NovelToon NovelToon

Loving Slowly

Prolog

Sepulang dari pemakaman kedua orangtuanya, Kayana langsung mengemasi beberapa baju dari lemari yang sudah usang di kamarnya. Dan hari ini juga dia harus menikah dengan pria yang belum dia kenal sebelumnya. Melihatnya saja dia belum pernah, tapi pernah beberapa kali mendengar namanya di koran ataupun media iklan lainnya.

Kayana hanya tahu kedua orangtuanya yang sudah sering berkunjung kerumahnya jika mereka sedang berkunjung ke kebun Teh untuk meninjau hasil perkebunan yang kebetulan di bawah naungan Ayahnya.

Tuan Adhitama dan Ayah bersahabat sejak kecil, hanya saja nasib mereka jauh berbeda seperti langit dan bumi. Berkat kerja keras kakek yang yang tak lain adalah orangtua Ayah, Tuan Adhitama memberi kepercayaan pada Ayah untuk bekerja di perkebunan miliknya dan menajdi seroang mandor.

Sehari sebelum kejadian, Ayah dan Ibu meminta ijin pada Kayana untuk pergi ke luar kota menghadiri acara pernikahan putri temannya. Awalnya kayana ingin ikut, tapi karena dia harus bekerja jadi mengurungkan niatnya dan memilih untuk tetap di rumah saja.

Setelah kepergian kedua orangtuanya, Kayana merasa cemas sepanjang hari. Bahkan dia tidak fokus saat bekerja, dan tiba-tiba saja ponselnya berdering. Sebuah nomor tak di kenal terlihat di layar ponsel miliknya yang ia beki sebulan lalu dengan uoahbhasil kerja.

Ya, telepon dari Rumah Sakit yang mengabarkan jika kedua orangtuanya mengalami kecelakaan dan nyawanya tidak tertolong lagi. Tanpa berpikir panjang, Kayana segera pulang ke rumah.

Semua tetangga sudah berkumpul di rumahnya untuk membantunya. Darinjauh terlihat Tuan Adhitama dan Bu Venty berdiri menyambutnya dengan tatapan sendu. Seketika air matanya mengalir dengan derasnya, setelah dekat dengan Bu Venty, Kayana segera di peluknya dan usap kepalanya.

Kedua orangtuanya dimakamkan siang itu juga, dan selesai pemakaman, tanpa banyak bicara Bu Venty dan Tuan Adhitama mengajaknya ke rumah mereka. Sesampainya disana, mereka mengatakan jika ada mereka sudah berjanji untuk menjodohkan Kayana dengan putra pertamanya.

"Sayang yang tabah ya Nak. . . Kedua orangtuamu sudah tenang disana. Kau amsih ada kita yang akan menjadi keluargamu." Ucao Bu Venty pada Kayana.

Kayana hanya diam, da menangis dalam pelukan Bu Venty. Hampir satu jam lamanya akhirnya jenazah Ayah dan Ibu tiba di rumah. Kayana tidak di perbolehkan melihat wajahnya karena hancur akibat ledakan mobil yang masuk jurang.

Akhirnya Kayana menyentujuinya karena melihat kebaikan dari Nyonya Venty dan Tuan Adhitama. Pernikahan mereka dilakukan secara sederhana, mengingat masih berduka setelah kepergian kedua orangtua Kayana. Setelah acara selesai, Kaya di boyong ke rumah Tuan Gavin yang tak laim adalah suaminya.

"Kamarmu di sebelah. . .Kau tak perlu melayaniku sebagai suamimu. Anggap saja kita tidak saling kenal. Kita hanya saling mengenal jika ada kedua orangtuaku dan juga adik-adikku."Ujar Gavin membuang wajahnya.

"Baik. " Jawab Kayana berjalan mendekati pintu kamar yang di tunjukkan Gavin padanya.

Cklekk. .

Apa yang harus aku lakukan? Ayah. . .Ibu. . . kenapa kalian tidak membawaku saja bersama kalian? Dia tidak mencintaiku Yah. . .Bu.- Batin Kayana masih terduduk di balik pintu.

Mereka baru saja menikah dua jam lalu, dan Gavin langsung membawanya ke rumah yang sudah dia beli satu tahun lalu. Gavin adalah putra sulung Tuan Adhitama seorang pengusaha terkenal di kotanya.

Dan Gavin adalah generasi ke tiga. Sebagai seorang pengusaha tentu tak sedikit saingan yang datang silih berganti, hal itu membuat Gavin menjadi pria yang dingin dan sulit untuk di tebak.

Kayana sudah hampir satu jam lamanya terdiam di balik pintu setelah masuk kamar, kemudian dia tersadar sebentar lagi jam makan malam telah tiba. Kayana segera pergi mandi dan berganti pakaian yang sudah tersedia di lemari.

Tok. . .Tok . .Tok. . .

"Nona. . .makan malam sudah hampir tiba, sebaiknya Nona turun lebih dulu sebelum Tuan Gavin turun ke meja makan." Ujar Agil asisten Gavin.

"Baiklah. . .aku akan segera turun. . . " Ujar Kayana segera meletakkan ponselnya di atas kasur.

Tak lama kemudian Gavin turun dari kamarnya, kayana segera berdiri untuk menyambutnya sampai Gavin duduk di kursinya. Mereka makan bersama tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Astaga. . . .kenapa dia mau menikahiku kalau diacuhkan seperti ini. . .Sampai kapan dia akan seperti itu?-Batin Kayana hampir saja menangis.

Selesai makan malam Gavin pergi tanpa meninggalkan sepatah katapun pada Kayana. Entah apa yang dia lakukan malam-malam begini di luar sana. Namun sepertinya sudah menjadi kebiasaannya setiap malam dia pergi dengan Agil yang selalu tunduk padanya.

"Nona. . . Nona baik-baik saja?" Tanya seorang pelayan di rumahnya.

"Baik Bu. Apakah Tuan Agil setiap malam memang pergi bersama Agil?" Tanya Kayana.

"Sebaiknya Nona tidak usah mencari tahu apa yang Tuan Gavin lakukan di luar sana. Tuan tidak suka ada orang lain yang ikut campur atau mencoba mencari tahu meski itu keluarganya sendiri." Ujar pelayan lagi.

"Baiklah. . Kalau begitu aku ke kamar saja."Ujar Kayana membalikkan badannya.

"Baik Nona, sebentar lagi saya akan mengantarkan buah dan susu ke kamar Nona." Uhar pelayan.

"Bu, bolehkan saya meminta milkshake vanila dengan kayu manis hang hangat?" Tanya Kayana.

"Baik Nona." Ujarnya dengan sopan.

Kayana segera kembali ke kamarnya, dia segera mengambil ponsel di atas kasur dan membawanya duduk di sofa untuk menonton TV. Lima belas menit kemudian, seorang pelayan mengetuk pintu untuk mengantar buah dan milkshake.

Tokk. . .tok. . ktok. .

"Maaf Nona mengganggu waktu istirahat Nona. Tapi Tuan Gavin menguruh saya untuk melakukannya setiap malam. . ." Ujarnya seraya meletakkan sekotak buah yang berisi blueberry.

"Terimakasih Bu." Ujar Kayana.

Di Tempat Lain. . .

"Apakah mereka sudah tertangkap?" Tanya Gavin pada Agil yang menyetir mobilnya.

"Sudah Tuan, saat ini mereka disekap di gudang belakang perusahaan."Ujar Agil.

"Bagus. . . Dan tangkap mereka-mereka yang lain. Aku tidak ingin hama seperti mereka masih berkeliaran di luar." Ujar Gavin.

"Baik Tuan." Jawab Agil.

"Selanjutnya kita ke tempat seperti biasanya." Ujar Gavin.

Agil segera melajukan mobilnya ke sebuah rumah kosong kecil yang masih terawat. Gavin menyuruh seorang pembantu untuk datang seminggu sekali membersihkan rumah itu. Sesampainya di sana Gavin segeran masuk ke dalam rumah sedangkan Agil tetap berdiam diri di luar untuk berjaga-jaga.

Gavin hanya berdiam diri memandangi sebuah foto besar, entah apa yang ada di dalam pikirannya saat itu. Dia adalah wanita yang pernah mengisi kekosongan hati Gavin selama 3 tahun lamanya. Namun tiba-tiba dia pergi meninggalkan Gavin tanpa sepatah katapun

Semenjak kepergiannya membuat Gavin menjadi pria pendiam dan suka berdiam diri di ruang kerjanya. Dia pergi secara tiba-tiba dan tidak ada jejak yang bisa Gavin dapatkan. Dan Gavin menikahi Kayana karena menganggap Kayana bisa ia jadikan apa saja untuk melampiaskan kerinduannya.

Dia Kembali

Selamat pagi Kana. . .Hari pertamamu sudah di mulai, ini bukan akhir dari segalanya. . masih akan ada hari-hari seperti ini selanjutnya. . . .Kamu harusnya bersyukur di kasih tumpangan rumah seperti ini besarnya . . Kau ingatkan pernah ada orang bilang sekeras-kerasnya batu akan berlubang jika di tetesi air terus menerus. Tuan Gavin batunya dan kau airnya. . .-Batin Kana menyemangati dirinya sendiri saat berdiri depan cermin setelah selesai berganti baju hendak pergi bekerja.

"sudah jam 6.45, sebentar lagi Tuan Gavin akan segera turun. . .aku harus segera turun sebelum dia sampai lebih dulu. . . Kalau dia duluan yang sampai aku jadi apa ya kira-kira?" Ujar Kayana meraih tas ranselnya di atas kasur.

"Nona mau kemana?" Tanya Agil saat melihat Kayana membawa tas ransel dan meletakkan tasnya di kursi dapur.

"Aku mau bekerja seperti biasanya. . ." Ujar Kayana.

"Apakah Tuan Gavin sudah mengijinkan?" Tanyanya lagi.

"Aku akan meminta izin nanti. . kau tenanglah." Ujar Kayana.

"Jangan pernah berpikir Nona akan kabur dari tempat ini. . Kalau sampai itu terjadi, Nona akan dalam masalah besar. . . " Ujar Agil dengan wajah dinginnya.

Mana mungkin aku kabur. . Aku tidak ada tempat lain sekarang. Lagian aku adalah isterinya. Walaupun seperti orang lain. . .-Batin Kayana.

"Astaga. . .Tidak Tuannya tidak sekretarisnya. . . sama saja dingin . . ." Ujar Kayana menggerutu.

"Saya mendengarnya Nona." Ujar Agil.

"Berarti telingamu tidak ada masalah Tuan. . ." Ujar Kayana terkekeh.

Agil hanya diam dengan wajah datarnya tidak tersenyum sedikitpun padahal Kayana sudah memancingnya agar dia tertawa paling tidak tersenyum sedikit agar suasana tidak semakin mencekam seperti di kamar mayat.

Tak berapa lama kemudian Gavin turun dengan pakaian rapih dan dasi panjangnya. Kayana segera berdiri dari tempat duduknya seperti biasa sampai Gavin duduk di kursi singgasananya. Lagi-lagi mereka menyantap sarapan tanpa bersuara.

Setelah selesai sarapan Gavin segera pergi untuk ke perusahaan, Kayana segera memanggilnha dan memibta ijin untuk diperbolehkan tetap bekerja seperti biasanya karena dia tidak bisa kalau harus berdiam diri di rumah.

"Tuan. . tunggu. . saya ingin bicara. . ." Panggil Kayana. "Bolehkan saya pergi bekerja hari ini?" Tanya Kayana setelah Gavin berhenti tanpa membalikkan badannya.

"Hmm. . ." Hanya itu yang muncul dari mulut Gavin membuat Kayana merasa kesal karena tidak puas dengan jawabannya.

Apa dia bisu? Menyebalkan sekali, aku sudah capek-capek mengejar dan mengatakan sesuatu dia hanya seperti itu. Tidak menghargai sekali. . -Batin Kayana kesal.

"Nona, ini buah untuk bekal Nona." Ujar pelayan.

" Terimakasih ya Bu, saya pergi dulu." Ujar Kayana.

"Nona pergi dengan apa?" Tanya pelayan lagi.

"Naik angkutan umum Bu. " Ujar Kayana.

"Disini mana ada angkutan umum, Nona harus berjalan jauh dulu supaya sampai di jalan raya." Ujar pelayan.

"Baiklah, aku akan memesan taxi online. . bisa kesini kan Bu?" Tanya Kayana.

"Bisa Nona." Jawabnya, tunggu saja disini, supaya Taxi masuk halaman rumah saja.

"Tidak usah Bu. . aku akan menunggu di depan gerbang saja." Ujar Kayana.

Dalam waktu sepuluh menit, taxi online sudah datang. Kayana segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumah Gavin yang sangat besar. Kayana bekerja di sebuah Toko Sepatu milih temannya yang bernama Billy. Mereka berteman sudah cukup lama, dan Kayana tidak sungkan-sungkan meminta Billy untuk memperkerjakannya di Toko sepatu miliknya.

"Pagi Bil. . ." Sapa Kayana sesampainya di Toko.

"Pagi Kan. . ."Ujar Billy yang sedang duduk di meja kasir.

Kayana segera membuka Tokonya dan merapikan sepatu di rak agar terlihat lebih rapih dan menarik banyak pemgunjung. Kayana sudah lama bekerja di Toko Billy semenjak lulus SMA karena dia terlahir dari keluarga yang cukup sederhana.

"Kana. . . Kau kenapa? Kau sedang sakit?" Tanya Billy.

"Tidak Bil. . .aku baik-baik saja." Ujar Kayana.

"Kalau kau memang sakit duduk saja, biar yang lain saja yang berjaga di depan. . "Ujar Billy

"Aku baik-baik saja. . .Sungguh." Ujar Kayana.

"Baiklah. . .kalau ada yang perlu di ceritakan. . jangan sungkan-sungkan." Ujar Billy.

"Hmm. Kau seperti tidak tahu aku saja Bill. . ."Ujar Kayana yang memang selalu menceritakan kepada Billy jika dia sedang ada masalah. Tapi untuk saat ini mana mungkin dia menceritakannya, sedangkan Tuan Gavin saja tidak peduli padanya.

Kana aku tahu, sekarang kau sedang ada masalah, tapi kenapa tidak cerita padaku? semoga masalahmu tidak berat. . . Harusnya kau cerita padaku saja, aku ini kan temanmu. . . - Batin Billy.

Aku hanya sedang kasihan dengan diriku sendiri Bill. .Aku harus menikah dengan pria yang tidak mencintaiku. Bahkan kami hanya bertemu di meja makan saja. . .Aku berceritapun kau tak akan percaya Bill, karena aku memang tidak pantas untuknya. . Dan aku juga tidak tahu alasan dia mau menikahiku. . .-Batin Kayana.

"Selamat datang di Toko Billshoes. . . Silakan dilihat-lihat dulu. ." Ujar Kayana saat datang seorang pembeli.

Di tempat lain . . . .

•• Nona Kayana berangkat dari rumah jam 7.30 dengan taxi online. ••

"Maaf Tuan, Nona Kana berangkat dari rumah pukul 07.30 menggunakan taxi online. " Ujar Agil nenyampaikan informasi dari Bu Nun pelayan di rumahnya.

"Cari tahu dimana tempat kerjanya, dan siapa saja temannya. Tanpa dia tahu." Ujar Gavin.

"Baik Tuan." Ujar Agil.

"Hari ini jadwalku apa saja?" Tanya Gavin tanoa membalikkan badannya yang masih menatap ke luar jendela.

"Hari ini meeting dengan departemen pariwisata jam 9.30, pertemuan makan siang dengan IMC Group 12.00, dan pertemuan makan malam Defense Company pukul 19.00 malam Tuan." Ujar Agil membacakan jadwal hari ini .

"Baiklah. . siapkan segala sesuatunya." Ujar Gavin.

"Baik Tuan." Agil keluar dari ruang kerja Gavin dan kembali ke mejanya.

•• Besok pagi ikuti Nona Kayana berangat kerja. Pastikan jangan sampai ada yang di curiga. ••

•• Baik Tuan. ••

Aku harap Kayana tidak akan kabur dari Tuan Gavin, jangan sampai kejadian di masa lalunya terjadi lagi dan membuat Tuan Gavin semakin memburuk. Aku harap Tuan Gavin bisa melupakan wanita itu . . .-Batin Agil.

Tokk. . . .tokk. . . Tokk. . .

"Tuan, meeting akan segera dimulai dalam waktu 5 menit." Ujar Agil.

"Bisakah kau handle semua pekerjaan hari ini? Aku mempercayaimu. . Aku ada urusan penting." Ujar Gavin segera pergi menjauh dari ruang kerjanya.

"Apa yang akan Tuan Gavin lakukan? Apa gang terjadi?" Ujar Agil bingung. "Baiklah, saya akan meng handle nya Tuan" Ujar Agil.

[Sebelumnya.….]

•• Ik wacht op je op de gebruikelijke plaats** (Aku menunggumu di tempat biasa.) ••

Sebuah pesan masuk dari seseorang yang hampir 5 tahun lebih Gavin tunggu. Tanpa berpikir panjang Gavin segera pergi meninggalkan perusahaan dan menyerahkan semua pekerjaan pada Agil.

Ada apa dengan Diri Gavin?

"Kau kemana saja? Kenapa tidak memberiku kabar?" Ujar Gavin saat melihat sosok wanita yang ia nantikan selama selama ini ada di depan matanya.

"Aku kembali ke Belanda. Daddy memintaku untuk kembali karena ada masalah dalam pekerjaannya. Jadi aku disuruh membantunya. Maafkan aku." Ujarnya.

"Hmm. . Lalu kenapa kau tak bisa mengabariku?" Ujar Gavin dengan wajah dinginnya.

"A. . aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir. Aku ingin fokus memperbaiki masalah perusahaan keluargaku disana. Tapi setidaknya aku sudah kembali kan?" Ujarnya lagi. "Kau mau memaafkan aku?" Tanyanya lagi.

"Akan aku pikirkan. . Lalu kau akan tinggal dimana?" Tanya Gavin.

"Mungkin aku disini hanya seminggu, karena masih ada yang harus aku selesaikan. Aku kesini hanya untuk menemuimu, memastikan apakah kau masih mencintaiku. . " Ujarnya lagi dengan wajahnya yang sendu.

"Entahlah. . aku sendiri tidak tahu dengan perasaanku saat ini. Kalau begitu menginaplah di Hotel milik keluargaku. Aku akan mengurusnya." Ujar Gavin.

"Bedankt, Vin. ik hou van je (Terimakasih Vin, Aku mencintaimu)." Memegang tangan Gavin dengan erat namun Gavin melepaskannya.

"Ayo aku antar kesana." Ujar Gavin segera berdiri dan membalikkan badannya menuju parkiran.

Aku tahu, kau masih mencintaiku Vin. . . Kau hanya malu saja untuk mengakuinya. -Batinnya saat melihat Gavin berjalan membelakanginya.

"Kau tahu. . . Aku disana selalu merindukanmu. Aku ingin mengabarimu tapi aku tahan, karena aku tahu kau banyak pekerjaan yang harus kau urus Vin." Ujarnya lagi.

Aku tidak tahu yang kau ucapkan benar atau tidak, aku sendiri bingung kenapa badanku menolak untuk di sentuh olehmu. . Mungkin ini hanya belum terbiasa sejak lima tahun kamu pergi tanpa kabar. -Batin Gavin.

Sesampainya di Lobby Hotel Gavin tidak ikut turun, dia memilih untuk kembali ke Perusahaan sebelum jam makan siang.

"Arrgghh. . .Vin kamu kenapa? Bukannya selama ini kamu menunggu dia untuk kembali? Kenapa setelah dia kembali kau bahkan tidak mau menyentuh atau di sentuh olehnya Vin . . .Apa yang terjadi padamu. . ." Gavin mengutuk dirinya sendiri di sepanjang perjalanan menuju Perusahaannya.

Sesampainya di Perusahaan Gavin segera menuju lift khusus petinggi dan menekan nomor 5. Setelah pintu lift terbuka, Gavin segera keluar dan berjalan ke ruangannya tanpa memperhatikan di sekitarnya yang semua mata tertuju padanya karena penampilannya yang kacau.

Agil tahu atasannya sedang tidak baik-baik saja. Dia segera mengejar Gavin dan ikut masuk ke dalam ruangannya untuk mencari tahu apa yang terjadi padanya kenapa dia kembali ke Perusahaan lagi.

"Tuan. . apa yang terjadi? Bukankah Tuan ada urusan di luar? Atau . . ." Ujar Agil yang belum selesai langsung terpotong.

"Dia kembali. . ." Ujar Gavin.

"Ma. . .Maksud Tuan. . . .Claudia?" Tanya Agil.

"Hmm. . .Dia kembali ke Belanda karena ada masalah dengan perusahaan keluarganya. . . Dia bilang masih mencintaiku, tapi. . aku sendiri tidak tahu dengan perasaanku saat ini." Ujar Gavin lagi.

"Lalu sekarang dia tinggal dimana Tuan?" Tanya Agil.

"Hotel milik Keluarga. Dia hanya satu minggu disini. Saat dia menyentuh tanganku, entah kenapa tangan ini menolak . . .Apa maksud dari semua ini. Bukankah selama ini aku menunggu dia kembali. . ."Ujar Gavin lagi.

Karena Tuan saat ini sudah menikah dan memiliki isteri. Dulu aku memang mendukung Tuan dengan Claudia, tapi semenjak Clau meninggalkan Tuan dan membuat Tuan frustasi, aku berharap dia tidak akan kembali lagi Tuan. -Batin Agil.

"Lalu saya harus apa Tuan? Apakah jadwal di minggu ini harus saya handle supaya Tuan bisa ber qualitytime dengan Clau?" Tanya Agil.

" Ya. . Karena aku juga ingin memastikan bagaimana perasaanku sekarang. Apakah masih sama seperti duku atau tidak." Ujar Gavin.

"Baik Tuan. Maaf mau untuk pertemuan makan siang apakah Tuan bisa hadir?" Tanya Agil dengan hati-hati.

"Baiklah. . aku bisa. Sepuluh menit lagi aku akan keluar." Ujar Gavin.

"Baik Tuan. " Agil segera keluar dan kembali ke meja kerjanya.

Di Billshoes..

"Kana. . " Panggil Billy.

"Iya Bil?" Kayana menghampiri Billy yang sedang duduk dikursi kasir.

"Kau mau makan apa? Aku mau pesan makan, biar sekalian." Ujar Billy.

"Terserah saja. . " Ujar Kayana.

"Baiklah. . kau mau Bakso?" Tanya Billy lagi.

"Hmm . boleh. ." Ujar Kayana.

"Ya sudah ayo kita ke sana. " Ujar Billy.

"Tapi Tokonya?"Ujar Kayana.

"Apa kau lupa, sudah ada anak baru disini. Mereka sudah makan lebih dulu. Sekarang giliran kita yang makan. Ayo . . ." Billy menggandeng tangan Kayana dan mengajaknya menyeberangi jalan.

Kayana hanya mengikuti Billy, karena mereka memang sudah sangat dekat, bahkan Billy juga tak segan-segan cerita jika sedang ada masalah dengan kekasihnya. Dan kekasih Billy juga tahu kalau Kayana dan Billy sudah lama berteman jadi tidak perlu cemburu. Dan kekasihnya pun tak segan-segan mengadu pada Kayana jika sedang kesal pada Billy. Posisi Kayana adalah penengaa dari keduanya disaat mereka sedang perang entah itu perang dingin, perang sembunyi-sembunyi atau apalah itu.

Dan Kayana juga sudah beberapa kali ikut saat mereka kencan karena permintaan kekasih Billy yang tidak mau pergi hanya berdua saja. Jadi mau tidak mau Kayana ikut dengan rayuan yang di lontarkan oleh Bilky juga kekasihnya yang tidak bisa Kayana tolak.

"Sepertinya sudah lama Dini tidak main ke Toko. . kemana dia Bill?" Tanya Kayana sambil menunggu pesanan datang.

"Dia sedang pulang ke kampung halaman Kan. Kemarin dia datang ke Toko untuk berpamitan. Besok lusa baru balik lagi kesini. . . ." Ujar Billy.

"Oh pantas saja . biasanya dua hari sekali dia main. ." Ujar Kayana.

"Sekarang kamu tinggal dimana Kan?" Tanya Billy.

"A.. . .aku ikut dengan saudara Bil." Ujar Kayana beralasan.

"Hmm. . pantas saja au ke kontrakanmu sudah kosong." Ujar Billy.

"Kemarin, aku iseng saja, karena Dini tidak ada kabar seharian jadi aku jalan-jalan lewat kontrakanmu dan saat mampir kata tetangga kau sudah pindah." Ujar Billy.

"Hmm. . .semenjak Ayah dan Ibu meninggal, saudaraku menjemputku dan mengajakku untuk tinggal bersama mereka Bill. Aku lupa tidak mengabarimu. Maafkan aku." Ujar Kayana.

Sorry Bill aku berbohong. . tapi suatu saat aku akan cerita ke kamu kok. . aku hanya sedang mencari waktu yang tepat. Tapi aku tidak apa-apa selama aku masih di ijinkan bekerja. - Batin Kayana.

"Oh syukurlah. . setidaknya kamu jadi tidak sendirian lagi." Ujar Billy.

Setelah pesanan datang mereka langsung melahapnya tanpa bersuara satu sama lain. Kayana ingin cepat-cepat kembali ke Toko karena takut akan banyak pembeli dan temannya kewalahan.

Selesai makan siang, Kayana dan Billy cepat-cepat kembali ke Toko dan benar saja banyak pembeli yang datang. Kayana segera berlari untuk membantu teman-temannya melayani para pembeli yang semuanya ingin di dahulukan.

Sementara itu, dari jauh ada dua pasang mata yang sedang mengawasi Kayana dan Billy. Mereka adalah Gavin dan juga Agil yang tidak sengaja lewat karena akan ada pertemuan makan siang. Untung saja mereka melihat saat Kayana dan Billy sedang tidak bergandengan. Setidaknya Kayana akan aman untuk saat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!