NovelToon NovelToon

Menggapai Mimpi

Perkenalan diri

Di era modern ini tak luput dari perkembangan zaman yang mengharuskan semua orang untuk bisa bertahan hidup. Mungkin jauh berbeda dibandingkan dulu, status orang yang berilmu bisa mewujudkan mimpinya dengan kemampuannya sendiri. Berbeda dengan sekarang justru tahta dan materi bisa merubah segalanya. Semakin sulitnya ekonomi mampu membeli ego dan membuat buta akan segalanya. Dengan kekuasaan dan materi di era modern ini justru telah membinasakan hukum dan peraturan di negeri tercinta ini. Hukum yang justru melindungi para pejabat dan para penguasa, rakyat kecil yang semakin ditindas. Keadilan di negeri ini semakin hilang dengan terus bertambahnya para koruptor di negeri ini. Negara ini sungguh miris orang berilmu tinggi bisa di taklukan orang bodoh yang bermateri. Bisakah keadilan dan kesejahteraan negeri kita bisa kembali lagi?

Perkenalkan namanya Ahmad Sanusi Ilyas, bukan siapa-siapa hanya orang biasa yang peduli dengan keadilan. Dia berasal dari Jawa Barat tepatnya dari suku sunda, dia berasal dari keluarga sederhana. Sejak kecil Ilyas mempunyai kekurangan fisik di kakinya namun tak membuat dia terpuruk.

Disini menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang ingin mewujudkan mimpinya, membahagiakan kedua orang tuanya. Seorang anak dari tukang parkir dan serabutan yang mempunyai semangat tinggi menggapai cita-cita nya.

Ahmad Sanusi Ilyas atau biasa di panggil Ilyas merupakan anak sulung dari 3 bersaudara. Ilyas mempunyai 2 orang adik keduanya laki-laki, tinggal di kontrakan kecil dengan keluarga sederhananya.

Ibunya buruh cuci di tetangganya, tapi kadang apa saja sekedar membantu tetangganya ataupun apa saja yang menyuruh nya. Latar belakang keluarganya yang kekurangan pengetahuan, membuat mereka sulit bekerja hanya bermodalkan jujur dan semangat. Ayah dan Ibu Ilyas hanya lulusan SD, semua saudaranya juga dari keluarga sederhana karena kedua orang tua mereka sudah lama meninggal.

Sejak kecil Ilyas sudah mandiri sejak duduk di bangku sekolah dasar, dia sudah bekerja membantu orangtuanya kadang dia menjadi penjual koran, berdagang makanan punya tetangganya, bahkan dia kerja berat seperti menjadi kuli di pasar atau apa saja yang memerintah nya bekerja.

Ilyas mempunyai adik dan tidak mempunyai kakak, karena Ilyas adalah anak pertama. Umur mereka terpaut dekat hanya antara dua tahun dan setahun saja. Tetapi dalam keluarga kadang tidak semuanya sama, berbeda karakter dan sifat.

Adik laki-laki Ilyas yang pertama bernama Yudi terpaut setahun dengannya. Namun dia  berkarakter berbeda, cenderung pemalas dan nakal, dia sering berulah dan membuat masalah.

Sementara adik kedua Ilyas bernama Agus umurnya terpaut tiga tahun dengan Ilyas. Tetapi sedari kecil dia mempunyai keterbelakangan mental yang membuat dia sering di-bully orang begitu juga dengan Ilyas yang mempunyai kekurangan fisik.

Ayah Ilyas bernama Komarudin, Ayah Ilyas sendiri merupakan sosok Ayah pekerja keras dia sangat jujur dan peduli sesama. Bahkan dia rela tanpa pamrih demi membantu orang lain. Dibalik sosok Ayah nya yang demikian Ayah Ilyas berwatak keras dan tegas, namun dia Ayah yang sangat baik dan bertanggung jawab.

Ibu Ilyas bernama Titin, Ibu Ilyas merupakan sosok yang cenderung boros dan angkuh. Sifatnya yang dengki dan serakah membuat suaminya sendiri tak mampu lagi untuk menasehatinya.

Setiap pulang sekolah Ilyas berkerja di lampu merah untuk menjual koran kadang dia juga bekerja di pasar. Karena jiga dia pulang tak membawa uang Ibunya pasti marah. Justru berbanding terbalik dengan Yudi adiknya, dia sangat di manjakan oleh Ibunya walaupun dia sering berbuat masalah.

Agus pun adiknya Ilyas sering di marahi Ibunya, karena kekurangannya yang katanya hanya menambah beban.

Walaupun demikian tak membuat Ilyas benci mereka. Dia sangat sayang sama Ibu dan adiknya. Ilyas tidak pernah sekalipun membantah ataupun menaruh dendam pada mereka.

Untunglah Ilyas masih bisa sekolah dengan gratis walaupun karena mendapatkan surat keterangan tidak mampu dari desa setempat. Tetapi tetap saja kebutuhan sekolah harus dia tanggung dari hasil kerjanya kadang pemberian dari Ayahnya tanpa sepengetahuan Ibunya. Karena jika ketauan Ibu nya, pasti di rampas dan di gunakan poya-poya.

Pagi itu Ilyas pergi sekolah seperti biasa, sebelum sekolah dia harus membersihkan rumahnya dulu. Membersihkan rumah, mencuci pakaian sampai menyiapkan makanan.

Ilyas sekarang duduk di sekolah dasar kelas 3, Ilyas pergi ke sekolah dengan berjalan kaki walaupun lumayan jauh tapi tak membuat Ilyas menyerah.

Adiknya Yudi sekolah dasar kelas 2, namun karena dari kecil suka dimanjakan Ibunya dia sangat nakal. Sedangkan adiknya Agus dia suka di rumah, kadang suka di titipkan kepada tetangganya jika Ibunya sedang bekerja.

Ilyas merupakan anak pintar karena dari selama sekolah dia selalu meraih juara kelas. Namun Ibunya sama sekali tidak pernah menghargainya apapun yang dilakukan Ilyas selalu salah.

Semuanya terjadi karena waktu Ilyas masih di kandungannya dulu, Ayah Ilyas sempat berselingkuh dengan wanita lain. Dulu waktu masih hamil muda, Ibu Ilyas sering di tinggal Ayah karena urusan pekerjaan.

Setiap pulang Ayah Ilyas selalu memarahi Ibunya, karena sifa Ibunya yang mamang boros dan angkuh membuat Ayah Ilyas tidak betah berada di rumah. Mungkin inilah penyebab Ayahnya mempunyai wanita lain, tapi semuanya terungkap saat wanita itu mencari Ayah Ilyas ke rumah dan terjadilah pertengkaran dengan Ibu Ilyas.

Walaupun demikian Ayah Ilyas tetap salah karena justru menambah masalah. Sifat Ibunya yang suka menghambur-hamburkan uang dan serakah membuat hubungan sama keluarganya meregang.

Bahkan tidak ada orang lagi yang mau mempercayainya, namun Ayah Ilyas pun akhirnya kembali lagi bersama istrinya. Karena itulah Ibunya membenci Ilyas, benci terhadap suaminya justru malah Ilyas yang jadi korbannya.

Ilyas sedari kecil sudah memperlihatkan kelebihannya, dia sangat rajin, cerdas dan mempunyai semangat tinggi. Dia mempunyai mimpi ingin sekali menjadi orang sukses.

Setiap hari walaupun dia selalu sibuk bekerja, dia selalu meluangkan waktunya untuk belajar. Entah itu di rumah, di luar, di jalanan atau di mana saja. Bahkan setiap dia aka berjualan koran, selalu dia baca dulu korannya.

Ilyas sangat suka membaca, dia sangat tertarik sama hal-hal yang baru. Apapun pengetahuan apapun dia selalu baca, bahkan waktu di tempat penjualan barang-barang bekas, jika melihat buku dia selalu baca dan tertarik membacanya.

Walaupun Ilyas kutu buku, dia juga selalu rajin mengaji, setiap habis solat magrib dia selalu berangkat ke mesjid untuk pergi mengaji bersama teman-temannya.

Ilyas sama seperti anak-anak pada umumnya, dia juga suka bermain sama teman-temannya. Namun mungkin waktunya tidak seperti anak pada umumnya.

Setiap selesai kerja, Ilyas selalu menyisihkan uang hasil kerja kerasnya. Dia menabungnya walaupun cuma sedikit tapi dia yakin suatu saat nanti akan semakin banyak.

Jika Ilyas sedang berkumpul sama keluarganya, Ayahnya lah yang baik kepadanya, dia selalu memberikan uang atau apa aja sama Ilyas. Jika di rumah Ibunya juga tidak terlalu kasar kepadanya jika Ayahnya ada.

Tapi sedikitpun Ilyas tidak pernah mengadu kepada Ayahnya. Dia selalu kuat dan sabar selalu berusaha baik kepada semuanya termasuk Ibunya. Ilyas mempunyai teman baik tetangganya yang tidak pernah menghina ataupun mem-bully nya namanya Adin, dia sangat baik kepadanya jika Ibunya memarahinya Ilyas suka ke rumah Adin , dia lah sahabat terbaiknya yang selalu menghibur nya.

Pernah dulu waktu Ilyas pulang ke rumah, rumahnya di kunci padahal ada Ibunya di dalam. Sahabatnya Adin lah yang menghiburnya, dia pun main di rumahnya dan memberikan makanan. Ayah dan Ibu Adin juga baik tapi justru jika ketauan Ibu nya Ilyas, dia akan di marahi. Jadi tidak berani secara terang-terangan memberikan makan ataupun bantuan terhadapnya karena sifat Ibunya yang seperti itu.

Tapi didikan dan hidupnya yang seperti inilah yang justru suatu saat nanti menjadikan dia menjadi laki-laki yang kuat dan tegar.

Karena memang kebanyakan jika seseorang sudah terbiasa hidup keras dan mandiri merasakan dari nol perihnya hidup, akan lebih bisa menghargai orang-orang sekitar. Berbeda jika sudah merasa hidup enak bergelimang harta justru kebanyakan mempunyai sifat sombong, angkuh berattitude buruk seperti bukan orang berpendidikan, tidak adanya rasa menghargai dan menghormati.

Sekolah Ilyas

Setelah Ilyas membereskan rumah, Ilyas pun bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, pagi-pagi Ayahnya sudah pergi bekerja, Ibunya sedang memandikan adiknya Agus. Berbeda dengan Ilyas justru adiknya Yudi sama sekali tidak pernah membantu di rumah, bangun tidur langsung mandi, kadang di bantu sama Ibunya.

Ilyas segera berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, walaupun sahabatnya sama dengannya satu sekolahan tapi dia sudah dari tadi berangkat di antar ayahnya naik motor. Ilyas hanya berjalan kaki sendirian yang jaraknya lumayan jauh.

Ilyas pun tiba di sekolah. "Syukurlah masih sempat belum di mulai". Dia masuk langsung ke kelas dengan ngos-ngosan karena perjalanannya tadi cukup jauh.

Baru saja dia menghela napas. "Hei anak miskin, mana buku catatan Lo sini gua lihat!". Ilyas pun menengok kebelakang "untuk apa emangnya san?"

"Berani lo sama gua, Lo lupa setiap ada tugas atau apa aja lo harus kasih ke gua!"

Bentaknya sambil berusaha membuka tas Ilyas.

Ilyas pun memberikan catatannya dengan terpaksa, karena jika tidak dia pasti dipukuli sandi sebelum dia pulang. Karena tidak ada pilihan dan Ilyas tidak ingin ada keributan dia pun mengalah.

Sandi langsung merampas catatan Ilyas dan menyalin catatan nya.

Di sekolah Ilyas merupakan siswa pintar dia selalu meraih juara pertama di kelasnya. Karena kepintarannya itu juga pihak sekolah memberikan beasiswa kepada Ilyas selain surat yang dari desa.

"Kamu kenapa Yas"?. Tanya seorang teman baiknya Ilyas namanya Tomi dia sebangku dengan Ilyas,

"Pasti di gangguin sandi lagi ya ?".

"Gak apa-apa tom biarin aja," . 

Sandi itu merupakan anak seorang kepala desa dia salah satu orang terkaya di desanya,  makanya dia berani dan sangat merasa berkuasa.

Sifat dia yang sombong, angkuh dan merasa dirinya paling hebat. Dia selalu menyelesaikan semuanya dengan uang, bahkan jika dia salah pun gurunya tidak berani menegurnya karena pasti orang tuanya yang pasang badan.

Karena sekolah ini juga orang tuanya yang punya makanya dia semakin sombong dan berkuasa. Dulu Ilyas sempat menegurnya, namun apa daya karena dia bukan siapa-siapa semuanya bertekuk lutut karena uang.

Jika Ilyas berani melawan Ilyas bisa dikeluarkan dari sekolah, karena di sekolah ini merupakan sekolah satu-satunya yang terdekat.

Maka dari itu Ilyas sering di bully karena pernah menentang nya. Di tambah Ilyas kekurangan fisik banyak orang yang mem bully nya.

Bisa sekolah sudah sangat beruntung dan bahagia sekali buat Ilyas, yang penting dia bisa bisa bersekolah dan mewujudkan mimpinya kelak.

Sejak saat itu Ilyas menentang dan tidak suka dengan kekuasaan yang menghalalkan segara cara hanya karena uang. Tidak adanya rasa kemanusiaan dan toleransi antar manusia, budaya sopan santun dan saling menghargai dengan orang yang lebih tua atau orang tua sepertinya sudah hilang.

Budaya sunda yang di kenal sopan, menghargai yang lebih tua dan santun kini hampir musnah. Banyak orang muda yang semena-mena terhadap orang tua, bahkan diantaranya banyak anak-anak yang sudah melawan sama orang tua bahkan melakukan tindakan kriminal.

Hari itu pelajaran pun selesai Ilyas pun segera merapikan diri, seperti biasa dia pergi ke tempat Mang Ujang, Mang Ujang merupakan seorang pedagang koran dia sangat baik kepada Ilyas, dia sangat kagum karena anak seperti Ilyas yang kebanyakan hanya minta jajan sama orang tuanya dan bermain, di usianya yang masih kecil Ilyas sudah mandiri dan bekerja keras.

Ilyas pun berjalan keluar dari sekolah, seperti biasa dia pergi ke belakang dulu untuk mengganti pakaian seragamnya dan menggantinya dengan pakaian biasa.

Ilyas pulang sekitar jam 12-an siang hari, sebelum ke tempat tujuan, Ilyas pergi dulu ke mesjid untuk melaksanakan ibadah solat. Ilyas tak lupa berdoa agar dimudahkan segala rezekinya dan di kabulkan semua cita-cita nya, tak lupa juga dia berdua untuk kedua orangtuanya.

Setelah sholat dia pun pergi ke tempat Mang Ujang, dari kejauhan Mang Ujang melambaikan tangannya dengan senyum. Ilyas pun setengah berlari menghampirinya.

Setelah tiba Mang Ujang memberikan sebungkus nasi kuning kepada Ilyas, "nih kamu makan dulu nak, pasti lapar tadi mamang beli nasi kuning". 

"Jangan repot-repot Mang , Ilyas udah ko tadi"  jawab Ilyas

"Kamu jangan bohong, kan kamu baru saja pulang sekolah terus langsung kesini kan, mana sempat makan dulu, ini tadi mamang pas beli untuk makan beli untuk kamu juga".

"He.. i-iya mang Ilyas makan ". 

Dengan malu-malu Ilyas membawa nasi yang diberikan Mang Ujang pada nya.

"Sana makan dulu kamu di sana, pasti lapar, kan kata Ayah kamu juga jadi orang haus jujur jangan berbohong".

"Iya mang, Ilyas gak enak aja sama mamang". 

"Kamu santai aja jangan merasa gak enak gitu, udah anggap sebagai anak mamang sendiri,"  kebetulan anaknya Mang Ujang juga sama dengan Ilyas cuma beda setahun dengannya lebih tua.

Sebelum makan Ilyas berdoa dulu tak lupa cuci tangan. Setelah selesai makan Ilyas pun menyimpan tas nya di tempat mamang, dia pun membawa korannya dengan semangat dan segera pergi.

"Koran.. koran.. korann.. koran nya a,.. teh,.. !"

Diapun menawarkan korannya mondar mandir kesana kemari.

Tak banyak orang-orang yang hanya menolaknya, Ilyas pun tak pantang menyerah dia terus berjalan hingga ada beberapa orang juga yang membelinya.

Pas Ilyas berjalan kedepan dia bertemu dengan temannya Sandi, dia mentertawakan Ilyas dan menghinanya.

"Hei anak miskin,." Dia merampas koran Ilyas lalu membawanya lari.

"Apa yang kamu lakukan san, sini koranku..". Ilyas mengejar sandi.

"Sini kalau berani, orang miskin kaya ku gak pantas sekolah, tuh orang kaya lu pantasnya jadi gembel tidur di bawah jembatan ". Sambil menunjuk ke arah orang-orang pengemis di seberang sana.

Dan sandi pun melemparkan koran Ilyas ke jalan, sehingga korannya berhamburan ke jalan. Ilyas pun berlari dan memunguti korannya sambil menangis.

Tak sengaja dari arah depan Ilyas tertabrak angkot, walaupun angkot itu tidak berjalan cepat. Tapi tetap saja Ilyas jatuh sehingga meninggalkan luka di lututnya.

Orang-orang datang menghampiri Ilyas dan menolongnya. "kamu tidak apa-apa nak,"

Bapak-bapak menolongnya dan membawanya ke warung dan membelikan perban untuk luka Ilyas.

"Ayah, ibu, kamu kemana nak, kenapa kamu bekerja, kamu tidak sekolah?" Beberapa pertanyaan kepada Ilyas.

"Ayah, Ibu  juga bekerja pak, saya membantu mereka bekerja karena keluarga kami butuh banyak uang untuk keperluan sehari-hari saya sekokah pak". Jawab Ilyas.

"Tapi kenapa kamu juga kerja nak, kamu kan masih sangat kecil, kamu harusnya belajar saja, anak seumuran kamu harusnya bermain bersama teman kamu".

"Iya pak, tapi.... " Ilyas pus tanpa meneruskan pembicaraan nya karena Bapak itu memotong nya, " ini uang buat kamu semoga bermanfaat". Bapak itu memberikan uang Rp. 5000 kepada Ilyas.

"Ta.. tapi pa jangan repot-repot, tadi sudah menolong saya dan sudah cukup berterimakasih karena Bapak sudah menolong saya ".

"Kamu terima saja, anggap ini rezeki buat kamu dan keluarga kamu, walaupun tidak besar tapi setidaknya bisa menggantikan koran kamu yang tadi rusak walaupun tidak sebanding ".

Waktu itu uang Rp 5000 lumayan besar di tahun 98-an. Bapak itu pun pamit meninggalkan Ilyas karena ada urusan.

"Bapak pergi dulu ya nak, hati-hati kamu dan yang rajin sekolah nya, kelak nanti kamu akan menjadi anak yang sukses".

"Aamiinn.... Terimakasih banyak pak". Ilyas merasa sangat senang dan bersyukur walaupun hatinya sedih dan memikirkan korannya yang rusak.

"Gimana ini, korannya tidak bisa lagi di jual, susah rusak dan banyak yang robek, apa yang harus aku katakan sama mang Ujang?". 

Ilyas merasa sedih dan berjalan pincang menuju ke tempat Mang Ujang.

Setelah tiba di tempat Mang Ujang.

"Kamu kenapa nak, apa yang terjadi sama kamu?". Mang Ujang cemas melihat Ilyas dengan muka sedih dan berjalan pincang.

"Ma.. maafiin Ilyas mang, tadi Ilyas jatuh dan koran nya rusak semua". Ilyas pun menangis, karena di usianya yang masih kecil, dia hanyalah seorang anak biasa.

"Tidak apa-apa nak, ini kan namanya juga kecelakaan, kamu gak salah yang penting kamu selamat ".

"Ta.. tapi korannya...." 

"Sudah kamu jangan pikirkan ini semua ujian, gak apa-apa kamu jangan khawatir ". Dan Ilyas pun menceritakan kronologis kejadian itu, awal kenapa dia bisa jatuh.

"Ohh, iya mang tadi ada bapak-bapak yang nolongin Ilyas, terus di kasih uang Rp. 5000". Ilyas sambil memberikan uang itu kepada mang Ujang.

"Kenapa di kasih ke mamang, itu kan uang kamu buat kamu nak". 

"Ini buat menggantikan koran yang sudah Ilyas rusakin mang," sambil melihat korannya yang rusak dan robek.

"Tidak usah nak, uang itu rezeki buat kamu, kamu simpan saja uang itu,".

"Terimakasih banyak mang"  mamang hanya tersenyum dan menepuk nepuk pundak ku.

Mang uang memberikan minuman kepada Ilyas dan setelah itu Ilyas pergi meninggalkannya.

Ilyas bukan pulang kerumahnya, namun dia pergi ke pasar, karena inilah aktivitas yang dia lakukan setiap hari, karena kalau pulang begitu saja Ibu nya pasti memarahinya.

Setelah tiba di pasar Ilyas menyimpan tas nya di mesjid sambil melaksanakan solat asar tak lupa Ilyas sempatkan berdoa.

Di pasar dia bekerja kadang membawakan barang-barang orang yang membeli di pasar. Kadang menjual kantong keresek, membantu pedagang yang butuh bantuan dan apapun yang mereka suruh dan mampu dia kerjakan, pasti dengan senang hati dia lakukan.

Setiap hari Ilyas pulang ke rumah sekitar jam 5 sore, pulang bekerja Ilyas mandi dan membantu perkejaan rumah.

Setelah magrib dia pergi ke mesjid dan mengaji bersama teman-temannya. Walaupun kadang di kampungnya juga Ilyas suka di hina dan di bully tak membuat Ilyas berkecil hati.

Ilyas hanyalah bocah kecil anak kelas 3 SD seperti yang lainnya, dia lagi senangnya bermain namun karena keadaan, dia di haruskan merasakan perihnya hidup.

Sejak kecil Ilyas sudah memperlihatkan kelebihannya tidak seperti anak pada umumnya. Dia sangat suka sekali membaca buku, baginya buku adalah sahabatnya. Walaupun dia harus kerja tapi tidak pernah sekalipun malas belajar, entah itu di rumahnya, di luar, saat di jalanan, di pasar, dimana mana dia selalu belajar.

Tak heran jika dia selalu meraih juara pertama di kelasnya. Dari sejak kecil Ilyas mempunyai mimpi, dia ingin menjadi orang sukses dan bisa membanggakan kedua orangtuanya.

Saat Ilyas bekerja mencari barang bekas pun, banyak buku yang dia dapati dia selalu membacanya, baginya buku itu adalah harta Karun yang sangat berharga.

Selesai mengaji sesudah solat isya, baru Ilyas pulang ke rumahnya. Saat pulang semua keluarga kumpul termasuk Ayahnya, Ayahnya lah yang sangat baik kepadanya dia selalu memberikan Ilyas uang dan makanan. Di hadapan Ayahnya, Ibunya tidak terlalu menunjukkan kebencian kepada Ilyas. Adik Ilyas Yudi jarang sekali mengaji dari pulang sekolah hanya bermain dan bermain.

Setalah di rumah, keluarga Ilyas makan bersama, seperti keluarga pada umumnya yang terlihat bahagia dan harmonis tetapi nyatanya banyak sekali masalah dan beban yang di hadapi.

Ibu Ilyas membawakan makan untuk Yudi dan Agus, tidak halnya kepada Ilyas , dia melakukan semuanya sendiri karena sudah terbiasa Ilyas sama sekali tidak merasa sedih, dia tetap bahagia dan ceria.

Setelah makan selesai Ilyas kembali membuka pelajarannya dia belajar sebelum akhirnya dia tidur.

Dia tidur di tengah rumah bersama Ayahnya, karena rumahnya yang sederhana hanya ada kamar satu. Walaupun sempit Ilyas tetap bahagia da merasa bersyukur.

Itulah keseharian keluarga Ilyas setiap harinya. Jika hari libur pun Ilyas tetap bekerja untuk mencari uang tidak adanya hari libur untuknya.

Dan tak terasa aktivitas pagi pun kembali dia kerjakan, pas adzan subuh Ilyas bangun dan langsung segera ke mesjid. Setelah dari mesjid Ilyas sudah harus mengerjakan pekerjaan rumahnya sampai waktunya pergi sekolah.

Di sekolah waktu belajar tiba-tiba gurunya mengumumkan akan diadakan ulangan dadakan matematika, semua murid riuh tanda tak siap kecuali Ilyas yang sangat senang dan senyum.

"Yah.. Bu, kenapa gak ngasih tau dulu kami belum belajar".  Ucap salah satu muridnya.

Bu guru pun menjawab

"Ini ulangan mengulang pelajaran kemarin anak-anak, yang ibu pernah terangkan".

Tomi teman sebangku Ilyas pun sama mengeluh, "yah matematika pelajaran paling aku benci sangat susah, apalagi yang kemarin sama sekali gak ngerti".

Namun Ilyas hanya senyum-senyum.

Ulangan pun dimulai, dengan mudah Ilyas bisa mengerjakan semuanya, malah Ilyas yang pertama yang selesai mengerjakan, dan yang sudah selesai segera di kumpulan ke depan dan langsung pergi istirahat.

Setelah kembali masuk ke kelas ulangan tadi di umumkan, dan Ilyas satu-satunya murid yang mendapatkan nilai 100.  Ibu guru sudah tidak heran lagi, karena Ilyas sering mendapatkan nilai 100.

Namun, tak selamanya Ilyas bisa bahagia, karena dia harus kembali lagi berurusan sama teman-temannya yang nakal, kertas ulangan tadi di rebut oleh temannya kemudian dia robek-robek dan di buat ke tempat sampah, mereka hanya tertawa puas

"Ulangan . Ku". Padahal Ilyas akan memberikan pada orangtuanya namun Ilyas hanya bisa menahan sabar dan sabar.

Dia terus menahan sabar dan sabar, karena dia tidak mau menerima masalah cukup mengalah yang dia lakukan. Jika dia sampai melawan dia pasti akan kena masalah mungkin bisa dikeluarkan dari sekolah ini. Karena di sekolahnya sampai kepala sekolah nya pun pun tidak ada yang berani sama pak kepal desa yang mempunyai sekolahan ini.

Uang, kekuasaan, materi yang sedang berkuasa sekarang, tidak adanya rasa saling menghormati, menghargai antar manusia, hilangnya budaya sopan santun antar yang lebih tua semuanya takluk hanya karena uang.

Di sekolah sebenernya bukan hanya sandi yang suka mem-bully nya. Ada beberapa teman sekelas nya juga yang sering mem-bully. Hampir semua anak laki-laki yang mem-bully nya, namun tak pernah sekalipun Ilyas menaruh dendam terhadap mereka.

Tetapi ada juga yang baik kepadanya, diantaranya Adin dan Tomi. Murid perempuan nya juga tidak ada yang mem-bully nya, mungkin karena Ilyas adalah murid yang pintar menjadikan dia nilai plus dan juga orangnya mudah bergaul dan baik hati.

Kerja keras Ilyas

Walau bagaimanapun Ilyas hanya anak-anak biasa, yang kadang dia merasa ingin sekali seperti keluarga lain. Mendapatkan perhatian lebih dari kedua orangtuanya, dimanjakan Ibunya, bermain dan bergurau dengan orang tuanya. Jika sedang ada masalah bisa mengadu sama Ibunya.

Sementara itu adiknya Ilyas yang bernama Yudi lagi-lagi berbuat onar, waktu sedang bermain bola dengan teman-temannya dia memecahkan kaca tetangganya, sehingga harus menggantinya.

Tidak hanya itu dia juga sering kepergok mencuri, di salah satu warung internet (warnet) dia mencuri uang yang terdapat di laci meja. Tapi untunglah pemiliknya baik, tapi tetap harus menggantinya dan berjanji tidak akan mengulangi nya lagi.

Banyak sekali masalah yang dilakukan Yudi tapi tidak membuatnya kapok, justru semakin menjadi-jadi.

Sementara adiknya Ilyas yang bernama Agus karena keterbelakangan mental membuat dia tidak sekolah, karena saat itu sekolah khusus sangatlah jauh. Dia hanya diam di rumah, kadang ikut Ibunya bekerja. Tidak ada yang menemaninya bermain, karena kekurangannya yang membuat teman-teman sebayanya takut.

Ketika itu Ilyas sedang berjualan koran, dia melihat anak seusianya sedang bercanda gurau dengan Ibunya di suapi makanan dan di belikan mainan.

Ilyas terus melihat anak itu, dalam hati "andai aja Ibuku juga seperti itu, aku akan sangat bahagia sekali bisa merasakan hangat pelukannya merasakan kasih sayang nya".

Tapi dia tetap bersyukur mungkin Tuhan punya rencana lain. Pasti suatu saat nanti dia akan merasakan apa yang diimpikannya.

Tersadar dalam lamunan karena di kagetkan dengan seseorang yang menyapanya.

"Dik,... Boleh beli korannya satu !".

"Si-silhkan teh". Ilyas memberikan koran itu kepada kakak perempuan yang membelinya.

"Koraaaannn...... Korannnnn.. korannnn " 

Ilyas kembali menjual korannya terus berjalan sampai korannya habis.

Setelah selesai Ilyas seperti biasa menuju pasar, tetapi di jalan tidak sengaja Ilyas bertabrakan dengan seorang anak kecil sepantaran dengan dia. Seperti orang buru-buru dan anak itu menjatuhkan sesuatu, Ilyas mencoba berteriak menghentikan orang itu, namun orang itu terlanjur jauh larinya sangat kencang.

"Apa ini,.. seperti nya ini tas." Ilyas menemukan tas berwarna merah tergeletak, lalu dia membawa nya.

Tak berapa lama banyak rombongan orang berlari, lalu seseorang melihat Ilyas memegang tas.

"Nah,, ini dia malingnya.. ! " Pria itu langsung memegang Ilyas dengan kencang, sehingga Ilyas merasa kesakitan dan ketakutan.

"Saya bukan maling,,, saya bukan maling, saya menemukan tas ini tadi terjatuh." Ilyas merasa ketakutan dan berusaha melepaskan cengkraman tangan pria itu.

"Diam kau anak kecil, kecil- kecil udah jadi maling, mana ada maling ngaku ?".

Kemudian mereka membawa Ilyas ke kantor polisi, lalu polisi mengintrogasi Ilyas dengan beberapa pertanyaan. Namun Ilyas tetap berusaha meyakinkan Bapak polisi sambil menangis bahwa dia tidak mencuri.

"Beneran pak,,, saya tidak mencuri, saya tadi menemukan tas ini terjatuh, tadi saya ketemu sama anak seumuran saya berlari dan menabrak saya".

Polisi masih tidak percaya karena tidak adanya bukti, tetapi pemilik tas korban sedang menuju ke kantor polisi. Semuanya akan segera terungkap setelah pemilik tas itu ke kantor.

Sementara itu polisi memanggil orang tua Ilyas ke kantor polisi.

Sementara Ilyas tidak berhentinya menangis, tidak terus berdo'a agar segera keluar dari kantor polisi.

Tidak berapa lama Ayah dan Ibu Ilyas datang ke kantor dengan tetangganya juga yang menemani.

Dan mereka pun duduk berhadapan dengan pak polisi, "Bapak dan Ibu ini orang tuanya Ilyas?,"

"Benar pak, saya Ayahnya Ilyas".

"Anak bapak kedapatan sedang  menemukan tas seseorang yang ternyata tas itu di curi dan pemilih tas nya sedang menuju ke sini"

Ayah Ilyas hanya bisa pasrah dan bingung sementara tetangga Ilyas berbicara.

"Pak, nak Ilyas tidak mungkin mencuri, dia itu anak baik dan jujur dia tidak mungkin mencuri ".

Ibu Ilyas menanyakan keberadaan Ilyas

"Dimana sekarang anak saya pak?'.

Pak polisi menunjuk keberadaan Ilyas yang sedang duduk di pojokan sana sedang menangis tersedu-sedu dan ketakutan.

Ibu Ilyas langsung bangkit dari duduknya dan menuju ke tempat Ilyas dengan perasaan marah.

"Dasar anak nakal, bikin repot orang tua aja, malu punya anak maling seperti kamu!"

Ibu Ilyas memarahi Ilyas dan memukuli tubuh Ilyas, sementara itu Ayah Ilyas menghampiri nya dan mererai mereka.

"Sudah Bu, malu sama Bapak polisi.."

"Anak maling kaya dia harus di kasih pelajaran biar kapok, makanya Bapak jangan memanjangkan ni anak, lihat dia makin berani dan nakal !"

"Ilyas belum terbukti mencuri Bu, kamu diam dan jangan bikin masalah!".

Sementara itu Ibu Ilyas pergi keluar ruangan kantor polisi dengan marah-marah.

Ilyas merasa takut, dan langsung memeluk Ayahnya.

"Beneran pak, Ilyas tidak mencuri, tadi menemukan tas ini jatuh, tadi ada anak seumuran Ilyas yang berlari dan menjatuhkan tas ini". Ilyas berusaha meyakinkan Ayahnya sambil menangis.

Ayah Ilyas menenangkan anaknya dan memeluk anaknya biar dia tenang dan tidak menangis lagi.

Sementara itu tak berapa lama Ibu pemilik dompet itu tiba dan duduk di kursi di hadapan Pak polisi.

"Saya pemilik tas itu Pak,"

"Coba Ibu ceritaka bagaimana kronologis kejadiannya !"

"Tadi saya habis berbelanja pak, ketika saya keluar dari pasar, ada anak kecil yang merampas tas saya dengan cepat, dan anak itu lari membawa tas saya ".

"Tas ibu kedapatan sedang di pegang sama anak ini, tetapi dia tidak mengakui kalau dia mencuri. Sini nak !".

Pak polisi itu memanggil Ilyas menghampirinya. Ilyas berjalan dengan perasaan takut .

"Oh bukan Pak, bukan anak ini yang mencuri tas saya, karena saya hafal wajahnya walaupun tadi cuma sekilas saya melihatnya".

"Beneran bukan anak ini yang mengambil tas Ibu ? Coba Ibu kembali periksa tas nya !".

"Ini memang tas saya Pak, tapi bukan anak ini yang mencurinya, saya yakin Pak". 

Dan Ibu itu memeriksa tas nya, ternyata isinya masih sangat utuh, sama sekali tidak ada yang hilang.

Dan akhirnya masalah selesai Ilyas tidak terbukti mencuri. Ilyas sangat senang dan lega akhirnya dia akan segera pulang.

Ibu itu menatap Ilyas dengan senyum.

"Makasih nak, kamu sudah menemukan tas Ibu, kamu jangan takut Ibu tau siapa yang mencuri tadi Ibu melihat wajahnya dan bukan kamu."

"I-iya Bu sama-sama, maafin saya Bu !"

"Kamu gak perlu minta maaf nak, justru Ibu sangat berterima kasih sama kamu, sudah menemukan tas Ibu dan dalam keadaan utuh, memang tidak seberapa dengan tas ini, tapi didalam nya terdapat surat-surat penting, kalau hilang tidak tau Ibu harus gimana".

Ilyas mengangguk dan tersenyum, mereka pun saling  berbicara dan ngobrol dengan kedua orang tua Ilyas .

Dan mereka pun akhirnya pulang dan kembali ke rumahnya. Waktu tadi ngobrol bersama Ibu itu, dia merasa sangat kagum sama Ilyas, karena di usianya yang masih kecil sudah mau bekerja dan membatu orang tuanya. Dan Ibu itu bermaksud akan menemui rumah Ilyas esok hari.

Esok harinya Ibu Mira nama Ibu pemilik tas itu datang menemui rumah Ilyas, datang saat jam pulang sekolah karena sudah diberitahu sebelumnya, jadi Ilyas langsung pulang dulu ke rumahnya.

Waktu Ibu Mira di rumah, Ilyas belum datang, kemudian dia menunggu Ilyas sambil menunggu Ilyas datang.

Sebetulnya Bu Mira bukan hanya ingin menemui Ilyas tadi bermaksud bersilaturahmi kepada keluarga Ilyas, tanda terima kasih atas yang dilakukan Ilyas.

"Ilyas jam berapa pulangnya Bu?" Tanya Bu Mira kepada Bu Titin Ibunya Ilyas.

"Biasanya sebentar lagi Bu, tapi anak itu memang suka keluyuran, tidak seperti adiknya langsung pulang ke rumah".

Sementara tak berapa lama kemudian Ilyas pun datang, dan bersalaman kepada Bu Mira dan juga orang tuanya.

"Ilyas sekolah kelas berapa nak,? Kamu pulang sama siapa?" Tanya Bu Mira kepada Ilyas.

"Saya kelas 3 Bu, saya tadi pulang sama teman-teman Ilyas, kadang sendirian."

" Kamu sekolah yang di depan sana ya kan lumayan jauh, kamu naik angkot atau gimana Yas?"

"Saya jalan kaki Bu,"

Bu Mira kaget tak percaya, karena melihat jaraknya yang lumayan jah

"Yang benar Yas, kan lumayan jauh jaraknya".

"Iya Bu, saya jalan kaki karena mau gimana lagi tidak ada lagi disini sekolah yang agak dekat,"

Sementara itu mereka saling mengobrol, Bu Mira bertanya tentang semua keseharian Ilyas, lalu Ilyas menceritakan semuanya.

"Kamu hebat Yas, masih kecil udah rajin dan sudah mau bekerja membantu orang tua kamu", 

Ilyas hanya senyum tanpa berkata apapun.

"Jadi pulang sekolah, kamu langsung jualan koran Yas, terus kamu juga bekerja di pasar?"

"Iya Bu Ilyas apa saja di lakukan asalkan halal, dan bisa membantu buat orang tua Ilyas Bu". 

Mendengar cerita Ilyas, Bu Mira sangat terharu dan tersentuh bukan hanya anak yang rajin tapi dia juga pintar.

Bu Mira juga tau kalau Ilyas anak yang gemar membaca buku dan sangat rajin belajar, karena terlihat banyak buku disana. Bu Mira bermaksud ingin menawarkan pekerjaan kepada Ilyas, namun di usianya yang sangat kecil, justru Bu Mira menyuruh Ilyas melarang nya untuk bekerja.

Karena tidak semestinya anak seusianya mencari nafkah, itu bukan haknya dia harusnya belajar dan bermain bukan ikut bekerja. Tapi karena terdorong keadaan yang membuat dia bekerja, keadaan ekonomi dan sulitnya mencari uang di jaman sekarang ini.

Saat Ibu Mira menawarkan untuk bekerja di tempat kerjanya Ilyas menolak, bukan karena tidak mau karena Ibunya tida mengizinkan.

Ibu Mira merupakan seorang pengusaha sukses, dia mempunyai beberapa usaha butik.

Setelah itu, Bu Mira pun pamit dari rumah Ilyas, sebelum pulang dia memberikan makanan dan sembako kepada keluarga Ilyas. Dan juga uang di berikan kepada Ibu Titin Ibunya Ilyas.

Setelah Bu Mira pergi, Ibunya menyuruh Ilyas untuk bekerja lagi.

"Kamu kerja sana, jangan bermalas-malasan !"

"Baik Bu, Ilyas akan bekerja."

Ilyas pun mengganti pakaiannya dan pergi menuju tempat Mang Ujang. Walaupun agak telat tapi dia tetap pergi dengan sedikit berlari menuju tempat Mang Ujang.

Dengan hati-hati Ilyas berjalan dan akhirnya sampai di tempat Mang Ujang. Ketika sampai Mang Ujang sedikit cemas dan langsung menghampiri Ilyas.

"Kamu gimana kabarnya nak, benarkah kemarin kamu di tuduh mencuri, waktu pulang dari sini?".

"Iya mang jadi kemarin waktu pulang dari sini, saat berjalan di pasar tak sengaja Ilyas ketemu anak yang seusia Ilyas, dia berlari dan menabrak Ilyas. Dan ternyata dia menjatuhkan tas, pas Ilyas ambil datang banyak orang berlari dan Ilyas langsung di tuduh mencuri".

"Astaghfirullah, tapi sekarang sudah beres kan masalahnya ? Tidak mungkin kamu mencuri, Mamang tau kamu ini orang baik ".

"Iya Mang, dan untungnya pas Ilyas di kantor polisi, yang punya tas tau kalau bukan Ilyas yang mencuri".

"Kamu yang sabar ya nak, semua cobaan pasti ada hikmahnya, jadikan semua ini pelajaran agar kamu lebih berhati-hati ".

"Iya Mang, " dan setelah itu seperti biasa Ilyas menjual korannya.

****

Singkat cerita, Ilyas sudah sekolah kelas 5 SD, Ilyas semakin menunjukan kemampuan nya, bahkan di sekolah Ilyas meraih juara lomba-lomba antar sekolah.

Namun kehidupannya tak selalu berjalan mulus, ketika itu ada kabar bahwa Ayahnya telah mengalami kecelakaan saat bekerja. Ayahnya telah tertabrak mobil saat sedang bekerja memarkirkan kendaraan.

Saat itu Ayahnya dilarikan ke rumah sakit, dan keluarga Ilyas berada di sana. Waktu itu Ilyas sangat syok dan sedih, sepulang sekolah dia langsung menemui Ayahnya di rumah sakit.

Dengan berlari Ilyas langsung menemui Ayahnya.

"Ayaahhh.. !". Ilyas melihat Ayahnya berbaring dengan keadaan tidak sadarkan diri, dan sedang dirawat.

Ilyas menghampiri Ayahnya dan saat itu Ibu dan adik-adiknya juga sedang berada di sana menemani. Tapi Ibunya malah memarahi Ilyas tanpa sebab, dan menyuruhnya keluar dan menunggu nya di luar.

Ilyas pun duduk di kursi luar sambil menangis, "semoga Ayah cepat sembuh, aku gak mau kehilangan Ayah, Ya Allah hamba mohon sembuhkanlah Ayah Ilyas".

Setelah itu Ibu Ilyas keluar dari ruangan dan memanggil Ilyas.

"Ibu mau pulang sama adik-adik kamu, kamu disini temani Ayah mu."

"Iya Bu." jawaban singkat Ilyas.

Saat itu Ilyas langsung masuk ke ruangan Ayahnya dan langsung menghampiri Ayahnya sambil menangis.

"Ayah bangun yah ! Ayah cepat sembuh jangan tinggalkan Ilyas yah".

Ilyas duduk d kursi sebelah Ayahnya yang terbaring, dan dia menunggu Ayahnya berharap Ayahnya cepat siuman.

Setelah beberapa lama, datanglah dokter memeriksa Ayahnya dan menanyakan keluarga Ayahnya, Ilyas langsung menjawabnya.

"Saya anak nya dok".

"Mana, Ibu kamu nak, atau kerabat yang lain ada yang ingin di sampaikan tentang kondisi Bapak kamu."

"Ibu saya tadi pulang dulu dok, nanti juga kesini lagi. Memangnya apa yang terjadi sama Ayah saya dok? Bagaimana keadaannya sekarang?."

"Baiklah nanti kamu kasih tau sama Ibu kamu ya nak, jadi Bapak kamu harus di operasi saat mengalami kecelakaan, kaki nya sudah hancur dan harus segera di operasi, kalau tidak nanti kaki nya akan membusuk ".

Mendengar hal ini dari dokter rasanya dunia ini gelap, oksigen rasanya akan habis, tak kuasa Ilyas mendengar hal itu dari dokter.

Ilyas tidak bisa berkata apa-apa, dia cuma syok dan sedih.

Setelah beberapa lama kemudian Ibunya Ilyas pun datang, dan Ilyas menceritakan semua yang dokter tadi katakan, Ibunya segera menemui dokter dan setelah itu Ibunya kembali.

Biaya operasi Ayahnya tidaklah sedikit, Ibunya harus segera melunasi secepatnya kalau tidak Ayahnya tidak akan segera di operasi.

"Yas,, kamu harus cari uang buat Ayah kamu di operasi, semuanya harus ada 50 juta atau kamu pinjam kalau ingin Ayah kamu cepat sembuh, karena semua ini gara-gara kamu."

"Ilyas harus cari kemana Bu, uang sebesar itu Ilyas gak tau harus cari kemana, itu sangat besar".

"Itu terserah, Ayah kamu hanya merepotkan saja, padahal mending sekalian aja mat*, tidak berguna." Ucapan Ibu Ilyas yang membuat Ilyas tidak percaya atas ucapan Ibunya.

Ilyas berjalan tak tau harus cari uang kemana uang sebesar itu, dia terus berjalan dan semakin jauh dengan terus memikirkan Ayahnya.

Sementara itu, Ilyas teringat kepada Bu Mira yang sudah menolongnya dulu. Kemudian Ilyas bermaksud meminta tolong, apa saja akan dilakukan asal Ayahnya sembuh.

Ilyas berjalan hingga tiba di tempat kerjaan Bu Mira, karena Ilyas tidak tahu rumahnya dimana. Saat Ilyas menanyakan Bu Mira kepada satpam nya, ternyata Bu Mira sekitar satu tahun lalu sudah pindah ke luar kota, dan walaupun tempat kerjanya di sana, kata Pak satpam nya mungkin sebulan sekali atau kadang beberapa bulan Bu Mira mengunjungi tempat kerjanya.

Ilyas pun kembali pergi, dan semakin bingung harus kemana lagi. Saat berjalan Ilyas melihat toko-toko mas dan ruko-ruko, terlintas dipikirannya " Apakah mencuri saja".

Tetapi Ilyas cepat tersadar "Astagfirullah apa yang telah aku pikirkan?".

Begitu pusing dan lelah semuanya campur jadi satu, mau kerja pun Ilyas tidak fokus mengingat Ayahnya sedang berbaring di rumah sakit.

Saat itu Ilyas kembali ke rumah sakit melihat Ayahnya, namun belum juga siuman. Dan bertemu dengan Ibunya, dia langsung menanyakan uang itu.

"Mana uangnya, kamu sudah dapat belum?" dengan nada tinggi. Ilyas pun menjawab

"Belum ada Bu, Ilyas sudah mencari kesana kemari tapi Ilyas gak tau harus kemana tadi juga Ilyas sempat ke tempat Bu Mira untuk minta tolong, tapi beliau sudah pindah Bu".

"Itu alasan kamu aja yang gak becus dan malas, kan kamu bisa nyuri kamu ini memang anak tidak berguna pembawa sial, tetap aja kan kalau sudah gini aku yang repot, gara-gara Ayah kamu juga ada aja masalahnya pake kecelakaan segala ". 

Ibu Ilyas membentak-bentak Ilyas dengan perasaan kesal dan emosi, dan langsung pergi meninggalkan Ilyas di rumah sakit.

Ilyas hanya bisa terdiam dan bingung entah apa yang harus dilakukan.

Kemudian Ilyas pergi ke mushola yang ada di rumah sakit, dia sholat dan tak lupa mendoakan Ayahnya agar cepat sembuh.

Kemudian keesokan harinya Ayahnya pun akhirnya bisa di operasi. Ibunya Ilyas pinjam uang kepada orang yang punya kontrakan rumahnya, dia adalah seorang rentenir. Tidak ada lagi pilihan lain walaupun bunganya besar, yang penting Ayahnya bisa tertolong.

Dan akhirnya Ayahnya mulai pulih dan membaik, ketika sadar Ayahnya merasa kaget dan tidak menerima apa yang telah terjadi. Kedua kakinya telah di amputasi, kini beliau tidak bisa lagi berjalan. Tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya bisa pasrah dan menerima atas semua yang terjadi.

"Kenapa dengan kaki ku ? Apa yang telah terjadi? " Ayah Ilyas manangis dan histeris tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Setelah kondisi Ayahnya benar-benar pulih, Ayahnya pun segera di pulangkan. Beliau di bantu oleh para tetangga nya menuju rumah.

Setelah kejadian itu, Ayah Ilyas tidak lagi bisa bekerja cuma bisa di rumah terdiam. Ilyas lah yang kini menggantikan Ayahnya bekerja, karena Ibunya tidak setiap hari dan terus bisa bekerja. Karena jarang ada orang yang menyuruhnya mencuci ataupun menyuruhnya bekerja di rumah tetangga.

Ibunya waktu sedang bekerja pernah kedapatan mencuri, dan sikap beliau yang kurang di terima oleh tetangganya karena mereka sudah tahu sifat beliau.

Di rumah Ayahnya sering di marahi oleh istrinya, karena sekarang beliau sudah tidak bisa lagi memberikan nafkah dan setiap melakukan sesuatu harus selalu di bantu istrinya. Istrinya semakin kesal dan marah-marah.

"Kamu ini Pak, sekarang hanya bisa nyusahin aja, kamu semakin tidak berguna hanya menambah beban kenapa kamu kemarin tidak mat* aja malah selamat ". Kata-kata yang tak seharusnya di ucapkan seorang istri kepada suaminya.

Seharusnya di saat suaminya mengalami cobaan dan terpuruk istrinya lah yang menjadi penyemangat. Bagaimanapun fisik nya yang sekarang terjadi, harus bisa menerima karena semua ini terjadi karena teguran agar kita semakin kuat dan tegar. Semua cobaan yang terjadi pasti ada hikmahnya.

Setelah kejadian itu, Ilyas lah yang membanting tulang mencari nafkah. Usianya yang masih kecil di haruskan menjadi kepala keluarga. Setiap hari Ilyas bekerja keras mencari uang, Iyas bekerja setelah pulang sekolah.

Walaupun Ibunya sudah melarangnya untuk berhenti sekolah, tapi Ilyas tetap sekolah demi mewujudkan mimpinya kelak.

Setiap hari Ilyas bekerja sampai larut malam untuk menghidupi keluarganya. Tidak ada di hati Ilyas rasa menyesal atau terpaksa, semua Ilyas lakukan dengan ikhlas.

Selain bekerja menjual koran dan kuli di pasar, Ilyas juga bekerja membantu berjualan di warung kopi di malam hari.

Kadang Ilyas merasa sangat lelah dan capek tapi kalau bukan dia keluarganya tidak bisa makan.

Kenyataan pahit hidup Ilyas, tidak membuatnya putus asa justru dia semakin tegar dan belajar, agar semakin kuat menjalani hidup.

Sementara Ayahnya Ilyas walaupun dia cacat, dia berusaha untuk mencari pekerjaan. Dia tidak mau membebankan kepada keluarga nya terutama Ilyas yang sekarang menghidupi keluarganya. Walaupun beliau tidak bisa lagi berjalan seperti biasa, dia masih bisa berjalan dengan dibantu tongkat.

Dan syukurlah beliau masih ada yang mau menerima dia untuk bekerja, karena orang-orang tahu Ayah Ilyas orangnya jujur dan pekerja keras. Beliau bekerja sebagai buruh tukang jualan sembako di pasar milik tetangganya, walaupun dulu banyak orang yang ragu dan menolaknya, karena melihat fisik nya yang tidak memungkinkan untuk bekerja.

Setiap Ayahnya pergi bekerja, kadang pergi bersama Ilyas jika sekolah nya libur. Tetep jika Ilyas sedang sekolah, Ayahnya pergi sendirian.

Singkat cerita, semuanya terus terjadi hingga sekarang Ilyas duduk di kelas 6 SD. Dari pengalamannya menjadikan dia semakin tegar dan dewasa walaupun umurnya masih belum matang.

Walaupun sekarang dia kerjanya semakin larut malam, tidak membuat Ilyas malas dia tetap rajin belajar dan membaca buku kesukaannya.

Dia juga memikirkan jika nanti lulus sakolah dasar, dia ingin sekali melanjutkan sekolah menengah pertama nya. Setiap kali dia bekerja dari waktu dulu, dia selalu menabung menyisihkan uangnya. Ilyas berharap nanti bisa melanjutkan sekolah.

Memikirkan hal itu dan mimpinya Ilyas semakin bersemangat. Rasa lelah, capek, penat tak membuatnya menyerah. Dia yakin suatu saat nanti dia bisa sukses, asal rajin belajar dan berusaha.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!