NovelToon NovelToon

Obat Tidur Dalam Minumanku

Kedatangan Jelita dan Juwita

Namanya Jihan Kalila dia seorang ibu rumah tangga sekaligus pemilik butik yang cukup terkenal di kotanya, Jihan sudah menikah dengan lelaki pujaan hatinya yang bernama Bagas Dewantara dan mereka di karuniai seorang putri yang sangat cantik bernama Clara Ardilla yang saat ini berusia 5 tahun.

Bagas bekerja sebagai manajer keuangan di sebuah perusahaan swasta yang gajinya terbilang cukup tinggi. Tidak heran kehidupan mereka terbilang sangat mapan karena Jihan dan Bagas memiliki rumah dua lantai yang cukup besar dan mereka memiliki dua buah mobil yang biasanya mereka gunakan untuk pergi bekerja.

Kehidupan mereka sangat harmonis dan sangat bahagia walau pun Jihan dan Bagas sama-sama sibuk namun mereka selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan putri mereka. Jihan dan Bagas juga menyempatkan waktu untuk Deep talk sebelum tidur agar hubungan mereka tetap selalu mesra dan hangat.

Walau pun Jihan sangat sibuk dengan butiknya yang selalu ramai setiap hari, namun dirinya tidak pernah melalaikan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus seorang Ibu yang baik untuk keluarga kecilnya.

Setiap pagi Jihan pasti selalu menyempatkan waktu untuk membuatkan menu sarapan untuk keluarga kecilnya dan tidak lupa Jihan juga melayani semua kebutuhan sang suami sebelum berangkat ke kantor.

Setiap pagi mereka pasti selalu menyempatkan waktu untuk sarapan bersama sambil di selingi dengan beberapa obrolan ringan serta tawa saat mendengar tingkah lucu Clara.

Setalah suaminya berangkat ke kantor, Jihan juga berangkat namun dirinya menitipkan Clara pada Ibu mertuanya terlebih dahulu. Ya, sejak bayi Ibu mertuanya lah yang selalu menjaga Clara saat Jihan sedang berada di butik.

Pada suatu hari Ibu kandung Jihan datang bersama dengan Adik dan Kakak perempuannya yang bernama Juwita dan Jelita. Saat itu Ibu Jihan yang bernama Jenar meminta tolong pada putrinya untuk memberikan adik dan kakaknya pekerjaan karena saat itu adik Jihan yang bernama Juwita baru saja lulus SMA dan kakaknya yang bernama Jelita baru saja bercerai dari suaminya.

Jihan yang pada dasarnya wanita penyayang dan berhati lembut dengan senang hati membantu kakak dan adik perempuannya, namun pada saat itu Butiknya sedang tidak ada lowongan pekerjaan dan di kantor suaminya pun tidak ada lowongan pekerjaan juga. Jadi dengan dengan sedikit rasa sungkan Jihan mempekerjakan adiknya sebagai asisten rumah tangga, sementara kakaknya yang akan mengasuh Clara.

Beruntungnya Jelita dan Juwita tidak mempermasalahkan hal itu, namun sayangnya masalah datang dari suaminya yang kurang setuju jika adik dan kakak iparnya bekerja di rumah mereka.

" Ayolah bang Izinkan Kak Jelita dan Juwita untuk bekerja di sini ya? " Pinta Jihan sambil menangkupkan kedua tangannya di dada.

" Sebaiknya jangan sayang, carikan saja mereka perkejaan di luaran sana. " Balas Bagas yang tidak setuju jika kakak dan adik iparnya bekerja di rumah mereka.

" Tapikan kamu tau sendiri bang Juwita hanya lulusan SMA sementara Kak Jelita hanya lulusan SMP, di kota besar seperti ini mereka mau bekerja apa bang? Aku tidak tega jika harus menolak mereka? Apa lagi Ibu dia sangat berharap aku bisa membantu saudariku yang sedang kesusahan? " Tutur Jihan yang masih terus berusaha untuk membujuk suaminya.

" Ayolah bang aku mohon ijinkan mereka berdua untuk bekerja di sini ya? " Jihan meminta sambil berlutut di hadapan suaminya yang sedang duduk di pinggir ranjang.

" Baiklah Abang ijinkan tapi pastikan mereka berdua tidak bertingkah dan berbuat yang macam-macam di rumah ini. " Sahut Bagas yang akhirnya menyetujui permintaan sang istri.

Jihan langsung tersenyum senang lalu memeluk erat tubuh suaminya dan mencium seluruh wajahnya berkali-kali.

" Terima kasih Abang? " ucap Jihan yang sangat bahagia.

" Sama-sama, ya sudah kamu temui mereka dulu Abang mau mandi? " Bagas menjawab lalu dirinya segera beranjak menuju ke kamar mandi.

Dengan senyum yang mengembang Jihan melangkah menuju ke ruang tamu di mana Ibu, kakak, dan adiknya berada.

" Bagaimana Jihan apa Bagas mengijinkan? " Jenar bertanya saat melihat putri keduanya sedang berjalan mendekat ke arahnya.

" Alhamdulillah Abang mengijinkan Bu, sekarang Juwita dan kak Jelita sudah bisa bekerja di sini. " Jihan menjawab dan mereka yang ada di sana langsung tersenyum lega.

" Terima kasih banyak ya Jihan kamu sudah mau menerima kakak di sini? " ucap Jelita sambil menatap wajah adiknya.

" Sama-sama kak. " Balas Jihan sambil tersenyum juga.

" Terima kasih ya kak Jihan sudah mau menerima aku bekerja di sini? " Ucap Juwita sambil memeluk lengan kiri Jihan

" Sama-sama tapi aku mohon kamu dan kak Jelita kerja yang bener, jangan sampai bikin Bang Bagas marah karena aku sudah susah payah untuk membujuknya. " Jihan berkata sambil mencolek dagu adiknya.

" Siap Kak Jihan. " jawab Juwita dengan semangat.

" Ya udah kalau begitu Ibu pulang dulu ya nak? " Jenar berpamitan dan Jihan pun langsung mencegahnya.

" Ibu gak istirahat dulu? Masa mau langsung pulang saja? Besok saja Ibu pulangnya ya? " pinta Jihan sambil menatap wajah Ibunya.

" Gak usah nak Ibu mau langsung pulang saja kasihan Bibi kamu sendirian di rumah. " Tolak Jenar lalu dirinya mulai beranjak dari duduknya.

" Ya udah kalau begitu Ibu pulang dulu ya Jihan? Untuk kamu Jelita dan Juwita kerja yang benar jangan buat masalah di sini? " Jenar berkata sambil melangkah keluar di ikuti ketiga putrinya.

" Iya Ibu hati-hati ya? " Jihan membalas sambil mencium punggung tangan Ibunya dan Jenar pun mengangguk sebagai jawaban.

" Iya Ibu tenang saja aku dan Juwita akan bekerja dengan baik di sini. " Jelita menimpali sambil mencium punggung tangan Ibunya dan diikuti dengan Juwita setelahnya.

Setelah itu Jenar mulai melangkah masuk ke dalam taksi yang sudah Jihan pesan sebelumnya, taksi mulai bergerak maju meninggalkan kediaman Jihan dan suaminya.

Saat taksi yang membawa Ibunya sudah menghilang dari pandangan mata, Jihan segera mengajak adik dan kakaknya untuk masuk ke kamar mereka.

" Ayo Juwita dan kak Jelita akan aku tunjukkan kamar kalian. " Jihan berucap sambil mengajak kedua saudarinya masuk ke dalam kamar.

Jihan segera melangkah masuk di ikuti oleh kedua saudarinya yang membawa tas pakaian masing-masing. Mereka terus melangkah sampai melewati tangga mereka bertemu dengan Bagas namun dirinya hanya memasang wajah yang datar tanpa ekspresi. Juwita dan juga Jelita yang sudah biasa melihat Bagas seperti itu tidak mempermasalahkannya dan tetap terus melangkah menuju ke kamar mereka.

" Kak ini kamar kamu dan Juwita ya? " Jihan menempatkan mereka di kamar tamu lantai bawah yang biasanya selalu mereka gunakan setiap kali berkunjung dan menginap di rumah Jihan.

" Hmm Jihan bisa tidak aku dan Juwita berbeda kamar soalnya Juwita kalau tidur selalu mendengkur dan aku merasa terganggu dengan suaranya. " Jelita meminta dengan hati-hati.

Jihan mengerutkan dahinya mendengar penuturan dari kakaknya itu.

" Sekarang kamu mendengkur Juwita? Sejak kapan?" Jihan bertanya lalu dengan cepat di sanggah oleh Juwita

" Tidak kak Jihan, kak Jelita itu berbohong mana mungkin aku mendengkur! " sanggah Juwita tidak terima.

" Kamu kan lagi tidur Juwita jadi mana tahu, kakak yang setiap hari mendengarkan dengkuran mu yang mirip seperti kenalpot bajaj itu. " Tutur Jelita sambil mengejek adiknya.

Baru saja Juwita ingin membalas ucapan Kakaknya yang sangat kurang ajar, Jihan sudah menengahinya terlebih dahulu.

" Sudah-sudah jangan pada ribut, ayo Juwita kamu ikut kakak ke kamar sebelah. " Ajak Jihan dan Juwita pun mengikuti langkah kaki kakaknya.

Sejak saat itu Juwita dan Jelita resmi bekerja di rumah Jihan sebagai asisten rumah tangga dan baby sitter untuk Putri semata wayangnya Clara.

Suara siapa itu?

Terhitung satu tahun sudah Juwita dan Jelita bekerja di rumah Jihan, sejak ada kedua saudarinya Jihan merasa sangat terbantu sekali karena saat pagi hari dia tidak terlalu repot namun dia tetap memasak untuk sarapan keluarga kecilnya.

Rutinitas mereka masih sama seperti biasanya, namun sudah tiga bulan belakangan ini Jihan sangat sibuk sekali karena dirinya akan membuka cabang butiknya yang kedua. Kesibukan Jihan semakin bertambah karena dia mengikuti lomba fashion Nasional yang rutin di adakan setiap tahunnya. Dan lomba tersebut diikuti oleh banyak sekali butik dari dalam mau pun luar kota yang bersaing ingin menjadi pemenang yang akan berkesempatan untuk mendapatkan client besar dari para golongan atas.

Sebagai seorang pemilik butik yang masih berada di level bawah sudah tentu Jihan sangat tergiur dan ingin sekali memenangkan lomba itu demi nama butiknya yang akan semakin terkenal dan bersinar. Walau pun acaranya di adakan 3 bulan lagi namun Jihan sudah mempersiapkan desain terbaiknya sejak jauh-jauh hari di bantu oleh Fitri sahabat sekaligus orang kepercayaan di butik miliknya.

" Kamu gak pulang Jihan ini sudah larut malam loh? " Ucap Fitri yang ingin pulang namun sahabat sekaligus bosnya itu masih berada di dalam ruangannya.

" Eh kamu Fit, iya nanggung sebentar lagi siap nih. " Jihan menjawab sambil tangannya terus bergerak di atas buku sketsa untuk menyelesaikan desain fashion keduanya.

" Coba lihat dong desain yang ini bagusan yang mana sama yang kemarin? " Fitri berbicara sambil melangkah mendekat ke arah meja kerja Jihan.

" Coba kamu lihat ini Fit bagus tidak? " Jihan menyahut sambil menunjukkan sketsa yang sudah dia buat.

" Hmm sepertinya bagian bawahnya agak di panjangin dikit terus di kanannya ada aksen pita yang kecil pasti lebih cantik. " Fitri berujar memberikan masukan pada desain yang di buat oleh Jihan.

Jihan tampak diam dan memikirkan masukan dari Fitri yang ada benarnya juga.

" Bener juga apa kata kamu ya udah deh aku ubah sekarang. " ucap Jihan yang ingin segera mengubah sketsanya namun dengan cepat di cegah oleh Fitri.

" No, ini sudah malam Jihan kamu gak lihat udah jam 08.00 malam, kamu gak takut meninggalkan Bagas di rumah bersama Juwita dan kak Jelita. " entah kenapa Fitri memiliki firasat yang tidak baik terhadap rumah tangga sahabatnya itu.

" Kamu ini ada-ada saja sih Fit, apa yang harus aku takutkan coba? ". Jihan menjawab dengan santai dan malah sambil tertawa.

" Aku serius Jihan aku memiliki firasat yang tidak baik terhadap rumah tangga kamu. " Fitri menyampaikannya Firasat buruknya namun hanya di tanggapi dengan tawa saja oleh Jihan.

" Hahaha kamu ini terlalu banyak menonton Drakor Fitri, sudah ayo kita pulang. " Ajak Jihan sambil mengambil tas dan kunci mobilnya.

" Jihan kamu harus mendengarkan aku, kamu harus menjaga suami kamu dengan baik. " Fitri masih terus berusaha meyakinkan sahabatnya itu.

" Kamu terlalu banyak nonton Drakor Fitri jadi terbawa suasana lagi pula aku percaya dengan suamiku, sudah sekarang kita pulang aku akan mengantarmu? " Sahut Jihan sambil masuk ke dalam mobilnya.

Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil, Jihan segera melajukan nya menuju ke apartemen tempat sahabatnya tinggal.

" Aku serius Jihan kamu harus menjaga suami kamu. " Fitri kembali mengutarakan rasa kekhawatirannya.

" Sudahlah Fitri lebih baik kamu masuk, mandi terus istirahat supaya bayangan Drakor dalam kepala kamu menghilang, oh iy lusa jangan lupa datang lebih cepat karena kita akan meninjau lokasi yang kemarin kamu kasih tau aku. " Tutur Jihan sambil tersenyum menenangkan.

" Huuh susah banget sih ngasih tau kamu Jihan. " sungut Fitri sambil membuka seatbelt yang dia kenakan.

Setelah itu Fitri segera keluar dari dalam mobil sahabatnya sambil memasang wajah kesal. Ya, itulah Jihan dia adalah wanita yang baik, berhati lembut dan selalu berprasangka baik kepada siapapun.

Di dalam mobilnya Jihan hanyaa bisa geleng-geleng kepala melihat sahabatnya yang selalu over thinking sejak kedua saudarinya bekerja di rumahnya.

" Fitri, Fitri kamu ada-ada saja. " gumam Jihan yang segera memacu laju roda empatnya kembali ke rumahnya yang kebetulan satu arah dengan apartemen Fitri.

Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit akhirnya mobil yang Jihan kendarai tiba di rumah yang menjadi istananya bersama keluarga kecilnya. Karena hari sudah malam suasana di rumah Jihan sudah sangat sepi karena di jam segini biasanya anggota keluarganya sudah masuk ke dalam kamar mereka masing-masing.

Sebelum masuk ke dalam kamarnya Jihan terlebih dahulu masuk ke dalam kamar putrinya yang letaknya berada di lantai satu antara kamar kedua saudarinya.

Ceklek...

Saat membuka pintu kamar putrinya Jihan melihat Clara yang sudah tidur pulas di atas ranjang empuknya.

" Maafin Mama ya sayang sekarang jarang main sama Clara tapi Mama janji setelah semua urusan Mama selesai, Mama akan ajak Clara jalan-jalan kemana pun yang Clara mau. " ucap Jihan dengan pelan sambil mengusap-usap rambut hitam milik Clara.

Setelah itu Jihan mencium kening Clara sangat lama barulah dirinya beranjak keluar dari dalam kamar putrinya, namun baru saja Jihan menutup pintu kamar putrinya Jihan samar-samar mendengar suara de***an seorang wanita yang berasal dari dapur.

" Seperti suara de***an tapi milik siapa? " gumam Jihan yang semakin menajamkan pendengarannya.

Karena penasaran dengan pemilik suara de***an itu, Jihan melangkahkan kakinya menuju ke sumber suara yang berasal dari area belakang rumah yang merupakan tempat laundry room. Semakin di dekati suara itu semakin terdengar dengan jelas.

Namun sayang karena Jihan menggunakan sepatu Stiletto yang suaranya akan terdengar di tengah sunyi nya suasana malam membuat suara de***an itu menghilang dan tak lagi terdengar.

Karena rasa penasaran yang sangat tinggi membuat Jihan tetap melangkah ke sana namun saat tiba di area laundry room tidak ada siapapun. Jihan celingukan melihat area laundry room yang benar-benar kosong dan tidak ada siapapun di sana.

" Itu tadi suara de***an beneran atau hanya orang yang sedang menonton video ninaninu? Tapi siapa yang kurang kerjaan nonton video ninaninu di sini? Sementara yang di rumah ini hanya kami berlima? " gumam Jihan sembari berfikir.

" Tapi sudahlah besok tinggal aku tanyakan saja pada Juwita dan kak Jelita, jika memang mereka yang menonton tinggal aku ingatkan mereka saja. " gumam Jihan lagi lalu dirinya segera pergi dari area laundry room menuju ke kamarnya.

Ceklek...

" Kamu baru pulang sayang? " Bagas menegur istrinya yang baru saja masuk ke dalam kamar.

" Iya Bang kamu kok tumben malam-malam begini mandi? Baru pulang juga? " Jihan bertanya sambil melepas jam dan aksesoris yang dia gunakan.

" Tidak sayang, Abang sudah pulang dari sore tapi malam ini gerah banget jadi Abang mandi lagi. " Bagas menjawab sambil memakai pakaiannya.

" Ya udah aku mandi juga ya bang gerah dan lengket banget nih. " pamit Jihan yang segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Bertanya pada Clara

30 menit waktu yang Jihan butuhkan untuk membersihkan diri, saat keluar dari dalam kamar mandi Jihan merasa lebih segar dan dia segera memakai pakaian tidurnya dan bergabung bersama suaminya yang berada di atas kasur sambil memainkan ponselnya.

" Chat dari siapa Bang? " Jihan bertanya sambil naik ke atas ranjang namun Bagas buru-buru menutup ponselnya.

" Gak dari siapa-siapa sayang hanya dari operator, gimana butik hari ini sayang ramai tidak? " Bagas menjawab sambil melontarkan pertanyaan yang lain.

Bagas menyandarkan punggungnya di headboard ranjang dan Jihan pun menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami sambil mendengarkan detak jantungnya, dalam posisi seperti inilah yang paling Jihan sukai.

" Alhamdulillah ramai bang, oh iya bang saat aku keluar dari kamar Clara tadi aku mendengar seperti suara de***an seorang wanita yang berasal dari area laundry room Bang tapi saat aku kesana tidak ada siapa pun, kira-kira itu suara de***an beneran atau suara orang yang lagi nonton video ninaninu ya Bang? " Jihan bercerita sambil melihat wajah suaminya dari bawah.

" Nanti kamu hanya halusinasi sayang, Mana mungkin ada yang berani berbuat asusila di rumah kita, lagi pula kak Jelita atau pun Juwita tidak akan mungkin berani menonton video seperti itu dengan volume yang di keraskan. " Bagas menjawab sesuai dengan apa yang ada di pikirannya.

" Iya juga ya Bang? Tapi suaranya seperti beneran kok. " ungkap Jihan yang mulai ragu dengan pendengarannya sendiri.

" Sudahlah sayang jangan di besar-besarkan anggap saja kamu tadi salah dengar, udah yuk kita tidur udah malam. " Bagas langsung merebahkan tubuhnya dan lanjut memejamkan matanya.

Walau pun Jihan masih ingin berbicara panjang dengan suaminya namun melihat Bagas yang sudah memejamkan matanya, dengan terpaksa Jihan pun ikut memejamkan kedua matanya karena tubuhnya pun juga sudah lelah setelah berkativitas seharian.

Keesokan harinya...

Hari ini adalah jadwalnya Juwita dan Jelita untuk izin pulang menemui Ibunya. Bagas yang awalnya selalu datar dan acuh pada kedua saudari istrinya sekarang lebih perhatian bahkan sudah enam bulan ini Bagas selalu mengantarkan Juwita dan Jelita untuk kembali pulang ke rumah Ibunya.

Bukannya cemburu Jihan justru bahagia karena itu artinya suaminya sudah bisa menerima dengan ikhlas adik dan kakaknya untuk bekerja di rumah mereka.

" Abang jadi mengantar Juwita dan kak Jelita pulang ke rumah Ibu? " Jihan bertanya sambil memasangkan kancing kemeja suaminya.

" Jadi sayang, hari ini Abang ada meeting di luar jadi bisa sekalian mengantar mereka pulang. " Bagas menjawab sambil memasang jam di tangannya.

Cuup...

" Terima kasih sayang. " Bagas berucap sambil mencium kening istrinya.

" Sama-sama Bang kalau begitu ayo kita sarapan aku sudah memasakkan nasi goreng kesukaan Abang. " Jihan menjawab sambil tersenyum manis untuk suaminya.

" Ayo sayang Abang sudah kangen sama nasi goreng buatan kamu. " Bagas menyahut dan mereka berdua segera berlalu dari dalam kamar.

Mereka berdua bergandengan tangan menuruni anak tangga menuju ke meja makan.

" Mama Papa. " Clara menyapa dengan suara khas anak kecilnya.

" Selamat pagi princess nya Mama. " Jihan balik menyapa sambil mencium kening Clara dengan sayang.

" Selamat pagi princess Papa. " Bagas ikut menyapa dan mencium kening Clara juga.

" Ma kata Bude hari ini Mama yang jagain aku ya? " Clara bertanya dengan begitu bersemangat.

" Iya sayang hari ini kan Bude sama Bibi mau pulang ke rumah nenek jadi Clara sama Mama di rumah. " tutur Jihan sambil menyendokkan nasi goreng untuk suami dan anaknya.

" Horeee hari ini main sama Mama, nanti kita main boneka ya Ma? " ajak Clara yang begitu sangat bahagia karena bisa bersama Mamanya.

" Iya sayang, ya sudah ayo kita sarapan dulu tapi sebelum itu Clara jangan lupa baca doa dulu. " Ucap Jihan dan Clara langsung menadahkan tangan dan membaca doa sebelum makan.

Pagi ini mereka sarapan hanya bertiga karena Juwita dan Jelita sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Selesai sarapan Jihan dan Clara mengantar Bagas, Juwita dan Jelita sampai ke teras rumah.

" Abang hati-hati di jalan ya jangan kebut-kebutan? " Jihan mengingatkan sambil mencium punggung tangan suaminya.

" Iya sayang Abang pergi dulu ya? " Bagas mencium kening istrinya di hadapan Clara dan kedua saudarinya.

" Cie.. cie Mama Papa. " Clara menggoda kedua orangtuanya sambil tertawa.

" Eh kamu ini belajar dari mana cie cie seperti itu? " Jihan bertanya sambil menggelitik pinggang putri kecilnya.

" Hahaha geli Mama. " ucap Clara yang tertawa terbahak-bahak.

Setalah itu suami dan kedua saudarinya segera masuk ke dalam mobil dan mobil tersebut mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah mereka.

" Mama Kita main boneka yuk? " Clara menarik tangan Mamanya setelah mobil Papanya sudah pergi dan menghilang dari pandangan mata.

" Ayo gvkita main. " sahut Jihan yang mengikuti langkah kaki kecil putrinya menuju ke ruang bermain yang sengaja mereka buat khusus untuk Clara.

Sampai di area bermain Jihan menemani Clara bermain boneka hingga tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

" Clara sayang ini kan sudah waktunya minum susu Mama ke dapur dulu ya? Clara main sendiri dulu oke? " Pamit Jihan dan Clara pun mengangguk mengiyakan.

Jihan segera beranjak menuju dapur untuk membuatkan putri kecilnya segelas susu coklat kesukaannya. Selesai membuat susu coklat Jihan segera membawanya menuju ke area bermain di mana putrinya berada.

Namun saat kakinya baru saja menginjak pintu masuk area bermain Jihan di kejutkan dengan suara putri kecilnya yang sedang bermain boneka beruang.

" Ayo lebih cepat sayang aku hampir sampai. " ucap Clara dengan suara khas anak kecilnya.

" Kamu sangat hebat sayang. " ucap Clara lagi sambil menggoyangkan boneka beruangnya ke kanan dan ke kiri.

Degh....

Jihan diam mematung di ambang pintu mendengar celotehan Clara, Jihan bukan anak kemarin sore yang tidak mengetahui suara apa itu. Tapi siapa yang sudah berani berbuat tak senonoh di rumahnya sampai putri kecilnya mengetahui hal itu. Jihan murka dan juga emosi terhadap siapapun itu yang sudah berani mengotori otak polos putrinya dengan suara laknat itu.

Tapi untuk saat ini Jihan hanya bisa menyimpan semuanya di dalam hati namun tugasnya sekarang adalah mengorek informasi dari putri kecilnya itu.

" Clara sayang susunya datang. " ucap Jihan yang sengaja mengeraskan suaranya agar Clara berhenti menirukan suara-suara laknat itu.

" Yey ye minum susu. " Sahut Clara sambil melompat-lompat kegirangan.

Clara segera meminum susu yang sudah di buatkan oleh Mamanya hingga habis tak bersisa.

" Hmm sayang Mama boleh tanya sesuatu gak? " Jihan berucap sambil mendudukkan Clara di pangkuannya.

" Boleh memangnya Mama mau tanya apa? " Clara menjawab sambil memainkan rambut Mamanya.

" Mama mau tanya tadi pas Clara main boneka beruang Clara mendengar suara seperti itu dari mana? Kok Clara bisa hapal? " Jihan bertanya sambil merapikan poni Clara yang sedikit berantakan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!