari ke arah sana. Gadis itu pasti belum jauh.
Mereka pun pergi ke arah lain untuk mencari Tita. Setelah dianggap aman bapak itu kemudian memanggil Tita.
“Mereka sudah pergi nak, sekarang coba ceritakan kenapa kau di kejar sama orang - orang itu, nampaknya mereka bukan orang baik - baik”tanya bapak itu.
Tita pun menceritakan semuanya kepada bapak itu tanpa satupun yang di sembunyikan. Bapak itu terlihat kaget dengar cerita Tita. Dia tidak menyangka gadis cantik di hadapannya ini punya kisah hidup yang sangt miris. Bapak itu pun memberikan tawaran.
“Jadi sekarang tujuan kamu kemana nak?” Tanya bapak itu.
“Aku tidak tahu pak, rencana aku akan ke terminal angkutan luar kota untuk ke kita A tapi tadi keburu dikejar pak sama anak buah mama tiri aku”ucap Tita.
“Kenapa harus ke kota A? Apa disana ada kerabat kamu? “ tanya bapak itu lagi.
“Aku tidak punya kerabat disana pak, aku hanya berpikir kalau kota A adalah kota yang paling aman untuk kabur karena jaraknya lumayan jauh dari sini dan tidak mungkin mama tiri aku bisa sampai kesana kalaupun nanti mereka akan mencariku kesana mungkin tidak dalam waktu dekat pak”ucap Tita yakin.
Melihat ketulusan di wajah Tita dan rasa empati yang besar akhirnya bapak itu menawarkan bantuan.
“Ya sudah, kalau memang niatmu sudah tekad nanti bapak antar. Kebetulan tempat tinggal bapak juga di kota A, bapak kesini hanya untuk mengambil sayuran untuk di jual kembali kesana”ucap bapak itu.
“Benar pak? Bapak gak bohong kak? “Tanya Tita.
“Benar nak, bapak kasihan sama kamu, jadi bapak akan antar kamu nanti disana bapak akan carikan kamu tempat tinggal”ucap bapak itu.
“Makasih banyak pak”
Tita memeluk bapak, itu meski baru kenal tapi Tita merasa seperti sedang bersama ayahnya.
“Iya sama - sama, kamu masuk saja ke mobil, bapak urus dulu pembayaran sayuran ini setelah itu kita jalan. Hati - hati jangan sampai kamu dilihat sama mereka lagi, jadi sebaiknya kamu agak menunduk dulu sampai suasana benar - benar aman”bapak itu mengingatkan.
“Baik pak” ucap Tita senang.
Tita dengan senang hati masuk ke mobil menunggu bapak itu sambil tetap berjaga - jaga.
“Oke semua sudah selesai, apa kamu siap nak tinggalkan kita ini?
“Insya Allah siap pak”
“Oke Bismillah…Lets go” mengemudikan mobilnya.
“Selamat tinggal kotaku, selamat tinggal semua kenanganku, selamat tinggal ayah. Aku berjanji akan kembali lagi dan menjemput ayah. Tetaplah hidup ayah tunggu aku”ucap Tita dalam hati.
...****************...
...*Tetap menantikan komentar positif kalian yah, **🥰🥰*...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!